NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP
KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH :
WIWIT ARIYANI NASIKHAH (11108004)
JURUSAN TARBIYAH
PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP
KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH :
WIWIT ARIYANI NASIKHAH (11108004)
JURUSAN TARBIYAH
PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Drs. Djuz`an, M.Hum DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi
Saudara WIWIT ARIYANI N
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Wiwit Ariyani Nasikhah
NIM : 11108004
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, Agustus 2012
Pembimbing
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2012
DISUSUN OLEH
WIWIT ARIYANI NASIKHAH
11108004
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 1
September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji : Nafis Irkhami, M.Ag. M.A
Penguji I : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Penguji II : Drs. Bahroni, M.Pd
Penguji III : Drs. Djuz`an, M.Hum
Salatiga, 1 September 2012
Ketua STAIN Salatiga
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wiwit Ariyani Nasikhah
NIM : 11108004
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga,13Agustus 2012
Yang Menyatakan
Wiwit Ariyani Nasikhah
MOTTO
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya Persembahkan untuk :
Ø Orang tuaku Bpk.Rusman dan Ibu Umaemah yang selalu menyayangi,
mengarahkan dan memberikan yang terbaik untukku dari lahir sampai
sekarang
Ø Bapak Drs.Juz`an.M.Hum yang sudah membimbing dan mengarahkan
sampai skripsi ini jadi
Ø Buat mbah kakung putri terima kasih buat semuanya
Ø Adik – adikku Khairul Anam dan Adnan Adi Ilmawan
Ø Buat teman-temanku Khusni, Lina, A`ul, Yuni, Nyai (Ifah Fauzah), Evi,
Firoh, Isna dan Ifa N.A
Ø Teman- teman di Nurul Asna yang lainnya terima kasih buat dukungan
selama ini
Ø Teman-teman PAI Kelas A Angkatan 2008
Ø Buat mbak Re, dan Evi Musrifah
Ø Dan untuk seseorang yang spesial terima kasih buat dukungannya selama
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas
kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang
tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Ritual Polo Kromo Di Desa Banyuurip Kecamatan
Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun 2012”
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi
Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para
pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk
membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang
modern ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam
dalam Ritual Polo Kromo DI Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten
Magelang Tahun 2012”
Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga.
3. Drs, Djuz`an M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
5. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta
memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
6. Kepada Bapak Sudiyanto selaku Lurah Banyuurip beserta stafnya yang
telah memberikan ijin penelitian di Kelurahan Banyuurip Kecamatan
Tegalrejo Kabupaten Magelang.
7. Segenap masyarakat telah bersedia memberikan informasi data tentang
Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten
Magelang.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini
dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada
umumnya.
Salatiga,13 Agustus 2012
ABSTRAK
Nasikhah, Wiwit Ariyani. 2012. (Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. (I) Drs. Juz`an.M.Hum
Penelitian ini merupakan upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat sekitar dan para pembaca di Desa Banyuurip. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah ritual
Polo kromo di Desa Banyuurip yang berlangsung selama ini? (2) bagaimanakah nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung dalam ritual Polo Kromo? (3) bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan islam dalam ritual Polo Kromo
dalam kehidupan sehari-hari?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi pengembangan (research and develop).
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata di ambil dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.
Hasil yang diperoleh adalah: Ritual upacara Polo Kromo di Desa Banyuurip diadakan sesuai dari kemampuan pemangku hajat ada yang menjalankan ritual secara komplit namun ada pula yang hanya secara sederhana artinya tidak semua ritual dijalankan.
Nilai-nilai pendidikan islam dalam ritual Polo Kromo antara lain : (1)Hubungan laki-laki dan perempuan diatur seperti fitrah manusia dan norma sosial (2) agama mengatur hubungan laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan sesuai dengan syarat nikah. (3) Adat Polo Kromo merupakan wujud paduan antara sosial dan agama (4) Tujuan Polo Kromo untuk mencapai hidup sejahtera di dunia dan akhirat (5) Adat Polo Kromo sebagai pendidikan bagi calon pengantin atau generasi muda
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN ABSTRAK ... x
HALAMAN DAFTAR ISI... xi
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian ... 7
2. Kehadiran peneliti ... 8
3. Lokasi penelitian ... 8
4. Sumber data ... 9
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 9
6. Analisis Data ... 10
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 11
8. Tahap-Tahap Penelitian ... 13
9. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Polo Kromo atau Pernikahan ... 16
1.Pengertian Polo Kromo atau Pernikahan ... 16
2.Tata Cara Pernikahan dalam Islam ... 21
3.Walimatul Ursy ... 25
4.Tahapan Prosesi Pernikahan ... 26
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ... 41
1. Pengertian Nilai ... 41
2. Pengertian Pendidikan Islam ... 45
3. Tujuan Pendidkan Islam ... 46
4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam... 47
5. Tanggung Jawab Pendidikan Islam ... 49
6. Materi Pedidikan ... 51
1. Letak Geografis ... 55
2. Keadaan Penduduk ... 56
3. Keadaan Pendidikan ... 57
4. Keadaan Sosial Ekonomi ... 58
5. Keadaan Sosial Agama ... 58
6. Kegiatan Keagamaan ... 59
7. Struktur Organisasi ... 60
B. Pemahaman Polo Kromo di Kalangan Masyarakat ... 61
1. Pemahaman Polo Kromo... 61
2. Pelaksanaan Polo Kromo ... 62
C. Temuan Prosesi Ritual Polo Kromo ... 66
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Polo Kromo ... 80
B. Ritual yang Terdapat dalam Polo Kromo ... 82
C. Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Polo Kromo ... 89
D. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Ritual Polo Kromo ... 94
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kewajaranya seorang manusia mempunyai rasa suka terhadap
lawan jenis dan keinginan untuk memiliki seorang pendamping dalam
hidupnya, maka manusia disebut mahluk sosial yang saling tolong menolong
antara yang satu dengan yang lainnya. Hampir semua manusia mengalami
satu tahap kehidupan yang namanya pernikahan. Menurut ajaran agama Islam
menikah adalah menyempurnakan agama. Islam menjadikan pernikahan
sebagai jalan terhormat untuk menghindari adanya perzinaan, dan Allah telah
menjadikan aturan-aturan pernikahan sebagai salah satu sunnah-Nya dan
sebagai salah satu cara menjaga kontinuitas keberadaan mahluk-mahluk-Nya
di atas bumi dengan harapan bahwa hikmah pernikahan dapat mengantar
manusia meyakini keesaan-Nya.
