• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataran Penilaian (SMK DIY 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penataran Penilaian (SMK DIY 2010)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN

BERBAHASA INDONESIA

BERBAHASA INDONESIA

Burhan Nurgiyantoro

Burhan Nurgiyantoro

FBS/PPs Universitas Negeri Yogyakarta

FBS/PPs Universitas Negeri Yogyakarta

Y

(2)

PENDAHULUAN

(1)

Istilah-istilah:

Penilaian: proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan.

Pengukuran: proses untuk memeroleh deskripsi angka (skor) yang menunjukkan tingkat capaian seseorang dalam suatu bidang tertentu, misalnya jawaban pertanyaan “seberapa banyak”.

Asesmen: proses pengumpulan, penafsiran, dan

sintesis informasi untuk membuat keputusan

penentuan status peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi perhatian guru.

(3)

PENDAHULUAN

(2)

 Komponen penilaian: (1) informasi, (2) pembuatan

pertimbangan, dan (3) pembuatan keputusan

Informasi: kemampuan, keterampilan, tingkah

laku, sikap subjek-belajar; informasi antara lain diperoleh lewat pengukuran

 Keakuratan informasi akan menjamin keakuratan,

objektivitas, dan ketepatan pembuatan

pertimbangan dan pengambilan keputusan

Pertimbangan: estimasi kondisi dan penampilan

kini dan prediksi kondisi dan penampilan mendatang

Pengambilan keputusan: pemilihan di antara

sejumlah alternatif atau berbagai arah tindakan.

(4)

Langkah

Penilaian

 Menentukan kompetensi dasar yang akan diujikan  Membuat deskripsi bahan yang akan diujikan

 Membuat kisi-kisi pengujian (diikuti telaah oleh

sejawat, revisi); kisi-kisi yang baik dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban validitas alat tes

(validitas isi)

 Menulis soal ujian

 Menelaah soal ujian oleh sejawat atau orang yang ahli

di bidangnya (menggunakan lembar pengamatan), revisi

 Mengujicobakan alat evaluasi atau pelaksanaan tes  Melakuka penyekoran

 Menelaah hasil uji coba per indikator per kompetensi

dasar

 Menganalisis hasil ujian: analisis butir soal dan

penghitungan indeks reliabilitas

 Melakukan tindak lanjut: revisi alat tes (uji coba,

(5)

PENILAIAN BERBASIS

KOMPETENSI

Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar

 Kompetensi: pengetahuan, keterampilan,

nilai-nilai dasar yang terrefleksi dalam berpikir dan bertindak

 Kompetensi: seperangkat tindakan cerdas untuk

berpikir dan bertindak

Standar kompetensi: batas dan arah kemampuan

yang harus dikuasai

 Kompetensi dasar: kemampuan minimal yang

harus dikuasai dan dijabarkan langsung dari standar kompetensi

 Penilaian standar kompetensi lewat kompetensi

dasar

(6)

Pengembangan Indikator

Indikator:

 ciri, perbuatan, tanggapan yang ditunjukkan siswa  petunjuk tingkah laku bukti hasil belajar

 dijabarkan langsung dari kompetensi dasar  berupa kata-kata kerja operasional

 cakupan bahan lebih sempit dibanding kompetensi dasar

 pengembangannya diserahkan kepada kreativitas guru

 untuk menilai pencapaian kompetensi dasar

 sebagai dasar membuat soal, tugas, pertanyaan, atau perintah

 satu indikator dapat terdiri dari satu atau beberapa soal

(7)

Sistem Pengujian

Berkelanjutan

 Pengujian berbasis kompetensi menganut sistem pengujian berkelanjutan

 Sistem pengujian berkelanjutan: semua indikator harus ada soalnya, hasil ujian dianalisis, dan ada tindak lanjut (selama ini hal ini masih menjadi

kendala para guru baik karena kemauan maupun kemampuan)

 Perlu dikembangkan kisi-kisi untuk rencana pengujian satu semester/tahun

 Kolom kisi-kisi yang harus diisi: (i) kompetensi dasar, (ii) materi pokok dan uraian materi, (iii) pengalaman belajar, (iv) indikator, (v) jenis

(8)

