KEPUTUSAN
DI REKTUR JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN
Nomor : SK.432/ VI - BPHA/ 2008
TENTANG
PENETAPAN JATAH PRODUKSI KAYU BULAT NASI ONAL PERI ODE TAHUN
2009 YANG BERASAL DARI I UPHHK- HA/ HPH YANG SAH
DI SETI AP PROVI NSI
DI REKTUR JENDERAL,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.400/ Menhut-I I / 2008 tanggal 20 November 2008 tentang Penetapan Rencana Produksi Kayu Bulat Secara Nasional Periode Tahun 2009 yang Berasal dari Pemanfaatan Hutan Produksi Alam yang Dibebani I UPHHK yang Sah, telah ditetapkan rencana produksi nasional sebesar 9.100.000 m3 (sembilan juta seratus ribu meter kubik), dengan toleransi kelebihan volume sebesar 5 % (lima persen);
b. bahwa berdasarkan AMAR KETI GA Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.400/ Menhut-I I / 2008 tanggal 20 November 2008, memerintahkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan untuk mengatur dan menetapkan pembagian rencana produksi hasil hutan kayu pada hutan alam periode tahun 2009 kepada masing-masing provinsi seluruh I ndonesia dengan berpedoman pada rencana produksi sebagaimana dimaksud dalam AMAR PERTAMA Keputusan Menteri tersebut;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas, perlu Penetapan Rencana Produksi Kayu Bulat Secara Nasional Periode Tahun 2009 untuk setiap provinsi perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 jo. Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2007 tentang Dana Reboisasi;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan;
8. Keputusan Presiden Republik I ndonesia Nomor 187/ M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet I ndonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 31/ P Tahun 2007;
9. Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik I ndonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 20 Tahun 2008;
10. Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik I ndonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 50 Tahun 2008;
11. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4795/ Kpts-I I / 2002 tentang Kriteria dan I ndikator Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari pada Unit Pengelolaan ;
12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 149/ Kpts-I I / 2003 tentang Tata Cara Penilaian Kelangsungan I zin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (I UPHHK) pada Hutan Alam;
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/ Menhut-I I / 2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor P.64/ Menhut-I I / 2008;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/ Menhut-VI / 2005 tentang Standar Sistem Silvikultur pada Hutan Alam Tanah Kering dan atau Hutan Alam Tanah Basah/ Rawa;
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/ Menhut-I I / 2007 jo. Nomor P.40/ Menhut-I I / 2007 tentang Rencana Kerja dan Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem Pada Hutan Produksi;
16. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.400/ Menhut-VI / 2008 tanggal 20 November 2008 tentang Penetapan Rencana Produksi Hasil Hutan Kayu Secara Nasional Periode Tahun 2009 yang Berasal dari Pemanfaatan Hutan Produksi Alam yang Dibebani I UPHHK yang Sah.
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : KEPUTUSAN DI REKTUR JENDERAL BI NA PRODUKSI KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN JATAH PRODUKSI KAYU BULAT NASI ONAL PERI ODE TAHUN 2009 YANG BERASAL DARI I UPHHK-HA/ HPH YANG SAH DI SETI AP PROVI NSI
PERTAMA : Menetapkan jatah produksi kayu bulat secara nasional periode tahun 2009 yang berasal dari I UPHHK-HA/ HPH yang sah di setiap provinsi di Seluruh I ndonesia, kecuali provinsi-provinsi di Pulau Jawa, sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Jatah produksi di setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA, merupakan acuan Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan untuk pengendalian produksi kayu bulat dari I UPHHK-HA/ HPH yang ada di wilayah provinsi yang bersangkutan.
KETI GA : Menugaskan kepada Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab dibidang kehutanan untuk mengatur/ menetapkan pembagian jatah produksi tahunan kepada masing-masing pemegang I UPHHK-HA/ HPH dengan mempedomani jatah produksi tahunan untuk masing-masing provinsi sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Keputusan ini.
KEEMPAT : Perhitungan penetapan Jatah Produksi Tahunan (JPT) untuk masing-masing I UPHHK-HA/ HPH periode 2009 dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Jatah produksi hasil hutan kayu secara nasional periode tahun 2009 serta kemampuan/ kinerja I UPHHK-HA yang bersangkutan merealisasikan target RKT tahun sebelumnya.
b. Pemberian Jatah Produksi Tahunan (JPT) tidak melebihi JPT RKUPHHK 10 (sepuluh) tahunan yang telah disahkan atau JPT maksimum sesuai SK I UPHHK-HA apabila I UPHHK-HA yang bersangkutan belum memiliki RKUPHHK-HA 10 (sepuluh) tahunan yang sah.
c. Pemberian target tebangan sesuai kemampuan riil hanya dapat diberikan bagi pemegang I UPHHK yang telah memperoleh Sertifikat Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (S-PHAPL) baik skema mandatory dengan nilai kinerja minimal
baik
maupun skema voluntary dengan nilai kinerja yangsetara
.KELI MA : Dalam hal terdapat sisa jatah produksi di masing-masing provinsi yang terjadi karena sesuatu sebab pemegang I UPHHK/ HPH tidak diberikan Jatah Produksi Tahunan RKT 2009, maka sisa jatah produksi dari provinsi yang bersangkutan dikembalikan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan untuk pengaturan lebih lanjut.
KEENAM : Apabila dalam tahun 2009 terdapat penerbitan I UPHHK-HA/ HPH baru, maka Rencana Produksi bagi I UPHHK dimaksud akan ditetapkan secara periodik setiap 4 (empat) bulan sekali oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan.
KETUJUH : Apabila terjadi penyimpangan pendistribusian Jatah Produksi Tahunan kepada masing-masing I UPHHK-HA/ HPH, maka kepada pejabat yang bertanggung jawab mengatur/ menetapkan pembagian JPT akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 oleh Gubernur yang bersangkutan.
KEDELAPAN : Bagi pemegang I UPHHK-HA/ HPH yang mendapatkan persetujuan untuk melaksanakan Carry Over, maka Jatah Produksi Tahunan pelaksanaan Carry Over tersebut tidak termasuk dalam alokasi JPT Provinsi yang bersangkutan.
KESEMBI LAN : Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab dibidang kehutanan wajib melaporkan perkembangan realisasi pemberian jatah produksi kepada pemegang I UPHHK/ HPH sebagaimana pada diktum KETI GA secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan.
KESEPULUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 17 Desember 2008
Salinan sesuai aslinya DI REKTUR JENDERAL,
Kepala Bagian Hukum dan Humas,
Ttd.
Ttd.
HARI BUDI ANTO, SH, MH. Dr. I r. HADI S. PASARI BU, M.Sc
NI P. 080057821
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:
NI P. 080044005
1. Menteri Kehutanan;
2. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan; 3. I nspektur Jenderal Departemen Kehutanan; 4. Gubernur di seluruh I ndonesia;
5. Bupati/ Walikota di seluruh I ndonesia;
6. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi di seluruh I ndonesia;
7. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kotamadya di seluruh I ndonesia;