• Tidak ada hasil yang ditemukan

DZIKIR DAN CINTA.doc 39KB Jun 13 2011 06:28:17 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DZIKIR DAN CINTA.doc 39KB Jun 13 2011 06:28:17 AM"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

DZIKIR DAN CINTA

Dalam Puisi Emre Oleh Kuswaidi Syafi'ie

Puisi-puisi yang sebagian besar merupakan perahu-perahu bagi berlayarnya dzikir dan cinta adalah puisi-puisi yang meluncur (seringkali secara mendadak) dari jiwa bening para sufi atau para penyair yang sedang dirundung jadzab (kemabukan, trance) di bawah naungan kemesraanNya. Dalam keadaan digelayuti rasa kangen yang tak terkira, puisi bagi seorang sufi merupakan wahana dan kesempatan untuk berdzikir, menyebut nama-namaNya yang membuat ia terkesima. Sebagai sampel, simaklah secara mendalam dua bait Yunus Emre, penyair dan sufi tersohor yang hidup di Turki dari pertengahan abad ke-13 hingga 1321 M:

Bersamadengangunung-gunung,denganbatu-batu

Denganparamistikyangmemanggil"0Dia!" Kusebut namaMu,Tuhan,oTuhan!

Dzikir, sebagaimana termaktub dalam puisi di atas, tidak semata dibebani oleh maknanya yang etemologis, yaitu menyebut atau mengingat. Tapi lebih dari itu terminologi tersebut berkonotasi pada intensitas penghayatan yang dalam dan terus-menerus terhadap hadiratNya. Maka kita tidaklah perlu merasa heran kalau aku-lirik (yang tak lain tak bukan adalah Yunus Emre sendiri) sampai berkolaborasi secara manis dengan gunung-gunung, batu-batu, burung-burung di fajar pagi, ikan-ikan di lautan, rusa-rusa di gurun bebas,dan para mistik yang memanggil "0 Dia!" dalam menumpahkan gumpalan-gumpalan dzikir kepadaNya: tidak cuma terbatas pada benda-benda yang hidup secara biologis yang diyakini oleh aku-lirik sanggup "bergandeng tangan" dengannya dalam menghaturkan dzikir, bahkan benda-benda mati pun tidak luput dari semprotan

keyakinannya bahwa mereka juga mampu memasuki ruang kebersamaan dengannya dalam melakukan dzikir.

Kita (setidaknya saya pribadi) tidak tahu secara persis apakah benda-benda (baik yang hidup maupun yang mati) yang disebutkan oleh Yunus Emre dalam dua bait puisinya itu betul-betul sanggup berdzikir kepadaNya atau tidak. Tapi dengan menggunakan spektrum dan paradigma psikologis kita bisa mengungkapkan kalimat sebagaimana berikut: aku-lirik yang sedang dicengkram dan diharubiru oleh kelezatan dzikir kepadaNya "terpaksa" mengira bahwa dia sesungguhnya tidaklah sendirian dalam berdzikir, tapi ditemani oleh apa pun yang ada di sekitarnya. Dengan bahasa lain: kepekatan corak spiritual yang bergemuruh di dalam dirinya tidaklah bisa dihalangi untuk tumpah dan merebak terhadap berbagai "hal", sehingga apa saja yang dia jumpai menjadi sewarna dengan corak batinnya sendiri.

Atau kalau kita mau berbaik sangka: bisa jadi aku-lirik sebenarnya telah sanggup menyelusup ke dalam "kehidupan" benda-benda secara detail dengan kekuatan makrifatnya sehingga dengan tegas dia menyatakan dalam puisinya bahwa antara dirinya dengan benda-benda itu tak lagi berjarak: dengan harmoni spiritual yang kemilau mereka beriringan mendenyutkan dzikir yang intens kepadaNya. Kalau sangkaan kita ini benar, maka sesungguhnya aku-lirik telah sanggup menjebol kekukuhan dan kekerasan "dinding-dinding" bahasa: ia tak hanya memahami bahasa manusia dengan berbagai variannya, tapi juga (sebagaimana Nabi Sulaiman) mengerti bahasa-bahasa makhluk lainnya.

