• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL- MAJELIS ULAMA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL- MAJELIS ULAMA INDONESIA."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENETAPAN

MARGIN

DALAM

PEMBIAYAAN

MURA>BAH{AH

DI BANK SYARIAH MANDIRI

KANTOR CABANG LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA

DEWAN SYARIAH NASIONAL- MAJELIS ULAMA INDONESIA

SKRIPSI

Oleh:

M.IQBAL ASSYIDQI NIM: C02211048

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang Implementasi

Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Lumajang Dalam Tinjauan Fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan tentang bagaimana aplikasi penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di BSM Lumajang? dan Tinjauan Fatwa DSN-MUI terhadap penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang?

Dalam menjawab permasalahan tersebut digunakan jenis penelitian dekriptif kualitatif. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya disusun dan dianalisis dengan menggunakan pola-pikir deduktif.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penetapan margin

pembiayaan mura>bah{ah di BSM Lumajang ditentukan atas dasar kesepakatan bersama kedua belah pihak antara nasabah dan BSM Lumajang, dengan bentuk nominal dan disesuaikan dengan besar kecilnya pembiayaan, serta

menggunakan metode margin keuntungan perhitungan secara annuitas.

Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap.

Tinjauan dari Fatwa DSN-MUI Penetapan Margin Mura>bah{ah BSM

Lumajang sesuai dengan prinsip-prinsip teori mura>bah{ah dengan mengacu

pada fatwa DSN tentang mura>bah{ah NO:04/DSN-MUI/XII/2000 dan

NO:84/DSN-MUI/XII/2012 tentang pengakuan keuntungan yang terdapat pada bagian ketiga no. 4, yang isinya “Keuntungan mura>bah{ah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang yaitu boleh dilakukan secara proporsional

dan secara annuitas sesuai ‘urf atau kebiasaan. Bagian keuntungan

proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu

kontrak kesepakatan. Dalam pembiayaan mura>bah{ah Bank harus

menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian dan harga jual

kepada nasabah yang mempengaruhi margin yang akan diperoleh oleh BSM

serta jangka waktu cicilan pelunasan.

Dalam pelaksanaan penetapan margin pembiayaan mura>bah{ah di

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II TEORI MURA>BAH{AH DALAM HUKUM ISLAM ... 21

A.KONSEPMURA>BAH{AH ... 21

1. Pengertian Mura>bah{ah ... 21

2. Dasar Hukum Mura>bah{ah ... 23

3. Rukun dan Syarat Mura>bah{ah ... 26

4. Sistem Mura>bah{ah dalam Perbankan ... 28

(8)

B.KONSEP MARGIN ... 37

1. Pengertian Margin ... 37

2. Landasan Hukum Margin ... 41

3. Penetapan Margin Yang Diterapkan Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah ... 43

BAB III IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH A.Implementasi Penetapan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang ... 45

B.Fatwa DSN-MUI Terhadap Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah ... 51

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH. A.Analisis Penetapan Margin Pada Pembiayaan Mura>bah{ah di BSM Lumajang ... 55

B.Analisis Fatwa DSN-MUI Terhadap Penetapan Margin Pada Pembiayaan Mura>bah{ah ... 59

BAB V PENUTUP... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(9)
(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam mengakui adanya perbedaan pendapat dari kekayaan pada setiap orang dengan syarat bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap individu mempunyai perbedaan keterampilan, inisiatif, kemampuan fisik, usaha dan resiko. Namun perbedaan itu tidak diperkenankan melahirkan jurang kesenjangan yang terlalu jauh antara yang kaya dengan yang miskin. Pemerataan pendistribusian akan menekankan bahwa sumber-sumber daya bukan saja karunia dari Allah bagi semua manusia, melainkan juga merupakan suatu amanah. Oleh karena itu, manusia berkewajiban mengelolanya secara adil dan tidak ada alasan untuk memusatkan sumber daya hanya pada segelintir individu dan golongan saja.1

Dalam pembangunan ekonomi, perbankan mempunyai peranan penting guna memperlancar jalannya ekonomi suatu bangsa. Sistem lembaga keuangan dalam suatu Negara mempunyai peran penting sebagai aturan yang menyangkut aspek keuangan dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh sistem lembaga perbankan yang menjembatani antara masyarakat atau perorangan yang mempunyai kelebihan aset keuangan atau dana dengan nasabah yang membutuhkan dana untuk pengembangan usaha korporasi.

1Muhammad Abdi, ”Praktek al-Qardh di PerbankanSyariah , http:// Muhammad Norabdi.

(11)

2

Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu saja menuntut adanya sistem baku yang mengatur dalam kegiatan kehidupan berekonomi, termasuk diantaranya kegiatan keuangan yang dijalankan oleh setiap umat dibidang ekonomi dan bisnis. Namun, dalam perjalanan ekonomi dan bisnis umat manusia, kini telah terbelenggu oleh sistem perekonomian yang bersifat bunga khusus dibidang perbankan.2 Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif solusinya untuk keluar dari sistem bunga dan bunga termasuk riba> karena allah melarang riba>, ghara>r dan judi dalam bisnis sebagaimana firmannya dalam surah al-Baqarah Ayat 275:

ۚ قكسَݙ

ۡ

ٱ َݚقم ُݚٰ َطۡي ذش ٱ ُݝ ُطذܞَخَتَي يق

َٱ ُعݠُݐَي ܛَݙَك

ذ

َقإ َنݠُ ݠُݐَي

ذ

َ ْاٰݠَبقكر ٱ َنݠ

َ

ُݖُكۡأَي َݚيق ذَٱ

ݚَݙَف ْۚاٰݠَبقكر ٱ َعذرَحَو َ݅ۡيَ

ۡٱ ُ ذَٱ ذلَح

ۡ

َ

أَو ْۗاٰݠَبقكر ٱ

ُلۡثقم ُ݅ۡيَ ۡۡٱ ܛَݙذنقإ ْآݠُܛَق ۡݗُݟذنَأقب َݑقَٰذ

ۥُهَءٓܛَج

َݑقئٓ

َلْوُأَف َل ََ ۡݚَمَو ۖق ذَٱ ََقإ ٓۥُهُرۡ َأَو َفَݖَس ܛَم ۥُݝَݖَف ٰ َََتنٱَف ۦقݝقكبذر ݚقكم ٞܟَ݄قعۡݠَ

َنوُ قِٰ َخ ܛَݟيقف ۡݗُه ۖقرܛذنٱ ُܜٰ َح ۡص

َ

أ

٥

Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba> tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba>, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba>.3

Allah SWT dan Rasulullah SAW telah melarang segala jenis perjudian, hal tertersebut tertuang dalam Al-Quran surat al-Ma>idah ayat 90:

قلَݙَع ۡݚقكم ٞسۡجقر ُݗٰ

َلۡزَ ۡۡٱَو ُبܛ َصنَ ۡۡٱَو ُ قِۡيَݙۡٱَو ُرۡݙَۡۡٱ ܛَݙذنقإ ْآݠُݜَماَء َݚيق ذَٱ ܛَݟُيَأٓ َي

َنݠُحقݖۡفُت ۡݗُك

ذݖَعَل ُهݠُܞقنَتۡجٱَف قݚٰ َطۡيذشٱ

٠

2Makhalul ilmi. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta : UII Pres,

2002), 49.