Pembuatan Kisi-kisi Pengujian

 Kisi-kisi adalah cetak-biru panduan penyusunan soal ujian  Semua pembuatan soal ujian semestinya mendasarkan diri

pada kisi-kisi yang telah disusun/disepakati

 Atau sebaliknya, semua soal harus secara jelas menunjuk

pada kompetensi tertentu yang tertulis pada kisi-kisi

 Komponen kisi-kisi tes objektif paling tidak mencakup (i)

standar kompetensi, (ii) kompetensi dasar, (ii) materi pokok, (iv) indikator, (v) jumlah soal, (vi) nomor soal, (vii) bentuk soal, (viii) waktu

 Kisi-kisi bisa disusun oleh setiap pengajar atau mungkin

sudah disediakan formatnya oleh lembaga

 Jika kisi-kisi dibuat oleh pengajar sendiri, sebelum

dipergunakan harus ditelaah terlebih dahulu oleh sejawat (orang yang ahli di bidangnya, expert judgement)

 Alat ujian (tes) yang ditulis dengan mendasarkan diri pada

(9)

Contoh Kisi-kisi Pengujian

Contoh II: (sejumlah standar kompetensi)

No. Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi

Pokok Indikator Soal Nomor Jumlah Soal Bentuk Soal

1. 1. 2. 3. 4. 1) 2) 3) 1, 2 3 4, 5, 6

(10)

Telaah Soal

 Telaah soal dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

alat tes yang telah disusun sehingga dapat

dipertanggungjawabkan sebagai sebuah alat ukur

 Telaah soal dilakukan dengan mencermati berbagai aspek

(materi, konstruksi, bahasa) untuk menemukan berbagai kekurangan/kekeliruan untuk kemudian merevisinya

 Untuk keperluan telaah soal telah tersedia rambu-rambu

yang dapat dijadikan acuan

 Rambu-rambu yang dimaksud berbeda untuk tiap bentuk

tes (pilihan ganda, penjodohan, isian singkat, uraian)

 Namun, pada prinsipnya kesemuanya terdiri atas unsur

materi, konstruksi, dan bahasa

 Sebuah butir soal dinyatakan baik (layak diujikan) jika

kesemua butir instrumen analisis (subranah) memenuhi persyaratan

 Jika ada satu atau sejumlah subranah yang tidak

(11)

Contoh Telaah Soal Bentuk Pilihan Ganda

Butir Soal

Jenis Persyaratan 1 2 ... n A. Materi 1. Butir soal sesuai dengan indikator √ √

2. Hanya ada satu kunci jawaban benar √

3. Isi materi sesuai dgn tujuan pengukuran √

4. Isi materi sesuai dgn tk kelas/jenj. pend. √

5. Butir pengecoh berfungsi dengan baik

-B. Konstruksi 6. Pokok soal dirumuskan dengan jelas √

7. Pilihan jawaban dirumuskan dengan jelas √

8. Pokok soal tdk mengarah ke jawbn benar √

9. Tidak ada bentuk negatif ganda √

10. Pilihan jawaban homogen √

11. Panjang pilihan jawbn kurang lebih sama √

12. Antarbutir soal tdk brgntng satu sama lain √

13. Pilihan dlm bentuk angka/waktu diurutkan √ C. Bahasa 14. Rumusan bahasa komunikatif √

15. Kalimat gramatikal √

16. Kalimat tidak bermakna ganda √

(12)

Telaah Hasil Pengukuran

Untuk keperluan tindak lanjut pembelajaran, hasil pengukuran

harus dianalisis untuk mengetahui kemampuan dasar (artinya juga: indikator) mana saja yang sudah dikuasai siswa dan mana yang belum

Berdasarkan hasil telaah itu dapat ditentukan tindak lanjut

yang perlu diambil: perlu program remidial,

penguatan/pengayaan, atau yang lain (akselerasi)

Sebuah indikator dan KD dinyatakan dikuasai oleh siswa jika

tingkat penguasaannya minimal 75%

Indikator-indikator (KD) tertentu yang masih rendah tingkat

ketercapaiannya haruslah kembali “dibelajarkan” lewat program remidial

Siswa yang tingkat pencapaiannya masih di bawah standar

minimal harus diberi program remidial, sedang yang sudah memenuhi diberi program pengayaan

 Intinya, ada umpan-balik pembelajaran berdasarkan hasil

pengukuran sebelumnya, dan untuk itu analisis soal ujian menjadi sebuah keniscayaan

Telaah hasil pengukuran dilakukan dengan cara menghitung

(13)

Contoh Telaah Hasil Pengukuran Seorang

Siswa

No. Kemampuan

Dasar Indikator(Jml Soal) Jumlah Butir (KD)

Jumlah

Betul Persentase Capaian Pengua-saan Keterangan

1. 1) 2 2) 3 3) 3

8 6 75

2.