(2)

Namun, apa pun yang terjadi berkait dengan kedekatan antara aku-lirik dengan benda-benda itu, satu hal saya kira tidak bisa ditampik: puisi itu mengabarkan betapa aku-lirik sungguh telah terjerat dalam jaring-jaring pukauanNya yang amat menggairahkan, kepincut terhadap lezat senyumNya yang sangat menawan, tercebur ke dalam telaga kenikmatanNya yang begitu menyejukkan. Sehingga bukanlah merupakan suatu hal yang ajaib jika aku-lirik menyebutnya berulang-ulang, tanpa henti, dengan atau tanpa suara, dalam keadaan tidur dan jaga, dengan nada dan gema kecintaan yang nyaris tak bertepi.

Sungguh menakjubkan, setidaknya bagi saya yang sampai hari ini hanya bisa mencucurkan air liur ketika menyimak kisah dan gemuruh cinta yang menjelma gelombang, yang tak pernah mengeluh dan tak pernah merasa lelah, yang senantiasa muda dan nyalang matanya, yang tak pernah takut terhadap marabahaya dan tak pernah miris menghadapi nista, yang hanya berkiblat dan memuja-muja sebuah fokus (dalam hal ini Allah) yang menjadi perhatian dan tumpuannya, yang tak bosan-bosan mendendangkan gejolak rindu dan kemabukan.

Dzikir dan cinta dalam konteks puisi Yunus Emre di atas, tak pelak lagi merupakan dua wajah dari gobang yang tunggal: cinta mengekspresikan diri lewat dzikir yang senantiasa mendesir, yang tak pernah mengharapkan akhir, sementara dzikir menemukan pijakan dan pengejawantahannya dalam bunyi seruling cinta yang tak pernah tua dan renta. Orang yang telah sanggup menggenggam kedwitunggalan dzikir-cinta atau cinta-dzikir tersebut, hatinya akan menjadi seluas malakut (kerajaanNya yang tak terhingga): keagungan, bunga-bunga, keabadian dan mega-mega bermekaran di situ. Akalnya akan menjadi cakrawala yang sanggup menampung dan mengelola asap menjadi aneka bianglala yang begitu mempesona. Ketajaman hatinya (bashiroh) akan sanggup menerobos tirai-tirai langit hingga sosok sidratil muntaha menjadi nyata. Nafasnya akan menjelma angin senja yang membelai alam semesta.

ltulah dunia cinta, itulah pula dunia dzikir: di dalamnya para pencinta berjingkrang-jingkrang dan berpestapora melahap bertalam-talam rida, rahmat, anugrah dan belaskasihNya:

Penulis adalah penyair,juga peserta Program Studi Filsafat Islam Pascasarjana IAIN Sunan KalijagaYogyakarta.

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kepiting betina yang telah malakukan perkawinan secara berlahan dan pelan-pelan akan beruaya ke perairan bakau, dan kembali ke laut untuk melakukan pemijahan, dan

Dengan menggunakan beberapa tahap metode yaitu pengumpulan data, pengelolaan data, tahap analisis data dan diakhiri dengan tahap perancangan, diharapkan dapat mencapai

paling dominan terhadap penghasilan kena pajak dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 42,02%, disusul oleh perencanaan pajak yang memberikan pengaruh

Selain itu DPL juga penting bagi masyarakat setempat sebagai salah satu cara meningkatkan produksi perikanan (terutama ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang),

Bagi peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang berkeberatan atas penetapan ini, dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dan disampaikan kepada Panitia Pengadaan

Abstrak — Perancangan fasilitas tunggu transportasi umum di Surabaya ini dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan kota Surabaya akan tempat menunggu transportasi

[r]

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kelompok II pada satuan kerja Sekolah Tinggi Transportasi.. Darat (STTD) Bekasi Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Kementerian