PENILAIAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN PEMBELAJARAN
BERBAHASA INDONESIA
BERBAHASA INDONESIA
Burhan Nurgiyantoro
Burhan Nurgiyantoro
FBS/PPs Universitas Negeri YogyakartaFBS/PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Y
PENDAHULUAN
(1)
Istilah-istilah:
Penilaian: proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan.
Pengukuran: proses untuk memeroleh deskripsi angka (skor) yang menunjukkan tingkat capaian seseorang dalam suatu bidang tertentu, misalnya jawaban pertanyaan “seberapa banyak”.
Asesmen: proses pengumpulan, penafsiran, dan
sintesis informasi untuk membuat keputusan
penentuan status peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi perhatian guru.
PENDAHULUAN
(2)
Komponen penilaian: (1) informasi, (2) pembuatan
pertimbangan, dan (3) pembuatan keputusan
Informasi: kemampuan, keterampilan, tingkah
laku, sikap subjek-belajar; informasi antara lain diperoleh lewat pengukuran
Keakuratan informasi akan menjamin keakuratan,
objektivitas, dan ketepatan pembuatan
pertimbangan dan pengambilan keputusan
Pertimbangan: estimasi kondisi dan penampilan
kini dan prediksi kondisi dan penampilan mendatang
Pengambilan keputusan: pemilihan di antara
sejumlah alternatif atau berbagai arah tindakan.
Langkah
Penilaian
Menentukan kompetensi dasar yang akan diujikan Membuat deskripsi bahan yang akan diujikan
Membuat kisi-kisi pengujian (diikuti telaah oleh
sejawat, revisi); kisi-kisi yang baik dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban validitas alat tes
(validitas isi)
Menulis soal ujian
Menelaah soal ujian oleh sejawat atau orang yang ahli
di bidangnya (menggunakan lembar pengamatan), revisi
Mengujicobakan alat evaluasi atau pelaksanaan tes Melakuka penyekoran
Menelaah hasil uji coba per indikator per kompetensi
dasar
Menganalisis hasil ujian: analisis butir soal dan
penghitungan indeks reliabilitas
Melakukan tindak lanjut: revisi alat tes (uji coba,
PENILAIAN BERBASIS
KOMPETENSI
Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar
Kompetensi: pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai dasar yang terrefleksi dalam berpikir dan bertindak
Kompetensi: seperangkat tindakan cerdas untuk
berpikir dan bertindak
Standar kompetensi: batas dan arah kemampuan
yang harus dikuasai
Kompetensi dasar: kemampuan minimal yang
harus dikuasai dan dijabarkan langsung dari standar kompetensi
Penilaian standar kompetensi lewat kompetensi
dasar
Pengembangan Indikator
Indikator:
ciri, perbuatan, tanggapan yang ditunjukkan siswa petunjuk tingkah laku bukti hasil belajar
dijabarkan langsung dari kompetensi dasar berupa kata-kata kerja operasional
cakupan bahan lebih sempit dibanding kompetensi dasar
pengembangannya diserahkan kepada kreativitas guru
untuk menilai pencapaian kompetensi dasar
sebagai dasar membuat soal, tugas, pertanyaan, atau perintah
satu indikator dapat terdiri dari satu atau beberapa soal
Sistem Pengujian
Berkelanjutan
Pengujian berbasis kompetensi menganut sistem pengujian berkelanjutan
Sistem pengujian berkelanjutan: semua indikator harus ada soalnya, hasil ujian dianalisis, dan ada tindak lanjut (selama ini hal ini masih menjadi
kendala para guru baik karena kemauan maupun kemampuan)
Perlu dikembangkan kisi-kisi untuk rencana pengujian satu semester/tahun
Kolom kisi-kisi yang harus diisi: (i) kompetensi dasar, (ii) materi pokok dan uraian materi, (iii) pengalaman belajar, (iv) indikator, (v) jenis
Pembuatan Kisi-kisi Pengujian
Kisi-kisi adalah cetak-biru panduan penyusunan soal ujian Semua pembuatan soal ujian semestinya mendasarkan diri
