• Tidak ada hasil yang ditemukan

penggolongan teori vokasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "penggolongan teori vokasional"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI PENGGOLONGAN PILIHAN VOKASIONAL UNTUK

PENDIDIKAN KEJURUAN

Oleh. Th. Sukardi *) Abstrak

Diskripsi pekerjaan, penempatan, dan disain pekerjaan adalah masalah yang pokok dalam perusahaan, yang perencanaannya dibutuhkan analisa yang sangat mendalam dan detail. Detail dan tidaknya analisa tergantung dari teori-teori yang digunakan sebagai rujukan. Ada tiga teori yang biasa dipakai untuk menentukan pilihan bidang vokasi, dan teori ini dapat dipakai juga sebagai rujukan dalam menentukan diskripsi pekerjaan, penempatan dan desain pekerjaan bagi tenaga kerja atau calon tenaga kerja, yaitu teori non psikologis, teori psikologis dan teori umum. Teori-teori ini selain dapat dipakai di tempat kerja atau di perusahaan sebagai alat perencanaan tenaga kerja, juga dapat dipakai di lembaga pendidikan (misalnya di SMK Rumpun Teknologi) sebagai bahan rujukan untuk melakukan bimbingan karir dan penjurusan siswa dalam menekuni bidang vokasi di sekolahnya.

Kata kunci : Pilihan vokasional, pendidikan kejuruan.

Pendahuluan

Semangat reformasi, otonomi dan desentralisasi yang diwujudkan dengan

diundangkannya UU No. 25 Tahun 1999, turut berdampak pula pada penyelenggaraan

pendidikan baik dalam tataran makro maupun mikro. Pengelolaan pendidikan telah bergeser

dari sentralisasi menuju desentralisasi. Dalam kaitannya dengan pembelajaran terdapat

kebebasan seluas-luasnya kepada guru dalam melakukan inovasi dan improvisasi proses

pembelajaran sessuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah diterapkan di sekolah-sekolah kejuruan (vokasional)

dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menghendaki adanya reorientasi

pembelajaran (classroom reform) dari model teaching ke model learning dengan berpusat pada peserta didik (student centered learning). Model ini menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran yang harus aktif mengembangkan dirinya.

Perubahan paradigma pendidikan dari supply driven ke demand driven menuntut lembaga pendidikan turut bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan termasuk dalam hal

mendapatkan pekerjaan setelah lulus.

---

(2)

Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pemasok tenaga kerja, namun dituntut

menghasilkan lulusan yang memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia

kerja. Berbagai upaya telah dilakukan oleh lembaga pendidikan menengah kejuruan dalam

hal ini SMK, agar menghasilkan lulusan yang benar-benar dibutuhkan oleh dunia kerja

sebagai wujud pertanggungjawabannya kepada masyarakat.

Upaya tersebut diantaranya tampil dengan diterapkannya kebijakan link and match, pendidikan sistem ganda, pendidikan berbasis kompetensi, Broad-based Education, maupun

Life Skill Education yang kesemuanya bertujuan meningkatkan kualitas lulusan sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan kerja.

Perubahan teknologi memberi dampak terhadap perubahan tenaga kerja, yaitu menuntut perubahan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang masing-masing. Perubahan keterampilan pada pabrik/perusahaan yang sifatnya tradisional dapat dibatasi dan dikelola dengan cara yang cepat yaitu dengan melakukan job training pada instalasi-instalasi atau peralatan-peralatan yang baru dan dengan sistim prosedur manajerial yang baik. Implementasi yang harus dilakukan dalam rangka adaptasi perubahan tersebut, secara luas para pekerja dapat dikenalkan pada :

1) sistim produksi yang fleksibel , 2) sistim otomasi teknologi, dan

3) prosedur-prosedur kerja pada produksi modern . 1. Globalisasi dan Pengaruhnya.

(3)

kurikulum, tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran , administrasi pendidikan, dan aspek-aspek lain yang menyangkut proses pembelajaran. Dengan demikian dalam perspektif pendidikan perlu dipertanyakan, ”Mampukah pendidikan menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan yang menghasilkan lulusan yang ”mampu memilih” tanpa kehilangan peluang dan jati dirinya ?” Ini merupakan tantangan yang berat dan harus dijawab oleh para pakar, para praktisi di bidang pendidikan.

