PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI
FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS
TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI
LAPORAN HASIL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum
ATIKA NITHASARI 22010110130174
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur sayapanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai dengan terselesaikannya laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini. Bersama ini saya menyampaikan uacapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Diponegoro Semarang yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas Diponegoro
2. Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP yang telah memberikan sarana dan prasarana sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik lancar
3. dr. A. Kentar Arimadyo S., Sp.M, M.Si.Med selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Arief Wildan, Sp.M(K), dr. Fifin Luthfia Rahmi, MS, Sp.M(K), dr. Afrisal Hari Kurniawan, Sp.M, staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata yang telah membimbing saya.
5. dr. Dharminto, M.Kes, staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UNDIP, selaku pembimbing statistik.
v
7. Para staf medis dan paramedis SMF Mata RSUP dr. Kariadi, RSU William Booth dan Candi Eye Center Semarang atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.
8. Nungki R. P., Ajeng I. F., Ayu Ika P., Irsalina Savira S., Ira A., Alifa N. F., Nurkholisa Mei, Ginarsih Hutami dan para sahabat yang selalu memberi dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga Karya Tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT. berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 21 Juli 2014
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR. ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
DAFTAR ISTILAH ... xv
vii BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tajam Penglihatan ... 6
2.1.1 Pemeriksaan Tajam Penglihatan ... 6
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Tajam Penglihatan Pascaoperasi Katarak... 7
2.2 Katarak Senilis ... 8
2.2.1 Definisi Katarak Senilis ... 8
2.2.2 Etiologi Katarak Senilis ... 8
2.2.3 Patogenesis Katarak Senilis ... 9
2.2.4 Tanda dan Gejala Katarak Senilis ... 9
2.2.5 Stadium Katarak Senilis ... 10
2.2.6 Klasifikasi Katarak Senilis ... 12
2.2.7 Penatalaksanaan Katarak Senilis ... 15
2.3 Miopia ... 15
2.3.1 Definisi Miopia ... 15
2.3.2 Etiologi Miopia ... 16
2.3.3 Klasifikasi Miopia ... 16
2.3.4 Miopia Tinggi ... 17
2.3.5 Hubungan Miopia Tinggi dengan Katarak Senilis ... 18
2.4 Fakoemulsifikasi ... 18
2.4.1 Definisi Fakoemulsifikasi ... 18
viii
BAB III KERANGKA TEORI,KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Teori... 21
3.2 Kerangka Konsep ... 22
3.3 Hipotesis ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 23
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23
4.4 Populasi dan Sampel ... 23
4.4.1 Populasi Target ... 23
4.4.2 Populasi Terjangkau ... 23
4.4.3 Sampel Penelitian ... 24
4.4.3.1 Kriteria Inklusi ... 24
4.4.3.2 Kriteria Eksklusi ... 24
4.4.4 Cara Sampling ... 24
4.4.5 Besar Sampel ... 24
4.5 Variabel Penelitian ... 25
4.5.1 Variabel Bebas ... 25
4.5.2 Variabel Tergantung ... 25
4.6 Definisi Operasional... 26
ix
4.10 Etika Penelitian ... 29
4.11 Jadwal Penelitian ... 29
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 30
5.2 Karakteristik Status Miopia ... 31
5.3 Karakteristik Tajam Penglihatan ... 31
5.4 Hubungan Tajam Penglihatan Pascaoperasi dan Status Miopia ... 33
5.5 Komplikasi ... 34
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Status Miopia ... 36
6.2 Tajam Penglihatan ... 37
6.3 Hubungan Tajam Penglihatan Pascaoperasi dan Status Miopia ... 37
6.4 Komplikasi ... 39
6.5 Keterbatasan Penelitian ... 41
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian penelitian ... 4
Tabel 2. Kriteria tajam penglihatan menurut WHO ... 7
Tabel 3. Definisi operasional ... 26
Tabel 4. Jadwal penelitian ... 29
Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian ... 30
Tabel 6. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan status miopia ... 31
Tabel 7. Karakteristik tajam penglihatan ... 32
Tabel 8. Distribusi tajam penglihatan preoperasi ... 32
Tabel 9. Distribusi tajam penglihatan pascaoperasi ... 33
Tabel 10. Uji normalitas tajam penglihatan pascaoperasi ... 33
Tabel 11. Komplikasi pascaoperasi pada pasien tanpa miopia ... 34
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Standar fotografi LOCS III berukuran 8.5 x 11 inci yang digunakan
pada pemeriksaan slitlamp ... 14
Gambar 2. Kerangka teori ... 21
Gambar 3. Kerangka konsep ... 22
Gambar 4. Alur penelitian ... 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical clearance ... 48
Lampiran 2. Surat ijin penelitian ... 49
Lampiran 3. Tabel konversi tajam penglihatan ... 51
Lampiran 4. Data sampel ... 52
Lampiran 5. Hasil analisis SPSS ... 55
Lampiran 6. Dokumentasi penelitian ... 62
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AXL : Axial length / panjang aksial bola mata BCVA : Best-Corrected Visual Acuity
C : Cortical cataract / katarak kortikal
EKEK : Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler EKIK : Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler
IOL : Intra Ocular Lens / lensa intraokuler
KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan LOCS : Lens Opacification Classification System
NC : Nuclear color
NO : Nuclear opalescense
P : Posterior subcapsular cataract / katarak subkapsular posterior
xv
DAFTAR ISTILAH
Ablasio retina : pemisahan lapisan dalam retina dari epitel pigmen
Afakia : tidak adanya lensa mata, terjadi secara kongenital atau karena trauma atau pembedahan
