PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN
MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI
Hambatan atau Kendala yang dihadapi Dalam Menerapkan Sistem
Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi
KENDALA DAN PENANGGULANGANNYA DALAM
MENERAPKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI
PERGURUAN TINGGI
Supardi *
*Akper Dharma Wacana Metro, Ketua Pusat Penjaminan Mutu Internal
Abstract
PendahuluanSystem penjaminan mutu iternal perguruan tinggi mulai diperkenalkan melalui Undang-undang sisdiknas no 20 tahun 2003. Penjaminan mutu perguruan tinggi merupakan proses perencanaan, pemenuhan, pengendalian dan pengembangan standar pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga pemangku kepentingan internal dan eksternal perguruan tinggi memperoleh kepuasan atas kinerja dan keluaran perguruan tinggi. Adapun tujuan penjaminan mutu perguruan tinggi adalah terjaminnya mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi mulai dari penerimaan mahasiswa, proses pendidikan sampai dengan mutu kelulusannya, dan penjaminan mutu ini merupakan perwujudan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan perguruan
tinggi. Sudah 13 (tiga belas) tahun berlalu SPMI dicanangkan dan perkenalkan kepada perguruan tinggi, dan sudah beberapa kali pula format SPMI di perbaharui, namun masih juga terdapat kendala-kendala yang cukup signifikan di dalam melaksanakan dan mengimplementasikannya di perguruan tinggi. Kendala-kendala tersebut antara lain : 1) Perumusan dan pelaksanaan standar SPMI, 2) Komitmen dari penyelenggara pendidikan untuk menerapkan SPMI secara benar, 3) Sumber Daya Manusia auditor internal yang belum tersedia IsiPerguruan tinggi yang hanya
memiliki satu program studi seperti Akper Dharma Wacana Metro, sudah tentu memiliki SDM yang sangat terbatas pula, sehingga semua dosen telah diberdayakan dengan memegang jabatan
structural, tidak terkecuali juga yang ada di Pusat Penjaminan Mutu Internal Akper Dharma Wacana Metro, seluruh kegiatan SPMI di kendalikan oleh satu orang, baik sebagai perencana maupun sebagai pelaksana. Mengacu dari keterbatasan SDM dan permasalahan yang ada, saya mencoba mengajak mengurai satu persatu permasalahan yang ada. Sebagai berikut:(1) Perumusan dan pelaksanaan standar SPMIPelatihan perumusan standar SPMI sudah sering di selenggarakan oleh dikti melalui kopertis Wilayah II Palembang, nara sumberpun bergantian didatangkan dari
tahun 2012 Akper Dharma Wacana Metro telah membuat SPMI yang terdiri dari 8 Standar inti, dan 45 standar turunan (format lama) setelah beberapa tahun berjalan seluruh standar yang telah dibuat itu di pajang begitu saja tanpa ada yang dilaksanakan. Dua tahun kemudian format SPMI bergani menjadi 24 standar inti. Dan dapat diturunkan sesuai dengan kepentingannya. Bertolak dari itu semua maka saya mencoba untuk membuat satu standar, SOP dan formulir, untuk kegiatan
perjalanan dinas. Ada dua alaasan kenapa saya memilih standar ini; (1) karena dalam melaksanakan dan mengimplementasikannya tidak akan berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh perguruan tinggi tetapi hanya mengatur tentang mekanisme untuk ketertiban administrasi;(2) mengubah kebiasaan lama yang tidak tertib dalam pendokumentasian. Pertama kali melaksanakaan Standard dan SOP ini, tidak mudah begitu saja berjalan, karena belum terbiasa maka SPPD yang selama ini tidak pernah diminta oleh perguruan tinggi sekarang harus mengembalikan SPPD yang telah di tanda tangani oleh pihak tujuan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan, sehingga sering lupa bahwa SPPD yang diberikan tersebut tidak dimintakan pengesahan oleh pihak penyelenggaran, sehingga pulang tidak membawa bukti telah melaksanakan tugas. Hal seperti ini sering terulang dan terulang kembali. Pada kasus yang lain sering pula SPPD sudah di tanda tangani oleh pihak penyelenggara tujuan perjalanan dinas, tetapi tidak pernah sampai diberikan ke pihak perguruan tinggi karena selalu lupa membawanya. Berdasarkan pengalaman-pengalaman itu selanjutnya saya mencoba memberikan panismen kepada semua pihak atau siapa saja yang
