• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jarak Tanam Dan Umur Panen Terhadap Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L) Varietas Ayumi 04

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Jarak Tanam Dan Umur Panen Terhadap Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Bit Merah (Beta vulgaris L) Varietas Ayumi 04"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Pengaruh Jarak Tanam Dan Umur Panen Terhadap Kuantitas dan Kualitas Hasil

Tanaman Bit Merah (

Beta vulgaris

L) Varietas Ayumi 04

Heni Dwi Astuti, Djoko Murdono

Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga email: 512014028@student.uksw.edu

Abstrak

Bit (Beta vulgaris L.) merupakan buah yang mulai dikenal dan diminati oleh masyarakat karena memiliki banyak manfaat, tetapi belum ada penelitian mengenai jarak tanam dan umur panen tanaman bit untuk menghasilkan ukuran dan kematangan yang sesuai dengan permintaan pasar. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian dalam budidaya tanaman bit varietas Ayumi 04 khususnya jarak tanam dan umur panen untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman bit yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jarak tanam dan pengaruh umur panen terhadap kuantitas dan kualitas hasil tanaman bit, serta menentukan jarak tanam dan umur panen yang mampu menghasilkan kuantitas dan kualitas umbi yang optimal pada tanaman bit. Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial 3x3. Faktor pertama adalah jarak tanam 20x15, 20x20, dan 20x25 cm. Faktor kedua adalah umur panen 35, 45, dan 55 hari setelah pindah tanam. Data dianalisis dengan Sidik Ragam dan BNJ 0,05. Lokasi penelitian di desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang 1300 m dpl pada Juni-Agustus 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap berat umbi per tanaman, berat umbi per petak, diameter umbi, jumlah umbi per petak, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar gula. Umur panen berpengaruh terhadap berat umbi per tanaman, berat umbi per petak, diameter umbi, dan kadar gula, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah umbi per petak. Kualitas dan kuantitas hasil tanaman bit paling optimal diperoleh pada jarak tanam 20x15 cm dengan umur panen 55 hari yang menghasilkan berat umbi per petak, jumlah umbi per petak dan kadar gula tertinggi.

Kata kunci: jarak tanam, kuantitas, kualitas, umbi bit, umur panen.

Pendahuluan

Bit (Beta vulgaris L) merupakan buah yang saat ini mulai dikenal dan diminati oleh masyarakat karena memiliki manfaat yang sangat banyak. Umbi bit memiliki rasa yang manis dan berwarna merah pekat, sehingga dapat dikonsumsi langsung atau dengan cara dibuat minuman jus. Selain itu, umbi bit juga dapat digunakan sebagai pewarna dan pemanis alami pada makanan. Umbi bit mengandung kabohidrat, protein, lemak, dan antioksidan tinggi yang berguna untuk kesehatan tubuh (Stintzing and Carle, 2004).

(2)

Tanaman bit dapat tumbuh dengan baik pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl, di dataran rendah bit juga dapat tumbuh namun bit tidak mampu membentuk umbi. Bit merah sebaiknya ditanam pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan karena bit sangat memerlukan air untuk pembentukan umbi tapi jika terlalu banyak air umbi bit juga dapat mengalami pembusukan (Sunarjono, 2004).

Varietas Ayumi 04 merupakan salah satu varieas tanaman bit yang banyak diminati konsumen karena menghasilkan umbi dengan bentuk yang lebih bulat, permukaan umbi dan kulitnya lebih halus, serta pada ujung akarnya tidak lancip sehingga banyak diminati oleh masyakat. Benih varietas ini relatif mudah didapat di pasar.

Pengaturan jarak tanam digunakan untuk mengurangi kompetisi dalam penyerapan hara, air, sinar matahari dan juga untuk memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Anturida, dkk., 2015). Semakin lebar jarak tanam maka tidak ada kompetisi antar tanaman namun populasi per luas menjadi sedikit sehingga menghasilkan umbi yang lebih besar. Umumnya petunjuk bududaya bit merah menggunakan jarak tanam 20x20 (Afifi,2017).

Tanaman bit dapat dipanen umur 1,5 – 2 bulan setelah pindah tanam, jika pemanenan kurang dari umur tersebut umbi yang dihasilkan kecil dan terlalu empuk, sedangkan bila dipanen terlalu lama umbi akan terlalu besar dan keras (Rubatzky, 1998). Umur panen tersebut tidak termasuk umur di persemaian (1 bulan).