Agregasi : massa atau gumpalan materi
Anisometropia : perbedaan kekuatan refraksi antara kedua mata Aspirasi : pengeluaran dengan pengisapan (suction)
Astigmatisma : ametropia yang disebabkan oleh perbedaan kelengkungan pada meridian yang berbeda dari permukaan refraktif mata sehingga berkas cahaya tidak terfokus dengan baik pada retina
BCVA : penglihatan terbaik yang telah dikoreksi
Degenerasi : perubahan dari bentuk yang lebih tinggi ke bentuk yang lebih rendah, terutama perubahan jaringan menjadi bentuk yang lebih rendah atau kurang aktif fungsinya
Diplopia monokuler : persepsi oleh satu mata yang terdiri atas dua bayangan yang berasal dari satu objek
Distorsi : keadaan terpuntir dari posisi atau bentuk normal
EKEK : metode ekstraksi katarak dengan mengambil massa
katarak dan meninggalkan kapsul lensa yang jernih
EKIK : metode ekstraksi katarak dengan mengambil seluruh massa katarak termasuk kapsul lensa
Fakoemulsifikasi : metode ekstraksi katarak dimana lensa dihancurkan dengan getaran ultrasonik serta diirigasi dan diaspirasi secara simultan
Fluktuasi : gerakan seperti gelombang
xvi
Glare : keadaan tidak enak dalam mata dan depresi penglihatan
sentral yang terjadi jika cahaya terang memasuki lapang pandang, terutama jika mata beradaptasi terhadap gelap Likuefaksi : konversi menjadi bentuk cairan
Intraocular lens : lensa tanam intraokuler
Intumesensi : pembengkakan normal atau abnormal
Kalsifikasi : deposit garam-garam kalsium di dalam jaringan abnormal Katarak : kekeruhan pada lensa kristalin mata atau kapsulnya
Kondensasi : pemadatan
Leukokoria : suatu keadaan yang ditandai dengan adanya refleksi atau massa keputihan pada daerah pupil di belakang lensa
Miopia : ametropia dimana sinar sejajar jatuh didepan fokus retina, penglihatan lebih baik pada benda yang berjarak dekat daripada berjarak jauh
Miopia lentikularis : miopia yang berkenaan dengan lensa mata
Panjang aksial : panjang sumbu bola mata diukur dari kornea sampai retina Penglihatan warna : persepsi warna yang berlainan yang terbentuk dari
spektrum cahaya tampak
Poliopia : persepsi visual beberapa bayangan objek tunggal
Sensitivitas kontras : kemampuan untuk mendeteksi variasi yang sangat halus pada bayangan dengan menggunakan gambar-gambar yang bervariasi dalam hal kontras, keterangan dan frekuensi spasial
xvii ABSTRAK
Latar Belakang : Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia yang banyak diderita oleh usia lanjut. Penanganan katarak adalah operasi yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan pasien. Miopia tinggi merupakan faktor penyulit operasi yang meningkatkan resiko komplikasi dan mempengaruhi tajam penglihatan pascaoperasi katarak.
Tujuan : Mengetahui perbedaan tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi antara pasien katarak senilis tanpa miopia dengan miopia derajat tinggi.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik menggunakan rancangan belah lintang. Sampel adalah catatan medis pasien katarak senilis yang menjalani operasi fakoemulsifikasi di RSUP dr. Kariadi, RSU William Booth dan Candi Eye Center Semarang pada bulan Januari 2012 – April 2014. Kelompok miopia tinggi adalah 27 mata dengan panjang aksial ≥25 mm dan kelompok tanpa miopia adalah 27 mata dengan panjang aksial 22-24 mm. Pengambilan data berupa data karakteristik sampel, panjang aksial bola mata, tajam penglihatan preoperasi dan tajam penglihatan 3-8 minggu pascaoperasi. Uji statistik menggunakan uji beda Mann Whitney.
Hasil : Rerata tajam penglihatan pascaoperasi pada pasien tanpa miopia 0,09 ± 0,13 (logMAR) dan rerata pada kelompok pasien miopia tinggi 0,38 ± 0,54 (logMAR) . Uji statistik menggunakan uji Mann Whitney didapatkan perbedaan bermakna antara tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi antara pasien katarak senilis dengan miopia tinggi dan tanpa miopia (p=0,017).
Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan antara tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis tanpa miopia dengan miopia tinggi.
xviii ABSTRACT
Background : Cataract is the most caused blindness in Indonesia and is more commonly occurred in elderly people. Treatment of cataract is surgery which expected to improve visual acuity. There are some factors, which could influence visual outcome of cataract surgery, such as high myopia. High myopia poses a high risk factor of surgery complication which influences visual outcome after cataract surgery.
Aim : To determine the difference of visual outcome after phacoemulsification in senile cataract patient without myopia and with high myopia.
Method: This was an observational analytical study with a cross-sectional design. Samples were medical records of senile cataract patients who underwent
phacoemulsification between January 2012 – April 2014 at dr. Kariadi hospital,
William Booth hospital and Candi Eye Centre Semarang. High myopic group included 27 eyes whose axial length were ≥25mm and non myopic group included
27 eyes with axial length 22-24 mm. Information are patients’ characteristics,
axial length, preoperative visual acuity and postoperative visual outcome 3-8 weeks. Statistical analysis was done using the Mann-Whitney test.
Results : The mean of postoperative best-corrected visual acuity was 0,09 ± 0,13 (logMAR) for non myopic group and 0,38 ± 0,54 (logMAR) for high myopic group. The result of statistical analyses using Mann-Whitney test showed
significantly different between postoperative visual outcome of cataract senile’
patient with high myopia and without myopia (p= 0,017).
Conclusion : There was a significant difference between visual outcome after phacoemulsification in senile cataract patients without myopia and high myopia.