• Tidak ada hasil yang ditemukan

d ipa 1009627 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d ipa 1009627 chapter3"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah pola berpikir, berdasarkan seperangkat asumsi filosofis

(ontologi, epistemologi, dan metodologi). Paradigma penelitian ini berdasarkan

kajian filosofis terbangun melalui pertanyaan filosofis. Pertanyaan ontologikal

berhubungan dengan bentuk dan dasar realitas dari fenomena sebagai sumber data

untuk mengkaji apa yang dapat diketahui; yaitu, dasar pendeskripsian dari

Ill-Structured Problem. Pertanyaan epistemologi berhubungan dengan sifat dasar dari

hubungan antara teori-teori (peneliti) dan apa yang dapat diketahui dari fenomena

Ill-Structured problem; yaitu, dasar dari hubungan PMS dan Hiperteks di satu

pihak dan Ill-structured Problem di lain pihak. Pertanyaan metodologikal

berhubungan dengan bagaimana peneliti menentukan jalan yang ditempuh untuk

mengetahuinya, yaitu, dasar bagi metoda-metoda yang akan digunakan untuk

menentukan jalan yang ditempuh untuk meneliti Ill-structured Problem.

Fenomena bandul sederhana yang melibatkan sejumlah representasi

untuk mengungkapkannya lebih tuntas menimbulkan isu kompleksitas

epistemologikal. Isu ini muncul sebagai akibat kriteria parsimoni yang diterapkan

terhadap fenomena agar dapat direpresentasikan sebagai model matematika

(Pernapes, 2010). Berdasarkan pertimbangan metodologikal, kondisi ini perlu

diatasi pada tingkat paradigmatik yang dapat di tampilkan sebagai upaya

menemukan suatu pandangan yang diperlukan untuk menyeimbangkan isu

(2)

Pertentangan paradigma metodologi kuantitatif dan paradigma kualitatif

nampaknya sudah mulai mereda dengan diterimanya mixed method oleh sebagian

besar peneliti. Tetapi penting bagi peneliti agar dapat meyakinkan bahwa

penggunaan mixed method dilakukan dengan cukup kritis sejalan dengan agar

fungsinya pengungkapannya optimal dalam penerpannya terhadap permaslahan

yang kompleks. Dalam penelitian ini, penggunaan mixed method diperlukan

untuk menghadapi isu pelik dari paradigma linear dan paradigma non-linear dari

media pembelajaran. Penanganan isu ini menjadi kompleks karena menjadi

menjadi kontroversial.

Contohnya adanya kubu yang meginginkan agar pembelajaran sains

tetap konisten sebagai menjaga keutuhan metoda ilmiah di dalam melalui

pendekatan data driven dalam bentuk hands on disatu pihak dan di pihak lain agar

dialougical driven dalam bentuk minds on (Kennedy, 1998). Masing-masing kubu

ini dapat disejajarkan dengan paradigma linear dan paradigma non-linear dilihat

dari pengadopsian dari hands on dan minds on masing-masing kelompok.

Sebagaai upaya eksploratif, tujuan utama penelitian adalah

meningkatkan pemahaman mengenai isu media pembelajaran nonlinear, tetapi

juga tidak mengabaikan pentingnya metoda kuantitatif untuk maksud konfirmasi

pendahulua mengenai manfaat hiperteks. Jadi penggunaan mixed method kiranya

tepat karena memberikan keleluasaan dalam penggunaan metoda baik kualitatif

(3)

ini. Secara diagramatik, kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian berdasarkan Asumsi Filosofis

Landasan epistemologi materi subjek

(4)

1. Pelaksanaan dan Desain Penelitian

Wujud dari mixed methods adalah proses penelitian yang melibatkan

aspek kualitatif yang ditampilkan sebagai langkah-langkah penelitian, dan aspek

kuantiatif berupa desain pre dan post test.

Pelaksanaan dan desain penelitian dari Gambar 3.2, memperlihatkan 3

perangkat utama:

Daerah A, berintikan komponen Teks Dasar, merupakan materi dasar

penelitan yang ahirnya menghasilkan Struktur Global setelah terlebih mengalami

Penghalusan, Generalisasi, dan Konstrukis, untuk memisahkan teks pengetahuan

menjadi proposisi Mikor, dan Makro.Bersama-sama dengan Teks dan File

Pendukung, Struktur Global ini merupakan masukan untuk Pembelajaran

Hiperteks.

Daerah B, berintikan Studi Pendahuluan yang hasilnya menjadi

masukan penting untuk merevisi Pembelajaran Hipertteks (C). Jadi hiperteks

yang digunakan sudah memenuhi kriteria realibilitas. Pembelajaran Hiperteks

dirancang berdasarkan Argumentasi Toulmin dan Skema Pemecahan Masalah.