Penelitian mengenai budidaya jarak tanam dan umur panen tanaman bit untuk menghasilkan ukuran umbi dan kematangan yang sesuai dengan pemintaan pasar belum ada. Oleh karena itu perlu penelitian tentang jarak tanam dan umur panen tanaman bit Varietas Ayumi 04 untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman bit merah.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jarak tanam dan mengetahui pengaruh umur panen terhadap kuantitas dan kualitas hasil tanaman bit, serta menentukan jarak tanam dan umur panen yang mampu menghasilkan kuantitas dan kualitas umbi yang optimal pada tanaman bit.

Metodologi

Penelitian dilakukan di Desa Girirejo, Ngablak, Kabupaten Magelang dengan ketinggian ±1300 mdpl dan dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2018 dan Laboratoium teknologi Pangan , Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga,

Rancangan perlakuan menggunakan faktorial 3x3. Faktor pertama adalah jarak tanam 20x15, 20x20, dan 20x25 cm. Faktor kedua adalah umur panen yaitu 35, 45, dan 55 hari setelah pindah tanam dengan ulangan sebanyak tiga kali. Data dianalisis dengan Sidik Ragam dan BNJ 0,05.

(3)

Tiap petak berukuran 2x1 m sebanyak 27 petak, jarak antar petak 40 cm. Setelah dicangkul tiap petak beri pupuk kandang ±3 kg dihamparkan secara rata di permukaan, selanjutnya permukaan petakan ditutup tanah setebal 7 cm, kemudian ditutup menggunakan plastik mulsa hitam perak. Pembuatan lubang tanam sesuai dengan perlakuan dan tata letak pengacakan. Selanjutnya tanaman dipelihara sampai dengan umur panen sesuai dengan perlakuan petak yang bersangkutan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap satu minggu sekali. Berat umbi (g) diukur dengan timbangan digital, diameter umbi (cm) diukur dengan Jangka Sorong, kadar gula (oBrix) diukur dengan hand refractometer, berat umbi tiap petak (g), jumlah tanaman tiap petak, dan jumlah umbi tiap petak di amati setelah panen.

Hasil dan Pembahasan

Tinggi tanaman dan jumlah daun

Jarak tanaman dan umur panen tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman bit pada semua perlakuan yang dicoba tampaknya tidak terjadi kompetisi antar tanaman yang berdampak pada tinggi tanaman dan jumlah daun. Namun dari grafik 1. tampaknya diduga ada kompetisi antar tanaman sejak minggu ke 4 dan/atau minggu ke 5 pada semua perlakuan yang dicoba.

Grafik 1. Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman Tanaman Bit Tiap minggu

Berat Umbi per Tanaman Dan Berat Umbi Per Petak

Pada umur panen 35 hari, perlakuan jarak tanam menghasilkan berat umbi per tanaman yang tidak berbeda nyata. Demikian pula hasil berat umbi per petak. Hal ini mendukung dugaan bahwa sampai dengan minggu ke 5 (35 hari), belum terjadi kompetisi antar tanaman. Selanjutnya, pada umur panen 45 hari dan 55 hari, jarak tanam 20x25 cm menghasilkan berat umbi per tanaman yang nyata lebih berat daripada perlakuan jarak tanam 20x20 cm dan 20x15 cm. Hal ini diduga sudah terjadi kompetisi antar tanaman pada perlakuan jarak tanam 20x20 cm dan 20x15 cm sejak umur 35

0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 mi n gg u 1 mi n gg u 2 mi n gg u 3 mi n gg u 4 mi n gg u 5 mi n gg u 6 mi n gg u 7 Ju m la h D au n ( le m b ar )

Grafik Jumlah Daun

J1P1 J2P1 J3P1 J1P2 J2P2 J3P2 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 mi n gg u 1 mi n gg u 2 mi n gg u 3 mi n gg u 4 mi n gg u 5 mi n gg u 6 mi n gg u 7 Ti n gg i ( cm )

Grafik Tinggi Tanaman

J1P1 J2P1 J3P1 J1P2 J2P2 J3P2

(4)

hari. Menurut Harjadi (2005), kerapatan tanaman sangat mempengaruhi tingkat kompetisi antar tanaman dalam mempeoleh cahaya, ruang tumbuh serta unsur hara. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (2017), menyatakan bahwa makin tinggi kerapatan tanaman kentang maka meningkatkan kompetisi antar tanaman sehingga menurunkan jumlah umbi yang berukuran besar.