pada kisi-kisi yang telah disusun/disepakati
Atau sebaliknya, semua soal harus secara jelas menunjuk
pada kompetensi tertentu yang tertulis pada kisi-kisi
Komponen kisi-kisi tes objektif paling tidak mencakup (i)
standar kompetensi, (ii) kompetensi dasar, (ii) materi pokok, (iv) indikator, (v) jumlah soal, (vi) nomor soal, (vii) bentuk soal, (viii) waktu
Kisi-kisi bisa disusun oleh setiap pengajar atau mungkin
sudah disediakan formatnya oleh lembaga
Jika kisi-kisi dibuat oleh pengajar sendiri, sebelum
dipergunakan harus ditelaah terlebih dahulu oleh sejawat (orang yang ahli di bidangnya, expert judgement)
Alat ujian (tes) yang ditulis dengan mendasarkan diri pada
Contoh Kisi-kisi Pengujian
Contoh II: (sejumlah standar kompetensi)
No. Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi
Pokok Indikator Soal Nomor Jumlah Soal Bentuk Soal
1. 1. 2. 3. 4. 1) 2) 3) 1, 2 3 4, 5, 6
Telaah Soal
Telaah soal dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
alat tes yang telah disusun sehingga dapat
dipertanggungjawabkan sebagai sebuah alat ukur
Telaah soal dilakukan dengan mencermati berbagai aspek
(materi, konstruksi, bahasa) untuk menemukan berbagai kekurangan/kekeliruan untuk kemudian merevisinya
Untuk keperluan telaah soal telah tersedia rambu-rambu
yang dapat dijadikan acuan
Rambu-rambu yang dimaksud berbeda untuk tiap bentuk
tes (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, uraian)
Namun, pada prinsipnya kesemuanya terdiri atas unsur
materi, konstruksi, dan bahasa
Sebuah butir soal dinyatakan baik (layak diujikan) jika
kesemua butir instrumen analisis (subranah) memenuhi persyaratan
Jika ada satu atau sejumlah subranah yang tidak
Contoh Telaah Soal Bentuk Pilihan Ganda
Butir Soal
Jenis Persyaratan 1 2 ... n A. Materi 1. Butir soal sesuai dengan indikator √ √
2. Hanya ada satu kunci jawaban benar √
3. Isi materi sesuai dgn tujuan pengukuran √
4. Isi materi sesuai dgn tk kelas/jenj. pend. √
5. Butir pengecoh berfungsi dengan baik
-B. Konstruksi 6. Pokok soal dirumuskan dengan jelas √
7. Pilihan jawaban dirumuskan dengan jelas √
8. Pokok soal tdk mengarah ke jawbn benar √
9. Tidak ada bentuk negatif ganda √
10. Pilihan jawaban homogen √
11. Panjang pilihan jawbn kurang lebih sama √
12. Antarbutir soal tdk brgntng satu sama lain √
13. Pilihan dlm bentuk angka/waktu diurutkan √ C. Bahasa 14. Rumusan bahasa komunikatif √
15. Kalimat gramatikal √
16. Kalimat tidak bermakna ganda √
Telaah Hasil Pengukuran
Untuk keperluan tindak lanjut pembelajaran, hasil pengukuran
harus dianalisis untuk mengetahui kemampuan dasar (artinya juga: indikator) mana saja yang sudah dikuasai siswa dan mana yang belum
Berdasarkan hasil telaah itu dapat ditentukan tindak lanjut
yang perlu diambil: perlu program remidial,
penguatan/pengayaan, atau yang lain (akselerasi)
Sebuah indikator dan KD dinyatakan dikuasai oleh siswa jika
tingkat penguasaannya minimal 75%
Indikator-indikator (KD) tertentu yang masih rendah tingkat
ketercapaiannya haruslah kembali “dibelajarkan” lewat program remidial
Siswa yang tingkat pencapaiannya masih di bawah standar
minimal harus diberi program remidial, sedang yang sudah memenuhi diberi program pengayaan
Intinya, ada umpan-balik pembelajaran berdasarkan hasil
pengukuran sebelumnya, dan untuk itu analisis soal ujian menjadi sebuah keniscayaan
Telaah hasil pengukuran dilakukan dengan cara menghitung
Contoh Telaah Hasil Pengukuran Seorang
Siswa
No. Kemampuan
Dasar Indikator(Jml Soal) Jumlah Butir (KD)
Jumlah
Betul Persentase Capaian Pengua-saan Keterangan
1. 1) 2 2) 3 3) 3
8 6 75 √
2.