(12)

3

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.4

Bank Syariah dewasa ini berkembang pesat, baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Bank Syariah memberikan alternatif baru bagi nasabah pengguna jasa perbankan untuk menikmati produk perbankan syariah dengan sistem bagi hasil non bunga.5 Selain itu Bank Syariah juga memberikan kepercayaan masyarakat sebagai nasabah, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap Perbankan Syariah semakin tinggi. Saat ini, layanan Perbankan Syariah sebagai korporasi bisnis telah tersebar di seluruh penjuru dunia dalam berbagai bentuk lembaga keuangan, bahkan di Indonesia sejak 1992 sampai saat ini telah tumbuh dan berdiri berbagai Lembaga Keuangan Syariah, khususnya perbankan seperti Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Mega Syariah dan lain sebagainya.6

Bank Syariah berbeda dengan Bank Konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang digunakan. Bank Konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa bunga mengandung unsur riba> yang dilarang oleh agama Islam. Menurut pandangan Islam, di dalam sistem bunga terdapat unsur ketidakadilan, karena pemilik dana mewajibkan peminjam untuk membayar lebih daripada yang dipinjam tanpa

4 Ibid.123.

5 Ismail Nawawi, Manajemen Resiko Dan Pengantar Praktik Bisnis, Perbankan Islam Dan

Konvensional (Jakarta : dwi pustaka jaya, 2012), 198.

(13)

4

memperhatikan apakah peminjam menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Sebaliknya, sistem bagi hasil yang digunakan Bank Syariah merupakan sistem ketika peminjam dan yang meminjamkan berbagi dalam risiko dan keuntungan dengan pembagian sesuai kesepakatan. Dalam hal ini tidak ada pihak yang dirugikan oleh pihak lain. Lebih jauh lagi, apabila dilihat dari perspektif ekonomi, Bank Syariah dapat pula didefinisikan sebagai sebuah lembaga intermediasi yang mengalirkan investasi publik secara optimal (dengan kewajiban zakat dan larangan riba>) yang bersifat produktif (dengan larangan judi), serta dijalankan sesuai nilai, etika, moral dan prinsip Islam.7

Adanya Bank Syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah.8 Dalam proses pembiayaan hubungan Bank Syariah dengan nasabah adalah mitra bukan kreditur dan debitur, sebagaimana yang terjadi dalam Bank Konvensional. Bank Syariah sifatnya sebagai Bank berdasarkan prinsip syariah wajib memposisikan diri sebagai uswatun h{asanah dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktifitas ekonomi. Sedangkan fungsi Bank Syariah dalam bisnis dan pembangunan adalah sebagai

7 Veithzal Rivai dkk, Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi

Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 131.

8 Ismail Nawawi, Perbankan Syariah (Issi-Issu Manajemen Fiqih Muamalah Pengkayaan Teori

(14)

5

penghimpun dan penyalur dana masyarakat.9 Inovasi produk menjadi strategi prioritas bagi pemasaran bank - bank syariah, sebab inovasi memiliki peran penting di tengah pasar yang kompetitif. Salah satu model inovasi produk perbankan syariah yang bisa dikembangkan dan metode investasi yang terpenting dalam Bank Syariah adalah akad mura>bah{ah, karena merupakan investasi jangka pendek dengan resiko yang sangat kecil dan paling menguntungkan, dan di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang, mura>bah{ah sebagai produk dominan sehingga mencapai 95% dari total investasi.

Bank Syariah memiliki beberapa produk penyaluran dana demi meningkatkan pendapatannya. Produk penyaluran dana Bank Syariah salah satunya dengan menggunakan akad mud}a>rabah, mushara>kah, mura>bah{ah dan rah}n. Mura>bah{ah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati olah para pihak,

dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada

pembeli. Bank sebagai kreditur menyalurkan pembiayaan (kredit) kepada

debitur (nasabah) berdasarkan jumlah nominal harga barang dan ditambah

dengan keuntungan (laba/margin).

Sedangkan yang dimaksud dengan keuntungan margin adalah

prosentase tertentu yang ditetapkan tertentu yang ditetapkan pertahun

perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam

setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara bulanan, maka

setahun ditetapkan 12 bulan. Selain harus berupa prosentase, margin juga

(15)

6

harus sesuai dengan kesepakatan bersama antara pihak bank dengan nasabah. Karena tanpa adanya kesepakatan, akan menimbulkan adanya rasa ketidakadilan pada masing-masing pihak.10

Studi kasus ini saya pusatkan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang sebagai Lembaga Keungan Syariah dari sisi kebijakan dan aplikasi bisnisnya. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang memiliki satu produk di antaranya adalah pembiayaan mura>bah{ah.11 Dimana pihak Bank Syariah Mandiri melakukan transaksi jual beli dengan pembiayaan mura>bah{ah dengan Ibu Rusmini seorang nasabah yang ingin membeli 2 unit sepeda motor, untuk itu ibu Rusmini mengajukan pembiayan di Bank Syariah Mandiri dengan total

pinjaman Rp32.000.000,- dari 2 unit pembelian barang, tetapi pihak BSM

tersebut tidak langsung menyetujui pembiayaan mura>bah{ahnya, pihak Bank

(Account Officer) menganalisis margin terlebih dahulu setelah itu diberikan kepada nasabah untuk meraih kesepakatan antara keduanya untuk diangsur dengan jangka waktu berapa tahun. Penentuan margin tersebut dikalkulasikan dengan pendapatan yang diperoleh nasabah setiap hari/bulan. Setelah keduanya sepakat dengan perjanjian tersebut dan ditandatangani maka pihak Bank langsung menjalankan tugasnya dengan membelikan ibu Rusmini sepeda motor yang kriterianya diinginkan di dealer dengan harga dari Bank sebesar Rp 32.000.000, untuk pembelian 2 unit sepeda motor. Jumlah nominal

pelunasan dari 2 unit sepeda motor tersebut sebesar Rp 37.800.000,- dalam

10Muhammad Azwar. “http://konsepkerjasamadalamislam.blogspot.com/05/05/2013”,diakses, 23

Juni 2015.