Efek yang paling dirasakan akibat adanya pergeseran tersebut adalah menuntut perubahan struktur dan bentuk ketenagakerjaan yang sudah ada. Perubahan struktur dan bentuk ketenagakerjaan tentu akan menuntut perubahan pada lembaga penyedia tenaga kerja (dalam hal ini lembaga pendidikan), siklus ini terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan, karena masing-masing mempunyai ketergantungan yang sangat erat. Lembaga penyedia ketenagakerjaan dituntut untuk selalu tanggap terhadap adanya pergeseran jaman, lembaga tersebut harus selalu siap untuk berubah setiap saat, yang tugas pokoknya adalah mempersiapkan angkatan kerja yang sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman.

Secara mendasar perubahan menuntut angkatan kerja memiliki kemampuan dasar yang semakin kuat, yaitu

a. kemampuan mendemonstrasikan penguasaan kognitif yang tinggi; b. kemampuan memecahkan masalah ;

c. keterampilan sosial untuk berinteraksi dan bekerja sama; d. keterampilan (skill) sesuai bidangnya.

Kemampuan-kemampuan dasar tersebut tidak dapat disediakan dan ditempuh dengan mudah, tentu ada perencanaan dan koordinasi yang matang dari pihak-pihak yang terkait yaitu, pihak penyedia tenaga kerja dan pihak pemakai tenaga kerja. Dengan demikian tenaga kerja yang dihasilkan mempunyai kualifikasi yang layak jual di pasar tenaga kerja, baik itu di dalam negeri mupun di luar negeri.

(4)

urutan ke 20 dengan sekor 0,195 (sekor dari 0,000/low – 1,000/high) dari 24 negara yang diidentifikasi menurut Harbinson Mayers Index dari lulusan secondary and tertiary education pada tahun 2003, hal ini menandakan bahwa tingkat keterampilan

dasar tenaga kerja bangsa Indonesia masih sangat rendah, dengan demikian kalau dipersaingkan di dunia ketenagakerjaan dunia belum dapat diandalkan kualitasnya.

Tabel.1. Skill base tenaga kerja.

Rank Score value

1 South Korea 1.000

2 Russian Fed 0.833

3 Israel 0.758

4 Taiwan 0.741

5 Argentina 0.708

6 Slovenia 0.655

7 Poland 0.600

8 Singapore 0.592

9 Philippines 0.547

10 Czech Rep 0.497

11 Hong Kong 0.448

12 Hungary 0.423

13 South Africa 0.405

14 Romania 0.402

15 Thailand 0.358

16 Turkey 0.331

17 Saudi Arabia 0.292

18 Mexico 0.277

19 Malaysia 0.219

20 Indonesia 0.195

21 Brazil 0.189

22 China 0.177

23 India 0.125

24 Pakistan 0.000

(5)

Berkaitan dengan hal tersebut untuk lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah yang mendidik calon tenaga yang terampil seperti sekolah kejuruan, sekolah tehnik, lembaga-lembaga pelatihan kejuruan harus meningkatkan mutu pendidikannya, yang tadinya hanya menghasilkan tenaga kerja tidak terampil (unskill) atau semi terampil (semi skill), menjadi tenaga kerja yang mempunyai keterampilan spesifik (specific skill), karena pasar ketenagakerjaan menuntut adanya jenis keterampilan yang sifatnya spesifik.

2. Trend tenaga kerja.

Trend atau mode tenaga kerja masa depan sudah mengurangi atau bahkan tidak lagi membutuhkan keterampilan yang sifatnya manual (manual skills), karena sudah mengikuti secara konseptual tentang isi dari job . Di Jerman pengenalan tentang sistim produksi yang fleksibel (flexible production systems) sudah dilakukan pada industri-industri logam dan pemesinan, sebagai contoh misalnya pelatihan keterampilan manual untuk tenaga kerja pemotongan logam (metal cutting) yang semula diselenggarakan dalam waktu 6 bulan sekarang dikurangi menjadi 8 minggu saja (Buschhaus, 1985).

Dalam pasar kerja Indonesia terdapat semacam mismatch antara lulusan pendidikan dan dunia kerja. Hal ini dapat dilihat dari indek kenaikan upah tenaga terdidik (di atas SLTA) antar tahun, relatif terhadap tenaga kerja tak terdidik terutama dalam dua tahun terakhir. Hal tersebut mengindikasikan :

1) Permintaan terhadap tenaga kerja terdidik lebih cepat dari pada permintaan terhadap total tenaga kerja secara keseluruhan.