..
Analisis Butir Soal (
Item
Analysis
)
Analisis butir soal adalah estimasi kualitas butir-butir soal sebuah alat tes; menguji efektivitas butir-butir soal
Alat tes yang baik didukung oleh butir-butir yang baik, efektif, dapat dipertanggungjawabkan
Ada kesejajaran antara tinggi rendahnya indeks reliabilitas (teknik konsistensi internal) dan jumlah butir soal yang baik Indeks reliabilitas yang tinggi, pasti akan tinggi pula jumlah butir yang baik; juga sebaliknya
Kerja analisis butir soal bisa mengikuti teori pengukuran klasik atau teori pengukuran modern (teori respon butir) Dalam teori pengukuran klasik, analisis butir soal
menyangkut tiga macam hal: tingkat kesulitan, daya beda, dan efektivitas distraktor
Dalam teori respon butir juga ada tiga hal: tingkat kesulitan (model satu parameter), tingkat kesulitan dan daya beda (model dua parameter), dan kedua hal itu ditambah unsur tebakan (model tiga parameter)
Teori pengukuran klasik mempunyai banyak kelemahan, tetapi persyaratan ringan dan praktis
Analisis Tingkat Kesulitan
Butir
Kerja analisis ini menghasilkan indeks tingkat kesulitan (ITK, Item Difficulty, Item Facility)
ITK menunjukkan seberapa sulit (mudah) sebuah butir soal bagi kelompok siswa yang dikenai uji coba
ITK diperoleh dengan menghitung proporsi jawaban benar; dapat dihitung secara manual, tabel (item
analysis table), tetapi secara mudah dapat dihitung dengan komputer: program Iteman
ITK berkisar antara 0,00 ─ 1,00; indeks 0,00 berarti semua siswa menjawab salah (soal amat sulit), 1,00 berarti semua menjawab benar (soal amat mudah)
ITK yang diterima: 0,20 ─ 0,80; di luar indeks itu sebuah butir soal ditolak karena terlalu sulit atau mudah
Kategori ITK: 0,20 ─ 0,40: sulit; 0,41 ─ 0,60: sedang; dan
0,61 ─ 0,80: mudah
Indeks Daya
Beda
Kerja analisis ini menghasilkan indeks daya beda (IDB, Item Discrimination)
IDB merupakan sebuah estimasi yang menunjukkan seberapa besar sebuah butir soal mampu membedakan siswa
kelompok tinggi dengan kelompok rendah
IDB dapat dihitung dengan rumus secara manual, tabel, atau dengan komputer program Iteman bersamaan dengan ITK
IDB berkisar antara -1,00 ─ 1,00; indeks -1,00 berarti semua siswa kelompok rendah menjawab benar sebuah butir soal dan siswa kelompok tinggi semua menjawab salah; demikian sebaliknya
IDB yang diterima minimal 0,25; untuk tes buatan sendiri dan dipakai untuk menguji siswa sendiri IDB 0,20 masih
ditoleransi
Butir soal yang IDB-nya negatif harus didrop karena
menyalahi logika (siswa kelompok tinggi menjawab salah, sedang kelompok rendah malah menjawab benar)
Penilaian Proses
Penilaian Proses
,
,
Produk
Produk
, dan
, dan
Kinerja
Kinerja
KBK (KTSP) menekankan pentingnya penilaian proses , produk, dan kinerja sekaligus
Penilaian proses: penilaian yang dilakukan ketika pembelajaran masih berlangsung
Penilaian proses juga disebut dan atau bagian dari penilaian kelas
Contoh penilaian proses: kuis, pertanyaan lisan di kelas,