Untuk mewujudkan pernikahan itu sendiri seseorang harus melalui
proses yang sangatlah panjang, dimulai dengan pemilihan calon sampai
menjaga rumah tangga. Salah satunya prosesi dalam Polo Kromo yaitu ritual
yang dilaksanakan menjelang, sewaktu dan sesudah walimahan. Dalam
pengertian bahasa jawa Polo memiliki arti woh sedangkan Krama sendiri
memiliki arti tindak tanduk atau tingkah laku namun banyak masyarakat
yang menyebut istilah rabi atau menikah dengan Polo Kromo. Dalam hal ini,
memilih masing-masing calon suami isteri, faktor utama ialah agama dan
akhlak yang merupakan unsur perekat yang akan menjamin terjalinnya rasa
tanggungjawab bersama terhadap Allah SWT, yang akan menentukan nasib
seluruh anggota keluarga dalam mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat.
Agama dan akhlak inilah yang akan memadu kasih sayang yang kekal antara
seorang pria dan wanita dalam membina rumah tangga bahagia sejahtera
karena perkawinan itu dibalut oleh sandaran iman yang kuat dan kokoh.
Bagi orang jawa adat dan budaya Polo Kromo merupakan suatu hal
yang sangat penting. Dalam acara Polo Kromo sendiri terdapat berbagai ritual
yang sering dilaksanakan di antaranya menjelang acara ijaban yakni prosesi
srah-srahan peningset, pingitan, tarub, siraman, midodareni, nyantri dan pada
hari-H saat upacara panggih seperti bertemunya pengantin, buncalan gantal,
ngidak endok lan wijik sekar setaman, sinduran dan kacar kucur, bobot
timbang dan dhahar saklimah, sungkeman, sedangkan ritual setelah
walimahan yaitu mbesanan, sepasaran, pembubaran panitia dengan jenang
sumsuman,lebih jelasnya akan dibahas lebih dalam di bab selanjutnya.
Pada setiap ritual memiliki makna tersendiri dan mengandung
nilai-nilai pendidikan Islam bagi pasangan pengantin baru yang akan menjalani
rumah tangga dan membentuk keluarga baru, dengan adanya berbagai ritual
yang telah dilaksanakan diharapkan menjadi bekal bagi suami maupun istri
untuk menjalani kehidupan berumah tangga dan selalu menjaganya untuk
tetap menjadi keluarga yang harmonis mampu mengatasi berbagai
walaupun sudah menjadi nenek dan kakek diharapkan tetap saling mencintai
seperti waktu masih menjadi pengantin baru.
Dengan berkembangnya jaman dan banyak budaya barat yang masuk
ke Indonesia maka budaya jawa semakin tidak dipahami oleh kalangan
masyarakat luas khususnya bahasa jawa. Sungguh sangat memprihatinkan
apabila ritual Polo Kromo yang diadakan bagi pasangan baru tidak mengerti
arti dan nilai-nilai pendidikan Islam dari setiap ritual yang yang dijalankanya
karena setiap daerah masing-masing mempunyai adat sendiri-sendiri yang
satu sama yang lainya berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda pula
antara mana yang baik dan mana yang buruk, umumnya masyarakat sangat
menjaga adat dan tradisinya masing-masing, yang diwarisi dari generasi
terdahulu dan perlu untuk dijaga sampai sekarang dan seterusnya.
Lain halnya dalam kehidupan masyarakat di desa Banyuurip kec.
Tegalrejo kab. Magelang, banyak ritual yang diadakan pada prosesi Polo
Kromo. Dari masyarakat masih ada yang manjalankan ritual yang sudah ada
dimasyarakat setempat namun ada pula yang tidak menjalankan ritual
sepenuhnya beranggapan ritual seperti itu merepotkan, memerlukan banyak
biaya dan kurang bermanfaat.
Tujuan utama mangadakan ritual Polo Kromo adalah untuk
mempertahankan kewarisan adat sehingga dapat memperoleh nilai-nilai adat
budaya dengan upaya menciptakan kebahagiaan rumah tangga dan
kesejahteraan lahir batin didunia dan akhirat. Dalam acara polo kromo
menarik dan indah untuk dikenang. Namun disayangkan dalam
penyelenggaraan ritual polo kromo baik orang tua dari calon suami istri,
pasangan calon suami istri itu sendiri dan tamu undangan biasanya tidak
mengetahui dan memahami makna nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
ritual Polo Kromo tersebut. Mereka menganggap bahwa ritual-ritual tersebut
hanya sebagai pelengkap dalam Polo Kromo.
Penulis memilih desa Banyuurip sebagai lokasi penelitian karena
mayoritas warga Banyuurip adalah muslim dengan aktifitas keagamaan yang
sangat kental, adapun yang non Islam namun tidak berpengaruh terhadap
berbagai aktifitas keagamaan yang berjalan di desa tersebut misalnya
pengajian yang diadakan setiap satu minggu sekali dengan kegiatan barjanji,
tahlilan, yasinan dan qur`anan kegiatan tersebut dilakukan oleh orang tua,
dewasa juga remaja. Terdapat pula pengajian yang diadakan selapan sekali
setiap hari sabtu wage dengan pindah antara mushola satu dengan yang lain
dan setiap jum`at pahing sekali ada pengajian selapanan yang diadakan di
masjid. Dengan aktivitas agama tersebut apakah menunjukan kadalaman
pengetahuan tentang agama Islam dalam penyelenggaraan ritual Polo
Kromo? Berdasakan hal diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
RITUAL POLO KROMO DI DESA BANYUURIP TEGALREJO
B. FOKUS PENELITIAN
Beberapa fokus penelitian dapat dirinci sebagai berikut :
1. Bagaimana ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo
Kabupaten Magelang ?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ritual Polo
Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang?
3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual Polo
Kromo dalam kehidupan masyarakat di Desa Banyuurip Kecamatan
Tegalrejo Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan
Tegalrejo Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam
ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten
Magelang.
3. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam pada ritual
Polo Kromo dalam kehidupan masyarakat di Desa Banyuurip Kecamatan
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritik dan praktis, adapun
kegunaan secara teoritik adalah:
1. Menyumbangkan wacana dan informasi bagi semua lapisan masyarakat
agar tetap menjaga tradisi dan adat istiadat peninggalan orang Jawa
sampai saat ini dalam ritual Polo Kromo adat jawa
2. Memperluas cakupan ilmu antropologi dalam kebudayaan khususnya
jawa
Adapun secara praktis memiliki kegunaan yaitu memberikan
pemahaman kepada masyarakat khususnya umat muslim, agar mengetahui
dan memahami serta mengimplementasikan nilai-nilai dalam ritual Polo
Kromo.