2) Permintaan tenaga kerja terdidik lebih cepat dari pada penawaran tenaga kerja terdidik,

3) Atau dua-duanya.

(6)

arah sektor dan pekerjaan yang mempunyai tingkat upah yang tinggi, seperti

manufaktur yang berskala besar, jasa-jasa yang modern, transportasi dan

konstruksi. Juga dikemukakan bahwa perolehan gaji pada setiap lapangan kerja

meningkat bersamaan dengan pembangunan ekonomi dan paralel dengan pekerjaan-pekerjaan yang cenderung menuntut syarat-syarat pendidikan dan keterampilan tinggi.

Dilain pihak pengangguran jika ditelusuri lebih lanjut, dapat diketahui bahwa meningkatnya pengangguran itu disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya, yang pertama ketidak cocokan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dengan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja), hal ini banyak dipengaruhi oleh kurikulum pendidikan vokasi/kejuruan yang belum menyentuh kebutuhan riil didunia kerja. Yang kedua, semakin terdidik seseorang semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang aman. Hal ini diperkuat hasil studi Clignet (1980) yang menemukan gejala meningkatnya pengangguran di Indonesia antara lain disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman dari risiko.Yang ketiga, karena adanya keterbatasan daya serap tenaga kerja sektor formal, sehingga pendayagunaan tenaga kerja terdidik tidak optimal. Dan yang keempat, belum efisiennya fungsi pasar tenaga kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Hal ini tentu saja berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Berkaitan dengan masalah ketenaga kerjaan tersebut, suatu sistem informasi ketenagakerjaan akan sangat membantu sebagai alat kebijakan, dalam hal ini apa yang perlu untuk diketahui dan dipertanyakan untuk kepentingan informasi tenaga kerja, terutama yang menyangkut bagaimana setiap orang memilih pekerjaan ? mengapa mereka memilih pekerjaan tersebut ? dan mengapa mereka memasuki

(7)

harus mengefektifkan keberadaan bimbingan karir atau bimbingan vokasi yang sudah ada.

Bagaimana Dengan Kurikulum

Dari hasil riset yang dilakukan oleh Noah dan Ekstein (1988, p.45) salah satu kritikan yang paling sering muncul dari para pengusaha industri dan jasa adalah, masalah perbaikan yang harus ditempuh oleh sekolah dalam rangka menyediakan lulusan yang layak untuk memasuki pekerjaan.

Hal ini berarti perlu penekanan perhatian terhadap kurikulum sistem pendidikan formal, menyangkut sejauh mana isi kurikulum mampu meningkatkan keterampilan, keahlian dan daya adaptasi lulusan terhadap dunia nyata. Dengan demikian, tidak ada salahnya jika kurikulum secara eksplisit meliputi beberapa langkah "bimbingan karir" atau informasi realistis tentang prospek pasar tenaga kerja, latihan manajerial

dasar/ wirausaha dan praktek permagangan. Perwujudan ini sangat penting dalam persiapan (input) maupun dalam proses pembelajaran bagaimana dalam , memilih, menentukan, membentuk, dan membimbing karir siswa selama melaksanakan pendidikan atau pelatihan untuk dapat menentukan pilihannya di dunia kerja.

(8)

dilakukan dengan sungguh-sungguh akan sangat membantu untuk menumbuhkan, mencintai , dan menekuni bidang kejuruan yang ditekuni siswa disekolah.

Teori pemilihan bidang vokasional.

Bidang vokasional yang dimaksud di sini adalah menu pekerjaan , jadi pilihan bidang vokasional artinya berbagai pendekatan yang dipakai untuk memilih jenis/menu pekerjaan yang akan ditekuni berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya berdasarkan psikologis, berdasarkan non psikologis, atau yang lainnya. Pilihan ini mestinya diperlukan pada waktu individu akan memasuki jenis pendidikan vokasi atau pelatihan vokasi atau dipakai sebagai rujukan dalam melakukan bimbingan karir di lembaga pendidikan/pelatihan vokasi.

Lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, belum banyak yang melakukan tindakan bimbingan atau layanan terhadap peserta didik dalam memilih jenis vokasi yang akan ditekuninya. Di sekolah-sekolah kejuruan terdapat fasilitas layanan bimbingan karier bagi siswanya, namun hanya efektif jika ada keinginan dari siswa itu sendiri bukan dari pihak sekolah, tetapi walaupun demikian sekolah perlu ada inisiatif atau harus proaktif untuk membimbing para siswanya mau kemana sebaiknya selepas lulus sekolah. Penelitian mengenai pilihan vokasi terhadap anak sekolah atau pemuda yang ingin menekuni/belajar tentang vokasi jarang dilakukan. Dengan demikian tidak ada kontribusi dan pengembangan terhadap pendidikan vokasi, terutama dalam penyaluran minat siswa yang sesuai dengan hatinya.

Ada tiga teori yang biasa dipakai untuk menentukan pilihan bidang vokasi, dan yang dapat dipakai untuk rujukan dalam menentukan pilihan (bagi calon siswa) atau bimbingan karir bagi yang sudah jadi siswa sekolah kejuruan, yaitu teori non psikologis, teori psikologis dan terori umum (Crites,1969).

(9)

pada potensi diri, sementara semua yang berada di luar diri hanya merupakan faktor pendukung. Teori Umum, menggambarkan fenomena pilihan vokasi yang merupakan interaksi antara potensi diri dengan sistim di luar diri lingkungan

1.Teori Non Psikologis.

Teori ini menggambarkan fenomena pilihan vokasi atau menu pekerjaan yang melibatkan berbagai sistim yang berada di luar diri seseorang. Pada teori ini karakteristik individu seperti kecerdasan, minat, dan sifat tidak diperhitungkan untuk menentukan sesuatu pilihan bidang vokasi. Ada tiga teori pokok pada teori non psikologis ini yaitu, (a)Teori Kebetulan (Accident Theory), (b) Teori Ekonomi (Economic Theory), dan (c)Teori Sosial Budaya (Cultural & Sociological Theory) yang di dalamnya masih dikembangkan lagi menjadi empat kategori yaitu yang berdasarkan budaya dan sub budaya, komunitas, sekolah, dan berdasarkan keluarga. a. Teori Kebetulan (Accident Theory)

Pada teori ini pilihan vokasi dilakukan secara kebetulan, yang tidak pernah disangkasangka , tidak pernah direncanakan , tidak pernah diperhitungkan , dan tidak pernah diprediksikan (unforseen, unplanned, unexpected, unperdictable), dan bukan karena keinginan sendiri, murni dating sendiri.

Pilihan vokasi ini dilakukan karena ada dua alasan, yaitu alasan negatip dan alasan yang positip. Alasan negatip diakibatkan karena kejadian yang tidak diharapkan (usai perang, bencana penyakit, krisis ekonomi) dan belum adanya pekerjaan yang sesuai. Alasan positip dalam pilihan vokasi dilakukan karena terbukanya peluang kerja dan adanya peluang untuk meningkatkan status ekonomi ,adanya pelatihan untuk memasuki pekerjaan, adanya dukungan keluarga secara finansial.

b. Teori Ekonomi (Economic Theory)

(10)

pekerjaan dilakukan atas pertimbangan akan memberikan keuntungan dan manfaat bagi,income, prestige, occupational qualification, pekerjaan dipilih atas pertimbangan biaya training yang terjangkau

c. Teori Sosial Budaya (Cultural & Sociological Theory)

Pada teori ini individu dalam menentukan pilihan bidang vokasinya

dipengaruhi dan ditentukan oleh kondisi social budaya dari lingkungannya, seperti yang tertera berikut ini.

1) Pilihan pekerjaan berlatar belakang lingkungan budaya (culture), dan subculture.

2) Pilihan pekerjaan berlatar belakang komunitas.

3) Pilihan pekerjaan berlatar belakang lingkungan sekolah. 4) Pilihan pekerjaan berlatar belakang lingkungan keluarga.

2. Teori Psikologis.

Dalam teori ini untuk menggambarkan fenomena pilihan vokasi tergantung pada potensi diri seperti bakat, minat , sifat, kecakapan intelektual, dan lain

sebagainya, sementara semua yang berada di luar diri hanya merupakan faktor pendukung. Ada empat teori yang dikembangkan pada teori psikologis ini yaitu Teori Sifat dan Faktor (Trait & Factor Theory), Teori Psikodinamis (Psychodinamic Theory), Teori Pengembangan (Developmental Theory), dan Teori Keputusan

(Decision Theory).

a. Teori Sifat dan Faktor (Trait & Factor Theory)

Pada teori ini pilihan bidang vokasi didasarkan pada perbedaan individu dan analisis bidang pekerjaan yang ditekuni atau yang akan ditekuni.

Ada tiga langkah proses pilihan yang harus dilewati jika akan menentukan pilihan yaitu :

(11)

2) langkah kedua, pengetahuan tentang kebutuhan dan sukses (untung rugi, kompensasi, peluang & prospek),

3) langkah ketiga, alasan yang benar dalam mengaitkan dan menyesuaikan (match) kedua unsur 1) dan 2).

b. Teori Psikodinamis (Psychodinamic Theory)

Pada teori ini pilihan bidang vokasi didasari oleh dinamika psikologis individu, dinamika akan muncul jika individu dapat mengungkap potensi yang ada pada dirinya, dapat mengurai dan memanfaatkan potensi diri untuk menentukan pilihannya. Ada tiga teori yang dapat dipakai sebagai bahan rujukan untuk keperluan bimbingan vokasi dan penentuan pilihan vokasi yaitu :

1) Teori Psikoanalitik, pilihan pekerjaan sesuai dengan dengan harapan masyarakat, atau sesuai dengan trend dan mode yang ada di masyarakat. 2) Teori Kebutuhan (Needs Theory), teori kebutuhan pilihan pekerjaan

didasarkan pada hirarki kebutuhan yang ada pada individu itu sendiri, prioritas kebutuhan disesuaikan oleh individu itu sendiri dan bukan oleh orang lain.

3) Teori Diri (Self Theory),teori diri pilihan pekerjaan didasarkan pada konsep diri, self esteem, metadimensi , konsep diri akan muncul jika kematangan individu sudah berperan dalam segala dinamika psikologis individu.

c. Teori Pengembangan (Developmental Theory)

Pada teori pengembangan ini ada tiga jenis teori yang sudah dikembangkan oleh Ginzberg , Super dan Tiedeman , teori ini didasari oleh pengembangan potensi diri individu ,walaupun pengembangannya dilakukan dalam waktu yang sudah lama tapi teori ini masih dianggap relevan dengan perkembangan jaman yaitu :

(12)

2. Teori Super, pada teori ini pilihan berkembang sesuai dengan perbedaan antar individu, kemampuan, minat, dan kepribadiannya.

3. Teori Tiedeman, pada teori ini Tiedeman membedakan bahwa pilihan vokasi itu dapat terbentuk dalam periode waktu yang tertentu , ada 2 periode waktu yang dapat dipakai rujukan dalam menentukan pilihan vokasi yaitu :

1) Periode Antisipasi (Pre-okupasi), yaitu periode untuk melakukan eksplorasi, kristalisasi, pemilihan, dan klarifikasi pilihan vokasi. 2) Periode Implementasi dan Penyesuaian yaitu periode waktu untuk

melakukan induksi, reformasi, dan integrasi informasi untuk pilihan vokasi.

d. Teori Keputusan (Decision Theory)

Didasarkan pada adanya berbagai pilihan pekerjaan, sehingga seseorang harus memilih dan mengambil keputusan. Keputusan tersebut dapat bersifat terminal atau final, dimulai dari investigasi, estimasi dari probabilitas sukses, outcome yang diinginkan, pemilihan dengan menerapkan kriteria evaluasi.

3. Teori Umum.

Menggambarkan fenomena pilihan vokasi yang merupakan interaksi antara potensi diri dengan sistim di luar diri lingkungan.

a) Konsep Interdisipliner (Interdiciplinary Conception)

Kerangka konsep Blau (1956) didasarkan pada prinsip dan investigasi empirik ditinjau dari 3 disiplin ilmu yaitu, ekonomi ,psikologi dan sosiologi. Tiga konsep ini mendasari diri individu dalam mempertimbangkan memilih pekerjaan, karena memasuki pekerjaan merupakan interaksi antara pilihan vokasi dan seleksi pekerjaan, dan dalam pekerjaan selalu melibatkan individu dan individu dalam kelompok.

b) Interpretasi Pengembangan Umum (General Develop. Interpretation)

(13)

memadukan faktor pribadi & sosial, konsep diri, dan realitas.