..

(14)

Analisis Butir Soal (

Item

Analysis

)

Analisis butir soal adalah estimasi kualitas butir-butir soal sebuah alat tes; menguji efektivitas butir-butir soal

Alat tes yang baik didukung oleh butir-butir yang baik, efektif, dapat dipertanggungjawabkan

Ada kesejajaran antara tinggi rendahnya indeks reliabilitas (teknik konsistensi internal) dan jumlah butir soal yang baik Indeks reliabilitas yang tinggi, pasti akan tinggi pula jumlah butir yang baik; juga sebaliknya

Kerja analisis butir soal bisa mengikuti teori pengukuran klasik atau teori pengukuran modern (teori respon butir) Dalam teori pengukuran klasik, analisis butir soal

menyangkut tiga macam hal: tingkat kesulitan, daya beda, dan efektivitas distraktor

Dalam teori respon butir juga ada tiga hal: tingkat kesulitan (model satu parameter), tingkat kesulitan dan daya beda (model dua parameter), dan kedua hal itu ditambah unsur tebakan (model tiga parameter)

Teori pengukuran klasik mempunyai banyak kelemahan, tetapi persyaratan ringan dan praktis

(15)

Analisis Tingkat Kesulitan

Butir

Kerja analisis ini menghasilkan indeks tingkat kesulitan (ITK, Item Difficulty, Item Facility)

ITK menunjukkan seberapa sulit (mudah) sebuah butir soal bagi kelompok siswa yang dikenai uji coba

ITK diperoleh dengan menghitung proporsi jawaban benar; dapat dihitung secara manual, tabel (item

analysis table), tetapi secara mudah dapat dihitung dengan komputer: program Iteman

ITK berkisar antara 0,00 ─ 1,00; indeks 0,00 berarti semua siswa menjawab salah (soal amat sulit), 1,00 berarti semua menjawab benar (soal amat mudah)

ITK yang diterima: 0,20 ─ 0,80; di luar indeks itu sebuah butir soal ditolak karena terlalu sulit atau mudah

Kategori ITK: 0,20 ─ 0,40: sulit; 0,41 ─ 0,60: sedang; dan

0,61 ─ 0,80: mudah

(16)

Indeks Daya

Beda

Kerja analisis ini menghasilkan indeks daya beda (IDB, Item Discrimination)

IDB merupakan sebuah estimasi yang menunjukkan seberapa besar sebuah butir soal mampu membedakan siswa

kelompok tinggi dengan kelompok rendah

IDB dapat dihitung dengan rumus secara manual, tabel, atau dengan komputer program Iteman bersamaan dengan ITK

IDB berkisar antara -1,00 ─ 1,00; indeks -1,00 berarti semua siswa kelompok rendah menjawab benar sebuah butir soal dan siswa kelompok tinggi semua menjawab salah; demikian sebaliknya

IDB yang diterima minimal 0,25; untuk tes buatan sendiri dan dipakai untuk menguji siswa sendiri IDB 0,20 masih

ditoleransi

Butir soal yang IDB-nya negatif harus didrop karena

menyalahi logika (siswa kelompok tinggi menjawab salah, sedang kelompok rendah malah menjawab benar)

(17)

Penilaian Proses

Penilaian Proses

,

,

Produk

Produk

, dan

, dan

Kinerja

Kinerja

KBK (KTSP) menekankan pentingnya penilaian proses , produk, dan kinerja sekaligus