.Daerah C yang diwakili oleh Pembelajaran Hiperteks merupakan

komponen inti penelitian yang akan memperkirakan kemampuan hiperteks ini

untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa, hasil belajar, dan kemampuan

(5)

Daerah D merupakan komponen penelitian kuantitatif dengan desain

pre-pos tes. Dengan tujuan untuk mengukuhkan kemampuan hiperteks meningkat

pemahaman dan ketrampilan menyelesaikan soal-soal ill-structured.

Daerah E merupakan komponen penelitian kualitatif untuk

mengungkapkan secara lebih rinci proses penyelesaian soal-soal fisika ioleh

mahasiswa dengan melihat bagaimana argumentasi toulmin diguanakan untuk

mengkonstruksi pengetahuan.

(6)

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian Berdasarkan Pendekatan Kuantitaitf dan Pendekatan Kualitatif

2. Deskripsi Penelitian .

Dengan mengacu pada areat-area di atas, Gambar 3.2. dapat

dideskirpsikan secara bebas menurut letak komponen-komponen penelitian

(7)

Pekerjaan menganalisis dimulai dengan penurunan proposisi makro dan

mikro dari dari teks dasar untuk topik Kinematika yang diambil dari buku teks

Fundamental of Physics Halliday & Resnick. Seluruh proposisi makro dan mikro

yang dihasilkan dipetakan kedalam struktur makro dengan menjaga hubungan

hirarkinya. Struktur makro sebagai dasar navigasi logis program pembelajaran

media hiperteks, dan tautan yang berdasarkan proposisi-proposisi yang jelas

aturan argumentatif Toulmin. Analisis berdasarkan tinjauan pustaka tentang

pedagogi materi subjek (PMS). Penurunan teks dasar menjadi proposisi yang

diwujudkan melalui aturan makro yaitu penghapusan, generalisasi, dan

konstruksi.

Selanjutnya adalah mengkaji isi silabus mata kuliah Fisika Dasar, hand

out dan buku teks mata kuliah Fisika Dasar pada kurikulum program studi

pendidikan fisika di LPTK/FMIPA salah satu perguruan tinggi yang ada di

Medan. Tujuan kajian ini untuk mempelajari bagaimana hakikat dan tujuan

perkuliahan Fisika Dasar, Berdasarkan kajian tersebut dikembangkan program

pembelajaran media hiperteks yang memuat aktivitas dan tugas-tugas

pembelajaran sebagaimana layaknya program pembelajaran. Tugas-tugas tersebut

berupa: pengamatan simulasi interaktif, pemecahan masalah dan kemampuan

argumentasi Toulmin yang dkembangkan berfdasarkan studi pendahuluan di

lapangan.

Penekanan tindakan pedagogi pada bagian-bagain tautan proposisi teks

(8)

dosen pada studi pendahuluan. Dengan demikian pengembangan program ini

membantu mahasiswa memahami tindakan pedagogi yang sesuai dengan

proposisi teks.

Kemampuan yang diukur sebelum implementasi adalah pemahaman konsep

dan pemecahan masalah. Sedangkan kemampuan yang diukur setelah

implementasi adalah: pemahaman konsep, pemecahan masalah, berpikir logik,

dan kemampuan argumentasi dalam memecahkan masalah secara kelompok.

Pentingnya pemahaman konsep, kemampuan argumentatif dan kemampuan

pemecahan masalah yang dibutuhkan calon guru fisika sehingga mampu

mengasah keterampilan mereka menjadi guru yang professional. Kemampuan

berpikir logik bukan sebagai dasar pengembangan media hiperteks, sehingga tidak

ada tugas-tugas atau perlakuan secara langsung dalam tugas-tugas atau aktivitas

berpikir logik. Tetapi kemampuan berpikir logik perlu diperhitungkan sebagai

variabel iringan bersama-sama dengan program hiperteks mampu meningkatkan

pemahaman konsep dan pemecahan masalah. Secara jelas dapat dilihat dalam

analisa kovariat, kemampuan berpikir logik sebagai variabel kovariat untuk

melihat pengaruh media hiperteks terhadap pemahaman konsep.

B. Metode-metoda Penelitian

Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan

metode kualitatif dan metode kuantitatif (mixed methods). Dalam hal ini,

(9)

pembelajaran kinematika, dan selanjutnya diimplementasikan. Metode kualitatif

dalam penelitian ini digunakan sebelum metode kuantitatif. Selain itu metode

kualitatif juga digunakan untuk menganalis kemampuan argumentasi dalam

pemecahan masalah melalui analisis PMS. Studi ini juga menggunakan metode

kuantitatif yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep, kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berpikir logik. Selanjutnya, pengujian

efektifitas media hiperteks dilakukan dengan desain pretes-postes.

