PENGAJIAN ANGGOTA DAN PIMPINAN
Oleh Haedar Nashir
Kyai Haji Ahmad Dahlan merintis Muhammadiyah antara lain dengan menggerakkan pengajian-pengajian. Lahirnya gerakan pelayanan anak yatim dengan memperdalam surat Al-Ma’un juga melalui pengajian. Pembinaan anak-anak muda yang kelak menjadi tokoh-tokoh Muhammadiyah juga dilakukan dengan pengajian-pengajian takhasus. Baik itu pengajian yang memperdalam ilmu-ilmu agama maupun masalah-masalah ilmu pengetahuan dan peduli pada masalah-masalah di sekitar. Sedangkan berkenaan dengan ilmu pengetahuan, Kyai Dahlan selalu menekankan apa yang disebutnya ilmu teori dan amal praktis, artinya ilmu dan amal.
Sejak itu, pengajian-pengajian menjadi ciri khas dari perkumpulan Muhammadiyah. Dalam perkembangannya di kemudian hari, berdirinya Cabang-cabang Muhammadiyah generasi awal seperti di Kotagede, Srandakan, Pekajangan, Garut, Makassar, dan sebagainya selalu bertumpu pada gerakan pengajian. Gerakan pengajian menjadi bagian tidak terpisahkan dari lahirnya amal-amal usaha dan kegiatan-kegiatan tabligh Muhammadiyah. Keberadaan Muhammadiyah di tingkat akar-rumput justru hidup bersama dengan pengajian-pengajian.
Kini Muhammadiyah telah tersebar luas di seluruh Nusantara. Amal usaha Muhammadiyah mekar di seluruh pelosok. Organisasi berkembang di setiap tingkatan. Anggota pun bertambah sehingga Muhammadiyah menjadi makin besar. Muhammadiyah bahkan tumbuh menjadi organisasi yang luas dan dikenal dunia. Tokoh serta para kader dan anggota Muhammadiyah pun makin banyak yang pandai dengan tingkat pendidikan umum yang tinggi. Gedung dan fasilitas Muhammadiyah kian banyak yang megah serta menjadi pusat aktivitas yang memadai.
Namun, kini juga mulai dirasakan adanya pemudaran ruh dalam Muhammadiyah. Ranting-Ranting dan Cabang-Cabang Muhammadiyah masih banyak yang statis atau tidak menunjukkan gairah gerakan sebagaimana harapan. Semangat ber-Muhammadiyah mulai diwarnai oleh kepentingan-kepentingan yang tidak jarang menimbulkan konflik, lebih-lebih di amal usaha Muhammadiyah. Nilai-nilai keikhlasan, amanat, dan tanggungjawab mengalami pelunturan. Demikianlah sebagian keluhan dari sejumlah daerah yang mulai dirasakan oleh Muhammadiyah.
Sementara itu, tidak sedikit pimpinan maupun anggota Muhammadiyah yang masih awam dengan misi gerakan. Mereka ingin belajar memahami Muhammadiyah secara mendalam, tetapi kurang media untuk keperluan yang penting itu. Padahal, pemahaman yang benar dan mendalam mengenai misi gerakan Muhammadiyah akan sangat mempengaruhi bagaimana mereka menggerakkan Muhammadiyah di setiap tempat dan lingkungan Persyarikatan.
Karena itu, kini muncul tuntutan yang niscaya. Bagaimana Pimpinan Persyarikatan dengan seluruh komponen yang ada di dalamnya membangkitkan dan menggairahkan kembali pengajian-pengajian Muhammadiyah untuk anggota dan pimpinan. Sejak tingkat Pusat hingga Wilayah, Daerah, Cabang, Ranting, termasuk di lingkungan amal usaha Persyarikatan perlu diintensifkan pengajian-pengajian Muhammadiyah.
Pengajian Pimpinan tentu selain memperdalam masalah-masalah keislaman, juga menyangkut masalah-masalah keilmuan, kemasyarakatan, dan hal-hal yang aktual serta strategis. Sedangkan pengajian anggota lebih ditekankan pada pembinaan keagamaan, keilmuan, dan sikap hidup dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semuanya tentu disertai dengan memberikan pemahaman tentang misi Islam dan perjuangan Muhammadiyah, sehingga menanamkan ruh Muhammadiyah yang mendalam.
Pengajian-pengajian pimpinan dan anggota Muhammadiyah tersebut perlu dirancang dengan baik, dikemas secara menarik, dan diatur waktu serta tempatnya secara baik pula. Jangan asal pengajian, yang seadanya dan menjenuhkan. Perlu intensifikasi dan variasi pengajian sesuai dengan keperluan dan kemampuan setiap tingkatan pimpinan. Libatkah para ahli dan mereka yang memiliki kemampuan, termasuk kemampuan dana, untuk berperan sesuai dengan posisi dan kapasitasnya. Bikinlah kelompok-kelompok jama’ah sebagaimana misi Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah dengan berbagai variasi model.
Lebih di tingkat Cabang dan Ranting, serta di amal usaha, tuntutan untuk mengintensifkan pengajian Muhammadiyah itu sangatlah penting dan strategis. Jadikan masjid dan gedung-gedung Muhammadiyah setempat sebagai pusat gerakan pengajian, yang menjadi basis pembinaan umat dan masyarakat. Optimalkan peran imam, khatib, ustadz, dan pembina umat untuk menjadi fasilitator yang terorganisasi dalam pengajian-pengajian pimpinan dan anggota tersebut. Libatkan secara langsung Majelis Tarjih, Tabligh, dan Majelis Kader secara terorganisasi.
Insya Allah, dengan pengajian pimpinan dan anggota yang terorganisasi rapih dan berjalan intensif itu maka Muhammadiyah akan tumbuh subur serta dirasakan manfaatnya oleh umat serta masyarakat luas. Mari, bangkitkan dan gairahkan pengajian pimpinan dan pengajian anggota di lingkungan Muhammadiyah!
Sumber: SM-14-2002