E. Penegasan Istilah
1. Menurut Milton Rokeach dan James Bank yang dikutip oleh Thoha
(1996: 60) Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
pantas dikerjakan.
2. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta
teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan
didasarkannilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-qur`an dan
3. Ritual secara etimologi berarti perayaaan yang berhubungan dengan
kepercayaan tertetu dalam masyarakat, secara terminologi ritual
merupakan ikatan kepercayaan antar orang yang diwujudkan dalam
bentuk nilai bahkan dalam bentuk tatanan sosial (sumber http//id shvoong
com/social-sciences/counseling/2206664-pengertian-makna-ritual-budaya/#IXZZ1hjlAAsd) diakses 2 Februari 2012
4. Polo kromo sering disebut dengan pernikahan adalah suatu keharusan
masyarakat untuk memelihara suku manusia dan untuk mnghasilkan
ketenangan jiwa dan jalan menempatkan cinta –mesra antara seorang
laki-laki dan wanita dan keluarga masing-masingnya. (Ash-Shiddieqy,
1975:423)
Jadi nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual Polo Kromo adalah
suatu kEpercayaan tertentu tentang perayaan dalam masyarakat untuk
melestarikan budaya tinggalan nenek moyang supaya menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat sesuai dengan ketuhanan Yang Maha Esa atau sesuai
dengan ajaran Islam yang terdapat dalam ritual pernikahan (Polo kPromo).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dikarenakan
menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan/tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan diakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah
wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
Pendekatan yang dipilih oleh penulis adalah fenomenologi, pada
dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif bertumpu secara
mendatar pada fenomenologi, peneliti dalam pandangan fenomenologis
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitanya terhadap
orang-orang berada dalam situasi –situasi tertentu. ( Moleong, 2007: 17).
2. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan kualitatif maka mengumpulkan data
sesuai informasi yang didapat berupa kata-kata dan dokumen yang
disajikan dan digambarkan apa adanya ditelaah guna menemukan makna.
Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangatlah penting sekali mengingat
peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data
dari hasil observasi.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih Lokasi Penelitian di Desa Banyuurip Kecamatan
Tegalrejo Kabupaten Magelang. Karena warga di desa tersebut mayoritas
Islam dan sangat kental dengan kegiatan keagamaan diantaranya
pencaharian dari penduduknya, namun para warga masih melestarikan
budaya adat jawa didalam pernikahan.
4. Sumber Data
Menurut lofland yang dikutip Moleong (2007: 157) sumber utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama adalah
informasi yang diperoleh dari para informan yang dianggap penting, dan
juga disertai dengan dokumentasi sabagai bukti bahwa penulis telah
melakukan penelitian.
Pengertian dari pengumpulan data itu sendiri adalah proses untuk
menghimpun data yang harus diprhatikan (data apa yang dikumpulkan),
relevan serta akan memberi gambaran dari aspek yang akan diteliti baik
penelitian keputusan maupun penelitian lapangan. (Soeharto 1989: 156)
5. Prosedur Pengumpulan Data
Menurut Soeharto (1989:156) ada dua cara yang perlu diperhatikan
untuk mengumpulkan data antara lain:
1. Penelitian Kepustakaan
a. Penelitian kepustakaan peneliti tahap awal yang dilakukan oleh
seorang peneliti untuk menjajagi ada tidaknya buku-buku atau
sumber-sumber tertulis lainya yang relevan dengan judul.
b. Menelaah isi buku yang harus diilakukan adalah menandai bab
yang kiranya mempunyai kaitan langsung dengan isi judul
2. Penelitian Lapangan
Untuk penelitian lapangan ditempuh beberapa tahap :
a. Menelaah bahan tertulis yang relevan dengan judul masalah.
b. Melakukan survey pendahuluan.
c. Menentukan alat pengumpulan data.
Agar sebuah penelitian dapat disajikan secara sistematis maka
peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data antara lain
wawancara,observasi dan dokumentasi:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong 2007:186). Terwawancara
adalah pengantin, dan masyarakat.
b. Observasi
Peneliti terjun langsung dalam melihat proses acara dari tahap
demi tahap, memungkinkan melihat dan mengamati acara Polo
Kromo mencatat peristiwa yang terjadi dan memahami dari setiap
c. Dokumen
Cara pengumpulan data dokumen bisa didapatkan dari foto setiap
ritual yang dijalankan sebagai bukti telah malakukan penelitian
pada masalah tersebut.
6. Analisis Data
Didalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh
Moleong (2007: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
Untuk mendapatkan data yang absah menurut Moleong (2007: 327). maka
diperlukan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri,
keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data,
perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. perpanjangan
keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke lokasi dalam waktu
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan kemudian menelaahnya pada suatu titik sehingga
tampak salah satu faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara
yang biasa.
c. Triangulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainya.
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan untuk membuat agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, pemeriksaan yang
dilakukan dengan jalan mengumpulkan orang yang memiliki
pengetahuan umum tentang apa yang sedang diteliti.
e. Analisis Kasus Negatif
Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan
contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan
informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding.
f. Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan
diikhtisarkanya bahwa pengecekan anggota berarti peneliti
mengumpukan yang memiliki pengetahuan yang mendalam untuk
menjadi sumber data mengecek kebenaran data.
g. Uraian rinci
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitianya
sehingga uraianya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan konteks tempt penelitian diselenggarakan.
h. Auditing
Adalah konsep bisnis yang dimanfaatkan untuk memeriksa
kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap
proses maupun terhadap hasil .
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
a. Penelitian Pendahuluan
Mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan ritual polo kromo dan
nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamya.
b. Penelitian Desain
Setelah mengetahui beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam ritual
polo kromo berdasarkan buku-buku kemudian melakukan observasi
dalam acara polo kromo dan wawancara langsung kepada orang yang
c. Penelitian Sebenarnya
Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku mengenai
ritual polo kromo dengan data yang diperoleh di lapangan.
9. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Memuat : Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, (Pendekatan
dan Jenis Penelitian, Kehadiran Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber
Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan
Data dan Tahap-tahap Penelitian).
Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang Memaparkan tentang: Pernikahan, (pengertian
pernikahan, tata cara pernikahan dalam Islam, walimatul ursy, prosesi
ritual polo kromo) Pendidikan Islam (pengertian pendidikan Islam, tujuan
pendidikan Islam, tanggung jawab pendidikan Islam, materi pendidikan).
Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian
Berisi : Gambaran umum Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo
Kabupaten Magelang (letak geografis, keadaan penduduk, keadaan
pendidikan, keadaan sosial ekonomi, kegiatan keagamaan, dan struktur
organisasi), pemahaman Polo romo, temuan prosesi Polo Kromo di Desa
Bab IV Pembahasan Pelaksanaan Ritual Polo Kromo di Desa Banyuurip
Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang
Pelaksanaan polo kromo, ritual polo kromo, nilai-nilai pendidikan Islam
dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari di Desa Banyuurip
Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Polo kromo atau Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan dalam bahasa arab berarti az-zawaj yang menunjukan
dua perkara, dalilnya antara lain firman Allah SWT :
#sŒÎ)ur ⨠qàÿ‘Z9$# ôM y_ Íir ã—
ÇÐÈ
“Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh).” ( QS at-Takwir: 7)
Maksudnya adalah roh itu dipertemukan dengan badan supaya ia bangkit
dan hidup. Allah juga telah berfirman tentang nikmat yang dianugerahkan
kepada orang mukmin.
mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (QS.
Ath-Thur :20)
Secara umum zawaj diartikan pemilikan sesuatu melalui jalan yag
disyariatkan dalam agama atau bisa juga diartikan suatu akad yang
menghalalkan pergaulan dan pertolongan antara laki-laki dan wanita dan
menurut tradisi manusia dan menurut syara` adalah menghalalkan sesuatu
tersebut. Azzam dan Hawwas (2009: 35-36).
Diantara fitrah manusia adalah adanya hubungan saling tertarik
antara laki-laki dan perempuan. Hampir semua manusia mengalami satu
tahap kehidupan yang namanya pernikahan, secara kodrati manusia
diciptakan berpasang-pasangan dengan harapan mampu hidup
berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa
sampai kapanpun manusia tidak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan
dan kehadiran orang lain.
Pernikahan menurut Undang- Undang No. 1/1974 adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanaan Yang Maha Esa. (Basyir, 2000:14) Pernikahan
merupakan cara yang dipilih oleh Allah sebagai jalan bagi manusia untuk
melakukan hubungan seksual secara sah antara laki-laki dan perempuan,
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, daripadanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak . Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)kamu saling meminta satu sama lain., dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (Q.S 4 an-nisa :1)
Tujuan pernikahan bukan saja untuk menyalurkan kebutuhan
biologis, tetapi juga untuk menyambung keturunan dalam naungan rumah
tangga yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Allah telah mensyari`atkan
pernikahan untuk kemaslahatan dan kemanfaatan hamba-hamba-Nya agar
mereka dapat mencapai maksud-maksud yang baik dan tujuan yang mulia
tujuan terpenting dari sebuah pernikahan ada dua yaitu memperoleh
keturunan dan menjauhi keharaman.
a. Tujuan pernikahan:
1. Tujuan pertama orang yang ingin menikah adalah memperoleh
keturunan, menumbuh-kembangkan anak agar ia memiliki
keturunan yang saleh yang mau beribadah kepada Allah SWT.
2. Tujuan kedua yakni menjauhi keharaman, sesuatu yang tidak
diragukan lagi bahwa termasuk tujuan terpenting dari sebuah
penikahan adalah menjaga diri dari perbuatan keji (zina) dan
semua jenis pelacuran, jadi pernikahan itu tidak sekedar
memenuhi keinginan syahwatdan kebutuhan biologis semata.
ãA %y` Ìh
9$# karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri. ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.(Q.S An-Nisa:34)Menurut Ash-Shiddieqy (1975:423-424) “Di dalam syari`at
perkawinan terdapat pengakuan bahwa manusia itu adalah manusia dan
manusia itu lebih tinggi dari pada binatang, sebagaimana dalam
perkawinan itu mengandung usaha mengekalkan suku manusia,
membentuk keluarga dan menyusun keluarga dengan keturunan yang
Setiap remaja setelah memiliki kesiapan lahir batin hendaknya
segera menentukan pilihan hidupnya untuk mengakhiri masa lajang. Oleh
karena itu, barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia
telah berusaha menyempurnakan agamanya dan berarti pula berjuang
untuk kesejahteraan masyarakat.
b. Rukun dan Syarat nikah menurut syari`at Islam :
1) Rukun Nikah:
a) Calon mempelai laki-laki dan perempuan.
b) Wali dari calon mempelai perempuan.
c) Dua orang saksi (laki-laki)
d) Ijab dari wali calon mempelai perempuan atau wakilnya.
e) Kabul dari calon mempelai laki-laki atau wakilnya.
2) Syarat Nikah
a) Calon pengantin pria sebagai berikut:
(1) Beragama Islam.
(2) Terang prianya (bukan banci).
(3) Tidak dipaksa.
(4) Tidak beristri empat orang.
(5) Bukan mahrom calon istri.
(6) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon
istri.
(8) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah.
b) Calon Pengantin Wanita sebagai berikut :
(1) Beragama Islam.
(2) Terang wanitanya (bukan banci).
(3) Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkanya.
(4) Tidak bersuami dan tidak dalam iddah.
(5) Bukan mahram calon suami.
(6) Belum pernah dili`an ( sumpah li`an) oleh calon suami.
(7) Terang orangnya.
(8) Tidak sedang dalam ihram haji atau umroh.
(Tim Penyusun Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), 2004:
21-22)
2. Tata Cara Pernikahan dalam Islam
Polo kromo atau pernikahan adalah suatu gerbang untuk
membentuk suatu keluarga yang harmonis maka seseorang perlu
mengetahui beberapa tahap supaya kehidupan seseorang lebih terarah,
tenang tenteram dan bahagia maka akan diuraikan serentetan tata cara
yang perlu diketahui oleh calon pengantin, diantaranya :
a. Menuju mahligai pernikahan
Islam memandang pernikahan sebagai pernikahan yang kokoh
dan menuntut setiap orang yang terikat didalamnya untuk memenuhi
hak dan kewajiban yang berfungsi tidak sekedar untuk memenuhi
1) Tujuan pernikahan menurut pandangan Islam diantaranya adalah:
a) Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW
b) Pemeliharan moral, kesucian akhlak dan terjalinya ikatan kasih
sayang diantara suami dan istri menuju keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah.
c) Menemukan kedamaian jiwa, ketenangan fikiran dan perasaan.
d) Melangsungkan keturunan.