melaksanakan perjalanan dinas, sepulangnya harus menyampaikan kembali bukti SPPD yang telah ditandatangani oleh pihak yang berwenang tempat tujuan perjalanan dinas, jika tidak maka diminta untuk mengembalikan semua biaya perjalanan dinas yang telah diberikan. Hal ini dilakukan semata mata untuk melaksanaan tertib administrasi di perguruan tinggi. Alhamdulilah seiring dengan perjalanan waktu kegiatan administrasi perjalanan dinas dapat berjalan dengan tertib. Perlu diketahui untuk bisa tertib seperti itu perlu tenaga yang luar biasa, dan kesabaran yang luar biasa pula dan tidak bosan bosannya selalu mengingatkan akan pentingnya pertanggungjawaban atas tugas yang diberikan yaitu pertama kembali membawa ilmu dari tugas yang diberikan dan yang kedua membawa bukti bahwa perjalanan yang ditempuh telah sampai tujuan dengan bukti pengesahan dari tempat tujuan. Setelah satu standar ini terlaksana, maka saya mulai mencoba dengan standar yang lain, saya tetap memilih standar yang tidak memerlukan biaya tambahan. Standar yang saya pilih selanjutnya adalah pelayanan bimbingan akademik oleh Pembimbing Akademik. Hasilnya masih dalam proses, saya mohon dukungan semua pihak semoga dapat sukses seperti standar yang pertama saya kerjakan. (2) Komitmen untuk melaksanakan SPMI oleh
penyelenggara pendidikanSebuah perguruan tinggi didirikan dan dibangun dengan 8 (delapan) unsure pendukunya antara lain : v Unsur Yayasan, v Pimpinan Perguruan tinggi, v Senat akademik, v Unsur Pelaksana Akademik : Prodi dan BAAK, v Unsur Pelaksana Administrasi : BAUKK, dan Keuanganv Unsur Penunjang : Laboratorium dan Perpustakaanv Unsur Penjaminan Mutu : Pusat Penjaminan Mutu Internal (PPMI)v Unsur Perencana dan Pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi : Pusa Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) Kedelapan unsure perguruan tinggi tersebut memiliki peranan yang sangat besar terhadap terlaksananya SPMI di Akper Dharma Wacana Metro. Tiga unsure utama yaitu unsure yayasan, unsur pimpinan, dan unsure senat
memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar untuk dapat terlaksana nya secara baik SPMI di suatu perguruan tinggi. Saya sebagai ketua SPMI di Akper Dharma Wacana Metro berusaha
menjembatani semua kepentingan para unsure perguruan tinggi sekaligus memberikan pemahanan akan pentingnya sebuah SPMI yang telah dan merupakan kebutuhan dari sebuah perguruan tinggi. Pemerintah telah memberikan kewenangan yang luar biasa kepada perguruan tinggi untuk (swasta) untuk merumuskan mutu dan melaksanakan secara mandiri seperti yang telah di tetapkan dalam Undang-undang sisdiknas no 20 tahun 2003, dan beberapa edisi revisi tahun tahun
dicapai oleh perguruan tinggi. Maka disamping kewenangan yang luar biasa diberikan tersebut pemerintah juga memberikan kewajiban kepada perguruan tinggi untuk membuat SPMI di
perguruan tinggi yang nantinya dapat digunakan sebagai tolak ukur terhadap kualitas perguruan tinggi. Saya menyadari tidak mudah untuk memberikan pemahaman sekaligus mengajak untuk mengendalikan diri terhadap kewenangan luar biasa tersebut yang telah diberikan oleh pemerintah, dan menuntut kepada perguruan tinggi untuk merencanakan sendiri kualitas perguruan
tingginya. (3) Keberadaan auditorSDM yang menguasai audit internal mutu perguruan tinggi belum dimiliki oleh institusi kami, hal in menjadikan kendala didalam pelaksanaan audit mutunya.