Tabel .1. Pengaruh Jarak Tanam Dan Umur Panen Terhadap Berat Umbi Bit Per Tanaman (g) Dan Berat Umbi Bit Per Petak (g)

Berat Umbi Bit Per Tanaman Berat Umbi Bit Per Petak Umur Panen (Hari Setelah Pindah Tanam)

Jarak Tanam 35 45 55 35 45 55 20x15 cm 110.9 A 187.2 B 223.7 C 3206.5 A 6338.1 B 7584.2 C a a a a b b 20x20 cm 129.9 A 192.5 B 258.5 C 2635.4 A 4344.7 B 5963.9 C a a a a a a 20x25 cm 145.4 A 274.0 B 372.9 C 1980.3 A 3791.5 B 5245.2 B a b b a a a

Keterangan : Huruf Besar di belakang angka menunjukkan perbandingan antar umur panen pada jarak tanam yang sama. Huruf Kecil di bawah angka menunjukkan perbandingaan antar jarak tanam pada umur panen yang sama.

Pada umur panen 45 dan 55 hari, jarak tanam 20x15 cm mampu menghasilkan berat umbi per petak yang nyata lebih berat daripada perlakuan 20x20 cm dan 20x25 cm, walaupun berat umbi per tanaman nyata lebih kecil daripada 20x25 cm. Hal ini disebabkan populasi dalam petak 20x15 cm jauh lebih banyak daripada perlakuan 20x25 cm (lihat tabel 2.)

Tabel. 2.Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Panen Terhadap Jumlah tanaman per petak dan jumlah umbi perpetak

Jumlah Tanaman Per Petak Jumlah Umbi Per Petak Umur Panen (Hari Setelah Pindah Tanam)

Jarak Tanam 35 45 55 35 45 55 20x15 cm 39.0 A 39.3 A 39.3 A 27.7 A 33.0 A 33.7 B c c c c c c 20x20 cm 23.3 A 23.3 A 23.0 A 20.3 A 21.3 A 21.3 A b b b b b b 20x25m 15.3 A 15.7 A 15.0 A 13.7 A 14.7 A 16.0 A a a a a a a

Keterangan : Huruf Besar di belakang angka menunjukkan perbandingan antar umur panen pada jarak tanam yang sama. Huruf Kecil di bawah angka menunjukkan perbandingaan antar jarak tanam pada umur panen yang sama.

Pada jarak tanam 20x15 cm, perlakuan umur panen 55 hari menghasilkan berat umbi per tanaman dan berat umbi per petak yang nyata lebih berat daripada perlakuan umur panen 45 hari; perlakuan umur panen 45 hari menghasilkan berat umbi per tanaman dan berat umbi per petak yang nyata lebih berat daripada perlakuan umur panen 35 hari. Demikian pula pada jarak tanam 20x20 cm dan 20x25 cm. Hal ini diduga karena kesempatan pelimbunan asimilat ke umbi berlangsung

(5)

lebih lama, sehingga perlakuan umur panen 55 hari menghasilkan berat umbi yang nyata paling berat. Rahman et al. (2015), menyatakan semakin lamanya waktu panen maka peluang untuk menghimpun bahan-bahan yang terkandung dalam umbi menjadi lebih lama dan lebih banyak sehingga dapat menghassilkan hasil panen yang lebih berat dan lebih besar.

Diameter Umbi dan Kandungan Gula

Pada umur 35, 45 dan 55 hari, jarak tanam 20x25 cm menghasilkan diameter umbi yang lebih besar daripada jarak tanam 20x15 cm dan 20x20 cm. Ini berarti jarak tanam yang lebih lebar menghasilkan diameter umbi yang lebih besar. Menurut Arwani, dkk (2013), pada jarak tanam yang sempit terjadi kompetisi antar tanaman dalam memperoleh cahaya, air, ruang tumbuh, serta unsur hara. Menurut Rubatzky (1998), jarak tanam yang rapat cenderung sempit menghasilkan umbi yang berukuran kecil.

Tabel.3. Pengaruh jarak tanam dan umur panen terhadap diameter umbi bit (cm) dan Kandungan Gula Pada Umbi Bit (oBrix)

Diameter Umbi Kandungan Gula

Umur Panen (Hari Setelah Pindah Tanam)

Jarak Tanam 35 45 55 35 45 55 20x15 cm 4.6 A 5.8 B 6.3 C 6.3 A 7.5 B 8.8 C a a a a a a 20x20 cm 5.0 A 6.0 B 6.9 C 6.8 A 8.5 B 8.5 B a a b a a a 20x25m 5.3 A 7.0 B 8.1 C 6.6 A 8.0 B 8.3 B b b c a a a

Keterangan : Huruf Besar di belakang angka menunjukkan perbandingan antar umur panen pada jarak tanam yang sama. Huruf Kecil di bawah angka menunjukkan perbandingaan antar jarak tanam pada umur panen yang sama.