2) Anjuran nikah
Pernikahan sangat diperintahkan dalam Islam, sebaliknya
hidup membujang dikecam oleh Islam.
3) Mampu nikah
Dalam ilmu fikih menyatakan bahwa orang muslim yang
sudah mampu melaksanakan pernikahan, maka bagi mereka ada
yang terkena hukum wajib nikah, meliputi : kematangan mental,
kemampuan fisik, serta biaya untuk berumah tangga. Dimana
untuk kemampuan segi ekonomi ini tidak berarti harus benar-benar
mampu dalam masalah harta benda. Asalkan seseorang sudah
memiliki pekerjaan walaupun penghasilanya belum terbilang
cukup, tetapi mampu mendidik isteri dan anak serta sehat fisik dan
4) Kemudahan nikah
Islam memberikan banyak kelonggaran dan kemudahan
untuk terjalinnya sebuah pernikahan, mengingat pernikahan
merupakan sunnah Nabi SAW dan kebutuhan fitrah manusia.
b. Calon istri atau suami ideal
1) Memilih calon istri ideal
Untuk memilih calon isteri ideal sebaiknya seseorang
berusaha secara wajar tidak perlu berlebihan,minimal perlu
dipertimbangkan dari segi agama, watak, tabiat dan akhlak serta
yang lebih utama perlu disadari bahwa di dunia ini tidak ada yang
sempurna, mesti ada kekurangan maupun kelebihanya.
2) Kriteria calon isteri/suami
Rasullullah menyarankan dalam hal memilih calon isteri
dengan memberikan petunjuk empat kriteria yang harus dipenuhi
yaitu
a) Karena kekayaanya
b) Karena keturunannya
c) Karena kecantikannya
d) Karena agamanya, itulah yang lebih baik
Sebagaimana disebutkan dalam hadis :
Artinya : wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang mempunyai agama (jika tidak) kamu akan binasa.(HR.Bukhari Muslim)
Dari keempat macam kriteria tersebut sesungguhnya faktor
agama dan akhlak adalah merupakan ukuran pertama dan yang
paling utama dibanding lainya.
c. Tahapan prosesi pernikahan
Pernikahan diatur melalui proses tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Memilih isteri yang baik, dengan kriteria yang telah diuraikan
diatas.
2) Memberi kesempatan kepada laki-laki untuk melihat calon isteri.
3) Memberi kebebasan hak dan keleluasaan kepada wanita untuk
memilih calon suami dan dibenarkan menolak laki-laki yang tidak
dikehendaki.
4) Calon pengantin laki-laki wajib memberikan mahar/maskawin
kapada calon isteri, menurut kemampuanya atau kesepakatan
mempelai berdua.
5) Menyiarkan rencana pernikahnya kepada khalayak ramai dengan
tujuan agar khalayak mengetahui serta untuk menghindari fitnah.
6) Mengadakan walimah (resepsi pernikahan ) sekalipun sederhana.
(Tim Penyusun Badan Penasehati Pembinaan dan Pelestarian
3. Walimatul Ursy
Di dunia ini masing-masing negara mempunyai adat-adat sendiri
yang satu sama lainya berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda,
umumnya masyarakat sangat menjaga adat tradisinya masing-masing
yang diwarisi dari generasi ke generasi, yang selalu dipegang teguh dan
dijaga bahkan menjadi kekayaan khasanah klasik umat yang berharga.
Agama Islam mengajarkan, perkawinan merupakan peristiwa yang
patut disambut dengan rasa syukur dan gembira, oleh karena itu Nabi
mengajarkan agar peristiwa perkawinan dirayakan dengan sesuatu
perhelatan atau walimah.
a. Hukum Mengadakan Walimah
Kebanyakan fuqoha berpendapat bahwa mengadakan walimah itu
sunnah muakkad, sangat diutamakan.
Imam Ahmad meriwayatkan, ketika Ali meminang Fatimah. Nabi
mengatakan, “Perkawinan mesti dirayakan walimah.” (Basyir 2000:
49)
b. Waktu Walimah
Waktu mengadakan walimah amat bergantung kepada adat kebiasaan
yang berlaku disuatu tempat pada suatu tempat tertentu, walimah
dapat diadakan pada waktu akad nikah terjadi atau sesudahnya, dapat
c. Hukum menghadiri walimah
Apabila hukum menyelenggarakan walimah adalah sunnah muakkad,
hukum menghadiri walimah adalah wajib.Basyir, 2000: 50-51)
Maksud dari walimah adalah mengundang orang untuk makan
bersama atau memakan masakan dari yang punya hajat.
Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan dua insan yang
berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan atau
juga sering dikenal dengan istilah Polo Kromo maka dengan pernikahan
seseorang akan memperoleh kedamaian hidup, ketenangan serta mencapai
tujuan berkeluarga yakni mencapai kualitas yang sakinah yang berpangkal
pada cinta kasih yang tulus dan pada masing-masing daerah mempunyai
tata upacara pernikahanya sendiri-sendiri
4. Prosesi Ritual Polo Kromo
Bagi orang-orang jawa yang akan menyelenggarakan pernikahan
maka akan melakukan serentetan ritual Polo Kromo diantaranya
dilaksanakan menjelang akad nikah, pada waktu pelaksanaan walimah,
maupun sesudah walimah selesai, selebihnya akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Prosesi ritual menjelang akad nikah
1) Srah-srahan peningset
Tanda cinta kasih pria kepada seorang gadis yang akan
dinikahinya biasanya berupa cincin yang yang dikenal dengan nama
hati, lesan dan perbuatan keluarganya, bahwa setelah menerima
peningset tersebut, maka mereka tidak boleh lagi menerima lamaran
dari pihak lain. Untuk melaksanakan Srah-srahan Peningset ada
yang dilakukan dalam suatu acara tersendiri, tergantung dari pihak
calon mempelai laki-laki diberikan bersamaan saat acara melamar
atau Upacara Malam Midodareni.
Kapan acara ini dilaksanakan sesuai dengan kesepakat
diantara kedua belah pihak keluarga besar yang akan saling
berbesanan itu.
Jenis Peningset yang utama adalah sepasang cincin untuk
calon pengantin putra dan putri, cincin itu bentuknya bulat tanpa
sambungan, sesuai dengan kemampuan pengantin putra dapat
disediakan perhiasan lain seperti kalung, gelang dan anting.
Perhiasan ini merupakan simbol bahwa seorang pria suka dengan
isterinya mengenakan perhiasan yang bisa mempercantik dirinya.