(16)

7

jangka satu tahun, inilah yang akan dilunasi oleh ibu Rusmini dengan tempo

satu tahun dengan cara pembayaran cicilan pada setiap bulanannya

Rp3.150.000,.12

Dari ilustrasi tersebut, membuat peneliti tertarik untuk mengkaji praktik tersebut. Berawal dari akad mura>bah{ah yang tidak sesuai teori dengan teori mura>bah{ah yang murni. Mura>bah{ah adalah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang

disepakati olah para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu

harga perolehan kepada pembeli. Dari definisi ini, terlahirlah konsep

pembiayaan. Bank sebagai kreditur menyalurkan pembiayaan (kredit) kepada

debitur (nasabah) berdasarkan jumlah nomial harga barang dan ditambah

dengan keuntungan (laba/margin). Terkadang, dalam penetapan jumlah

keselurahan harga total pembelian dan keuntungan disesuaikan dengan tingkat

suku bunga, sehingga jumlah setoran akan sama nominalnya dengan Bank

Konvensional dengan tempo (jangka waktu) yang sama. Hal inilah yang

dinyatakan sebagai mura>bah{ah oleh banyak Bank Syariah sehingga membuat paradigma yang keliru tentang Bank Syariah.13 Selain itu kurang ada pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh BSM kepada nasabah, mereka hanya menginginkan pembayaran margin setiap hari sesuai dengan aturan yang ada di BSM, tanpa tahu adanya kemungkinan - kemungkinan

12Nanang, wawancara, Lumajang, tanggal 22 Juni 2015.

(17)

8

yang timbul hingga membuat tidak tercapainya jumlah margin yang ditetapkan semula.

Dari gambaran di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti hal tersebut dalam skripsi yang “Implementasi Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang Dalam Tinjauan Fatwa DSN-MUI.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan - kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak - banyaknya kemungkinan yang dapat diduga sebagai masalah.14 Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah-masalah yang dapat di identifikasi yaitu: 1. Implementasi penetapan margin.

2. Pandangan nasabah terhadap sistem penetapan margin.

3. Praktik penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang.

4. Tinjauan Fatwa DSN-MUI terhadap penetapan margin pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang.

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, perlu dijelaskan batasan dan ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini agar terfokus dan terarah. Pembahasan dalam skripsi ini dibatasi dalam persoalan:

14Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya: Petunjuk

(18)

9

1. Implementasi penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang.

2. Tinjauan Fatwa Dewan Syariah Nasional - MUI Terhadap Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah di bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang.

C.Rumusan Masalah

Rumusan masalah memuat pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian.15 Melalui deskripsi fenomena di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang ?

2. Bagaimana Tinjauan Fatwa DSN-MUI Terhadap Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang ? D.Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian yang sudah ada.16 Namun peneliti menemukan penelitian dari angkatan sebelumnya yang berjudul:

a. Skripsi yang ditulis oleh Fendrik Ainan Ni’am 2013. dengan judul “

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Pembiayaan Mura>bah{ah di BMT

Sunan Kalijaga Landung Sari Malang”. Skripsi ini membahas tentang

15Ibid. 10.

(19)

10

penerapan praktek mura>bah{ah yang selamanya identik dengan barang saja, melainkan dengan jalan memberikan uang dalam bentuk tunai, serta dibebankan dengan tambahan margin kepada nasabah.

b. Skripsi yang ditulis oleh M. Masrifan Nur Fuadi dengan judul “Penetapan Jumlah Margin Keuntungan Pada Pembiayaan Mura>bah{ah di PT. BPRS

Jabal Nur Gayung Sari Surabaya”. Hasil penelitian ini membahas tentang prosedur pembiayaan mura>bah{ah, dan dari pertimbangan penetapan margin mura>bah{ah dengan melihat proporsi bagi hasil yang akan diberikan kepada pihak ketiga, dan juga tingkat margin pada Lembaga Keuangan Syariah lainnya.

c. Penelitian ini ditulis oleh Baskoro Perdana Putra dengan judul “Analisis

Penetapan Tingkat Margin Akad Pembiayaan Mura>bah{ah: Study Kasus Pada Baitul Maal Wa Tamwil Ahmad Yani Malang”. Peneltian ini

membahas tentang bagaiman cara atau model dalam pengambilan margin yang dilakukan oleh BMT Ahmad Yani Malang.

d. Skripsi ini ditulis oleh Nurmala Dewi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam

Mengenai Pembiayaan Mura>bah{ah Pada Bank BPD Kaltim Syariah Pusat

Di Samarinda Di Tinjau Dari Hukum Islam”. Skripsi ini pembahasannya

mengenai pengadaan barang dalam praktik pembiayaan mura>bah{ah yang menyerahkan setengahnya pada nasabah untuk membeli barang sendiri setelah proses akad terjadi.

(20)

11

Keuangan Syariah Ben Iman Lamongan”. Pembahasan dari skripsi Nur

Azizah ini bermuara pada kebijakan KJKS dalam menetukan margin tanpa adanya persetujuan dari pihak kedua (nasabah) dan perbedaan antara pembayaran angsuran dan musiman, dalam penentuan tersebut analisis pembayarannya menggunakan metode flat.

Sedangkan skripsi ini, lebih cenderung membahas tentang Implementasi Penetapan Margin dalam Akad Mura>bah{ah. Margin yang ditetapkan oleh BSM Cabang Lumajang tidak berdasarkan harga pokok dan margin (nisbah) melainkan harga pokok ditambah margin dikalikan dengan dengan jangka waktu angsurannya.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian antara lain, yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi penetapan margin dalam

pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Cabang Lumajang. 2. Untuk mengetahui bagaimana Tinjauan Fatwa DSN-MUI Terhadap

penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang.

F. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan secara teoritis

(21)

12

2. Kegunaan secara praktis

Diharapkan hasil dari skripsi ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan sekaligus sumbangsih kepada para pemikir hukum Islam, untuk dijadikan sebagai salah satu metode ijtihad terhadap peristiwa - peristiwa yang muncul dipermukaan yang belum diketahui status hukumnya serta sebagai masukan dan sumbangsih pemahaman kepada masyarakat tentang hukum praktik margin dalam pembiayaan mura>bah{ah.

G.Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi ”Implementasi

Penetapan Margin Dalam Pembiayaan Mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang dalam tinjauan Fatwa DSN-MUI perlu untuk menjelaskan secara operasional agar terjadi kesepahaman dalam memahami judul skripsi.17

Mura>bah{ah : Adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati

olah para pihak, dimana penjual menginformasikan dahulu

harga perolehan kepada pembeli. Bank sebagai kreditur

menyalurkan pembiayaan (kredit) kepada debitur

(nasabah) berdasarkan jumlah nomial harga barang dan

ditambah dengan keuntungan (laba/margin).

Margin : Adalah prosentase tertentu yang ditetapkan per tahun

(22)

13

perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari; perhitungan margin secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan.18

Fatwa DSN-MUI:

No.4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Mura>bah{ah dan No. 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Mura>bah{ah di Lembaga Keuangan Syariah.

Bank Syariah Mandiri :

Adalah salah satu lembaga perbankan besar di Indonesia. Bank Syariah Mandiri dibentuk oleh Bank Mandiri, untuk berperan di dalam mengembangkan layanan Perbankan Syariah.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) terhadap penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang dalam tinjauan Fatwa DSN-MUI.

Kemudian untuk memberikan gambaran yang baik, dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis. Adapun langkah-langkah tersebut terdiri dari: data yang dikumpulkan, sumber data, teknik analisis data, dan sistematika pembahasan.