Pada jarak tanam 20x15, umur panen 55 hari menghasilkan diameter umbi yang lebih besar daripada umur panen 45 hari. Selanjutnya, umur panen 45 hari mampu menghasilkan diameter umbi yang lebih besar daripada umur panen 35 hari. Demikian pula pada jarak tanam 20x20 cm dan 20x25 cm. Hal ini diduga umur panen 55 hari memberi kesempatan waktu pelimbunan yang lebih lama daripada umur panen 45 hari; umur panen 45 hari memiliki kesempatan waktu yang lebih lama daripada umur panen 35 hari. Rahman et al. (2015), menyatakan semakin lamanya waktu panen maka peluang untuk menghimpun bahan-bahan yang terkandung dalam umbi menjadi lebih lama dan lebih banyak sehingga dapat menghasilkan hasil panen yang lebih berat dan lebih besar.

Pada umur panen 35, 45,dan 55 hari, jarak tanam yang diuji tidak berpengaruh terhadap kandungan gula umbi bit. Dengan kata lain kandungan gula dalam umbi bit tidak berbeda nyata antar jarak tanam yang berbeda pada umur panen yg sama.

Pada jarak tanam 20x15 cm, umur panen 55 hari menghasilkan kandungan gula yang paling tinggi. Selanjutnya pada jarak tanam 20x20 cm dan 20x25 cm, umur panen 45 dan 55 hari

(6)

menghasilkan kandungan gula yang tidak bebeda nyata, tetapi menghasilkan kandungan gula yang nyata lebih tinggi darpiada umur panen 3 hari. Hal ini terjadi karena kesempatan umbi untuk melimbun gula perlakuan umur panen 55 hari lebih lama daripada perlakuan umur panen 45 hari dan 35 hari, sehingga umbi dari perlakuan umur panen 55 hari lebih banyak kandungan gulanya daripada umbi dari perlakuan 45 dan 35 hari.

Perlakuan Jarak Tanam Dan Umur Panen Yang Direkomendasikan Untuk Digunakan Dalam Budidaya Bit Merah

Menurut Cahyono (2018) umbi bit yang siap panen dan sesuai dengan keinginan konsumen adalah umbi yang memiliki berat umbi bit 200-250 gram per tanaman dan dengan diameter 6-7.2 cm. Dalam merekomendasikan perlakuan yang dipilih berikut ini, berdasarkan berat umbi dan diameter umbi tersebut. Menurut Winanti (2013), umbi bit yang baik sebaiknya memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, agar pada waktu proses pengolahan tidak banyak yang terbuang karena umbi yang berukuran kecil hampir tidak memiliki bagian yang mengayu.

Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan dalam budidaya bit merah, bahwa perlakuan jarak tanam adalah 20x15 cm dengan usia panen 55 hari. Perlakuan tersebut menghasilkan umbi yang paling sesuai dengan permintaan pasar karena memiliki berat umbi 223.7 gram per tanaman. Selain itu, perlakuan tersebut mampu menghasilkan berat umbi per petak yang paling tinggi yaitu 7584.2 gram per petak, dan memiliki jumlah populasi tanaman yang paling tinggi.

Selanjutnya, berdasarkan diameter umbi yang dihasilkan dalam penelitian ini diperoleh bahwa perlakuan umur panen 55 hari dengan jarak tanam 20x15 cm merupakan perlakuan yang direkomendasikan dalam budidaya bit merah. Hal ini didukung oleh besarnya diameter umbi yaitu 6,3 cm yang sudah memenuhi syarat sebagai umbi yang diterima oleh pasar.

Walaupun kandungan gula bukan merupakan suatu syarat diterimanya umbi bit dipasar, namun konsumen cenderung akan memilih umbi yang manis. Kandungan gula tertinggi (8.8oBrix) dari hasil penelitian didapat dari perlakuan jarak tanam 20x15 cm dengan umur panen 55 hari. Menurut Setiawan (1995), tanaman bit dapat dipanen pada umur 1,5-2 bulan setelah pindah tanam. Semakin tua tanaman bit,semakin banyak kandungan gula sehingga rasanya bertambah manis. Tetapi jika terlalu tua umbinya menjadi semakin agak keras atau mengayu.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Jarak tanam berpengaruh terhadap berat umbi per tanaman, berat umbi per petak, diameter umbi, jumlah tanaman per petak, dan jumlah umbi per petak. Umur panen berpengaruh terhadap berat umbi, berat umbi per petak, diameter umbi dan kandungan gula pada umbi. Hasil yang

(7)

optimal terdapat pada jarak tanam 20x15cm dengan umur panen 55 hari yang menghasilkan berat umbi per petak, jumlah umbi per petak dan kadar gula tertinggi.