(Hariwijaya, 2004. 75-76)
2) Pingitan
Kira-kira 7 hari atau sekarang lebih banyak dilakukan 3 hari
sebelum hari pernikahan calon pengantin putri dipingit artinya tidak
boleh keluar dari rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon
suaminya. Selama masa pingitan itu berlangsung calon pengantin
perempuan membersihkan diri dan mempercantik dirinya untuk
Pingitan, seorang wanita remaja mulai dipingit yaitu dibatasi
untuk keluar rumah apabila tidak diperlukan. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kehormatan wanita tersebut. Pingitan, yaitu sebagai
pengamanan sementara bagi kedua calon mempelai sebelum
upacara panggih.
(http//www.wonosari.com/6440-upacara-pengantin-adat-jawa) Diakses 7 Juni 2012
3) Pemasangan Tarub
Bagi orang-orang jawa yang akan menyelenggarakan pesta
pernikahan selalu memasang tarub dan bleketepe. Sebagai simbol
untuk menolak bala`. Tarub berasal dari bahasa Arab Taqorub yang
berarti dekat. Tarub juga bisa berasal dari legenda Jaka Tarub –
Nawang Wulan. Jaka Tarub adalah pemuda miskin yang berhasil
mempersunting bidadari karena kecakapan dan siasat yang cerdik
dan pintar.
Tarub adalah membangun rumah-rumahan yang beratapkan
daun pohon kelapa untuk acara pesta sedangkan bleketepe adalah
anyaman yang terbuat dari daun kelapa. Pemasangan Tarub dan
Bleketepe biasanya dilaksanakan pada tiga hari sebelum hari H itu
berlangsung, pemasangan tarub dan bleketepe ini biasanya hanya
dilaksanakan serangkaian puncak acara pernikahan itu.
Tarub maksudnya ditata kereben murub yaitu bertata dihias
dengan janur kuning, daun kelapa muda yang berwarna kuning.
mudah-mudahan didalam hidup suami istri murah sandang. Tugas
suami terhadap istri adalah nyandhangi dan nyandhingi.
Nyandhangi berarti memberi pakaian. Seorang suami berkewajiban
memberikan sandang yang layak kepada istri semampunya.
(Hariwijaya, 2004: 80-81).
Sebagai visual perwujudan ritual doa kepada Yang Maha
Kuasa, maka Upacara Pasang Tarub dan Bleketepe ini sulit
terpisahkan dari budaya pengantin Jawa pada umumnya. Karena itu
meskipun pesta perkawinan itu diselenggarakan di gedung, di
rumah mereka tetap memasang tarub maupun bleketepe walaupun
hanya secara simbolis.
4) Upacara Siraman
Siraman berasal dari kata Siram yang artinya mandi. Acara ini
diselenggarakan di rumah calon pengantin mempelai. Siraman
yang merupakan mandi ritual sudah tentu dimaksudkan agar calon
pengantin menjadi bersih secara spiritual dan berhati suci.
Sebelum seorang gadis dan jejaka memasuki upacara ritual
pernikahan, mereka harus menyucikan diri baik secara lahir maupun
batin. Yang bertugas memandikan calon pengantin adalah para
keluarga dan senior, jumlah yang melakukan siraman ini biasanya
tujuh sampai sembilan orang, acara ini biasanya diselenggarakan
setelah acara pemasangan bleketepe, sehari sebelum acara
Khusus Upacara Adat pernikahan gaya Surakarta usai upacara
siraman ada Upacara dodol dawet. Jual dawet ini simbol dari
ungkapan kata kemruwet yang berarti penuh sesak. Maksudnya
pada saat pesta pernikahan nanti diharapkan jumlah tamunya
banyak seperti penuhnya dawet yang dijual saat itu. Warna merah
pada gula jawa dan putih pada santan merupkan suatu simbol
keberanian dan kesucian dan simbol bertemunya pria dan wanita,
keberanian memasuki kehidupan baru harus dengan niat suci dan
bersih. Ditempat yang telah disediakan sang ibu calon pengantin
putri menjual dawet dengan dipayungi oleh sang ayah calon
pengantin. Pembelinya adalah para tamu, yang terdiri dari keluarga
besar dan kerabat dekat dengan menggunakan uang yang terbuat
dari kreweng hasil penjualan dawet tersebut dikumpulkan dalam
kantong kecil yang terbuat dari kain lalu disimpan ditempat beras.
Ini sebagai simbol bahwa hasilnya agar dijadikan modal .
(Hariwijaya, 2004:88-91)
5) Malam Midodareni
Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari,
acara ini selalu diselenggarakan malam hari dan umumnya seusai
upacara siraman di pagi harinya. Sebagai sebuah acara tirakatan
kesederhanaan menandai terselenggaranya Malam Midodareni. Di
malam itu suasana harus benar-benar khidmat yaitu tidak boleh ada
sebagainya.Upacara ini bertujuan agar calon mempelai mendapat
restu dari bidadari, hingga dalam penampilan pada upacara inti
kedua calon mempelai bisa tampil cemerlang.
Upacara ini biasanya dilakukan dengan duduk bersama sambil
membacakan do’a semoga jalannya upacara dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Pada acara midodareni juga biasanya
dilakukan dengan tidak tidur semalam suntuk “lek-lekan” oleh para
pinisepuh. Inti dari upacara midodareni adalah tebus kembar
mayang. Kembar mayang ini terbuat dari bunga yang dirangkai
dengan janur kuning dengan segala aksesorisnya yang disusun
secara indah dan diberikan kepada calon pengantin wanita.
6) Nyantri
Nyantri yaitu datangnya calon pengantin putra di rumah calon
pengantin putri dengan diiringi pemuda pemudi, datangnya pada
waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, atau dari itu, upacara
nyantri diserahterimakan dari pengantin laki-laki kepada calon
pengantin perempuan.(Sutawijaya,2001:8)
Sewaktu rombongan keluarga temanten pria pulang dari
upacara midodareni, calon penganten pria juga ikut diajak
pulang.Tetapi, bila calon mempelai pria nyantri, maka dia ditinggal
dirumah calon mertuanya.Tentu nyantri sebelumnya sudah
Setelah keluarganya pulang, ditengah malam dia
dipersilahkan masuk rumah untuk makan, tidak boleh ketemu calon
istrinya dan sesudah itu diantar kekamar tidur untuk beristirahat.