pemberian tugas di kelas, latihan-latihan, PR, ulangan harian Penilaian produk: penilaian yang dilakukan di akhir program:
ujian sistem blok, ulangan umum bersama, ujian nasional Penilaian produk lazimnya dilakukan secara tertulis dengan
bentuk soal objektif pilihan ganda
Penilaian kinerja: penilaian melakukan sesuatu terkait dengan tuntutan kompetensi mata pelajaran
Penilaian kinerja sebaiknya dilakukan di tengah proses
pembelajaran, kecuali berbagai faktor pendukungnya siap (tempat, waktu, tenaga, biaya)
KETERBACAAN SOAL BI UN
(1)Keterbacaan (readabilitas): dapat dibaca dengan
mudah terutama disebabkan oleh stile penulisan
Keterbacaan terkait dengan masalah pemahaman,
retensi, dan kecepatan baca
Keterbacaan (readabilitas): semua unsur yang ada
pada teks yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pembaca memahami isi kandungan teks itu dengan
kecepatan normal.
Keterbacaan adalah kemampuan berinteraksi
pembaca (peserta didik) dengan teks yang
dibacanya.
Berinteraksi di sini berarti memahami dan
KETERBACAAN SOAL BI UN
(2)Teks yang dimaksud dapat berupa soal-soal ujian, UN
BI
Keterbacaan UN: kemampuan peserta didik
memahami kandungan UN lewat bahasa (BI) sehingga
dapat mereaksi sebagaimana yang dikehendaki
(sesuai dengan perintah dalam UN).
Keterbacaan UN BI: BI sebagai sarana memahami
kandungan materi ujian dan sekaligus sebagai materi
itu sendiri.
FAKTOR PENYEBAB KETERBACAAN
SOAL B
I
Ada berbagai faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kadar keterbacaan soal ujian BI dan itu
saling mengait.
Faktor-faktor yang dimaksud tentunya perlu
dipertimbangkan oleh para penyusun soal UN BI
(atau ujian-ujian yang lain).
Faktor-faktor itu secara garis besar terkait dengan
peserta didik (lengkap dengan karakterisasinya)
dan bahasa yang dipergunakan (lengkap dengan
segala macam aspek yang terkait).
Kedua faktor tersebut haruslah menjadi fokus
FAKTOR PESERTA DIDIK
(1)
Faktor peserta didik (uji) terkait
dengan masalah:
tingkat perkembangan usia, kejiwaan
tingkat perkembangan kognitif,
afektif
keluasan pengalaman, kematangan
sosial, emosinal
pengetahuan sebelumnya yang telah
dikuasai
kemampuan membaca
minat, ketertarikan pada suatu
bidang
FAKTOR PESERTA DIDIK
(2)
Faktor peserta didik secara konkret
ditandai oleh jenjang-jenjang sekolah
(satuan pendidikan)
Ada konsekuensi bagi pengembangan
soal ujian:
Pembuatan soal ujian mesti disesuaikan
dengan tingkat-tingkat perkembangan di atas.
Jika kurang diperhatikan, ia akan berakibat
tinggi/rendahnya keterbacaan soal bagi peserta uji.
Keterbacaan tinggi: jenjang pendidikan
tinggi, tetapi soal seperti untuk jenjang
sekolah yang lebih rendah; atau sebaliknya.
Akibat: soal bisa terlalu mudah atau terlalu
FAKTOR BAHASA
(1) Faktor bahasa yang dipergunakan untuk
membahasakan soal ujian
Faktor bahasa dapat memberi fasilitas
kemudahan, jadi keterbacaannya tinggi, tetapi dapat juga sebaliknya.