Sumber data diperoleh dari hasil rekaman PBM yang disusun dalam

bentuk transkrip dan teks kinematika dari buku teks. Transkrip diubah menjadi

teks dasar melalui penghalusan yang merupakan hasil penurunan proposisi yang

disusun suatu representasi teks berupa struktur makro dan struktur global dari teks

dan ditentukan tindakan pedagogi, menjadi sumber data bagi suatu pengembangan

model representase eksplanasi.

Subjek penelitian adalah buku teks Fundamental of Physics yang ditulis

oleh David Halliday, Robert Resnick, & Jearl Walker dan dosen yang mengajar

Fisika Dasar khususnya pada topik kinematika. Gejala-gejala pembelajaran yang

dikendalikan oleh logika-internal penting diperhatikan. Dalam pandangan

wacana, sifat interaksi kelas merupakan wacana verbal dalam menunjukkan

implikasi metodologi dalam penelitian ini. Metode utama yang digunakan dalam

perancangan dan pengembangan program pembelajaran media hiperteks adalah

metode observasi dan interview. Gejala pembelajaran dapat dilihat dalam kegiatan

berikut: (a) analisis buku teks (melihat kelayakan hirarki materi dengan proposisi

(10)

(mempertimbangkan tindakan pedagogi sebagai dasar pengembangan media

hiperteks), dan (c) analisis silabus Fisika Dasar (sasaran capaian sebagai dasar

mempertimbangkan muatan materi kinematik dalam program pembelajaran yang

dikembangkan). Tahapan pengembangan program pembelajaran media hiperteks

ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pengembangan Pembelajaran

Analisis buku Teks

Analisis pembelajaran dosen

Analisis silabus Fisika Dasar

Studi pendahuluan: Observasi PBM dengan cara merekam dan mengamati, dan melakukan

wawancara kepada dosen dan mahasiswa

Analisis Data Rekaman dan Pengamatan

Mengembangkan Media hiperteks pembelajaran berdasarkan analisis buku teks dan analisis transkrip

pembelajaran di kelas

Mengimplementasikan Media hiperteks pembelajaran berdasarkan analisis buku teks dan analisis transkrip pembelajaran di

(11)

C. Desain

Disain penelitian kuantitati yang digunakan adalah one group pre-test

dan post-test, yaitu penelitian eksperimen yang dilakukan hanya pada satu grup

saja dan tidak dilakukan tes kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum

diberikan perlakuan (Fraenkel & Wallen, 2003). Disain ini digunakan agar

peneliti dapat memahami perbedaan yang terjadi pada setiap pengukuran yang

ada. Ada pun dua pengukuran yang terjadi pada penelitian ini, yang pertama pada

saat sebelum diberikan perlakuan atau pre-test dan yang terakhir pada saat

sesudah diberikan perlakuan atau post-test. Peneliti sengaja tidak menggunakan

kelompok pembanding atau kontrol, karena setiap mahasiswa/i memiliki latar

belakang yang berbeda-beda, sehingga akan menghasilkan tingkat pemahaman

yang berbeda-beda pula (Fraenkel & Wallen, 2003).

Untuk metode kualitatif, peneliti memfokuskan desain analisis buku teks

termasuk dokumen-dokumen pembelajaran sampai pada pengembangan hiperteks.

Tradisi penelitian kualitatif memiliki tipe yang banyak, namun Creswell (2003)

dalam buku yang dilaporkan menggolongkannya menjadi lima tradisi. Ada

sebagian penulis mengklasifikasikan tradisi kualitatif, namun sebagian yang

lainnya hanya menyebutkan tradisi yang menjadi favorit mereka. Dalam kaitan

ini, tidak kalah juga pentingnya mencermati perspektif tentang

pandangan-pandangan filosofis, teoretis, dan ideologis. Esensi dari suatu studi kualitatif yang

baik terdiri atas tiga siklus yang saling berhubungan, yaitu tradisi inkuiri,

(12)

filosofis dan teoretis. Sifat saling mempengaruhi diantara ketiga faktor ini tentu

saja memberikan kontribusi yang membuat suatu studi kualitatif menjadi

kompleks dan harus dilakukan dengan prosedur yang ketat. Gambaran visual

pelaksanaan penelitian kualitatif ditunjukkan Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Gambaran Visual Pelaksanaan Penelitian Kualitatif (Creswell, 2003).