Mobilitas seseorang dalam pekerjaan tergantung pada kecerdasan, sosial

ekonomi orangtua, status kebutuhan, nilai, minat, kecakapan, dan kondisi supply & demand dalam ekonomi.Kepuasan kerja tergantung pada kemampuan

seseorang mengimplementasikan konsep diri melalui peran dalam pekerjaan. c) Teori Tipologi (Typological Theory)

Manusia dikategorikan menjadi 6 tipe : realistic, intellectual, social, conventional, enterprising, dan artistic. Artinya seseorang akan mencari

pekerjaan sesuai lingkungannya, yang memungkinkan mereka untuk melatihkan skill dan kemampuan, mengekspresikan sikap & nilai yang dianut. Dan perilaku seseorang merupakan interaksi pola kepribadiannya dan lingkungannya.

Keuntungan dan kelemahan masing-masing teori pemilihan bidang

vokasional.

Ketiga teori yang sudah dijelaskan dimuka masing-masing mempunyai beberapa keuntungan dan bahkan kelemahan, yang pada prinsipnya hal tersebut merupakan indikator bahwa dalam aplikasinya ketiga teori tersebut perlu dipadukan secara komprehensip, sehingga ketiganya dapat dipakai sebagai bahan rujukan yang sangat baik. Keuntugan dan kelemahan tersebut antara lain adalah :

1. Teori non psikologis.

(14)

Sebagai kelemahannya, teori ini tanpa mempertimbangkan kondisi sifat-sifat psikologis yang dipunyai oleh diri pribadi yang bersangkutan, misal tanpa melihat bakat dan minat yang dimiliki, kemampuan, keterampilan, dan lain sebagainya. 2. Teori psikologis.

Keuntungan pada teori ini adalah, bahwa segala keputusan yang diambil untuk pemilihan bidang vokasional didasarkan pada faktor psikologis yang dipunyai oleh individu yang bersangkutan, sehingga pilihan yang diputuskan sesuai dengan kondisi faktor psikologis yang dimilikinya. Apakah bakatnya sesuai dengan pilihannya? , apakah minatnya sesuai dengan pilihannya ?, apakah job yang diampu sesuai dengan kemampuannya? dan lain sebagainya yang semuanya akan berdampak pada job karir dan job diskripsinya masing-masing.

Sebagai kelemahannya, teori ini rumit dan sulit dalam penerapannya, baik pada waktu rekruitmen maupun pada penempatan job seseorang (apalagi di lembaga pendidikan), terutama dalam mempersiapkan perangkat yang akan dipakai di lapangan. Demikian pula dampak yang akan diakibatkan dalam penerapannya, apakah diterima ?, apakah akan ditentang?, apakah tidak menimbulkan gejolak? dan lain sebagainya.

3. Teori umum.

Teori ini mempunyai keuntungan yaitu, bahwa individu dalam mempertimbangkan memilih pekerjaan didasari adanya interaksi antara potensi diri dengan sistim yang ada di luar, karena memasuki pekerjaan merupakan interaksi antara pilihan vokasi dan seleksi pekerjaan, dan dalam pekerjaan selalu melibatkan individu dan individu dalam kelompok. Keuntungan lainnya akan didapatkan individu yang dapat diterima di lingkungan kerjanya, individu yang cakap dan mampu bekerja di lingkungannya, karena teori ini memadukan antara potensi diri, sosial dan realita di lapangan .

(15)

biasanya susah untuk kompromi dan susah diatur, menekankan sikap idialis yang berlebihan.

4. Beberapa hasil penelitian yang relevan.

Berikut ada beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan penggolongan pemilihan bidang vokasional, yang tentu saja hasil penelitian ini memberikan gambaran betapa pentingnya penentuan keputusan yang dilandasi dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang.

Penelitian yang dilakukan oleh Jolanta dan Arnas (2003) dalam Jurnal Vocational Training tentang riset dan realitas, disebutkan bahwa untuk mendesain karir dan

merencanakan karir itu perlu mempertimbangkan faktor-faktor motivasi dan pengetahuan individu, selain itu mereka juga menyebutkan bahwa isu penting yang perlu diperhatikan penentuan pilihan karir adalah karakteristik sosial dan demografi. Sementara Toma dan Raimonda (2003) yang melakukan penelitian di sekolah menengah di Lithuania mengemukakan pandangannya tentang pengembangan karir dan pekerjaan seseorang, yaitu bahwa untuk mengembangkan karir seseorang perlu mempertimbangkan faktor filosofi dan psikologi yang dimilikinya. Secara eksplisit kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan dari faktor psikologi dalam penentuan/pemilihan karir dan bimbingan karir seseorang, yang kalau ditelusuri lebih jauh akan terkait dan berpengaruh juga pada pemilihan bidang vokasional seeorang. Dan jika merujuk ke rekomendasi R.087 tentang Vocational Guidance Recommendation Tahun 1949, dikatakan bahwa bimbingan vokasional di sekolah itu merupakan salah satu program pendidikan, yang membuat anak didik agar memperhatikan bakat, minat, serta kualifikasi terhadap berbagai macam pekerjaan dan karir, sebagai bekal untuk menentukan pilihan vokasi di masa depannya. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitiannya Kaestutis Pukelis (2003) tentang New Challenges for vocational Counselling and Career Planning, menyebutkan

(16)

yang terjadi di masyarakat akan berpegaruh pada potensi pengembangan karir seseorang dalam meniti jenjang karirnya.

Dan kalau ditinjau menurut permasalahan dari para calon tenaga kerja (dalam hal ini para remaja, pemuda, penganggur atau sejenisnya) yang terkait dengan pasar kerja, disebutkan bahwa informasi dari masyarakat, informasi tentang employment supply and demand , problem para remaja itu sendiri, dan integrasi para remaja

dengan pasar kerja, merupakan faktor yang sangat menentukan dari masalah integrasi dengan pekerjaan yang akan ditekuninya ( Grupevskis dan Neverauskiene, 2002).

Dengan demikian kalau dikaitkan dengan permasalahan pemilihan bidang vokasional ,hasil penelitian tersebut sedikit banyak memberikan gambaran bahwa untuk keperluan pemilihan karir, bimbingan karir dan pekerjaan seseorang itu perlu mempertimbangkan ketiga teori yang telah disebut di muka, yaitu yang berkaitan dengan faktor psikologis, non psikologis maupun yang bersifat umum di masyrakat.

Bagaimana Dengan Pendidikan Vokasional

(17)

Pada kondisi akhir-akhir ini pendidikan kejuruan divisikan sebagai pendidikan vokasional yang bentuk lembaga pendidikannya selain dalam bentuk pendidikan menengah dapat pula mencapai ke-bentuk akademi atau politeknik. Jika pendidikan kejuruan divisikan sebagai pendidikan vokasional, maka jenis dan bentuk pembelajarannya disusun dan diarahkan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan vokasionalnya, mulai dari identifikasi, eksplorasi, orientasi, persiapan, pemilihan dan pemantapan karier di dunia usaha atau di industri (Thompson :1973,p.206).

Dengan demikian secara operasional ,kurikulum pendidikan kejuruan yang berorientasi pada dunia ketenagakerjaan berkewajiban menyelenggarakan pengalaman belajar yang menunjang tahapan proses perkembangan vokasional peserta didik hingga mencapai tahapan yang diinginkan .

Menurut Bartel (1976,p.11) pendidikan vokasional atau pendidikan kejuruan adalah pendidikan interest yang spesifik , yang direncanakan dan diberikan kepada individu yang tertarik untuk mengembangkan dan menyiapkan dirinya untuk memilih pekerjaan dalam lingkup area okupasi dan kelompok okupasi, yang mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut ini:

 Pendidikan vokasional bukan program yang statis, melainkan merupakan program yang dinamis yang menyesuaikan perkembangan teknologi.

 Menyediakan pilihan okupasi dan kelompok okupasi.

 Mengajarkan bagaimana mengembangkan karir di tempat kerja.

 Melatih peserta didik untuk memiliki skill tertentu yang spesifik.

 Pelaksanaannya memerlukan fasilitas penunjang yang cukup banyak.

(18)

Pada kenyataannya di lembaga pendidikan vokasional/kejuruan para siswa yang sudah diterima menjadi siswa di lembaga tersebut tidak mempunyai visi yang jelas selama menjadi siswa, karena dalam memilih jurusan atau pada waktu seleksi masuk tidak didasari oleh berbagai pertimbangan seperti yang dijelaskan teori-teori di muka. Sementara itu bimbingan karir yang seharusnya ada dan dilakukan dengan sungguh-sungguh, ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan vokasional/kejuruan (misalnya SMK) dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Dengan demikian lulusan yang dikeluarkannya tidak mempunyai jati diri sebagai calon tenaga kerja yang siap kerja, serba canggung dan tidak mempunyai kompetensi yang layak jual. Di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) anak didik tidak diberikan gambaran karir yang akan ditempuhnya, tidak ada informasi yang diberikan oleh sekolah berkenaan dengan kelanjutan sekolahnya kelak. Demikian pula orang tua juga tidak tahu tentang bakat, minat, dan sifat dari anaknya, sehingga untuk menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki anaknyapun tidak punya gambaran yang jelas. Dan ini merupakan kesalahan awal yang tidak disadari oleh para praktisi pendidikan dan para pengelola pendidikan.

Konklusi.

(19)

Dari uraian berbagai teori penggolongan bidang vokasional di muka, yang menjelaskan bagaimana dan mengapa individu memilih atau memasuki bidang pekerjaan tertentu, dapat ditarik suatu konklusi sebagai berikut.

1. Bahwa teori penggolongan vokasi ini secara teoritis maupun praktis dapat dipakai sebagai bahan rujukan untuk melakukan penyehatan pada tubuh organisasi perusahaan yang kurang sehat atau yang mengalami problem tenaga kerja, terutama yang menyangkut kundusifitas kerja dan produktivitas kerja. Selain di organisasi perusahaan teori ini dapat dipakai juga sebagai bahan untuk rujukan di lembaga pendidikan kejuruan atau pelatihan bidang kejuruan , atau sekolah-sekolah tehnik, guna membekali keterampilan anak didik/siswa sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

2. Bahwa untuk menentukan pilihan vokasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu, non-psikologis, psikologis, dan umum, hal ini berguna untuk membuat kebijakan tentang Job design, Job requirement, dan Job description, bahkan dapat juga dipakai untuk menentukan pilihan/penjurusan siswa pendidikan vokasional/kejuruan.

3. Bahwa pilihan vokasi dapat dilakukan melalui suatu proses dalam diri seseorang, berkembang dan berinteraksi dengan berbagai hal misalnya dengan lingkungan sosial, dengan teman, dengan orang tua, dengan diskripsi pekerjaan., penempatan, dengan jenjang karir dan lain sebagainya.

(20)

5. Bimbingan vokasi ini dapat juga diberikan pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang akan melanjutkan studi ke jenjang berikutnya (misal ke SMK dengan jurusan tertentu) dengan memberikan berbagai pilihan yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Kepustakaan.

- Carl R Bartel, 1976. Instructional Analysis and Materials Development, ATS Chicago.

- Gerhard Lenski, 1970. Human Societies, Mc Graw-Hill, New York.

- Ian Finlay, 1998. Changing Vocational Education And Training. New York. - Irene Isaac, 2000. Training Systems In South-East Asia, NCVER, Australia. - I L O, 1949. R.087 Vocational Guidance Recommendation. International Labor Office .Morillons-1211 Geneva 22.

- John O. Crites, 1969. Vocational Psychology. The Study of Vocational Behavior and Development. Mc Graw- Hill Book Co, New York.

- John Middleton, Adrian Ziderman,1993. Skills For Productivity . Vocational Education and Training in Developing Country.Oxford

University Press. New York.

- ---, 2003. Vocational Training : Research and Realities.

Jurnal No. 7 Tahun 2003. ( http//www.vdu.it/leidniai/Prof Renginas/anot 2003.7en.html).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bantuan notasi faktorial turun, bisa ditunjukkan banyak kasus di mana konsep diferensi untuk perhitungan secara diskrit adalah analogi dari konsep turunan

Ketersediaan aksesibilitas ataupun keterjangkauan pelayanan infrastruktur transportasi dapat lebih mempererat dukungan antar wilayah maupun pemerataan pembangunan antar

Dari hasil penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus diperoleh data nilai rata-rata peningkatan kemampuan kognitif anak melalui kegiatan pencampuran warna menggunakan media cat

Dengan demikian masih ada variabel lain yang turut mempengaruhi kinerja guru prestasi belajar mahasiswa yang belum dijelaskan dan diteliti, maka direkomendasi

Pada tahun 2004 Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia

Dalam konstelasi lokal Solo, di samping kelompok-kelompok di atas terdapat juga kekuatan-kekuatan radikal lain seperti Front Pemuda Islam Surakarta (FPIS), laskar-laskar

Proses belajar mengajar di sekolah dan praktik kerja industri (prakerin) yang merupakan bagian dari PSG harus dilaksanakan secara seimbang agar tujuan pendidikan kejuruan tersebut

Mackenzie yang berjudul American Government: Politics and Public Policy (1986, p. 99) disebutkan bahwa kelompok kepentingan menggunakan berbagai strategi dan teknik