Saran

Perlu adanya percobaan dengan perlakuan umur panen lebih dari 55 hari untuk mendapatkan informasi umbi kayu mulai mengeras atau mengayu. Perlu penambahan informasi data uji organoleptik tentang kemanisan umbi bit.

Daftar Pustaka

Afifi, Tubagus. 2017. Analysis of Benefits Plant Cultivation Producing Substance Sweetener (suger) Bit (Beta vulgaris. L) Organik Farming. UIN : Bandung.

Anturida, Zulfa., Azrizningsih, Rodiyari., Wahyudi, Didik. 2015. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Porang (Amorphophallus mulleri Blume.) Pada Fase Pertumbuhan Kedua.

Biotropika 3 (3).

Arwani, A., Harwati,T. dan Hardiatmi, S. 2013. Pengaruh Jumlah Benih Per Lubang Terhadap Pertumuhan dan Hail Jagung Manis. Fakul. Pert. UNISRI Surakarta.

Balai Penelitian Tanaman Sayura. 2017. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Umbi Benih Generasi Satu (G1) Menggunakan Setek Tunas Umbi Dari Beberapa Varietas Kentang (Solanum tubeosum L.). Prosiding Seminar Nasional III

Cahyono,Sofian Adi. 2018. Sebagai Petani dan Pelaku Pasar : Semarang Harjadi, M. 2005. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta

Rahman, Nurhamidin., Fitriani, Hani., N,Hartanti dan Hartati Sri. 2015. Seleksi Umbi Kayu Berdasarkan Pebedaan Waktu Panen dan Inisiasi Kultur In Vitro. Pros Sem Nas Masy. sBiodiv Indon. Vol. 1 (8) 1761-1765.

Rubatzky,Vincent E. 1998. Sayuran Dunia 2. Penerbit ITB. Bandung. Setiawan, Asep. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta

Stintzing, F.C., J. Conrad, I. Klaiber, U. Beifuss, R. Carle. 2004. Structural investigation on betacyanin pigments by LC NMR and 2D spectroscopy. Phytochem, 65:415-422.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya : Jakarta

Winanti, Enggar Restu., Andriani., dan Nurhartadi Edhi. 2013. Pengaruh Penambahan Bit (Beta vulgaris) Sebagai Pewarna Alami Terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Sosis Daging Sapi. Jurnal Teknosains Pangan. Vol 2 (4)

Gambar

Grafik 1. Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman Tanaman Bit Tiap minggu
Tabel .1. Pengaruh Jarak Tanam Dan Umur Panen Terhadap Berat Umbi Bit Per Tanaman (g) Dan  Berat Umbi Bit Per Petak (g)

Referensi

Dokumen terkait

Rentang nilai konsentrasi Sr/Ca hasil SSA-nyala pada sampel karang Teluk Ambon lebih lebar dari peneliti sebelumnya (Corvianawatie et al., 2015) dengan ICP-EOS

Pengarang pada cerpen Kembang Mayang menggunakan sudut pandang ketiga pelaku utama: tidak menggunakan kata aku, tapi menceritakan si tokoh utama hanya menggunakan kata

Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara takaran arang sekam padi dan takaran bokashi cair terhadap suhu tanah 35 HST dimana suhu tanah pada

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Mengidentikasi proses produksi patung ganesha tanpa glasir, mengumpulkan komponen biaya penuh

Skripsi ini berjudul “Analisis Laporan Keuangan Perusahaan, Kualitas Auditor, Debt Default dan Opini Audit Tahun Sebelumnya dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Kontrol

Hubungan ini dapat diperoleh dari persamaan belahan , dimana sudut belahan yang disebabkan karena y g adanya muatan (beban luar ) harus ditiadakan oleh sudut belahan yang

Penelitian tentang pengaruh SiR sebagai bahan pengisi terhadap ESDD dan arus bocor material isolasi RTV resin epoksi di daerah beriklim tropis, dengan mengamati porsentase