• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pabelan T1 132008019 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian

2.1.1. Pengertian Kemandirian

Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri. Kemandirian diartikansebagai suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain.

Masrun, dalam Budi, (2005) mendefinisikan kemandirian sebagai salah satu komponen kepribadian yang mendorong individu untuk dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Havighurst yang dikutip Satmoko , dalam Irene, (2002) mengemukakan bahwa kemandirian adalah tindakan dari seseorang untuk mencoba memecahkan masalah yang dihadapi tanpa bantuan orang lain.

Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut “independence” yang

(2)

7 2.1.2. Ciri – Ciri Orang Mandiri

Masrun dalam Budi, (2005) merumuskan bahwa orang yang mandiri mempunyai ciri – ciri yaitu : memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan – tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap diri sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Afiatin dalam Budi, (2005) menyatakan ada 8 (delapan) aspek kemandirian yaitu :

a. Mampu mengerjakan tugas rutin b. Mampu untuk mengatasi masalah. c. Memiliki inisiatif

d. Mempunyai rasa percaya diri

e. Menggerakkan tingkah lakunya menuju kesempurnaan f. Memperoleh kepuasan dari usahanya

g. Memiliki kontrol diri / mampu mengendalikan tindakan h. Memiliki sifat eksploratif.

Masrun dalam budi (2005) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) aspek penting dalam kemandirian, yaitu :

1. Bebas bertanggung jawab, ditunjukkan dengan adanya ciri – ciri : tindakan dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

2. Progresif dan ulet, ditunjukkan dengan ciri – ciri : usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan – harapannya.

(3)

8

4. Pengendalian diri, ditunjukkan dengan ciri – ciri : mempunyai perasaan mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan serta mampu mempengaruhi lingkungan dan mengenal diri sendiri.

5. Kemantapan diri, ditunjukkan dengan ciri – ciri : merasa percaya pada kemampuan sendiri, dapat menerima dan memperoleh kepuasan dari usaha sendiri.

Berdasarkan pendapat – pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu perilaku yang bersumber dari dalam individu yang dimanifestasikan dalam tindakan – tindakan seperti : mampu mengatasi masalah sendiri, memiliki inisiatif, tekun, memiliki rasa percaya diri, dan sebagainya.

2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Conger, dalam Budi, (2005) mengatakan bahwa kemandirian remaja berkembang sesuai dengan bertambahnya umur tetapi kemandirian juga tergantung pada :

1. Adanya konsistensi dengan bentuk sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang akan dilakukan, teutama sanksi dari masyarakat keseluruhan.

2. Adanya pola asuh yang baik dari orang tua yang berupa contoh tingkah laku dari orang tua untuk anak yang tertentu saja berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam masa remaja, seseorang berusaha untuk mengurangi ketergantungannya dari orang tua dengan maksud untuk mandiri (Monks dkk, 1989) selanjutnya Rifai, dalam Budi, (2005). Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian, yaitu :

(4)

9

Dari kematangan fisik dan psikis maka timbul berbagai macam tugas perkembangan pada remaja yaitu mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara positif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dari keluarga, memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi (Hurlock, 1996). Kemandirian tidak hanya bertumpu pada satu bagian yaitu kemandirian belajar saja tapi juga bertumpu pada pribadi. Ciri kepribadian yang mempengaruhi tingkat kemandirian seseorang antara lain kecerdasan, motivasi minat, emosi Soetjiningsih, dalam Yulianti, (2004). Dan tuntutan kebudayaan seperti misalnya laki – laki dituntut lebih mandiri daripada wanita.

Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf (2005) yang menyebutkan bahwa tingkat kemandirian remaja dipengaruhi oleh faktor fisik, tingkat intelegensi, suasana keluarga, teman sebaya dan kebudayaan.

2.2. Motivasi berprestasi

2.2.1. Pengertian Motivasi berprestasi

(5)

10

menerus berlanjut maka akan berdampak pada penurunan efektivitas belajar siswa. Agar tidak terjadi hal – hal yang seperti itu maka hendaklah diupayakan agar selalu dan senantiasa meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Purwanto (1990 ) mengartikan motivasi adalah sebagai usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan itu. Seiring dengan pendapat Purwanto, Susilo Wartoyo, 1994 (dalam Syahrani, 2002) motivasi adalah pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan.

Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan disamping itu motivasi juga merupakan keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu (French dalam Pramuningsih 2003). Selaras dengan pendapat French, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga mengartikan motivasi sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Sedang yang berkaitan dengan berprestasi adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar (Suryabrata, 1987). Sedangkan bahwa orang yang mempunyai motif prestasi yang kuat disebut sebagai orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi.

(6)

11

dalam pencapaian kepuasan baginya. Apabila berbicara dalam hubungannya dengan pencapaian prestasi belajar maka motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk berperilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu baku mutu yang evaluasinya dapat evaluasi Bigge and Hunt, dalam Pramuningsih (2003).

Selanjutnya McClelland, dalam Puji Nitis, (2004) mengartikan motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu menjadi lebih baik atau lebih efisien daripada sebelumnya. Bahkan dalam proses belajar mengajar, seseorang yang bermotivasi tinggi cenderung menjadi pintar sewaktu mereka dewasa.

McClelland dalam Pramuningsih, (2003) menuturkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran motivasi sangat penting karena motivasi dapat berfungsi sebagai :

2. Energizer, yakni motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat sesuatu, misalnya : perbuatan belajar.

3. Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke tujuan yang ingin dicapai. 4. Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan,

yang serasi guna mencapai tujuan.

Selanjutnya McClelland, 1987 mengemukakan bahwa motivasi dapat didasarkan pada 3 (tiga) jenis kebutuhan, yaitu :

1. Kebutuhan berprestasi atau need for achievement (n-ach) 2. Kebutuhan akan afiliasi atau need for affiliation (n-aff) 3. Kebutuhan akan kekuasaan atau need for power (n-pow)

Asnawi, dalam Pramuningsih, (2003) mengemukakan bahwa manifestasi dari motivasi berprestasi akan terlihat pada ciri perilaku yaitu :

1. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan perbuatannya. 2. Mencari umpan balik tentang perbuatannya.

(7)

12

Sehingga motivasi berbalajar dapat dimengerti sebagai daya pendorong sukses atau menghindari kegagalan dalam situasi kompetitif yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibandingi mutu sendiri maupun orang lain.

2.2.2. Ciri – Ciri Motivasi

Siagian (1989) mengemukakan bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

b. Mau mengambil tanggung jawab pribadi

c. Berani menghadapi kesulitan dan resiko yang dipandang tidak terlau sulit dan tidak terlalu mudah.

d. Memerlukan umpan balik yang jelas dan tidak meragukan mengenai berhasil atau tidaknya usaha yang dilakukan.

e. Memungkinkan adanya inovasi dan cara baru dalam memecahkan masalah. Selanjutnya menurut Munandar (1990) terdapat banyak ciri – ciri dari motivasi, yaitu :

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c) Tidak memerlukan dari luar dorongan untuk berprestasi d) Ingin mendalami bahan / bidang pengetahuan yang diberikan.

e) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)

f) Menunjukkan minat terhadap macam – macam masalah (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).

g) Senang dan rajin, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas – tugas rutin. h) Dapat mempertahankan pendapat – pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).

i) Mengejar tujuan – tujuan jangka panjang (dapat menunda kebutuhan seaat yang ingin dicapai kemudian).

j) Senang mencari dan memecahkan soal – soal. 2.2.3. Tipe Motivasi

(8)

13 1. Motivasi intrinsik

Motivasi ini mengacu pada fakta bahwa individu bisa dan sering termotivasi untuk bertingkah laku bukan karena adanya kekuasaan eksternal, malainkan karena tingkah laku itu sendiri cukup memberikan kepuasan bagi individu. 2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ini menekankan bahwa tingkah laku individu di motivasi oleh kekuatan – kekuatan eksternal berupa tujuan – tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh individu.

Ridhoni (2010) Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Kebutuhan akan berprestasi dapat menjadi salah satu faktor pemicu yang memotivasi dalam belajar. Dorongan intelektual juga dapat menjadi pendorong untuk motivasi siswa untuk belajar. Dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar akan lebih efektif apabila motivasi diarahkan oleh diri sendiri. Prayitno dalam Budi (2005) mengemukakan bahwa pengetahuan siswa tentang bagaimana seharusnya tugas – tugas belajar dikerjakan, dan sampai berapa jauh ia telah berhasil dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam mengerjakan tugas – tugas belajar selanjutnya.

(9)

14

2.2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi berprestasi

McClelland dalam Pramuningsih, (2003) menyatakan motivasi berprestasi merupakan proses psikologis yang mempunyai arah dan tujuan untuk sukses dengan ukuran – ukuran terbaik. Sebagai suatu proses psikologis motivasi berprestasi ini dipengaruhi oleh faktor – faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal (faktor dari dalam)

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu yang mempunyai pengaruh terhadap motvasi belajar, faktor tersebut antara lain :

a. Kemampuan : kecerdasan, bakat, daya tahan tubuh, konsentrasi b. Kebutuhan : hargadiri, pengetahuan, berkembang maksimal. c. Minat : ketertarikanterhadap belajar hidup tertib teratur.

d. Harapan (Keyakinan) : mendapat nilai baik, mendapat keyakinan dari orang lain. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri)

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu yang mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu keadaan lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat membangkitkan motivasi berprestasi adalah adanya tuntutan keaktifan, adanya norma yang lebih tinggi darinya, kesempatan latihan, ketrampilan, adanya kemungkinan tidak berhasil. Lima kriteria lingkungan yang dapat menimbulkan motivasi berprestasi adalah :

a. Adanya norma baku yang harus dicapai b. Adanya situasi kompetisi

c. Jenis tugas dan situasi yang menantang. d. Disiplin tata tertib yang ada.

Menurut (Wahyu Budi Setyawan, 2007), faktor motivasi berprestasi terdiri atas:

a. Perhatian terhadap materi pelajaran yaitu seberapa tinggi target terhadap materi pelajaran dijadikan tujuan akhir.

b. Kepuasan, keuletan dan ketekunan yaitu seberapa besar usaha siswa dalam ketekunan, keuletan dan memiliki rasa kepuasan pada situasi apapun.

(10)

15

d. Keyakinan / kepercayaan yaitu seberapa jauh siswa meyakini hal-hal yang dipelajari sehingga aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Selanjutnya Anoraga, dalam Hapsari, (2004) menyatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya motivasi berprestasi pada seseorang yaitu adanya keinginan untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih baik serta adanya harapan untuk maju. Sedangkan Mitrani, dalam Hapsari, (2004) memiliki pendapat tidak berbeda jauh dengan di atas. Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi berprestasi yaitu :

a. Keinginan untuk mengembangkan karier yang lebih lanjut.

b. Adanya keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain dan yang akan mendatangkan kesuksesan.

2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan pengkajian terhadap hasil penelitian pendahulu yang relevan sebagai berikut:

(11)

16

Sedangkan hasil penelitian Lusiana Solita, (2012). Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar siswaSMA Adabiah Padang dengan taraf signifikasi 0,079> 0,05.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah :

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ini juga memberikan gambaran pada masyarakat yang masih negatif dan minim pengetahuan mengenai seseorang yang menderita skizofrenia bahwa mereka juga bisa

Deskripsi matakuliah sistem kendali I berorientasi pada kajian tentang penguasaan subtansi pembelajaran yang berkaitan dengan : (a) matematika dalam analisis sistem kendali

- Direktur perusahaan hadir langsung, apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan,

Metode penelitiannya adalah kualitatif, sebagai prosedur yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati keadaan yang berupa ucapan dan perilaku melalui tulisan

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan r = 0,301 dan p = 0,011 yang artinya adalah ada hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan semangat kerja karyawan, bahwa semakin

Hasil penelitian ini ditinjau dari faktor keseluruhan maka faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler ansambel musik di SMP