Hal itu termasuk juga dalam ujian Bahasa
Indonesia, maka ada soal yang mudah ada yang sebaliknya (bersifat gradasi)
Di sini haruslah dipahami: soal dalam bahasa
Indonesia untuk mengukur kompetensi berbahasa Indonesia.
Ada sejumlah faktor yang dapat
Faktor Bahasa
(2) Faktor kosakata: Hal-hal yang memengaruhi tinggi rendahnya keterbacaan teks dari aspek kosakata a.l.:
kosakata mudah vs sulit konkret vs abstrak
sederhana vs kompleks
sering dipakai vs jarang dipakai makna denotatif vs konotatif
kosakata umum vs istilah teknis
istilah Indonesia vs istilah pungut (asing, daerah)
dll.
Wacana dan butir soal yang memergunakan
kosakata sulit akan memersulit pemahaman.
Bisa jadi seorang peserta didik kesulitan
FAKTOR BAHASA
(3) Faktor struktur kalimat:
Hal-hal yang memengaruhi tinggi rendahnya
keterbacaan teks dari aspek struktur kalimat a.l.:
struktur sederhana vs kompleks kalimat pendek vs kalimat panjang kejelasan koherensi vs kekaburan kejelasan kohesi vs kekaburan
dll.
Teks dan butir soal yang memergunakan struktur kalimat
sederhana memberi fasilitas keterbacaan yang lebih baik.
Kejelasan dan kesederhaan struktur kalimat memfasilitasi
kemudahan pemahaman kandungan isi teks.
FAKTOR KONSTRUKSI SOAL
(1) Faktor konstruksi soal ujian:
Bentuk soal yang lazim dipakai dalam ujian (UN)
adalah objektif pilihan ganda dengan beberapa variasi seperti melengkapi, tinjauan kasus, sebab akibat, dll.
Tingkat kemudahan tiap variasi bentuk PG tersebut
tidak sama: artinya ada bentuk yang mudah dipahami dan ada yang sebaliknya.
Pemakaian bentuk soal yang sulit, misalnya PG sebab
akibat, bisa jadi menyebabkan peserta uji lebih sulit memahami soal ujian.
Jumlah opsi yang lebih banyak (misalnya 5 seperti UN
SMA) cenderung lebih memersulit soal ujian.
Bisa jadi soal yang demikian memerendah kadar
FAKTOR KONSTRUKSI SOAL
(2) Faktor konstruksi juga mencakup penulisan stem dan opsi jawaban.
Ada rambu-rambu yang mesti dipenuhi untuk pembuatan stem dan opsi jawaban yang
kesemuanya demi lebih baiknya (keterbacaan) soal yang dihasilkan.
Kesalahan yang sering terjadi a.l:
stem tidak dirumuskan dengan baik
kurang ada hubungan gramatikal (mungkin juga makna) antara stem dan opsi
opsi tidak sekarakteristik/homogen panjang opsi tidak sama
opsi membingungkan karena tidak jelas beda antara yang benar dan yang salah
ada lebih dari satu jawaban yang benar
FAKTOR KANDUNGAN MAKNA
(1) Orang berbahasa karena ada sesuatu yang ingin
disampaikan dengan bahasa, bukan karena bahasa itu sendiri.
Bahasa memiliki fungsi komunikatif, peserta didik
yang mahir berbahasa berarti mahir berkomunikasi dengan (suatu) bahasa.
Intinya, ujian (UN) BI adalah uji kompetensi ber-BI:
BI yang dimuati kandungan makna.
Makna yang terkandung dalam bahasa, bahkan
ketika ujian bahasa sekalipun, harus mendapat perhatian serius.
Makna yang terkandung dapat memberi fasilitas
kemudahan (keterbacaan) teks yang diujikan, namun juga dapat sebaliknya.