Dari uraian-uraian di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa para peneliti

kualitatif dituntut untuk menyadari prosedur-prosedur penelitian kualitatif dan

perbedaan-perbedaan dalam tradisi inkuiri kualitatif. Paling sedikit ada dua track

yang paralel dalam suatu studi kualitatif, yakni konten substantif studi dan

metodologi. Seiring dengan semakin meningkatnya minat terhadap penelitian

kualitatif, maka penting dicermati agar studi-studi kualitatif dilakukan sesuai

dengan prosedur-prosedur yang biasa dikembangkan dalam tradisi-tradisi inkuiri.

Asumsi-asumsi Kerangka

Tradisi-tradisi

Disain Penelitian Rancangan

(13)

Untuk implementasi hiperteks dalam pembelajaran konsep kinematika

tersebut berikut bagan one group pre-test post-test di bawah ini:

O1 X O2

O1: tes awal sebelum diberikan perlakuan

X : perlakuan diberikan

O2: tes terakhir setelah diberikan perlakuan

Tes awal atau pre-test yang diberikan berupa instrumen tes berbentuk

pilihan ganda untuk melihat kemampuan pemahaman konsep dan essay untuk

melihat kemampuan pemecahan masalah mahasiswa calon guru fisika sebelum

diberi perlakuan. Tes akhir atau post-test yang diberikan berupa tes keterampilan

argumentasi yang berbentuk wacana, tes kemampuan berpikir logis, instrumen tes

berbentuk pilihan ganda untuk melihat kemampuan pemahaman konsep dan essay

untuk melihat kemampuan pemecahan masalah mahasiswa calon guru fisika

setelah diberi perlakuan.

Dalam analisis data, khususnya untuk analisis “gain” atau perubahan

sebagai akibat dilakukannya perlakukan–penggunaan media hiperteks dalam

pembelajaran kinematika, maka skor pretes setiap individu pembelajar

dibandingkan dengan skor postes. Selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk

mengetahui sejauh mana signifikansi perbedaannya dalam perubahan perilaku

pembelajar, yakni prestasi berupa kemampuannya memahami skills berpikir

(14)

D. Lokasi Penelitian

Studi pendahuluan dilaksanakan pada sebuah LPTK di Bandung dan di

Medan. Selanjutnya untuk pelaksanaan implementasi pembelajaran dilakukan

pada sebuah LPTK di Medan.

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian untuk observasi PBM keperluan studi pendahuluan

adalah dua orang dosen Fisika disalah satu LPTK di Bandung dan di Medan.

Subyek penelitian untuk data eksplorasi PBM adalah dosen yang mengajar topik

kinematik, memberikan gambaran fungsi representasi pengajaran. Subyek

penelitian untuk implementasi adalah mahasiswa calon guru pendidikan fisika di

salah satu LPTK di Medan sebanyak 36 mahasiswa yang terdiri dari 10

mahasiswa laki-laki dan 26 mahasiswa perempuan pada mata kuliah Fisika Dasar.

Subjek penelitian dipilih berdasarkan hasil observasi yang menunjukkan bahwa

PBM pada salah satu LPTK di Medan pada umumnya didominasi dosen-dosen,

pembelajaran kurang mendorong mahasiswa untuk mengembangkan

pemikirannya dalam bereksperimen dan menemukan hal-hal yang baru. Teknik

pengambilan sampel tidak secara acak tetapi teknik purposive sampling, dengan

memperhitungkan pertimbangan tertentu dan sudah menargetkan sekelompok

orang untuk menjadi sampel. Teknik sampling ini pun tentunya telah

memertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat agar sesuai dengan

(15)

F. Instrumen Penelitian

Dalam bagian ini menjelaskan instrumen penelitian, yaitu (1) instrumen

dan pengembangannya, dan (2) validasi program pembelajaran media hiperteks.

1. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Sebagai alat pengumpul data, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari

dua bagian yaitu intrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes

berbentuk uraian dan tes pilihan ganda. Tes berbentuk uraian adalah untuk

mengukur kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah sekaligus

kemampuan argumentasi Toulmin. Tes berbentuk pilihan ganda adalah

pemahaman konsep. Instrumen non-tes adalah lembaran observasi aktivitas

pembelajaran P4MAH dan lembaran angket tertutup untuk mengukur tanggapan

mahasiswa terhadap implementasi P4MAH.

Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen, langkah awal yang

dilakukan adalah membuat kisi-kisi lalu kemudian mengkonstruksi instrumen.

Untuk memeriksa validitas isi dilakukan sebelum dilaksanakan ujicoba instrumen.

Dalam hal ini peneliti melibatkan pihak yang berkompeten untuk memeriksa

validitasnya yakni pembimbing dan pakar pendidikan fisika. Setelah instrumen

selesai divalidasi, selanjutnya dilakukan ujicoba.

1.a.Tes Pemahaman Konsep

Instrumen tes pemahaman konsep digunakan untuk mengukur peningkatan

pemahaman mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran berdasarkan hiperteks

(16)

Instrumen tes terdiri dari 31 soal berbentuk pilihan ganda untuk pemahaman

konsep mencakup ranah kognitif yang terdiri atas aspek-aspek: menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan

menjelaskan. Tes ini dapat mengukur pemahaman menginterpretasi grafik sebagai

out put program, yang merupakan keresahan yang terjaring dalam studi

pendahuluan sebagai dasar pengembangan program. Tes pemahaman konsep ini

dapat dilihat dalam Lampiran 2. Instrumen tes tertulis ini berbentuk tes objektif

(pilihan ganda) mengenai konsep kinematika. Untuk memperoleh data hasil tes

yang dipercaya, diperlukan tes yang mempunyai validitas, reliabilitas dan analisis

lain yang dapat dipercaya. Uji coba dilakukan untuk mengecek keterbacaan soal

dan untuk mengetahui derajat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda instrumen. Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang tangguh adalah

tes mengukur hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan dari tes itu sendiri.

Uji validasi yang dilakukan adalah validasi empiris, karena ujicoba dilaksanakan

satu kali (single test) maka validasi instrumen tes dilakukan dengan menghitung

korelasi antara skor item dengan skor total butir tes dengan menggunakan rumus

Koefisien Korelasi Pearson:

(Matlock-Hetzel, 1997)

Keterangan : = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

= jumlah peserta tes

= skor item tes

(17)

Penafsiran terhadap besarnya koefisien korelasi skor tiap item dengan skor

total dilakukan dengan membandingkan nilai dengan nilai kritis .

Kategori validitas butir soal ditunjukkan oleh Tabel 3.1 dan derajat keandalan

Tabel 3.2.

Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal (Matlock- Hetzel, 1997)

Batasan Kategori

0,90 < rxy 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 < rxy 0,80 Tinggi (baik)

0,50 < rxy 0,60 Cukup (sedang)

0,30 < rxy 0,40 Rendah (kurang)

0,00 < rxy 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

Reliabilitas suatu instrumen ialah keajegan atau kekonsistenan instrumen

tersebut. Suatu tes yang reliabel bila diberikan pada subjek yang sama meskipun

oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, maka akan

memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Keandalan suatu tes dinyatakan

sebagai derajat suatu tes dan skornya dipengaruhi faktor yang non-sistematik.

Makin sedikit faktor yang non-sistematik, makin tinggi keandalannya.

Derajat reliabilitas instrumen ini ditentukan dengan menggunakan rumus

Cronbach-Alpha:

(18)

dan

Keterangan: = koefisien reliabilitas tes

= banyaknya butir soal

= jumlah varians skor tiap butir soal

= varians skor total

Xi = skor tiap butir soal, dengan i = 1, 2,……..17

Yi = jumlah skor tiap butir soal, dengan i = 1, 2, …..17

N = jumlah sampel = 17 mahasiswa

Tabel 32. Kriteria Derajat Keandalan

Nilai Derajat Keandalan

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

(19)

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Tingkat kemudahan digunakan untuk mengklasifikasikan

setiap butir instrumen tes ke dalam tiga kelompok tingkat kemudahan untuk

mengetahui apakah sebuah instrumen tergolong mudah, sedang atau sukar.

Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus yang

digunakan untuk menentukan tingkat kemudahan dapat ditentukan dengan

persamaan:

(Matlock & Hetzel, 1997)

Keterangan: P = indeks kemudahan

B = jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal

JS = jumlah skor ideal/maksimum pada butir soal

Kategori tingkat kemudahan soal ditunjukkan pada Tabel 3.3

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kemudahan

Batasan Kategori

Soal Sukar

Soal Sedang

Soal Mudah

Daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi

(DP). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal pilihan ganda digunakan

(20)

DP = - = PA - PB (Matlock - Hetzel, 1997)

Keterangan: J = jumlah peserta tes

JA = JB = 1/3 J

BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar

BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

DP = indeks diskriminasi

Kategori daya pembeda ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,70 DP Sangat baik

0,40 Baik

0,20 Cukup

DP 0,20 Jelek

1.b. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Argumentasi

Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

argumentasi pola Toulmin dikembangkan dari materi atau bahan ajar pada topik

kinematika. Tes kemampuan pemecahan masalah digunakan untuk mengukur

kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah dengan mengikuti

(21)

memahami masalah, (b) kemampuan interpretasi fisis dari masalah, (c)

kemampuan menyusun dan merencanakan strategi pemecahan, (d) melaksanakan

perencanaan pemecahan masalah, dan (e) mengevaluasi hasil pemecahan. Strategi

pemecahan masalah secara pedagogi menerapkan informasi yang diberikan

terhadap hukum dasar untuk menemukan informasi yang ditanyakan. Langkah ini

menunjukkan bekerja dengan langkah maju (forward working).

Tes pemecahan masalah ada dua soal berbentuk essay, yaitu: (1) mobil

dengan lampu rem dan (2) lompatan pemeran pengganti. Tes pemecahan

masalah ditunjukkan dalam Lampiran 3. Hasil uji coba tes ini ditunjukkan

Lampiran 7. Untuk menentukan skor jawaban mahasiswa, peneliti menetapkan

suatu pedoman pensekoran tes pemecahan masalah dan kemampuan argumentasi

Toulmin. Pedoman ini dibuat agar ada keseragaman dalam memberi skor

terhadap setiap jawaban mahasiswa. Pedoman pensekoran tes kemampuan

pemecahan masalah kinematika dan kemampuan argumentasi Toulmin disajikan

pada Tabel 3.5. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman pensekoran pemecahan

masalah yang dibuat oleh Heller (2010) dan pedoman pensekoran yang dibuat

(22)

Tabel 3.5 Pedoman Skoring Pemecahan Masalah dan keterampilan argumentasi

(23)

ASPEK PEMECAHAN MASALAH DAN KOMPONEN

Antara indikator pemecahan masalah dengan argumentasi Toulmin ada

kesamaan karena prinsip yang sama. Misalnya komponen data pada argumentasi

Toumin merupakan fokus masalah dan penjelasan fisis dalam pemecahan

masalah, dan seterusnya.

Ujicoba tes pemahaman konsep dan tes pemecahan masalah mengikuti

(24)

Ujicoba tes dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Fisika Tahun kedua di salah

satu LPTK di Medan sejumlah 17 orang. Ujicoba instrumen tes pemahaman

konsep dan tes kemampuan pemecahan masalah dilakukan agar tes yang

digunakan dapat mengukur variabel penelitian. Setelah diujicoba, instrumen tes

pemahaman konsep yang digunakan sejumlah 31 item dalam bentuk pilihan

ganda. Instrumen tes kemampuan pemecahan masalah sejumlah 2 item dalam

bentuk essay. Hasil analisis uji coba instrumen tes pemahaman konsep dan

pemecahan masalah ditunjukkan pada Lampiran 11. Rekapitulasi uji coba tes

dinyatakan dalam jumlah item berdasarkan taraf kemudahan, daya beda, validitas

ditunjukkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rekapitulasi uji coba tes

No Jenis Tes

Taraf Kemudahan Daya Beda

Valid

tersebut instrumen tes pada pemahaman konsep dinyatakan valid dan layak

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 31 butir dan instrumen tes pada

kemampuan pemecahan masalah dinyatakan valid dan layak digunakan sebanyak

(25)

1.c. Lembaran Observasi Aktivitas Pembelajaran P4MAH

Lembar pengamatan ini digunakan untuk menilai kualitas keterlaksanaan

aktivitas pembelajaran P4MAH. Kegiatan perkuliahan meliputi kegiatan

pendahuluan (penyampaian petunjuk penggunaan media hiperteks dan

penyampaian tujuan pembelajaran), kegiatan inti (mengorientasikan mahasiswa

pada masalah, mempelajari konsep-konsep fisika berbasis problem solving dengan

bantuan media hiperteks), mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar,

membimbing mahasiswa dalam penyelidikan individual dan kelompok, dan

mengembangkan dan menyajikan hasil penyelidikan), dan penutup (memberikan

penguatan konsep yang perlu penekanan dan merangkum dan penugasan

terstruktur). Dalam melakukan penilaian, pengamat dipandu dengan menggunakan

kriteria penilaian. Reliabilitas instrumen lembar pengamatan aktivitas

pembelajaran dicari dengan menggunakan interobserver agreement, dengan

persamaan (Grinnel, 1988)

Instrumen pengamatan menggunakan kriteria reliabilitas Borich (dalam Widodo,

2010), yakni instrumen lembar pengamatan dikatakan reliabel jika R≥ 0,75,

Lembaran observasi dapat dilihat dalam Lampiran 7.

1,d, Lembar Pengamatan Aktivitas Pembelajaran

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengamati aktivitas mahasiswa

(26)

mengobservasi beberapa mahasiswa secara acak dengan interval waktu 5 menit,

selanjutnya pengamat menentukan kegiatan mahasiswa yang paling dominan

dalam selang waktu tersebut. Pemilihan selang waktu 5 menit ini dengan

pertimbangan setiap aktivitas mahasiswa yang relevan dengan model

pembelajaran media hiperteks (P4MAH) dalam rangka pencapaian tujuan

meningkatkan pemahaman konsep, pemahaman grafik, non-grafik, dan

pemecahan masalah. Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Pembelajaran

dapat dilihat dalam Lampiran 7.

Dua orang pengamat secara independen mengamati mahasiswa yang

sama, kemudian mencocokkan perilaku paling dominan untuk setiap interval 5

menit dengan panduan. Agreement ditulis jika hasil perilaku yang dipilih

pengamat sama, sebaliknya disagreement ditulis jika hasil perilaku yang dipilih

pengamat berbeda. Tabel 3.7. menunjukkan rekapitulasi hasil pengamatan selama

ujicoba untuk dua mahasiswa yang diamati.

Tabel 3.7. Rekapitulasi Hasil Ujicoba untuk Menentukan Reliabilitas pengamatan Aktivitas Pembelajaran

Pengamatan I Pengamatan II Total

(27)

%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa harga reliabilitas instrumen Lembar

Pengamatan Aktivitas mahasiswa ebesar 83,78%, yang menunjukkan instrumen

tersebut reliabel menurut kriteria Borich (dalam Widodo, 2010).

1.e. Angket Tanggapan Mahasiswa

Angket tanggapan mahasiswa digunakan untuk menjaring kecenderungan

sikap atau pandangan mahasiswa terhadap setiap pernyataan yang diajukan yang

berkaitan dengan pembelajaran fisika dan kegunaannya dalam kehidupan,

pembelajaran melalui hiperteks berdasarkan pedagogi pemecahan masalah yang

argumentatif. Angket tanggapan mahasiswa mengacu pada fitur-fitur hiperteks,

ketrampilan argumentasi dan pemecahan masalah sebagai acuan merumuskan

butir-butir pernyataannya.

Agar pernyataan dalam angket ini memenuhi persyaratan yang baik, maka

terlebih dahulu meminta pertimbangan pakar pendidikan fisika untuk memvalidasi

isi setiap itemnya. Angket yang digunakan terdiri dari 14 pernyataan dengan

pernyataan tertutup. Pengolahan tanggapan didahului dengan penentuan skor

setiap pilihan jawaban pada setiap pernyataan, selanjutnya ditentukan proporsi

frekwensi jawaban mahasiswa. Hasil analisis respon mahasiswa ditunjukkan

(28)

2. Validasi Program Pembelajaran Media Hiperteks

Deskripsi pembelajaran, story board dan rancangan teoretik pembelajaran

e-learning dikonsultasikan kepada ahli (validator) untuk divalidasi. Pengujian

validasi perangkat program hiperteks dan kelengkapan fitur-fiturnya dilakukan

oleh tiga orang pakar dalam bidang fisika, pembelajaran fisika dan ahli IT. Skor

terentang mulai dari 1 (tidak baik) sampai 4 (sangat baik) dengan menggunakan

skala Likert, sehingga skor 4 dianggap sebagai skor ideal. Validasi program

hiperteks dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor aspek dengan skor

total butir aspek dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson.

Aspek yang diukur dalam validasi program hiperteks adalah:

1. Materi dalam Media Hiperteks, meliputi:

 Tingkat kesesuaian materi dengan silabus

 Cakupan dan kedalaman materi dalam program hiperteks

 Urutan dan sistematika materi kinematika

 Melatihkan cara pemecahan masalah

 Materi mudah dipahami

 Kebahasaan tulisan

3. Teknis

 Kemudahan penavigasian tautan

 Keteraturan hubungan antara simpul (nodes) dengan tautan (link)

antar

(29)

 Kualitas tampilan gambar

 Animasi yang ditampilkan dapat diakses dengan baik

 Simulasi mudah diakses

2. Penyajian, meliputi:

 Kemudahan mahasiswa mengakses tugas dan memecahkan

masalah

 Kemenarikan program berdasarkan tampilan gambar dan warna

yang sesuai

 Kepuasan mahasiswa menikmati program hiperteks

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua

pendekatan, yaitu statistik dan kualitatif. Pengolahan data untuk melihat

peningkatan skor tes sesudah dan sebelum pembelajaran menggunakan rumus

gain ternormalisasi (N-gain) (Meltzer, 2002) dengan criteria N-gain pada tabel

3.10.

(Meltzer, 2002)

Keterangan:

= skor tes akhir

= skor tes awal

(30)

Tabel 3.7. Kategori Tingkat N-gain (Meltzer, 2002)

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3  g  0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Setelah N-gain rata-rata kelompok pretes dan postes diperoleh, maka

selanjutnya dibandingkan untuk melihat perbedaan peningkatan pemahaman

konsep dan kemampuan pemecahan masalah. Jika rata-rata gain ternormalisasi

dari suatu pembelajaran lebih tinggi dari N-gain rata-rata dari pembelajaran

lainnya, maka dikatakan pembelajaran tersebut lebih efektif dalam peningkatan

pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah dibandingkan dengan

pembelajaran lain. Untuk pengolahan data statistik, peneliti menggunakan

Paired-Sample t test dengan menggunakan SPSS versi-6.

Dalam penelitian ini, uji sampel berpasangan dapat dilakukan untuk

melihat perbedaan nilai post test dan pre test pada aspek pemahaman konsep.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai t dalam uji-t berpasangan adalah:

(31)

rerata skor postes dan rerata skor postes =

Selisih

= standar deviasi

n = jumla sampel = 36 orang

Uji-t berpasangan menggunakan derajat kebebasan n-1, dimana n adalah jumlah

sampel.

Hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan uji ini adalah:

H0 :x-y = 0 (Selisih adalah nol)

Ha :x-y 0 ((Selisih berbeda dari nol)

Kriteria pengujiannya adalah:

Ho diterima jika - t/2 < thitung < t/2 dengan dk = (Nx + Ny -2) dan tingkat

kepercayaan  = 0,05.

Selain t-test, peneliti juga menggunakan teknik statistik analysis of

covariate (ANCOVA). Teknik ini digunakan untuk melihat seberapa besar

pengaruh variabel tertentu terhadap variabel terikat, setelah mengontrol satu atau

beberapa covariat yang ada.

(32)

1. Variabel bebas (kemampuan logik) harus merupakan variabel kelompok

(berupa kategori) dan Variabel terikat (postes pemahaman konsep) &

kovariat (pretes pemahaman konsep dan postes pemecahan masalah)

harus interval atau rasio

2. Variabel terikat dan kovariat (harus berkorelasi)

3. Homogenity of variance harus terpenuhi (menggunakan levene test di

SPSS 16)

Langkah selanjutnya adalah menemukan kekuatan studi ini dapat

dibuktikan melalui pengukuhan yang tidak terbantahkan. Analisis wacana

terhadap percakapan mahasiswa memecahkan masalah fisika dapat

membuktikannya. Analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah: (1) Membuat

transkrip, mengubah informasi audio ke dalam bentuk teks berupa transkrip; (2)

penurunan proposisi makro dengan menggunakan aturan makro (Van Dijk &

Kintsk, 1984), 3) Membuat struktur global pemecahan masalah melalui

percakapan. Tampilan struktur global dapat menunjukkan struktur makro topik

kinematika yang mengukuhkan kelayakan pemecahan masalah secara tertulis

Gambar

Gambar 3.1.
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian Berdasarkan Pendekatan Kuantitaitf dan Pendekatan Kualitatif
Gambar 3.3 Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pengembangan Pembelajaran
Gambar 3.4 Gambaran Visual Pelaksanaan Penelitian Kualitatif (Creswell, 2003).
+6

Referensi

Dokumen terkait

We are developing an experimental Java-based IDE for Hume which includes a Hume to Java compiler and visualisation support for coordination constructs.. In the following sections,

1 Saya sering memilih Hypermart sebagai tempat melakukan keputusan pembelian 2 Hypermart memiliki citra yang baik. dimata saya sebagai tempat melakukan

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, karena keterbatasan penulis, maka penulis membatasi permasalahan tulisan ini, dengan hanya memabahas

Sebagian besar responden yang memberikan ASI Eksklusif yaitu ibu yang tidak bekerja, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arvina (2010) menyebutkan

Pengumpulan biji cempedak sebagai bahan dasar pembuatan tahu, pilih biji. yang masih bagus dari

Jika suhu ekstraksi terlalu tinggi maka semua gugus metoksil akan terhidrolisis seluruhnya sehingga menghasilkan produk yang tidak larut dalam air dan tidak lagi mudah membentuk

Pelaku pariwisata kota Semarang melakukan Strategi komunikasi yang dalam memperkenalkan dan mempromosikan daya tarik pariwisata. Melalui media online, peluang

Peraturan Presiden nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, Pasal 52 ayat (4), perihal persyaratan