1. Data yang dikumpulkan

(23)

14

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah dikemukakan di atas, maka data yang akan dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan mekanisme penetapan margin oleh Bank Syariah Mandiri KCP Lumajang dalam penelitian ini terdiri atas: Direktur Bank Syariah Mandiri KCP Lumajang, marketing, acount officer, admin pembiayaan, costumer service, nasabah pembiayaan mura>bah{ah, dokumen, data penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah, data tentang aplikasi penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah, dan data tentang Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI tentang mura>bah{ah.

2. Sumber data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data yang konkrit serta ada kaitannya dengan masalah penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah meliputi data primer dan data sekunder yaitu:

a. Sumber Primer:

Sumber primer adalah sumber data yang dibutuhkan untuk memperoleh data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian.19 Sumber yang berasal dari kesaksian seseorang atau pengakuan seseorang yaitu yang berhubungan dengan para perilaku penentuan margin dalam pembiayaan mur{a>bah{ah, diantaranya dengan melakukan wawancara secara langsung kepada para pihak yang berkaitan dengan pembiayaan mura>bah{ah yakni: Direktur Bank Syariah Mandiri kantor Cabang

(24)

15

Pembantu Lumajang, manager marketing, Account Officer, admin pembiayaan dan nasabah pembiayaan mura>bah{ah.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data yang dibutuhkan untuk mendukung sumber primer.20 Karena penelitian ini merupakan penelitian yang tidak terlepas dari kajian hukum Islam, maka penulis menempatkan sekunder data yang berkenaan dengan kajian-kajian tersebut sebagai sumber data sekunder. Adapun sumber data sekunder yang dimaksud terdiri dari :

1. Ismail Nawawi, perbankan Syariah

2. Muhammad Syafi’iAntonio, Bank Syariah 3. Ahmad Wardi Muslih, Fiqih Mu`amalah.

4. Muhammad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah. 5. A. Karnain A. Perwata Atmaja, Apa Dan Bagaimana Bank Islam. 6. Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam.

7. Makhalul ilmi, teori dan praktek lembaga keuangan syariah. 8. Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah.

c. Subyek penelitian

Subyek penelitian merupakan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi. Subyek penelitiannya adalah para pihak Bank Mandiri Syariah Cabang Lumajang dan para nasabahnya, yang meliputi :

1. Direktur BSM Cabang Lumajang.

(25)

16

2. Manager marketing. 3. Account Officer.

4. Admin pembiayaan dan

5. Nasabah pembiayaan mura>bah{ah. 3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini, penulis mengguanakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yaitu komunikasi secara langsung antara peneliti dengan responden kunci, yaitu pimpinan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang dan nasabah. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah “wawancara tidak terstruktur”,

dengan alasan agar peneliti lebih leluasa memperluas pertanyaan, sebab bisa jadi di lapangan ditemukan fakta-fakta baru yang bisa dikembangkan. 21

Teknik ini dipakai untuk memperoleh data dari informan secara langsung, yang dimaksud sebagai informan adalah subyek yang terlibat dalam transaksi pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang.

b. Observasi

Observasi yaitu suatu penggalian data dengan cara mengamati, memperhatikan, mendengar dan mencatat terhadap peristiwa, keadaan,

(26)

17

atau hal lain yang menjadi sumber data.22 Dalam hal ini peneliti langsung ke lapangan yakni di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah alat pengumpul data yang berupa dokumen dan catatan dari sumber yang diteliti.23 Teknik ini dilakukan dengan cara mencatat data, dokumen lembaga terkait dengan penelitian. Dokumentasi ini merupakan dalil konkrit yang bisa penulis jadikan acuan untuk menilai seberapa besar peran Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Lumajang dalam menentapkan margin pembiayaan mura>bah{ah. 4. Tekhnik Pengolahan Data

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan. Maka peneliti menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapanya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.24

b. Organizing

22 Adi Riyanto, Metodologi Penelitian Social dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 70. 23Ibid, 71.

(27)

18

Menyusun kembali data-data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.25

c. Penemuan Hasil

Pada tahapan ini peneliti menganalisis data-data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.26

5. Metode Analisa Data

Data-data yang telah berhasil dikumpulkan, selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan.

a. Analisis Deskriptif Kualitatif, yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul, metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang proses penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lumajang, selanjutnya akan ditinjau dari Fatwa DSN-MUI khususnya mura>bah{ah.

b. Pola Pikir Deduktif, yaitu cara berpikir yang berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum tentang tinjauan fatwa

(28)

19

DSN-MUI, kemudian diteliti dan akhirnya ditarik kesimpulan ke wilayah khusus tentang implementasi penetapan margin dalam pembiaayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Lumajang.27

I. Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membagi lima bab yang sistematis. Bab-bab ini merupakan bagian dari penjelasan dari penelitian ini sebagaimana yang diuraikan dalam rangkaian sebagai berikut:

Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, merupakan landasan teori tentang mura>bah{ah meliputi: Pengertian mura>bah{ah, rukun dan syarat mura>bah{ah, dasar hukum mura>bah{ah, sistem mura>bah{ah dalam perbankan, Menurut Fatwa DSN-MUI tentang Mura>bah{ah, Pengertian Margin, Landasan Hukum Margin, Penetapan Margin Yang Diterapkan Pada Pembiayaan Mura>bah{ah

BAB ketiga, dalam bab ini membahas tentang hasil penelitian, meliputi: implementasi penetapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah dan fatwa DSN-MUI Terhadap Penetapan Margin di Bank Syariah Mandiri Lumajang.

BAB keempat, Bab ini merupakan analisis penetapan margin pada pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Lumajang dan analisis

(29)

20

Fatwa DSN-MUI khususnya tentang: Analisis sistem penentapan margin dalam pembiayaan mura>bah{ah.

(30)

21

BAB II MURA<BAH{AH

A. Konsep Mura>bah{ah 1. Pengertian Mura>bah{ah

Pengertian mengenai mura>bah{ah bermacam-macam yang mengartikannya antara lain:

a. Abdul ar-Rahman al-jaziri mendefinisikan ba’i al-mura>bah{ah sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.1

b. Wahbah az-Zuhaili mendefinisikan mura>bah{ah yaitu menjual barang dengan harga yang jelas sehingga boleh dipraktikkan dalam transaksi

jual beli. Contohnya, “aku menjual barang ini dengan harga seratus

sepuluh.” Dengan begitu, keuntungan yang diambilnya jelas. Ini tak

jauh beda dengan mengatakan, “berilah aku keuntungan sepuluh

dirham”.2

c. Muhammad Ibnu Rusyd menganalogikan mura>bah{ah sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.3 d. Dalam penjelasan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa mura>bah{ah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya

1Abd ar-Rahman al- Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-madzahibul al-arba’ah, Jilid.II, (Beirut: Dar Fikr

al-Islamiah, 1990), 250.

2 Wahbah az-Zuahaili, al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, Jilid V, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007),

cetakan ke sepuluh, 358.

3Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rusyd, Volume II, (Beirut: Bidayatul Mujtahid wa

(31)

22

kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.4

e. Dalam Fikih Islam, menurut Ascarya Diana Yumanita,

Pada awalnya mura>bah{ah merupakan bentuk jual beli yang tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Mura>bah{ah dalam Islam berarti jual beli ketika penjual memberitahukan kepada pembeli biaya perolehan dan keuntungan yang diinginkannya. Namun dengan bentuk jual beli ini kemudian digunakan oleh Perbankan Syariah dengan menambah beberapa konsep lain. Setelah itu diubah menjadi bentuk pembiayaan. Dalam pembiayaan ini, Bank sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai maupun cicil.

f. Bank Syariah Mandiri mengartikan mura>bah{ah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual Bank (harga beli Bank ditambah dengan margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. Bank Syariah Mandiri mengartikan pembiayaan mura>bah{ah sebagai pembiayaan yang berdasarkan akad jual beli antara Bank dan nasabah dengan kondisi Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah

(32)

23

sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.5

2. Dasar Hukum Mura>bah{ah

Sejauh pengetahuan penulis, kiranya tidak ada landasan hukum tentang mura{>bah{ah oleh ulama-ulama awal. Sebab baik al-Qur’an maupun

Hadits shohih tidak terdapat rujukan secara langsung tentang keabsahan transaksi mura>bah{ah. Namun demikian, ada ayat-ayat yang maksudnya dapat digunakan sebagai dasar atau landasan kebolehan mura>bah{ah. Hal ini juga yang oleh para ekonom-ekonom Islam digunakan sebagai landasan hukum tentang kebolehan mura>bah{ah. Landasan hukum tersebut seperti yang diungkapkan oleh Dewan Syariah Nasional dalam Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan mura>bah{ah dalam sumber utama hukum Islam adalah sebagai berikut:

a.

Alquran

َ

أ ْآݠُݖُك

ۡ

أَت

َ ْاݠُݜَماَء َݚيق

َ

َٱ ܛَݟُي

ذ

َ

أٓ َي

َنݠُكَت ن

َ

أ ٓ

َقإ قلقطٰ َب

ذ

ۡلٱقب ݗُكَݜۡيَب ݗُكَلَٰوۡم

ܛمݙيقحَر ۡݗُكقب َن

ََ َ ذَٱ ذنقإ ۚۡݗُكَسُفنَأ ْآݠُݖُتۡݐَت َََو ۚۡݗُكݜقكم لضاَرَت ݚَع ًةَرٰ َ قت

٩

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu. (QS an-Nisa’:29).6

Ayat ini melarang tegas kita untuk mengambil harta orang lain dengan jalan yang b>atil, terutama rib>a (yang memang pada kala itu

5

Nanang, Wawancara, Lumajang, 23, Juni 2015.

(33)

24

praktik rib>a menjadi tradisi dalam masyarakat bahkan hingga kini) namun sebaliknya, kita dianjurkan untuk mencari harta (keuntungan) dari jalan yang di ridhoi Allah yaitu dengan jalan perniagaan (jual beli). Karena mura>bah{ah merupakan salah satu bentuk jual beli maka ayat ini dapat dijadikan landasan kebolehan mura>baha{h.

َݚقم ُݚٰ َطۡي ذش ٱ ُݝ ُطذܞَخَتَي يق

َٱ ُعݠُݐَي ܛَݙَك

ذ

َقإ َنݠُ ݠُݐَي

ذ

َ ْاٰݠَبقكر ٱ َنݠ

َ

ُݖُكۡأَي َݚيق ذَٱ

َح

َ

أَو ْۗاٰݠَبقكر ٱ

ُلۡثقم ُ݅ۡيَ ۡۡٱ ܛَݙذنقإ ْآݠُܛَق ۡݗُݟذنَأقب َݑقَٰذ ۚ قكسَݙۡٱ

ْۚاٰݠَبقكر ٱ َعذرَحَو َ݅ۡيَ

ۡٱ ُ ذَٱ ذل

ۡ

ۡݚَمَو ۖق ذَٱ

َقإ ٓۥُهُرۡ

َ

َ

أَو َفَݖَس ܛَم ۥُݝَݖَف ٰ َََتنٱَف ۦقݝقكبذر ݚقكم

ٞܟَ݄قعۡݠَ ۥُهَءٓܛَج ݚَݙَف

َنوُ قِٰ َخ ܛَݟيقف ۡݗُه ۖقرܛذنٱ ُܜٰ َح ۡص

َ

أ َݑقئٓ

َلْوُأَف َل ََ

٥

Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan rib>a, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. al-Baqarah: 275).7

Ayat ini sebenarnya untuk memberikan penjelasan dan mempertegas bahwasanya rib>a dan jual beli itu berbeda. Kalimat penegasan itu dapat dilihat dari penghalalan jual beli dan pengharaman rib>a. Sehingga ayat inipun dapat dijadikan landasan mura>bah{ah.

b. HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah ( Dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ْي ع هّ وسر َ أ ه ع هّ يضر ْ رْد ْلا دْيعس بأ ْنع

َنإ : ق مَ س ه

) ح نبا يق ي لا ا ر( . ارت ْنع عْي ْلا

(34)

25

Artinya : “Sesungguhnya jual-beli itu harus dilakukan suka sama

suka” (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan nilai shahih oleh Ibnu Hibban).

Hadits diatas menjelaskan bahwasanya segala bentuk jual beli termasuk mura>bah{ah harus di lakukan suka sama suka. Hadits ini dapat dijadikan landasan syariah bagi jual beli terutama syarat jual beli mura>bah{ah.

c. Ijma’

Mayoritas ulama’, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan para imam madzhab, juga membolehkan jual beli jenis ini. Hanya saja,

menurut ulama’ malikiyah, jual beli ini hukumnya khilaaful aula.8 d. Kaidah fiqh

Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.9

e. Qiyas

Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud r.a membolehkan menjual

barang dengan mengambil keuntungan satu dirham atau dua dirham untuk sepuluh dirham.10

Secara umum, aplikasi perbankan dari ba>i’ al-Mura>bah{ah dapat digambarkan dalam skema dibawah ini:11

Skema ba>i’ al-Mura>bah{ah

8Wahbah az-Zuahaili, al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), cetakan

ke sepuluh, jld V, 358.

9Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Bogor : Galia Indonesia, 2011) cet. 1, 20.

10Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani, 2001),102.

11Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek

(35)

26

2 Akad Jual Beli

[image:35.595.131.511.117.543.2]

3 Beli Barang 4 Kirim

Gambar. 2.1

3. Rukun dan Syarat Mura>bah{ah

Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat, yaitu sebagai berikut:12

a. Orang yang berakad (penjual dan pembeli). b. Sighat (lafadz ijab dan qabul).

c. Ada barang yang dibeli.

d. Ada nilai tukar pengganti barang.

Para ekonom - ekonom Islam dan ahli - ahli Fiqh, menganggap mura>bah{ah sebagai bagian dalam jual beli. Maka, secara umum kaidah yang digunakan adalah jual beli.

Adapun syarat-syarat jual beli sebagai berikut: 13 a. Penjual dan Pembeli

b. Uang dan Benda yang dibeli (obyek yang diperjualbelikan).

12Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 67. 13H. Sulaiman Rusdid, Fiqh Islam, (Jakarta: Wijaya Jakarta, 1954), 243.