Penilaian proses: penilaian yang dilakukan ketika pembelajaran masih berlangsung

Penilaian proses juga disebut dan atau bagian dari penilaian kelas

Contoh penilaian proses: kuis, pertanyaan lisan di kelas,

pemberian tugas di kelas, latihan-latihan, PR, ulangan harian Penilaian produk: penilaian yang dilakukan di akhir program:

ujian sistem blok, ulangan umum bersama, ujian nasional Penilaian produk lazimnya dilakukan secara tertulis dengan

bentuk soal objektif pilihan ganda

Penilaian kinerja: penilaian melakukan sesuatu terkait dengan tuntutan kompetensi mata pelajaran

Penilaian kinerja sebaiknya dilakukan di tengah proses

pembelajaran, kecuali berbagai faktor pendukungnya siap (tempat, waktu, tenaga, biaya)

(18)

KETERBACAAN SOAL BI UN

(1)

Keterbacaan (readabilitas): dapat dibaca dengan

mudah terutama disebabkan oleh stile penulisan

Keterbacaan terkait dengan masalah pemahaman,

retensi, dan kecepatan baca

Keterbacaan (readabilitas): semua unsur yang ada

pada teks yang berpengaruh terhadap keberhasilan

pembaca memahami isi kandungan teks itu dengan

kecepatan normal.

Keterbacaan adalah kemampuan berinteraksi

pembaca (peserta didik) dengan teks yang

dibacanya.

Berinteraksi di sini berarti memahami dan

(19)

KETERBACAAN SOAL BI UN

(2)

Teks yang dimaksud dapat berupa soal-soal ujian, UN

BI

Keterbacaan UN: kemampuan peserta didik

memahami kandungan UN lewat bahasa (BI) sehingga

dapat mereaksi sebagaimana yang dikehendaki

(sesuai dengan perintah dalam UN).

Keterbacaan UN BI: BI sebagai sarana memahami

kandungan materi ujian dan sekaligus sebagai materi

itu sendiri.

(20)

FAKTOR PENYEBAB KETERBACAAN

SOAL B

I

Ada berbagai faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kadar keterbacaan soal ujian BI dan itu

saling mengait.

Faktor-faktor yang dimaksud tentunya perlu

dipertimbangkan oleh para penyusun soal UN BI

(atau ujian-ujian yang lain).

Faktor-faktor itu secara garis besar terkait dengan

peserta didik (lengkap dengan karakterisasinya)

dan bahasa yang dipergunakan (lengkap dengan

segala macam aspek yang terkait).

Kedua faktor tersebut haruslah menjadi fokus

(21)

FAKTOR PESERTA DIDIK

(1)

Faktor peserta didik (uji) terkait

dengan masalah:

tingkat perkembangan usia, kejiwaan

tingkat perkembangan kognitif,

afektif

keluasan pengalaman, kematangan

sosial, emosinal

pengetahuan sebelumnya yang telah

dikuasai

kemampuan membaca

minat, ketertarikan pada suatu

bidang

(22)

FAKTOR PESERTA DIDIK

(2)

Faktor peserta didik secara konkret

ditandai oleh jenjang-jenjang sekolah

(satuan pendidikan)

Ada konsekuensi bagi pengembangan

soal ujian:

Pembuatan soal ujian mesti disesuaikan

dengan tingkat-tingkat perkembangan di atas.

Jika kurang diperhatikan, ia akan berakibat

tinggi/rendahnya keterbacaan soal bagi peserta uji.

Keterbacaan tinggi: jenjang pendidikan

tinggi, tetapi soal seperti untuk jenjang

sekolah yang lebih rendah; atau sebaliknya.

Akibat: soal bisa terlalu mudah atau terlalu

(23)

FAKTOR BAHASA

(1)

Faktor bahasa yang dipergunakan untuk

membahasakan soal ujian

Faktor bahasa dapat memberi fasilitas

kemudahan, jadi keterbacaannya tinggi, tetapi dapat juga sebaliknya.

Hal itu termasuk juga dalam ujian Bahasa

Indonesia, maka ada soal yang mudah ada yang sebaliknya (bersifat gradasi)

Di sini haruslah dipahami: soal dalam bahasa

Indonesia untuk mengukur kompetensi berbahasa Indonesia.

Ada sejumlah faktor yang dapat

(24)

Faktor Bahasa

(2)Faktor kosakata:

Hal-hal yang memengaruhi tinggi rendahnya keterbacaan teks dari aspek kosakata a.l.:

kosakata mudah vs sulitkonkret vs abstrak

sederhana vs kompleks

sering dipakai vs jarang dipakaimakna denotatif vs konotatif

kosakata umum vs istilah teknis

istilah Indonesia vs istilah pungut (asing, daerah)

dll.

Wacana dan butir soal yang memergunakan

kosakata sulit akan memersulit pemahaman.

Bisa jadi seorang peserta didik kesulitan

(25)

FAKTOR BAHASA

(3)

Faktor struktur kalimat:

 Hal-hal yang memengaruhi tinggi rendahnya

keterbacaan teks dari aspek struktur kalimat a.l.:

struktur sederhana vs komplekskalimat pendek vs kalimat panjangkejelasan koherensi vs kekaburankejelasan kohesi vs kekaburan

dll.

Teks dan butir soal yang memergunakan struktur kalimat

sederhana memberi fasilitas keterbacaan yang lebih baik.

Kejelasan dan kesederhaan struktur kalimat memfasilitasi

kemudahan pemahaman kandungan isi teks.

(26)

FAKTOR KONSTRUKSI SOAL

(1)

Faktor konstruksi soal ujian:

 Bentuk soal yang lazim dipakai dalam ujian (UN)

adalah objektif pilihan ganda dengan beberapa variasi seperti melengkapi, tinjauan kasus, sebab akibat, dll.

Tingkat kemudahan tiap variasi bentuk PG tersebut

tidak sama: artinya ada bentuk yang mudah dipahami dan ada yang sebaliknya.

 Pemakaian bentuk soal yang sulit, misalnya PG sebab

akibat, bisa jadi menyebabkan peserta uji lebih sulit memahami soal ujian.

 Jumlah opsi yang lebih banyak (misalnya 5 seperti UN

SMA) cenderung lebih memersulit soal ujian.

 Bisa jadi soal yang demikian memerendah kadar

(27)

FAKTOR KONSTRUKSI SOAL

(2)

 Faktor konstruksi juga mencakup penulisan stem dan opsi jawaban.

Ada rambu-rambu yang mesti dipenuhi untuk pembuatan stem dan opsi jawaban yang

kesemuanya demi lebih baiknya (keterbacaan) soal yang dihasilkan.

Kesalahan yang sering terjadi a.l:

 stem tidak dirumuskan dengan baik

 kurang ada hubungan gramatikal (mungkin juga makna) antara stem dan opsi

 opsi tidak sekarakteristik/homogen  panjang opsi tidak sama

 opsi membingungkan karena tidak jelas beda antara yang benar dan yang salah

 ada lebih dari satu jawaban yang benar

(28)

FAKTOR KANDUNGAN MAKNA

(1)

 Orang berbahasa karena ada sesuatu yang ingin

disampaikan dengan bahasa, bukan karena bahasa itu sendiri.

Bahasa memiliki fungsi komunikatif, peserta didik

yang mahir berbahasa berarti mahir berkomunikasi dengan (suatu) bahasa.

 Intinya, ujian (UN) BI adalah uji kompetensi ber-BI:

BI yang dimuati kandungan makna.

Makna yang terkandung dalam bahasa, bahkan

ketika ujian bahasa sekalipun, harus mendapat perhatian serius.

 Makna yang terkandung dapat memberi fasilitas

kemudahan (keterbacaan) teks yang diujikan, namun juga dapat sebaliknya.

Teks harus dipilih yang kandungan maknanya tidak

(29)

FAKTOR KANDUNGAN MAKNA

(2)

Tingkat keterbacaan kandungan makna dalam

sebuah teks akan tergantung pada hal-hal:

 pengetahuan yang telah dimiliki peserta uji  kesesuaiannya dengan bidang, minat

 pengetahuan umum, dalam arti masalah-masalah

umum yang menjadi konsumsi masyarakat

 bukan pengetahuan teknis kejuruan yang

menampilkan istilah dan makna abstrak

 kadar kedalaman dan keluasan keilmuan yang

ditampilkan

 kelangsungan, ketidaklangsungan, dan

keabstrakan makna, kadang ambiguitas makna

 misalnya, sama-sama berisi teknologi-komunikasi,

tetapi teks untuk peserta didik jenjang SD, SMP, SMA, dan STM mesti tidak sama

 dll. termasuk kejelasan bahasanya.

