AR 1
Mata Kuliah : PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Modul : 5 (lima)
Materi : Teori Perdagangan Internasional
Paradigma Baru Perdagangan Internasional
Teori-teori klasik dan modern (H-O) dalam perdagangan internasional yang telah dibahas sebelumnya memiliki sejumlah kelemahan, terutama mengenai asumsi-asumsi yang digunakan, seperti tenaga kerja yang selalu diasumsikan sebagai faktor produksi dominan dan bersifat homogen. Kenyataannya tenaga kerja tidak homogen, melainkan berbeda menurut jenis dan derajat pendidikan dan keterampilan (kualitas).
Selain masalah SDM (Sumberdaya Manusia) teori-teori tersebut tidak menganggap penting faktor teknologi. Padahal, teknologi berpengaruh terhadap pola dan pertumbuhan perdagangan internasional. Hal ini terlihat pada negara-negara Asia yang miskin SDA, maka SDM dan teknologi menjadi faktor penting dalam menentukan kemajuan dan pola perkembangan ekspor negara tersebut, Misal: Singapura, Jepang, dan Hongkong.
Perkembangan ekspor suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif, tetapi juga oleh faktor-faktor-faktor-faktor keunggulan kompetitif.
Keunggaulan suatu negara atas negara lain dalam perdagangan internasional dapat dikelompokkan dua macam, yaitu:
1. Keunggulan alamiah (natural advantage); seperti anugrah jumlah
tenaga kerja (tanpa memperhatikan kualitas) dan bahan baku yang melimpah yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini mengakibatkan upah tenaga kerja dan harga bahan baku di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lain, misal Singapura dengan populasi yang lebih kecil dan miskin bahan baku. Kondisi ini mendukung perkembangan ekspor komoditas-komoditas primer Indonesia (minyak bumi dan pertanian), dan sedikit produk manufaktur yang banyak menggunakan tenaga kerja dalam proses produksinya.
2. Keunggulan yang dikembangkan (acquired advantage); yaitu
keunggulan yang bukan berasal dari anugrah faktor, tetapi harus diciptakan dan dikembangkan di dalam negeri suatu negara. Misal Singapura yang memiliki tenaga kerja dengan kualitas (pendidikan dan keterampilan) yang tinggi. Sehingga walaupun jumlahnya sedikit tetapi karena memiliki tingkat pendidikan, keterampilan dan penguasaan teknologi, mampu membuat bahan baku sintesis, atau bisa berproduksi secara efisien dibandingkan negara-negara lain yang kaya bahan baku dan tenaga kerja yang melimpan (misal Indonesia).
Keunggulan alamiah dapat diartikan sebagai keunggulan komparatif,
sedangkan keunggulan yang dapat dikembangkan dikatakan dengan
AR 2
Inti dari paradigma keunggulan kompetitif adalah: keunggulan suatu negara dalam persaingan global, selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang dimiliki oleh negara tersebut, adanya bantuan fasilitas dan proteksi dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitif negara tersebut.
Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara, tetapi juga dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut secara individu atau kelompok.
Agar dapat bersaing secara global, maka ada beberapa faktor Comparatife
Advantage (keunggulan komparatif) yang harus dimiliki oleh suatu negara, baik untuk komoditi primer (pertanian dan mineral), maupun kelompok
produk manufacturing (industri) yang didasarkan pada Product Life Cycle
(LPC), dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor
Comparatif Advantage
Produk Primer Produk Industri(Manufaktur)
Mineral Pertanian Fase I Fase II FaseIII/IV
1. Sumberdaya Alam + + - - +
2. Sumberdaya Manusia a. Kuantitas
b. Kualitas +- ++ +- +- ++
3. Teknologi + + + + +
4. Skala Ekonomi + - - - +
5. Diferensiasi - - - + +
Keterangan:
Fase I : tahap perkenalan produk (introduction)
Fase II : tahap pertumbuhan produk (growth)
Fase III : tahap kedewasaan produk (maturity)
Fase IV : tahap penurunan produk (declining)
Tanda + : diperlukan, dalam persaingan global
Tanda - : tidak diperlukan dalam persaingan global
Dari matrik di atas, dapat diperhatikan bahwa faktor keunggulan komparatif yang dibutuhkan pada setiap kelompok dan kategori produk adalah faktor SDM berkualitas dan teknologi.
Pada beberapa negara yang tidak memiliki sumberdaya alam atau miskin bahan baku, negara-negara tersebut mengembangkan produk manufaktur
dengan menggunakan teknologi tinggi (atas invention and research
AR 3
berkualitas dan teknologi tinggi yang dimiliki negara tersebut, dan akan menjadi komoditi ekspor negara tersebut.
Dengan kata lain, negara maju tidak mendasarkan keunggulan komparatif kepada SDA, tetapi mendasarkannya pada faktor SDM berkualitas dan teknologi tinggi. Contoh: Singapura dengan ekspor CPO dan produk turunan minyak kelapa sawit.
Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)
Beberapa hal yang harus dimiliki oleh suatu negara atau industri untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya adalah:
teknologi,
tingkat entrepreneurship yang tinggi,
tingkat efisiensi/produktivitas yang tinggi dalam proses produksi,
kualitas output tinggi,
promosi yang meluas dan agresif,
pelayanan purna jual (service after sale) yang memuaskan,
tenaga kerja dengan tingkat keterampilan/pendidikan,
etos kerja,
kreatifitas serta motivasi yang tinggi
skala ekonomi
inovasi
diferensiasi produk
modal dan sarana serta prasarana lainnya yang memadai
jaringan distribusi di dalam dan luar negeri
proses produksi yang dilakukan dengan JIT (just-in-time)
M. Porter mengemukakan, keunggulan kompetitif ditentukan oleh 4 (empat)
determinan, atau yang dikenal dengan Berlian Porter, yaitu:
1. Keunggulan komparatif (factor conditions) 2. permintaan pasar (demand conditions)
3. struktur industri dalam negeri yang kuat, dalam arti adanya industri-industri pendukungan dan terkait yang memungkinkan keterkaitan produksi antarindustri dan spesialisasi berdasarkan distribusi kerja internasional
4. struktur pasar dengan persaingan bebas sepenuhnya.
Keempat determinan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Factor Strategy Structure & Rivalry
Factor Conditions
Related & Supporting Industry
AR 4
1. Factor Conditions: adalah sumberdaya (resources) yang dimiliki oleh suatu negara yang terdiri atas lima kategori, yaitu:
human resources (SDM) physical resources (SDA) knowledge resources (IPTEK) capital resources (permodalan)
infrastructure resources (prasarana)
2. Demand Conditions: permintaan merupakan salah satu faktor penting sebagai penentu keunggulan daya saing suatu negara (perusahaan) atau produk yang dihasilkan. Demand condition mencakup hal-hal:
composition of home demand
size and pattern of growth of home demand
rapid home market growth
trend of international demand
3. Related and supporting industry: perlu dilakukan kontrak dan koordinasi dengan pemasok (suplier) untuk memelihara kelangsungan dan keunggulan daya saing.