BANK NASABAH

SUPLIER PENJUAL

5 Terima Barang & Dokumen 6 Bayar

(36)

27

c. Ijab Qabul

Adapun syarat utama dalam bisnis dengan sistem mura>bah{ah adalah si pembeli barang yang dalam hal ini Bank harus memberikan informasi yang sebenarnya kepada pembeli tentang harga pembelian dan keuntungan bersihnya (profit margin) dari pada cost plusnya itu. Selain syarat diatas ada beberapa syarat yang secara khusus mengatur mura>bah{ah, seperti yang dikemukakan oleh Syafi’i Antonio yaitu:14

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atau

barang sesuadah pembelian.

4) Penjual harus menyampaikan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan:

a. Melanjutkan pembelian seperti adanya.

b. Kembali pada penjual dan menyatakan tidak setujuan atas barang yang dijual.

c. Membatalkan kontrak.

Ketentuan tentang membatalkan kontrak ini secara fiqh telah diatur dalam bab khiyar, yakni hak untuk memilih bagi pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan jual beli karena adanya unsur kecacatan.

14M Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek

(37)

28

4. Sistem Mura>bah{ah dalam Perbankan

Mura>bah{ah umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk membelikan barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya.

Kalangan Perbankan Syariah di Indonesia banyak menggunakan al-mura>bah{ah secara berkelanjutan (roll over/evergreen) seperti untuk modal kerja, padahal sebanarnya, al-mura>bah{ah adalah kontrak jangka pendek dengan sekali akad (one short deal). Al-Mura>bah{ah tidak dapat diterapkan untuk skema modal kerja. Akad mura>bah{ah lebih sesuai untuk skema tersebut. Hal ini mengingat prinsip mudha>rabah memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi.15

5. Menurut Fatwa DSN-MUI tentang akad mura>bah{ah

Pembiayaan mura>bah{ah telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam Fatwa tersebut disebutkan mengenai mura>bah{ah setelah menimbang:16

a. Bahwa masyarakat banyak memerlukanfassilitas pembiayaan dari

Bank berdasarkan pada prinsip jual beli

b. Bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, Bank

syariah perlu memiliki fasilitas pembiayaan mura>bah{ah bagi nasabah

15Ibid, 106.

16Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta : Erlangga, 2014),

(38)

29

yang memerlukannya, yaitu menjual suaru barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.

c. Bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional-MUI memandang

perlu menetapkan fatwa tentang mura>bah{ah untuk dijadikan pedoman oleh lembaga keuangan syariah dengan mengingat firman Allah, QS. An – Nisa ayat 29:

َنݠُكَت ن

َ

أ ٓ

َقإ قلقطٰ َب

ذ

ۡلٱقب ݗُكَݜۡيَب ݗُكَلَٰوۡمَأ ْآݠُݖُكۡأَت ََ ْاݠُݜَماَء َݚيق ذَٱ ܛَݟُيَأٓ َي

ُكقب َن

ََ َ ذَٱ ذنقإ ۚۡݗُكَسُفنَأ ْآݠُݖُتۡݐَت َََو ۚۡݗُكݜقكم لضاَرَت ݚَع ًةَرٰ َ قت

ܛمݙيقحَر ۡݗ

٩

Memutuskan dengan ketentuan umum mura>bah{ah :

a. Bank dan nasabah harus melakukan akad mura>bah{ah yang bebas riba>. b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama Bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba>.

e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

(39)

30

g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak Bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

i. Jika Bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli mura>bah{ah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik Bank.

Aturan atau ketentuan mura>bah{ah kepada nasabah pun Fatwa mengaturnya. Nasabah yang menggunakan pembiayaan mura>bah{ah adalah :17

a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu

barang atau aset kepada Bank.

b. Jika Bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih

dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

c. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah

harus menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

d. Dalam jual beli ini Bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

(40)

31

e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil

Bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

f. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh

Bank, Bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

g. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang

muka, maka bila nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga namun jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik Bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. Untuk hal jaminan dalam fatwa ini dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya dan Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

Ketentuan jaminan dalam mura>bah{ah pada nasabah:

a. Jaminan dalam mura>bah{ah dibolehkan agar nasabah serius dengan pemesanannya.

b. Bank dapat meminta nasabah untuk meyediakan jaminan yang dapat dipegang.

Sedangkan untuk hutang dalam mura>bah{ah telah diatur sebagi berikut:18

a. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi mura>bah{ah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan

(41)

32

nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada Bank. b. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir,

ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

c. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Dalam hal pembiayaan, sering ditemukan mengenai penundaan pembiayaan yang dilakukan oleh para nasabah. Hal yang harus diperhatikan bila terjadi penundaan pembayaran dalam mura>bah{ah adalah:19

1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.

2) Jika nasabah menunda - nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Namun jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, Bank harus menunda tagihan hutang sampai nasabah yang bersangkutan menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

(42)

33

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh melakukan konversi dengan membuat akad baru bagi nasabah tentang pengakuan keuntungan yang didapatkan pihak Bank, seperti yang tercantum dalam aturan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:84/DSNMUI/ II/2012 tentang pengakuan keuntungan menimbang:

a. Bahwa dalam pengakuan keuntungan pembiayaan mura>bah{ah yang diaplikasikan oleh Lembaga Keuangan Syariah dikenal antara lain dengan dua metode, yaitu metode proporsional dan annuitas.

b. Bahwa penerapan salah satu dari dua metode pengakuan keuntungan pembiayaan mura>bah{ah tersebut menimbulkan permasalahan bagi kalangan industri dan masyarakat, sehingga memerlukan kejelasan dari aspek syariah mengenai kedua metode pengakuan keuntungan pembiayaan mura>bah{ah tersebut.

c. Lembaga Keuangan Syariah memerlukan metode pengakuan keuntungan pembiayaan mura>bah{ah yang dapat mendorong pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang sehat.

d. DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang metode pengakuan keuntungan pembiayaan mura>bah{ah di Lembaga Keuangan Syariah untuk dijadikan pedoman.

Mengingat hadits Nabi SAW riwayat Ibnu Majah dari “ubadah bin

ash-Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu “Abbas, dan riwayat Imam Malik

(43)

34

ا ررضا ْ أ ضق مَ س هْي ع ّ ص ّ و سر ه أ

ه رجأ( رارض

نم : لا , جأا: ت لا/ ه تس يف تم لا نب ع نع ه م نبا

ب

ثيدحلا مقر, ر جبرضي م هقح يف

:

2331

نبا نع د حأ ا ر ,

)يحي نع كل م ,س ع

Artinya: Rasulallah SAW menetapkan: tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh pula membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya

(perbuatan merugikannya). (HR. Ibnu Majah dari “Ubadah bin ash -Shamit dalam Sunan-nya, kitab Ahkam, bab: Man Bana bi Haqqihi Ma Yadhurru bi Jarihi, No: 2331: HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan hadits riwayat Malik dari Yahya.