Teks harus dipilih yang kandungan maknanya tidak
FAKTOR KANDUNGAN MAKNA
(2)
Tingkat keterbacaan kandungan makna dalam
sebuah teks akan tergantung pada hal-hal:
pengetahuan yang telah dimiliki peserta uji kesesuaiannya dengan bidang, minat
pengetahuan umum, dalam arti masalah-masalah
umum yang menjadi konsumsi masyarakat
bukan pengetahuan teknis kejuruan yang
menampilkan istilah dan makna abstrak
kadar kedalaman dan keluasan keilmuan yang
ditampilkan
kelangsungan, ketidaklangsungan, dan
keabstrakan makna, kadang ambiguitas makna
misalnya, sama-sama berisi teknologi-komunikasi,
tetapi teks untuk peserta didik jenjang SD, SMP, SMA, dan STM mesti tidak sama
dll. termasuk kejelasan bahasanya.
Jika hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi
SURVEI UN BI SMK 2010
(1) Soal UN BI SMK yang disurvei adalah P 15 dan P 48.
Soal berjumlah 50 butir:
P15: kosakata/kebahasaan= 9, kompetensi membaca= 19,
kompetensi menulis = 13, kompetensi bersastra = 9
P 48: kosakata/kebahasaan = 11, kompetensi membaca =
17, kompetensi menulis = 15, kompetensi bersastra = 7 (dua hilang)
Dari ke-50 butir soal kedua perangkat tsb 12 butir
sama.
Persoalan: Jika kedua perangkat ditulis berdasarkan
kisi-kisi yang sama (: harus sama!), mengapa
SURVEI UN BI SMK 2010
(2)Unsur positif:
Secara umum kedua perangkat soal bagus.
Semua butir soal berangkat dari satu wacana,
walau ada beberapa yang kurang baik.
Bahasa dan format terjaga sesuai dengan tuntutan
sebagai dokumen resmi.
Semua wacana untuk satu soal sehingga tidak ada
butir soal yang saling memengaruhi, walau akibatnya soal-soal menjadi relatif panjang.
Secara umum panjang-pendek tiap opsi seimbang,
SURVEI UN BI SMK 2010
(3)Unsur positif:
Secara umum butir-butir tidak hanya berurusan dengan
aspek bahasa, melainkan juga makna yang diungkapkan lewat bahasa.
Bahasa lebih sebagai sarana berkomunikasi, jadi ketepatan
bahasa juga ditentukan oleh konteks dan bukan semata dari aspek kebahasaan saja.
Jadi, secara umum butir-butir soal UN sudah mencerminkan
SKL (SMK) yang mengukur kompetensi ber-BI.
Dengan demikian, sebagian besar butir soal sudah
mengarah ke tes otentik, bentuk objektif pilihan ganda dengan roh otentik (model penilaian disarankan
pendekatan CTL).
Maka, skor yang dicapai peserta uji dapat mencerminkan
SURVEI UN BI SMK 2010
(4)Perlu perhatian:
SMK amat heterogen (STM, SMEA, SMKK, SMSR, dll), tetapi
perangkat UN hanya satu.
Jika hanya ada satu perangkat untuk semua, soal menjadi
kurang adil, kurang dapat mengakomodasi karakteristik masing-masing sekolah.
Jika soal-soal berisi BI secara umum, apa perbedaannya
dengan soal UN SMA.
Jika soal berangkat dari suatu wacana yang
mengakomodasi salah satu asal SMK, hal itu potensial menjadi soal yang sulit bagi yang lain.
Misalnya, soal yang menanyakan fluida dan hidrogen (P 15:
11) dan kebijakan moneter dan fiskal (P 48: 11), mudah
SURVEI UN BI SMK 2010
(5)Perlu perhatian:
Ketentuan penyusunan butir-butir soal dari yang mudah
ke yang sulit, tampaknya belum diperhatikan oleh perakit soal UN.
Misalnya, peletakan tabel dan grafik di depan (P 15: 7,&
8; P 48: 3 & 4), atau butir-butir soal yang nyaris satu butir satu halaman di awal atau agak ke tengah.
Seharusnya butir-butir soal sulit (walau hanya
diprediksi), ditempatkan di nomor-nomor akhir, atau tidak mendahului butir-butir yang mudah.
Hal itu bersifat psikologis, siswa akan termotivasi jika
membaca butir-butir yang mudah dahulu.
Selain itu, siswa juga diuntungkan seandainya tidak
SURVEI UN BI SMK 2010
(6)Perlu perhatian:
Butir soal menulis berdasarkan kalimat acak lazimnya
hanya terdiri atas empat kalimat, namun butir-butir soal yang ada hampir semuanya terdiri atas enam kalimat.
Hal itu pasti menambah tingkat kesulitan butir-butir
yang bersangkutan, dan sebagai konsekuensinya waktu yang dibutuhkan untuk menjawab lebih banyak.
Cukup mengherankan juga munculnya soal tentang
perubahan makna kata (P15: 24; P48: 24) dan
peribahasa (P15: 33; P48: 38) pada UN SMK, padahal di UN SMA saja hal itu tidak ditanyakan.
Selain itu, juga ditemukan sejumlah butir soal yang opsi
SURVEI UN BI SMK 2010
(7)Perlu perhatian:
Secara umum butir-butir soal kompetensi bersastra
(P15 = 9; P48 = 7) kurang baik.
Ada kesan teks kesastraan yang diujikan hanya asal
ambil, padahal mestinya dipilih teks-teks yang tidak abstrak dan mencerminkan kebutuhan siswa SMK.
Kutipan novel Musyawarah Burung tidak cocok;
demikian juga teks-teks puisi yang dipilih.
Belum lagi soal-soal yang dibuat yang terlihat
bersifat ambigu (P 15: 34 & 35; P 48: 37).
Butir-butir soal yang demikian tidak memotivasi
KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN
(1) Model UN BI kini sudah diusahakan untuk menguji
kompetensi ber-BI dan bukan lagi pengetahuan BI,
walau masih ada beberapa butir yang terlihat ujian BI.
Hal itu sesuai dengan tuntutan pembelajaran BI yang
difokuskan pada capaian kompetensi ber-BI (baca: SKL pada kurikulum SMK).
Hal itu harus membawa dampak dalam KBM BI di
sekolah yang juga harus memfokuskan pada capaian kompetensi ber-BI peserta didik khususnya kompetensi membaca dan menulis.
Pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan BI
juga mendapat porsi, tetapi tidak diutamakan.
Ia lebih berfungsi sebagai perbaikan kesalahan dari
KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN
(2)
Model UN ber-BI memergunakan tes tradisional
pilihan-ganda, namun dengan roh tes otentik.
Maka, penilaian capaian kompetensi belajar
keseharian peserta didik, khususnya penilaian
proses, harus dibiasakan dengan model otentik.
Tugas-tugas kinerja ber-BI selama pembelajaran
yang otentik dapat dipandang sebagai latihan UN
ber-BI dengan bentuk lain.
Lewat tes otentik yang penilaiannya dilakukan
secara analitis lewat rubrik, sekaligus dapat
diketahui keunggulan dan kelemahan seorang
peserta didik
Hal itu merupakan umpan balik yang berharga
KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN
(3) Butir-butir soal UN BI relatif panjang, maka kebiasaan
membaca dan kecepatan memahami bacaan haruslah ditekankan dalam KBM.
Peserta didik dibiasakan membaca dan membaca,
menulis dan menulis, sehingga tidak terkejut
berhadapan dengan UN BI yang memrasyarkatkan kompetensi keduanya baik.
Salah satu kompetensi yang dilatihkan adalah
meringkas teks atau menuliskan kembali sebuah teks.
Sekadar diketahui, kompetensi meringkas teks
(misalnya membuat excutive summary) adalah salah kemampuan yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja.