• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semester 4 | TEORI PIJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Semester 4 | TEORI PIJAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IX

PERUBAHAN AKUNTANSI

DAN KOREKSI KESALAHAN

A.

PENGANTAR

(Harnanto, 2003 : 346 - 347)

Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya perubahan akuntansi demikian dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Berdasar pengalaman atau adanya informasi baru, suatu perusahaan merasa perlu mengubah estimasi pendapatan dan biayanya, seperti misalnya: estimasi jumlah piutang tak tertagih, estimasi umur atau masa manfaat aktiva tetap.

2. Karena perubahan kondisi perokonomian, perusahaan merasa perlu untuk mengubah metoda akuntansinya untuk lebih mencerminkan kondisi perekonomian terkini.

3. Organisasi profesi akuntansi mengharuskan perusahaan untuk menerapkan standar, prinsip, atau metoda akuntansi yang baru.

4. Akuisisi, peleburan, pemekaran, pemecahan usaha bisa menyebabkan terjadinya perubahan entitas pelapor.

5. Tuntutan kepada manajemen untuk menghasilkan laba secara berlebihan. Perubahan akuntansi seringkali bisa membuat laba menjadi lebih besar.

Apapun alasannya, akuntan harus tetap menempatkan manfaat atau kegunaan informasi sebagai pertimbangan utama di dalam menyajikan informasi akuntansi. Akuntan harus menentukan apakah perubahan akuntansi memang diperlukan, dan kemudian memutuskan bagaimana efek perubahan akuntansi harus dilaporkan untuk membantu para pemakai di dalam memahami laporan keuangan.

Deteksi kesalahan akuntansi terhadap transaksi-transaksi yang terjadi dimasa lalu juga dihadapkan pada persoalan yang sama. Kesalahan harus dikoreksi, dan penjelasan yang lengkap harus diberikan agar pemakai laporan keuangan tahu persis apa yang sesungguhnya terjadi.

B. PERUBAHAN AKUNTANSI

(Harnanto, 2003 : 347 - 348)

Standar atau prinsip akuntansi yang lazim mengidentifikasi tiga kategori penting dari perubahan akuntansi, yaitu: (1) perubahan estimasi atau taksiran; (2) perubahan prinsip akuntansi; dan (3) perubahan entitas pelapor. Sebagaimana telah dikemukakan, tujuan pokok penyajian laporan keuangan adalah menyediakan informasi untuk membantu para pemakai laporan dalam memprediksi, membandingkan, dan menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang.

Beberapa alternatif metoda pelaporan efek perubahan akuntansi telah disarankan untuk digunakan dalam praktik, masing-masing dengan argumentasi yang berbeda satu sama lain.

1. Menyajikan kembali laporan keuangan tahun-tahun lalu agar mencerminkan efek perubahan akuntansi, dengan efek kumulatifnya diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap saldo laba yang di tahan pada awal tahun berjalan.

2. Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi hanya di dalam laporan keuangan tahun berjalan, dengan dibebankan atau ditambahkan secara langsung kepada saldo laba yang ditahan, tanpa melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-tahun lalu.

(2)

4.

Melaporkan efek kumulatif perubahan akuntansi sebagai elemen laba-rugi tahun berjalan, tetapi disertai penyajian secara terbatas informasi proforma untuk seluruh perioda yang tercakup dalam pelaporan, dengan menyajikan efeknya terhadap hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, seandainya perubahan akuntansi sudah dilakukan tahun-tahun lalu.

5. Mengakui efek perubahan akuntansi hanya dalam laporan keuangan tahun berjalan dan tahun-tahun berikutnya, tanpa melakukan penyesuaian atau koreksi terhadap laporan keuangan tahun-tahun lalu.

Perubahan Estimasi atou Taksiran (Harnanto, 2003 : 349 - 350)

Berbagai area di mana perubahan estimasi atau taksiran seringkali diperlukan, termasuk di antaranya adalah:

1. Piutang yang tak tertagih

2. Penurunan nilai persediaan

3. Masa manfaat atau umur dan nilai residu aktiva tetap

4. Masa manfaat beban tangguhan

5. Kewajiban atau utang garansi

6. Deposit mineral atau cadangan sumber alam

7. Asumsi aktuarial untuk program pensiun

Efek dari setiap perubahan akuntansi yang diklasifikasi sebagai perubahan estimasi harus dilaporkan berdasar salah satu dari dua altematif metoda sebagai berikut: (1) hanya dalam laporan keuangan tahun berjalan, atau (2) dalam laporan keuangan tahun berjalan dan tahun-tahun berikutnya. Tidak ada penyesuaian secara retroaktif yang harus dilakukan atau penyajian laporan keuangan proforma terhadap efek perubahan estimasi. Perubahan estimasi dipandang sebagai bagian dari proses akuntansi, dan bukan sebagai koreksi kesalahan yang terjadi di masa lalu, apalagi perubahan prinsip akuntansi.

Perubahan Prinsip Akuntansi (Harnanto, 2003 : 350)

Sebagai contah, perubahan metoda depresiasi aktiva tetap dari metoda saldo menurun ganda menjadi metoda garis lurus pada tahun tertentu dalam masa manfaat aktiva, yang sudah direncanakan pada saat perolehannya. Penerapan secara konsisten kebijakan akuntansi demikian, tidak dipandang sebagai perubahan prinsip akuntansi pada saat diterapkannya metoda garis lurus. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa materialitas dan konsistensi harus dipertimbangkan di dalam mengidentifikasi apakah suatu perubahan akuntansi dapat atau tidak dapat disebut sebagai perubahan prinsip akuntansi.

Perubahan Entitas Pelapor (Harnanto, 2003 : 351)

Perusahaan kadang-kadang mengalami perubahan struktur atau melaporkan kegiatan operasinya sedemikian rupa, sehingga menghasilkan laporan keuangan, yang pada hakekatnya merupakan laporan keuangan dari suatu entitas yang berbeda. Lebih spesifik lagi, perubahan entitas pelapor mencakup: (a) penyajian laporan keuangan konsolidasi atau gabungan sebagai pengganti laporan keuangan individual perusahaan; (b) perubahan pada anak perusahaan tertentu di dalam suatu grup perusahaan yang menyajikan laporan keuangan konsolidasi; (c) perubahan pada perusahaan -perusahaan yang termasuk di dalam laporan keuangan gabungan; dan (d) penggabungan usaha atas dasar penyatuan kepentingan (pooling of interest).

Koreksi Kesalahan (Harnanto, 2003 : 351)

(3)

atau metoda akuntansi, kekeliruan atau kesalahan di dalam menggunakan fakta yang ada pada saat penyusunan laporan keuangan. Suatu perubahan prinsip atau metoda akuntansi yang tidak akseptabel dengan prinsip atau metoda akuntansi yang akseptabel, juga diklasifikasi sebagai kesalahan (dalam hal ini merupakan kesalahan di dalam menerapkan prinsip atau metoda akuntansi). Efek atau akibat dari kesalahan di dalam menggunakan fakta yang ada termasuk dalam kategori kesalahan, sedang efek atau akibat tersedianya informasi atau fakta yang baru termasuk dalam kategori perubahan estimasi.

Membedakan antara kesalahan dengan perubahan estimasi mutlak diperlukan, karena masing-masing memerlukan metoda dan perlakuan akuntansi yang berbeda.

C. METODA PELAPORAN UNTUK PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI

KESALAHAN

(Harnanto, 2003 : 356)

Aspek Restatement Efek Kumulatif Current and Prospective Deskripsi laba rugi tahun berjalan dan tahun-tahun berikutnya. Tidak ada komponen laba rugi khusus untuk melaporkan efek perubahan

Rekening Laba Rugi didebit atau dikredit, tergantung efek perubahannya secara berbeda dari kejadian normal lainnya

(4)

BAB X

PENGUNGKAPAN PENUH LAPORAN KEUANGAN

Berikut ini merupakan hal-hal yang dibahas dalam pengungkapan penuh laporan keuangan:

A. Prinsip Pengungkapan Penuh

FASB Concept Statement No. 1 menyatakan bahwa beberapa informasi yang bermanfaat lebih baik disajikan dalam laporan keuangan, dan beberapa lainnya lebih baik disajikan dengan menggunakan media pelaporan keuangan selain laporan keuangan. Sebagai contoh, meskipun laba dan arus kas telah tersedia dalam laporan keuangan, namun para investor mungkin lebih baik melihat perbandingan hal itu dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, yang bisa ditemui pada artikel berita atau laporan perusahaan perantara (broker).

(5)

adalah bidang yang secara langsung, dipengaruhi oleh standar-standar FASB. Jenis informasi lainnya yang terdapat dalam laporan tahunan, seperti pembahasan dan analisis manajemen, tidak terpengaruh oleh standar-standar FASB.

B.Peningkatan Persyaratan Pelaporan

Penyebab dari peningkatan persyaratan pengungkapan ini adalah beragam, yang beberapa diantaranya adalah:

1. Kerumitan Lingkungan Bisnis. Kesulitan untuk memaparkan peristiwa-peristiwa ekonomi dalam laporan yang ringkas telah menjadi berlipat ganda karena meningkatnya kerumitan operasi bisnis dalam bidang-bidang seperti derivatif, leasing, penggabungan usaha, pensiun, pengaturan pembiayaan, pengakuan pendapatan, dan pajak yang ditangguhkan. Sebagai akibatnya catatan atas laporan keuangan banyak digunakan untuk menjelaskan transaksi ini serta pengaruhnya di masa depan.

2. Kebutuhan akan Informasi yang Tepat Waktu. Saat ini, para pemakai meminta informasi terkini dan bersifat prediktif. Sebagai contoh, lebih banyak data interim yang dibutuhkan. Dan peramalan keuangan yang dipublikasikan yang biasanya ditakuti dan dihindari oleh manajemen, telah direkomendasikan oleh SEC. 3. Akuntansi sebagai Alat Pengendalian dan Pemantauan. Pemerintah baru-baru ini

meminta lebih banyak informasi dan pengungkapan publik untuk fenomena-fenomena seperti konpensasi manajemen, polusi lingkungan, transaksi pihak yang terkait, kesalahan dan ketidakberesan, serta kegiatan melawan hukum. Perhatian terhadap “krisis S & L” telah dinyatakan dalam banyak persyaratan pelaporan/ pengungkapan yang baru, dan para akuntan serta auditor

telah dipilih sebagai

agen untuk membantu mengendalikan dan memantau perhatian tersebut.

C.Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan merupakan alat akuntan untuk merinci atau menjelaskan pos-pos yang disajikan dalam batang tubuh laporan keuangan. Informasi yang berkaitan dengan pos-pos spesifik dari laporan keuangan dapat dijelaskan dalam istilah kualitatif, dan data pelengkap yang bersifat kuantitatif dapat disediakan untuk memperluas informasi dalam laporan keuangan. Pembatasan yang dikenakan oleh lembaga pengaturan keuangan atau perjanjian kontraktual dasar juga dapat dijelaskan dalam catatan. Walaupun catatan dapat bersifat teknis dan sulit dipahami, namun hal itu memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan.

D.Masalah Pengungkapan

Pengungkapan Transaksi atau Peristiwa Khusus

Transaksi pihak terkait terjadi apabila suatu perusahaan melakukan transaksi di mana salah satu pihak yang melakukan transaksi itu mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan pihak lainnya secara signifikan, atau dimana pihak yang tidak terlibat dalam transaksi mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan kedua pihak yang melakukan transaksi.

Seorang akuntan diharapkan untuk melaporkan substansi ekonomi dan bukannya format hukum dari transaksi tersebut serta membuat pengungkapan yang memadai. FASB Statement No. 57 mengharuskan pengungkapan berikut untuk transaksi pihak terkait yang material:

1. Sifat hubungan pihak yang terlibat.

(6)

nominal yang terlibat) untuk setiap perioda di mana laporan laba rugi disajikan.

3.

Jumlah uang yang terlibat dalam transaksi untuk setiap perioda di mana laporan laba rugi disajikan.

4.

Jumlah yang terhutang dari atau kepada pihak terkait pada setiap tanggal neraca yang disajikan Kesalahan (errors) didefinisikan sebagai kesalahan yang tidak disengaja, sedangkan ketidawajaran (irregularities) adalah distorsi laporang keuangan yang disengaja.

Tindakan melawan hukum mencakup hal-hal seperti kontribusi politik yang illegal, praktek suap, pemberian komisi, serta pelanggaran hukum dan peraturan lainnya. Dalam situasi ini seorang akuntan/auditor harus mengevaluasi kelayakan pengungkapan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, jika pendapatan yang berasal dari tindakan melawan hokum dianggap material dalam hubungannya dengan laporan keuangan, maka informasi ini harus diungkapkan.

Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Peristiwa Kemudian)

Catatan atas laporan keuangan harus menjelaskan setiap peristiwa keuangan signifikan yang terjadi setelah tanggal neraca formal, tetapi sebelum laporan keuangan akhir diterbitkan. Peristiwa ini sering disebut sebagai peristiwa setelah tanggal neraca (post balance sheet event), peristiwa kemudian hingga tanggal peristiwa kemudian dapat disajikan dengan diagram waktu yang ditunjukkan pada Ilustrasi berikut ini:

Dua jenis peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca mungkin memiliki pengaruh yang material terhadap laporan keuangan atau mungkin perlu dipertimbangkan untuk menginterprestasi laporan keuangan itu secara akurat:

1.

Peristiwa yang memberikan bukti tambahan tentang kondisi yang ada pada tanggal neraca yang mempengaruhi estimasi yang digunakan dalam penyiapan laporan keuangan, dan oleh sebab itu, mengakibatkan diperlukannya penyesuaian. Seluruh informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi estimasi yang dibuat sebelumnya. Jika peristiwa kemudian tidak dipertimbangkan, maka hilangkan kesempatan untuk meningkatkan keakuratan laporan keuangan. Jenis peristiwa pertama ini mencakup informasi yang akan dicatat dalam akun-akun jika telah diketahui pada tanggal neraca.

Sebagai contoh, jika kerugian atas piutang usaha terjadi karena pailitnya pelanggan setelah tanggal neraca, maka laporan keuangan akan disesuaikan sebelum diterbitkan. Kepailitan tersebut berasal dari kesehatan keuangan pelanggan yang buruk yang ada pada tanggal neraca.

(7)

tetapi muncul sesudah tanggal neraca dan tidak membutuhkan penyesuaian laporan keuangan. Beberapa dari peristiwa ini mungkin harus diungkapkan untuk mencegah laporan keuangan menyesatkan. Pengungkapan ini dapat mengambil bentuk seperti catatan, skedul pelengkap, atau bahkan data keuangan pro forma “as if” yang disiapkan dengan asumsi peristiwa itu telah terjadi pada tanggal neraca. Berikut ini adalah beberapa contoh dari peristiwa yang memerlukan pengungkapan (tetapi tidak perlu penyesuaian:

a.

Penjualan obligasi atau modal saham; pemecahan saham atau dividen saham.

b.

Penggabungan usaha yang tertunda atau terpengaruhi.

c.

Penyelesaian tuntutan hokum jika peristiwa yang menyebabkan tuntutan tersebut setelah tanggal neraca.

d.

Kerugian karena kebakaran atau banjir atas pabrik atau persediaan.

e.

Kerugian atas piutang usaha karena kondisi (seperti kerugian utama pelanggan) yang timbul setelah tanggal neraca.

f. Keuntungan atau kerugian atas sekuritas tertentu yang mudah dipasarkan.

Pelaporan untuk Perusahaan yang Terdiversifikasi (Konglomerat)

Dalam beberapa dekade terakhir banyak perusahaan cenderung mendiversifikasikan operasi mereka.

Perusahaan selalu merasa ragu untuk mengungkapkan data segmentasi karena alasan-alasan berikut:

1. Tanpa dilengkapi oleh pengetahuan usaha yang mendalam serta pemahaman atas faktor-faktor penting seperti lingkungan kompetitif dan kebutuhan investasi modal, seorang investor mungkin menganggap informasi segmental tidak berarti atau bahkan menarik kesimpulan yang tidak tepat tentang laba segmen yang dilaporkan.

2. Pengungkapan tambahan mungkin merugikan perusahaan pelapor karena memberi para pesaing, serikat pekerja, pemasok dan badan-badan pemerintah tertentu.

3. Pengungkapan tambahan mungkin mencegah manajemen untuk mengambil risiko usaha yang cermat karena segmen yang melaporkan kerugian atau laba yang kurang memuaskan mungkin menyebabkan rasa tidak puas pemegang saham terhadap manajemen.

4. Variasi yang luas diantara perusahaan-perusahaan dalam memilih segmen, alokasi biaya dan masalah akuntansi lainnya telah membatasi manfaat informasi segmental. 5. Para investor melakukan investasi pada perusahaan secara keseluruhan dan bukan

pada beberapa segmen tertentu, sehingga kinerja salah satu segmen bukan merupakan masalah jika kinerja secara keseluruhan dianggap memuaskan.

6. Beberapa masalah teknik tertentu, seperti klasifikasi segmen serta alokasi pendapatan dan biaya segmen (terutama “biaya bersama”) merupakan hal yang tidak dapat dihindari.

Di pihak lain, para pendukung pengungkapan segmental mengemukakan alasan-alasan berikut untuk mendukung praktek pengungkapan:

1. Informasi segmental dibutuhkan oleh para investor untuk membuat keputusan investasi yang cermat sehubungan dengan perusahaan yang terdiversifikasi.

a.

Data penjualan dan laba dari masing-masing segmen dibutuhkan untuk meramalkan laba konsolidasi karena perbedaan antara segmen dalam tingkat pertumbuhan, risiko dan profitabilitas.

b.

Laporan segmental mengungkapkan sifat bisnis perusahaan dan ukuran relatif dari masing-masing komponen sebagai alat dalam mengevaluasi kelayakan investasi perusahaan.

(8)

konglomerat tersebut dapat menyembunyikan informasi yang harus diungkapkan oleh para pesaingnya.

Tujuan Pelaporan Informasi Segmental

Tujuan dari pelaporan data keuangan segmental adalah untuk memberikan informasi tentang berbagai jenis aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan dan berbagai lingkungan ekonomi di mana perusahaan beroperasi, agar membantu pemakai laporang keuangan untuk:

a. Memahami dengan lebih baik kinerja perusahaan.

b. Menilai dengan lebih baik prospek arus kas bersih di masa depan.

c. Membuat lebih banyak pertimbangan cermat tentang perusahaan secara keseluruhan.

Informasi Segmen yang Dilaporkan

FASB mengharuskan perusahaan untuk melaporkan:

1. Informasi umum tentang segmen-segmen operasinya. Ini mencakup faktor-faktor yang dianggap manajemen paling penting dalam menentukan segmen operasi perusahaan, serta jenis produk atau jasa yang menghasilkan pendapatan bagi masing-masing segmen operasi.

2. Laba dan rugi segmen serta informasi terkait. Secara spesifik, informasi berikut tentang setiap segmen operasi harus dilaporkan jika jumlah-jumlah tersebut termasuk dalam penentuan laba atau rugi segmen:

a.

Pendapatan dari transkasi dengan pelanggan eksternal.

b.

Pendapatan dari transaksi dengan segmen operasi lainnya dari perusahaan yang sama.

c.

Pendapatan bunga.

d.

Biaya bunga.

e.

Biaya penyusutan, deplesi, dan amortisasi.

f.

Pos-pos tidak biasa.

g.

Ekuitas dalam laba bersih investee yang diperhitungkan dengan metoda ekuitas.

h.

Biaya atau manfaat pajak penghasilan.

i.

Pos-pos luar biasa.

j.

Pos-pos nonkas yang signifikan selain beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi. 3. Aktiva segmen. Sebuah perusahaan harus melaporkan total aktiva dari setiap segmen

operasi. 4. Rekonsiliasi.

Sebuah perusahaan harus menyediakan rekonsiliasi antara total pendapatan segmen dengan total pendapatan, rekonsiliasi antara total laba atau rugi segmen dengan laba sebelum pajak penghasilan, serta rekonsiliasi antara total aktiva segmen operasi dengan total aktiva.

5. Informasi tentang produk dan jasa serta lokasi geografis. Untuk setiap segmen operasi yang belum ditentukan berdasarkan geografis, perusahaan harus melaporkan (kecuali jika tidak praktis) (a) dalam negara tempat perusahaan berdomisili dan (b) dalam setiap negara lain jika material): (1) pendapatan dari pelanggan eksternal, (2) aktiva jangka panjang, dan (3) pengeluaran untuk aktiva jangka panjang selama perioda berjalan.

6. Pelanggan utama.

Jika 10 persen atau lebih pendapatan dihasilkan dari satu pelanggan, maka perusahaan harus mengungkapkan total jumlah pendapatan dari setiap pelanggan itu menurut segmen.

(9)

Salah satu sumber informasi lainnya bagi investor adalah laporan interim. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, laporan keuangan adalah laporan yang mencakup perioda kurang dari setahun.

Persyaratan Pelaporan Interim

Profesi akuntansi mengidentifikasikan bahwa akuntansi yang sama yang digunakan untuk laporan tahunan harus digunakan juga untuk laporan interim. Pendapatan harus diakui dalam perioda interim atas dasar yang sama dengan yang digunakan dalam perioda tahunan. Sebagai contoh, jika metoda penjualan cicilan digunakan sebagai dasar pengakuan pendapatan atas dasar tahunan, maka metoda yang sama juga harus berlaku bagi pelaporan interim. Selain itu, biaya-biaya yang terkait langsung dengan pendapatan (biaya produk) seperti bahan, tenaga kerja serta tunjangan khusus, dan overhead pabrik juga harus diperlakukan dengan cara yang sama antara laporan interim dan laporan tahunan.

Berkaitan dengan pengungkapan, data interim berikut harus dilaporkan sebagai tingkat minimum:

1.

Penjualan atau pendapatan kotor, provisi untuk pajak penghasilan, pos-pos luar biasa, pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip atau praktek.

2.

Laba per saham dasar dan yang didilusi jika tepat.

3.

Pendapatan, biaya, atau beban minimum.

4.

Perubahan yang signifikan dalam estimasi atau provisi untuk pajak penghasilan.

5.

Pelepasan segmen bisnis dan pos-pos luar biasa, tidak biasa, atau yang jarang sekali.

6.

Pos-pos kontijen.

7.

Perubahan prinsip atau estimasi akuntansi.

8. Perubahan yang signifikan dalam posisi keuangan

Laporan Auditor Dan Manajemen Laporan Auditor

Sumber informasi penting lainnya yang sering dilupakan adalah laporan auditor. Seorang auditor adalah akuntan profesional yang melakukan pemeriksaan independen atas data akuntansi yang disajikan oleh perusahaan.

Dalam menyiapkan laporan, auditor harus mengikuti standar-standar pelaporan berikut:

1.

Laporan tersebut harus menyatakan apakah laporan keuangan sudah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum.

2.

Laporan tersebut harus mengidentifikasi situasi dimana prinsip-prinsip semacam itu tidak dianut secara konsisten selama perioda berjalan dibandingkan dengan perioda sebelumnya.

3.

Pengungkapan informative dalam laporan keuangan akan dianggap memadai kecuali dinyatakan sebaliknya pada laporan tersebut.

4.

Laporan tersebut harus mencakup suatu pernyataan pendapatan tentang laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi untuk mempengaruhi bahwa pendapat tidak dapat diberikan. Jika pendapatan secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua kasus di mana nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus mencakup indikasi yang jelas tentang sifat pemeriksaan auditor tersebut, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

Laporan Manajemen

Pembahasan dan Analisis Manajemen

(10)

Tanggung Jawab Manajemen terhadap Laporan Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

dalam perlombongan bijih timah di Tanah Melayu, hal ini menyebabkan lebih banyak kawasan. perlombongan akan dibuka dan seiring dengan itu lebih ramai tenaga kerja

Bagi pelamar yang berusia Iebih dan 35 (tiga puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 tahun yang bekerja pada pelayanan

Keputusan perusahaan untuk pemilihan jenis layanan dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya merupakan informasi yang penting untuk menunjang pemasaran rumah sakit.Rumah

Sarumpaet (1992:24) yaitu : 1) bola mesti dikuasai sepenuhnya berarti tidak mungkin dirampas lawan, 2) dapat menggunakan semua bagian kaki sesuai tujuan apa yang ingin dicapai,

Dari sini, posisi ormas-ormas Islam harus dapat turut andil dalam memberikan wacana arahan baru perpolitikan umat Islam yang ada di Indonesia, bukan dengan mendirikan khilafah Islam

Program dan kegiatan tersebut didanai dengan anggaran APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN. Dari hasil laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di lokasi Kabupaten Rote

Peran seorang guru dalam proses pendidikan anak didik sangat penting, kalau orang tua anak itu bertanggung jawab terhadap keadaan anak ketika di rumah, maka yang bertanggung

saya ingin semua anak Indonesia ,tak terkecuali anak jalanan harus bisa sukses seperti kedua orang tua saya.Saya biasanya kalau tidak ada pekerjaan dirumah hanya merenungkan