Setibanya pengantin putra, maka terus diserahkan kepada Bapak
dan Ibu pengantin putri. Setelah penyerahan diterima pengantin
putra diantarkan ke pondok yang telah disediakan yang jaraknya
tidak begitu berjauhan dengan rumah pengantin putri. Pondokan
telah disediakan makanan dan minuman sekedarnya dan setelah
makan dan minum ala kadarnya maka pengantin putra menuju ke
tempat pengantin putri untuk menemui para tamu secukupnya
kemudian pengantin putra kembali ke pondokan untuk beristirahat.
Jadi jangan sampai jauh malam, karena menjaga kondisi fisik
seterusnya. Jadi kira-kira pukul 22:00 harus sudah kembali ke
pondokan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya agar
jangan sampai pengantin menjadi sangat lelah karena kurang tidur.
Nyantri dilaksanakan untuk segi praktisnya, mengingat besok
pagi dia sudah harus didandani untuk pelaksanaan ijab
kabul/pernikahan.
b. Prosesi Ritual Panggih pada waktu Walimahan
1) Bertemunya Pengantin
Kata Pengantin berasal dari bahasa jawa anti-anti artinya
menunggu. Pengantin artinya orang yang menunggu-nunggu yaitu
menunggu untuk dipertemukan dengan kekasih yang dicintainya.
Upacara tahap ini merupakan upacara pertemuan seremonial
antara pengantin putra dengan pengantin putri, yang
diselenggarakan sesudah upacara ijab, pada upacara inilah kedua
pengantin putra dengan pengantin putri bertemu secara resmi
dengan mengenakan busana pengantin, upacara ini bertujuan
mempertemukan kedua pengantin di depan semua tamu undangan.
Dalam hal ini Gertz (1982:68) menyatakan upacara “temon”
diselenggarakan dirumah pengantin putri secara adat dianggap
belum pernah bertemu dengan bakal suami dan harus
menunggunya sampai suami datang untuk menjemputnya.
2) Bucalan Gantal
Ketika kedua mempelai sampai pada tempat panggih, kedua
mempelai siap-siap melakukan Upacara Bucalan Gantal. Ada
empat buah gantal tersedia, masing-masing pengantin mendapat
dua gantal yaitu Gantal Gondhang Asih dan Gantal Gondhang
Telur, makna yang terkandung adalah bahwa kedua mempelai
secara lahir dan batin telah menyatukan tekad dan rasa yang utuh
berumah tangga. Maksudnya agar keduanya saling mengasihi dan
memberi nasehat.
Dalam acara uncal-uncalan gantal pada waktu pengantin
bertemu, yang melempar gantal terlebih dahulu adalah pengantin
lelaki, sebab yang melamar adalah pengantin putra.
Pengantin wanita mengarahkan ke kaki pengantin putra
sebagai perlambang tunduk pada sang suami. Sementara pengantin
putra melempar ke arah jantung pengantin putri sebagai lambang
kasih sayang, mereka dapat juga saling melempar lebih dahulu.
Maksudnya bukan untuk mencari kemenangan kalau diantara
mereka bertengkar, namun sebagai lambang bahwa diantara mereka
harus saling berlomba memberikan jiwa-raga mereka atau saling
berlomba untuk mendapat kemuliaan.
3) Ngidak Tigan dan Wijik Kembang Sekar Setaman
Acara selanjutnya Upacara Ngidak Tigan atau injak telur
dan Wiji Dadi atau Bibit Jadi. Hal ini merupakan perlambang
bahwa pengantin lelaki harus dengan tepat dapat memecahkan telur
pengantin putri sehingga berhasil menurunkan benih dan
mendapatkan keturunan yang baik. Pengantin putra tetap berdiri
dengan kaki diposisikan menginjak telur yang ditaruh diatas
nampan, sementara pengantin wanita jongkok didepanya.
Peristiwa ini memiliki banyak makna selain sebagai lambang
dunia kehidupan baru yang berat dan penuh tantangan, upacara
ngidak tigan ini juga sebagai simbol pemecahan selaput dara
pengantin putri oleh pengantin putra. Kewajiban suami istri secara
biologis dalam melanjutkan keturunan.
Pengantin pria menginjak sebuah telur ayam kampung
hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian kaki
tersebut dibasuh oleh pengantin putri dengan air kembang, dan
mengeringkan kaki pasanganya dengan handuk, baru kemudian
dimasukkan kaki suaminya ke selop.
Setelah itu pengantin putri sungkem ini sebagai lambang
bakti seorang istri kepada suaminya. Dengan kaki yang sudah
tercuci pengantin putra diharapakan bersih lahir batin.
Dengan mengulurkan tangannya, pengantin putra
membangunkan pengantin putri yang masih jongkok. Ini bermakna
bakti pengantin putri sangan dihargai oeh suaminya, sehingga ia
mengangkat istrinya untuk berdiri sebagai mitra sejajar.
4) Sinduran dan Kacar Kucur
Sepasang pengantin kemudian saling berdampingan,
pengantin putri di sebelah kiri dan pria sebelah kanan. Ibu
pengantin putri mengenakan dan memegang sindur dari belakang,
sementara ayahnya berada di depan pengantin berjalan pelan-pelan
di depan. Dengan mengalungkan kain sindur di pundak mempelai
satu. Kedua kelingking sepasang mempelai itu saling bergandengan
sementara tangan mereka memegang bahu ayah pengantin putri.
Upacara pengalungan sindur bagi kedua mempelai ini tidak
dilakukan dalam perkawinan adat Jawa gaya Yogja.
Secara sederhana Sindur bisa berarti isin mundur atau malu
bila mundur, maksudnya, walau badai kehidupan yang harus
mereka hadapi sangat berat, kedua mempelai harus bersikap malu
untuk mundur kalau harus berpisah. Selain itu kemul sindur
memiliki makna yang cukup dalam yakni menyatu lahir batin
dalam satu tujuan hidup, ibu yang ada dibelakang merestui
pasangan itu.
Acara berikutnya adalah upacara kacar kucur, upacara ini
adalah merupakan lambang bahwa suami yang bertugas mencari
nafkah untuk keluarga secara simbolik tengah menyerahkan hasil
jerih payahnya pada istrinya. Pengantin putra berdiri di depan
pengantin putri dalam posisi agakmenunduk lalu mengucurkan
bungkusan Kacar Kucur itu ke dalam bentangan Sapu Tangan
Tuak di atas pangkuan pengantin putri. Pengantin lelaki
menumpahkan kantong berisi beras, kedelai, kacang uang dan
sebagainya diterima oleh pengantin putri dengan tikar kecil
sederhana di atas pangkuannya yang disangga dengan dua belah
tangannyasesudah menjadi kosong, oleh pengantin lelaki
kepada pengantin putri maksudnya adalah sang suami
berkewajiban memberikan penghasilan, rezeki berupa apa saja
kepada sang istri. Sang istri dalam menerima rezeki dari suaminya
diharapkan hidup cermat dan berhemat.