Pendapat para fuqaha tentang pengakuan keuntungan memperhatikan bahwa:

عْي ْ ل ْ رتْش ْلا كْ م و ي ,ن َثلا عئ ْلا ك ْ ي ,عْي ْلا ْ رتْش ْلا ك ْ ي

....ضب قَتلا ع فَقوتي ا ,حْيحَ لا عْي لا دْقع َوج ب

Artinya: dalam jual beli, obyek (mabi’) menjadi milik pembeli dan uang (tsaman) menjadi milik penjual, pembeli menjadi pemilik obyek

(mabi’) dengan terjadinya akad jaul beli yang sah, tanpa di isyaratkan

adanya penguasaan(qabdh). (Al-Mausu’ah al-fiqhiyah al-Kuwaitiyyah).

Metode pengakuan keuntungan pembiayaan mura>bah{ah boleh dilakukan secara proporsional dan secara annuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini, fatwa yang dimaksud adalah memutuskan dan menetapkan:

(44)

35

berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih.

2. Metode Annuitas adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih.

3. Pemilihan metode pengakuan keuntungan At-Tamwil bi al-Mura>bah{ah pada Lemabaga Keuangan Syariah harus memperhatikan maslahah LKS bagi pertumbuhan yang sehat.

4. Metode pengakuan keuntungan At-Tamwil bi al-Mura>bah{ah yang aslah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Annuitas.

5. Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan At-Tamwil bi al-Mura>bah{ah secara annuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka waktu angsuran. Keuntungan At-Tamwil bi al-Mura>bah{ah tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang pembiayaan mura>bah{ah berakhir/lunas dibayar.

Metode pengakuan keuntungan mura>bah{ah dan pembiayaan mura>bah{ah boleh dilakukan secara proporsional dan secara annuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan.

1. Pengakuan keuntungan mura>bah{ah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang, yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai

(45)

36

2. Pengakuan keuntungan mura>bah{ah dalam bisnis yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah boleh dilakukan secara proporsional dan secara annuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku dikalangan LKS.

3. Pemilihan metode pengakuan keuntungan mura>bah{ah pada LKS harus memperhatikan maslahah LKS bagi pertumbuhan LKS yang sehat.

4. Metode pengakuan keuntungan mura>bah{ah yang aslah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode annuitas.

5. Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan mura>bah{ah secara annuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka waktu angsuran. Keuntungan mura>bah{ah (pembiayaan mura>bah{ah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang pembiayaan mura>bah{ah berakhir/lunas.

B. Konsep Margin 1. Pengertian margin

a. Menurut Bambang Riyanto (2001:37) “Profit margin yaitu perbandingan antara “net operating income” dengan “net sales”,

(46)

37

b. Menurut Sutrisno (2001:254) “Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai”.

c. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:74) “Sebuah rasio

yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap penjualan”.

d. Menurut S. Munawir (2007:89) “Profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya”. e. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:304) “Angka ini menunjukkan

berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi”.

Bank Syariah menerapkan margin keuntungan terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contract (NCC),20 yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan mura>bahah, ija>rah, ija>rah mum}>tahiya bit tamli>k, salam dan istis}na>'.

Secara teknis, yang dimaksud dengan margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan pertahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan

20Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Pustaka Utama

(47)

38

360 hari, perhitungan margin secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan.

Pada umumnya, nasabah pembiayaan melakukan pembayaran secara angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi jual beli berdasarkan akad istis}na>' disebut sebagai piutang. Besarnya piutang tergantung pada plafond pembiayaan, yakni jumlah pembiayaan (harga beli ditambah harga pokok) yang tercantum di dalam perjanjian pembiayaan.

a. Referensi margin keuntungan yang dimaksud adalah margin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank Syariah.21 Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

1)Direct Competitor's Market Rate (DCMR) yang dimaksud dengan Direct Competitor's Market Rate (DCMR) adalah tingkat margin keuntungan rata - rata Perbankan Syariah, atau tingkat margin keuntungan rata - rata Perbankan Syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung, atau tingkat margin keuntungan syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai competitor terdekat.22

2) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) yang dimaksud dengan IndirectCompetitor's Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku

21

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1998), 132.

22

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

(48)

39

bunga rata-rata Perbankan Konvensional, atau tingkat rata - rata suku bunga beberapa Bank Konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan kelompok competitor langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga Bank Konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai competitor tidak langsung terdekat.23

3)Expected Competitor Return For Investors (ECRI) yang dimaksud dengan Expected Competitor Return For Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.

4)Acquiring Cost, yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

5)Overhead Cost, yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.24

b. Penetapan harga jual setelah memperoleh referensi keuntungan, Bank melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/ harga pokok/ harga perolehan Bank dan margin keuntungan. c. Pengakuan angsuran harga jual pengakuan harga jual terdiri dari

angusuran harga beli/harga pokok dan angsuran margin keuntungan.

(49)

40

Pengakuan angsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu:

1) Metode margin keuntungan menurun adalah perhitungan margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/ angsuran pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun.

2) Margin keuntungan rata - rata adalah margin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) dibayar nasabah setiap bulan.

3) Margin keuntungan flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.

4) Margin keuntungan annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun.25

(50)

41

2. Landasan Hukum Margin

Laba atau keuntungan merupakan tambahan harga yang diperoleh pedagang antara harga pembelian dan penjualan barang yang diperdagangkannya. Syarat utama dalam mura>bah{ah adalah adanya keuntungan yang disepakati, karena dalam definisinya adalah

“keuntungan yang disepakati”, karakteristik mura>bah{ah adalah penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pengembalian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan dalam biaya tersebut.

Adi Warman Karim mengatakan bahwa dalam al-Qur’an

mengijinkan perdagangan, yaitu jual beli dengan laba, karena tidak ada pembatasan yang legal atas jumlah laba yang boleh diambil seseorang dari suatu penjualan. Maka Bank Syariah secara teoritis bebas untuk menentukan berapa mark up untuk suatu kontrak mura>bah{ah. Hal ini juga diperkuat dengan hadist dari Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan bahwa seseorang berhak menentukan besarnya laba keuntungan yang diambil oleh penjual.26

Ibnu Taymiyah (661-728H/1263-1328M) dalam membahas persoalan yang berkaitan dengan harga, beliau sering menggunakan istilah kompensasi yang setara (iwadh al-mitsl) dan harga yang setara (tsaman al-mitsl). Beliau mengatakan dalam majmu fataawa bahwa “kompensasi

yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan inilah esensi keadilan (nafs al-’adl)”.

Bagian penting dari penentuan harga yang adil adalah laba yang adil. Karena biasanya dalam praktek bisnis, biaya (cost) yang dibebankan

26

(51)

42

atas hanrga produk relatif bisa dikalkulasi secara lebih pasti. Sedangkan porsi keuntungan (provit), dasar penentuannya tidak terstandarisasi.

Untuk itu, kita tidak perlu melihat bagaimana perspektif islam terkait hal ini. Laba yang adil meminjam teori profit Ibnu al-Arabi dapat dijelaskan sebagai “kelebihan yang dapat dibenarkan oleh nilai yang setara (iwadh)”. Dan apabila laba yang diambil tersebut melebihi iwadh (equivalent counter value) maka bisa masuk kategori riba> al-fadl karena mengandung eksploitasi kepada pembeli. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa iwadh adalah padanan nilai yang dibenarkan syariat atas penambahan (keuntungan) dalam sebuah transaksi. Dengan demikian seseorang boleh mengambil keuntugan dalam sebuah transaksi. Dengan demikian seseorang boleh mengambil keuntungan dalam transaksi bisnis setara dengan nilai yang dikeluarkannya.27

Menurut salah satu pakar ekonomi Islam dari International Islamic University (IIU) Malaysia, Prof Dr. Azhar Rosly, komponen iwadh yang dapat membenarkan seseorang untuk mengambil keuntungan adalah setara dengan nilai ketika seseorang menaggung resiko (ghurmi/risk), setara dengan nilai berusaha atau bekerja (ikhtiyar/effort) dan setara dengan tanggung jawab yang di emban (dhaman/liability), sehingga pembebanan tambahan atau keuntungan atas sebuah transaksi haruslah wajar dan setara mempertimbangkan hal tersebut.

27 Muhammad Azwar. “http://konsepkerjasamadalamislam.blogspot.com. 05/mei/2013”,diakses

(52)

43

3. Penetapan Margin yang diterapkan dalam Pembiayaan Mura>bah{ah

Metode penetapan tingkat margin dalam pembiayaan mura>bah{ah memang tidak seharusnya hanya menggunakan suku bunga Bank Konvensional sebagai rujukan. Tingkat margin sendiri merupakan salah satu elemen penting dalam akad pembiayaan mura>bah{ah yang menjadikannya berbeda dengan transaksi kredit pada lembaga keuangan konvensional. Penetapan tingkat margin yang sesuai, akan membawa keuntungan dan kerelaan bagi kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

Bank Syariah mengatakan bahwa Bank melakukan penetapan

margin keuntungan dari harga jual sejumlah tertentu dengan

mempertimbangkan keuntungan yang akan diambil, berupa biaya-biaya yang ditanggung termasuk antisipasi timbulnya kemacetan dan jangka waktu pengembalian.28 Selain itu adanya kemungkinan jenis barang yang ingin dibeli nasabah dapat yang bermacam-macam serta dalam jumlah yang besar, Bank tidak membatasi jenis nasabah maupun jenis barang yang terlibat dalam pembiayaan mura>bah{ah.

Bank Syariah Mandiri dalam memberikan pelayanan kepada nasabah berupa pembiayaan mura>bah{ah dengan memberikan margin dalam setiap pembiayaan yang dilakukan. Dan dalam penetapan margin terhadap produk-produk pembiayaan mempertimbangkan referensi tingkat margin keuntungan dan perkiraan tingkat keuntungan yang

28

Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar

(53)

44

dibiayai. Dalam menetapkan margin yang diberikan ke nasabah ada faktor yang menjadi pertimbangan dari Bank Syariah Mandiri yaitu :

a. Kemampuan nasabah

(54)

45

BAB III

IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG

LUMAJANG

A. Implementasi Penetapan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang Margin pada pembiayaan mura>bah{ah, dalam proses negosiasi margin pihak Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk pembelian barang sebesar yang disepakati oleh dua belah pihak, akan tetapi Bank Syariah dilarang untuk memberikan opsi harga yang berbeda – beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda.

Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan berapa jumlah nominal keuntungan pada pihak BSM sesuai pendapatan yang diharapkan. Berdasarkan perhitungan rencana dan pendapatan, pihak BSM dan nasabah melakukan negosiasi mengenai penentuan harga, margin dan jangka waktu cicilan tiap bulan nya yang harus di bayar oleh nasabah.

(55)

46

pembayaran cicilan tidak mengubah harga barang yang harus dibayar oleh nasabah. Dalam hal ini nasabah harus mengikuti aturan atau ketentuan dari pihak BSM mengenai pembayaran, margin dan jangka waktu cicilan.

Menurut hasil wawancara yang disampaikan oleh Bapak Nanang1 selaku Operation Officer bahwa terkait pengambilan jumlah margin dalam proses perjanjian, BSM dilarang memberikan opsi harga yang berbeda – beda untuk jangka waktu cicilan pelunasan yang berbeda, maksudnya adalah jangka waktu yang berbeda antara jangka satu hingga lima tahun atau lebih harga tetap sama hanya angsuran cicilan tiap bulan yang berbeda. Jangka waktu pembayaran cicilan pelunasan tidak mempengaruhi total harga dan keuntungan kesepakatan awal antara BSM dan nasabah, jadi berapapun jangka waktu cicilan pelunasan keuntungan yang akan di dapatkan pihak BSM akan tetap sesuai dengan kesepakatan.

Dalam prinsip syariah, proses kesepakatan antara dua belah pihak menyangkut harga terlebih dahulu, apabila sudah disepakati barulah kesepakatan jangka waktu pembayaran pelunasan cicilan dan pembiayaan mura>bah{ah bisa dilakukan oleh nasabah perorangan ataupun usaha.

Dalam praktiknya tekhnik perhitungan dalam penetapan margin keuntungan pada pembiayaan mura>bah{ah di BSM Lumajang, sesuai dengan kontrak perjanjian kesepakatan antara pihak BSM dan nasabah mengenai angsuran nominal kisaran harga barang yang di inginkan dan besar kecilnya

1

(56)

47

cicilan yang harus dibayar oleh nasabah. Pembiayaan mura>bah{ah menentukan objek barang yang akan diperjualbelikan beserta jenis dan harganya, jadi nasabah terlebih dahulu menetukan pilihannya atas barang

Gambar

Gambar. 2.1
Tabel 3.1 Penetapan margin pembiayaan mura>bah{ah di Bank Syariah Mandiri Lumajang

Referensi

Dokumen terkait

1) Usulan untuk mengatasi kurangnya sarana dan prasarana untuk memudahkan mahasiswa dalam melakukan proses pelayanan administrasi akademik adalah dengan cara mencari

(2011) terdapat 9 faktor pendukung manajemen pengetahuan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja organisasi, yaitu: dukungan pemimpin, pelatihan dan kesempatan belajar

Bagaimana sebuah adopsi teknologi aplikasi kerja diterima dengan baik atau tidak oleh karyawan di dalam perusahaan, penulis menggunakan model penerimaan teknologi

Selanjutnya hasil survei di Amerika, Kanada dan Inggris memunculkan 23 soft skills yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Tabel 2). Menurut Mitsubishi Research Institute,

Secara umum Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang diterapkan untuk mata pelajaran IPA di SMPN 2 Pasie Raja adalah 65. Rendahnya nilai KKM yang dicapai siswa pada

CSR atau yang biasa disebut sebagai penanggung jawab perusahaan yang dapat diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif

Hal menarik yang bisa dipelajari, yaitu pada personal branding seorang pemimpin atau tokoh politik yang dekat dengan kepentingan perebutan kekuasaan, seperti yang

Napas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa tanpa gangguan (1) dapat membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa, (2) mengosongkan paru