Jika hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi

(30)

SURVEI UN BI SMK 2010

(1)

 Soal UN BI SMK yang disurvei adalah P 15 dan P 48.

 Soal berjumlah 50 butir:

P15: kosakata/kebahasaan= 9, kompetensi membaca= 19,

kompetensi menulis = 13, kompetensi bersastra = 9

P 48: kosakata/kebahasaan = 11, kompetensi membaca =

17, kompetensi menulis = 15, kompetensi bersastra = 7 (dua hilang)

Dari ke-50 butir soal kedua perangkat tsb 12 butir

sama.

Persoalan: Jika kedua perangkat ditulis berdasarkan

kisi-kisi yang sama (: harus sama!), mengapa

(31)

SURVEI UN BI SMK 2010

(2)

Unsur positif:

 Secara umum kedua perangkat soal bagus.

 Semua butir soal berangkat dari satu wacana,

walau ada beberapa yang kurang baik.

 Bahasa dan format terjaga sesuai dengan tuntutan

sebagai dokumen resmi.

 Semua wacana untuk satu soal sehingga tidak ada

butir soal yang saling memengaruhi, walau akibatnya soal-soal menjadi relatif panjang.

 Secara umum panjang-pendek tiap opsi seimbang,

(32)

SURVEI UN BI SMK 2010

(3)

Unsur positif:

 Secara umum butir-butir tidak hanya berurusan dengan

aspek bahasa, melainkan juga makna yang diungkapkan lewat bahasa.

Bahasa lebih sebagai sarana berkomunikasi, jadi ketepatan

bahasa juga ditentukan oleh konteks dan bukan semata dari aspek kebahasaan saja.

Jadi, secara umum butir-butir soal UN sudah mencerminkan

SKL (SMK) yang mengukur kompetensi ber-BI.

Dengan demikian, sebagian besar butir soal sudah

mengarah ke tes otentik, bentuk objektif pilihan ganda dengan roh otentik (model penilaian disarankan

pendekatan CTL).

 Maka, skor yang dicapai peserta uji dapat mencerminkan

(33)

SURVEI UN BI SMK 2010

(4)

Perlu perhatian:

 SMK amat heterogen (STM, SMEA, SMKK, SMSR, dll), tetapi

perangkat UN hanya satu.

 Jika hanya ada satu perangkat untuk semua, soal menjadi

kurang adil, kurang dapat mengakomodasi karakteristik masing-masing sekolah.

Jika soal-soal berisi BI secara umum, apa perbedaannya

dengan soal UN SMA.

 Jika soal berangkat dari suatu wacana yang

mengakomodasi salah satu asal SMK, hal itu potensial menjadi soal yang sulit bagi yang lain.

Misalnya, soal yang menanyakan fluida dan hidrogen (P 15:

11) dan kebijakan moneter dan fiskal (P 48: 11), mudah

(34)

SURVEI UN BI SMK 2010

(5)

Perlu perhatian:

Ketentuan penyusunan butir-butir soal dari yang mudah

ke yang sulit, tampaknya belum diperhatikan oleh perakit soal UN.

Misalnya, peletakan tabel dan grafik di depan (P 15: 7,&

8; P 48: 3 & 4), atau butir-butir soal yang nyaris satu butir satu halaman di awal atau agak ke tengah.

Seharusnya butir-butir soal sulit (walau hanya

diprediksi), ditempatkan di nomor-nomor akhir, atau tidak mendahului butir-butir yang mudah.

Hal itu bersifat psikologis, siswa akan termotivasi jika

membaca butir-butir yang mudah dahulu.

Selain itu, siswa juga diuntungkan seandainya tidak

(35)

SURVEI UN BI SMK 2010

(6)

Perlu perhatian:

Butir soal menulis berdasarkan kalimat acak lazimnya

hanya terdiri atas empat kalimat, namun butir-butir soal yang ada hampir semuanya terdiri atas enam kalimat.

Hal itu pasti menambah tingkat kesulitan butir-butir

yang bersangkutan, dan sebagai konsekuensinya waktu yang dibutuhkan untuk menjawab lebih banyak.

Cukup mengherankan juga munculnya soal tentang

perubahan makna kata (P15: 24; P48: 24) dan

peribahasa (P15: 33; P48: 38) pada UN SMK, padahal di UN SMA saja hal itu tidak ditanyakan.

Selain itu, juga ditemukan sejumlah butir soal yang opsi

(36)

SURVEI UN BI SMK 2010

(7)

Perlu perhatian:

Secara umum butir-butir soal kompetensi bersastra

(P15 = 9; P48 = 7) kurang baik.

Ada kesan teks kesastraan yang diujikan hanya asal

ambil, padahal mestinya dipilih teks-teks yang tidak abstrak dan mencerminkan kebutuhan siswa SMK.

Kutipan novel Musyawarah Burung tidak cocok;

demikian juga teks-teks puisi yang dipilih.

Belum lagi soal-soal yang dibuat yang terlihat

bersifat ambigu (P 15: 34 & 35; P 48: 37).

Butir-butir soal yang demikian tidak memotivasi

(37)

KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN

(1)

 Model UN BI kini sudah diusahakan untuk menguji

kompetensi ber-BI dan bukan lagi pengetahuan BI,

walau masih ada beberapa butir yang terlihat ujian BI.

 Hal itu sesuai dengan tuntutan pembelajaran BI yang

difokuskan pada capaian kompetensi ber-BI (baca: SKL pada kurikulum SMK).

 Hal itu harus membawa dampak dalam KBM BI di

sekolah yang juga harus memfokuskan pada capaian kompetensi ber-BI peserta didik khususnya kompetensi membaca dan menulis.

 Pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan BI

juga mendapat porsi, tetapi tidak diutamakan.

 Ia lebih berfungsi sebagai perbaikan kesalahan dari

(38)

KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN

(2)

Model UN ber-BI memergunakan tes tradisional

pilihan-ganda, namun dengan roh tes otentik.

Maka, penilaian capaian kompetensi belajar

keseharian peserta didik, khususnya penilaian

proses, harus dibiasakan dengan model otentik.

Tugas-tugas kinerja ber-BI selama pembelajaran

yang otentik dapat dipandang sebagai latihan UN

ber-BI dengan bentuk lain.

Lewat tes otentik yang penilaiannya dilakukan

secara analitis lewat rubrik, sekaligus dapat

diketahui keunggulan dan kelemahan seorang

peserta didik

Hal itu merupakan umpan balik yang berharga

(39)

KONSEKUENSI BAGI PEMBELAJARAN

(3)

 Butir-butir soal UN BI relatif panjang, maka kebiasaan

membaca dan kecepatan memahami bacaan haruslah ditekankan dalam KBM.

 Peserta didik dibiasakan membaca dan membaca,

menulis dan menulis, sehingga tidak terkejut

berhadapan dengan UN BI yang memrasyarkatkan kompetensi keduanya baik.

 Salah satu kompetensi yang dilatihkan adalah

meringkas teks atau menuliskan kembali sebuah teks.

 Sekadar diketahui, kompetensi meringkas teks

(misalnya membuat excutive summary) adalah salah kemampuan yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada RPI Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan telah menghasilkan beberapa IPTEK: o IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan. produktivitas hutan

Berdasarkan hasil analisis data terhadap nilai-nilai kehidupan sosial yang terdapat dalam syair lagu H.Rhoma Irama, dapat disimpulkan bahwa syair lagu tersebut

Berdasarkan hasil penelitian dari Putusan Nomor : 55/PID.Sus/2015/PN.Smg dan Putusan Nomor : 08/PID/Sus/2014/PN.Smg dasar pertimbangan yang digunakan hakim dalam

Jarum pentul digunakan untuk menusuk benang emas pada kain beludru sebelum benang emas kasab di jahit, terlebih dahulu benang di lipat dua kemudian benang yang sudah dilipat dan

Hingga saat ini, pelayanan jasa paket cucian kiloan pada Bagus Laundry Service masih menggunakan sistem manual yang sangat memiliki kelemahan, antara lain kecepatan dan

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Abid Rohmanu, M.H.I. Kata Kunci: Inovasi Kepala Madrasah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur hasil mutasi radiasi padi lokal Aceh berpengaruh sangat nyata terhadap intensitas penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan

Kajian tentang konsep dasar hukum sebagai norma sosial di Indonesia melalui Undang-Undang No 1 tahun 1974 pada aspek nilai-nilai dasar hukum keluarga dan