Kacar kucur yang sudah ditumpahkan ke sapu tangan itu
oleh sang sang istri kemudian dibungkus lalu diserahkan kepada
ibundanya didampingi oleh suaminya
5) Bobot Timbang dan Dhahar Saklimah
Acara selanjutnya adalah Bobot Timbang sebagai lambang
bahwa kedua orang tua pengantin putri tidak membeda-bedakan
antara anak sendiri dan menantu.
Setelah itu diteruskan dengan acara Upacara Dhahar
Saklimah, prosesi ini memiliki makna bahwa kedua mempelai agar
bisa hidup rukun, saling mengisi dan tolong menolong. Bunga
kasih yang diharapkan mampu menyatukan keduanya dalam suka
duka, pengantin putra dan putri lalu saling menyuapi pasanganya
sebanyak tiga kali. Bersuami istri hendaknya membangun
keakraban lahir batin saling menerima apa adanya.
6) Adicara Sungkeman
Upacara sungkeman dilangsungkan sebagai wujud bahwa
kedua mempelai akan patuh dan berbakti kepada kedua orang tua
mereka, baik terhadap orang tua pengantin putri atau putra,
terlebih dahulu, sementara pengantin putri melepas selopnya.
Sungkeman dimulai oleh pengantin putri kepada ayah dan ibu,
setelah itu sungkem kepada ayah mertua dan ibu mertua kemudian
disusul oleh pengantin putra mengikuti sungkem juga. (Hariwijaya,
2004:151-171)
c. Prosesi Ritual Setelah walimahan selesai
1) Acara Mbesanan
Setelah acara walimahan selesai di pihak pengantin
perempuan kemudian pengantin diantar menuju kediaman lelaki
untuk mengikuti serentetan acara yang telah disusun dengan diantar
beberapa rombongan atau pengombyong yang ikut mengantarnya.
Acara yang dilaksanakanpun tidak tentu harinya bisa saja
setelah acara resepsi, setelah 2-3 hari atau kapan saja tidak terikat
oleh waktu dan acaranya tidak serumit seperti prosesi yang dijalani
pada walimahan di pihak perempuan karena ritual sudah dijalankan
dan tidak harus dilakukan dua kali. Akan tetapi sekarang acara
besan ini tidak ganti hari setelah acara resepsi selesai supaya
waktunya tidak barengan dengan acara sepasaran. (Sutawijaya,
2001:33-34)
Namun yang paling unik pada acara Polo Kromo di Desa
Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang ini adalah
sewaktu pengantaran pengantin diperjalanan apabila menemui
ada seorang rombongan yang ditugasi untuk membuang ayam di
Jembatan tersebut, supaya selamat diperjalanan dari berangkat
sampai pulang kembali, itu naluri orang jaman dahulu akan tetapi
masih dijalankan sampai sekarang.
2) Upacara Sepasaran
Upacara Sepasaran atau disebut dengan boyongan karena
pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak
pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara
bersama-sama. Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki.
Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang diadakan di
tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap
seperti acara panggih biasanya hal ini tergantung dari pihak
penyelenggara.
Upacara sepasaran diselenggarakan oleh keluarga pengantin
pria, biasanya diadakan 5 hari setelah upacara Panggih oleh karena
itu sering disebut Upacara Sepasaran. Umumnya penyelenggaraan
upacara ini tidak sebesar atau semeriah upacara panggih. Undangan
hanya dikhususkan kepada keluarga dan kerabat dekat, serta para
tetangga.
Upacara sepasaran ini dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman temanten putri agar dapat hidup di lingkungan
bertempat di keluarga pria, maka biasanya sekaligus boyongan atau
3) Acara Jenang Sumsuman
Setelah acara demi acara berlangsungdengan sukses, maka
acara berikutnya adalah pembubaran panitia. Acara ini ditandai
dengan sajian jenang sumsum atau jenang baning. Jenang sumsum
atau jenang baning adalah bubur halus yang terbuat dari tepung
beras dan diberi cairan gula kelapa, maka berakhirlah tugas seluruh
panitia. Bubur sumsum halus ini adalah simbol dari permohonan
agar sumsum tulang saraf tulang belakang yang kecapaian selama
bertugas membantu tuan rumah menyelenggarakan pesta
perkawinan itu segera bisa pulih kembali.
Acara ini sekaligus sebagai ucapan syukur ke Hadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah merahmati semuanya sehingga tugas
kepanitiaan itu berjalan dengan sukses. Jenang sumsuman ini
biasanya dilakukan sekitar seminggu setelah usai perhelatan akbar
itu berlangsung, karena tuan rumah perlu menghitung banyak hal
mengenai penyelesaian sewa-menyewa, pinjam-meminjam dan
memberesi semua alat-alat.
B. Nilai Pendidikan Islam
1. Nilai
Menurut Thoha (1996:61) nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia
ideal, nilai bukan benda konkrit, buka fakta, tidak hanya persoalan benar
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak
disenangi. Nilai juga diartikan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu yang bernilai
itu berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan
pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam
pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan
penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan
tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita
belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang
sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran
lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang
dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis
dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan
dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu
a. Ciri-Ciri Nilai
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986:20) adalah Sebagai
berikut.
1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan
manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang
dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang
yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak
bisa mengindra kejujuran itu.
2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan,
cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal
(das sollen).
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia
adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong
oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya
nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai
derajat ketakwaan.
b. Macam-Macam Nilai
Nilai dapat dilihat dari sudut pandangan, yang menyebabkan terdapat
bermacam-macam nilai antara lain:
1. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham
Maslaw yang dikutip oleh Thoha dapat dikelompokkan menjadi :
b) Nilai keamanan
c) Nilai cinta kasih
d) Nilai harga diri
e) Nilai jati diri
Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan
yakni akan tuntutan fisisk biologis, keamanan, cinta kasih harga
diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri.
2. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan
mengembangkan nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni :
a) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi dan psikomotor.
b) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestas,
motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa
Kualifikasi ini memudahkan kita untuk menyusun strategi
pendidikan nilai, sebab sebagiannya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses psikologik. (Thoha, 1996:63)
3. Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu
a) Nilai logika adalah nilai benar salah.
b) Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c) Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam
nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut :