KATA PENGANTAR
Buku prosiding ini merupakan kumpulan makalah seminar nasional dengan tema “Geospasial dalam
Pembangunan Wilayah dan Kota” yang diselenggarakan pada tanggal 8 Juni 2011 di Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Seminar ini
diselenggarakan bekerjasama dengan MAPIN (Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia) dan
sekaligus dilaksanakan dalam rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) MAPIN yang ke 18.
Dalam seminar nasional ini, makalah-makalah yang diangkat berkaitan erat dengan pemanfaatan dan
penerapan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (PJ) di berbagai bidang
kajian. Bidang-bidang kajian yang diangkat dalam seminar ini meliputi:
1. Perencanaan Lingkungan
2. Perencanaan Wilayah dan Kota
3. Mitigasi Bencana
4. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
5. Pengelolaan Sumber Daya Alam
6. Teknologi Survei dan Pemetaan
Terimakasih yang sebesar-besarnya Saya sampaikan kepada Ketua MAPIN pusat (Dr. Ir. Dewayany
Sutrisno, M.AppSc.) dan Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro (Dr.
rer. nat. Imam Buchori, ST.) yang telah berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan seminar ini. Apresiasi
juga Saya sampaikan kepada empat (4) pembicara utama seminar, yaitu: Dr. Asep Karsidi, MSc.
(Kepala Bakosurtanal), Drs. Taufik Maulana, MBA. (Deputi Penginderaan Jauh – LAPAN), Dr. Ir.
Ridwan Djamaludin, MSc. (Deputi Bidang TPSA – BPPT), dan Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc. (UNDIP).
Tidak lupa juga terimakasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya diberikan kepada pihak-pihak
sponsor yang telah berkontribusi secara finansial dalam penyelenggaraan seminar ini; Bakosurtanal,
BPPT, LAPAN, PT. JMS, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, dan peserta pameran
(PT Almega Geosystem, PT Exol Innovindo, PT Waindo Specterra). Terimakasih khusus Saya
sampaikan kepada seluruh panitia pelaksana seminar sehingga seminar ini dapat terlaksana dengan
baik dan lancar, serta para pemakalah yang telah berkontribusi dalam pengiriman makalah di
seminar ini.
Semarang, 8 Juni 2011
Ketua Panitia Seminar,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PERENCANAAN LINGKUNGAN
Analisis Peran dan Fungsi Ruang Pada Kawasan Agropolitan Candigaron dalam pengembangan KAPET Bandungan Kabupaten Semarang
Eppy Yuliani ...I-1 Pemodelan Kenyamanan Thermal Kota Semarang Berdasarkan Analisis Tekanan Panas (Semarang Thermal Comfortaby Model Based on Heat Pressure Analysis)
Eva Banowati dan Bintang Aulia Pradnya Paramita ...I-10 Kajian Zonasi Kerusakan Lingkungan Air Tanah Kota Semarang
Mardwi Rahdriawan, Hadi Nugroho dan Syahru Syawal...I-17 Pemetaan Ruang Terbuka Hijau Pada Lahan Rawan Banjir Kawasan Terpadu Tepian Sungai Kahayan Kota Palangka Raya
Noor Hamidah dan Mahdi Santoso ...I-26 Tinjauan Pemanfaatan Areal Bekas Tambang Timah di Pulau Belitung
Rahmatia Susanti, Ratna Sari Dewi, Yoniar Hufan Ramadhani...I-36 Kajian Karakteristik Fisik Perairan Pesisir Kendal Sebagai Data Masukan dalam Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Tjaturahono Budi Sanjoto, Sutrisno Anggoro dan Agus Hartoko ...I-42
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Enhance Built-up and Bareness Index(EBBI) untuk Pemetaan Area Terbangun dan Tanah Kosong di Perkotaan
A.Rahman As-syakur ...II-1 Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Kabupaten Karawang dan Keterkaitannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Agatha Septiana M.K, Asdar Iswati, Dyah Retno Panuju...II-11
Paradigma Baru Perencanaan Wilayah Pesisir, Pulau Kecil dan Sumberdaya Perikanan di Indonesia : Pemukiman di atas laut
A.Hartoko, M.Helmi, dan L. Trynaldo ...II-21 Analisis Spasial Pengaruh Perubahan Guna Lahan Terhadap Perubahan Harga Lahan di Kota
Purwokerto (Studi Kasus Pembangunan Hotel Imperium Aston)
Pendekatan Konsep’Artikulasi Spasial PerkotaanMenuju Perencanaan Spasial dan Pembangunan Keruangan Perkotaan Berkelanjutan
Batara Surya ...II-39 Evaluasi Pemanfaatan Lahan Daerah Aliran Sungai Beringin di Kota Semarang
Bitta Pigawati ...II-50 Penentuan Lokasi TPA Sampah yang Layak dengan Pendekatan GIS di Kota Tangerang Selatan
Dastur Tri Martono dan Gita Saraswati ...II-59 Pemilihan Lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten (PUSPEMKAB) Serang
Dwi Abad Tiwi, Hermawan Patrianto, Socia Prihawantoro ...II-65 Pembentukan Model Query untuk Geospasial Query dalam Bahasa Pemrograman
Eko Ridarso ...II-81
Penetapan Batas Wilayah Desa Dalam Rangka Pendaftaran Tanah Melalui Pemetaan Partisipatif
(Studi Kasus Desa Permu dan Desa Imigrasi Permu, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu)Hary L. Prabowo, Trias Aditya, dan Sumaryo ...II-86
Interaksi Spasial Antara Kota Batam dan Singapura Ditinjaudari Apek industri, perdagangan dan
Pariwisata
Helman dan Sri Handoyo ...II-102
Model Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Imam BuchoriPenggunaan Data Lidar untuk Visualisasi Kota Secara 3D
Istarno dan Djurdjani ...II-121
Aplikasi GIS dalam Kajian Infrastruktur dan Akses Pada Layanan Kesehatan (Studi Kasus : Kabupaten
Magelang)
Iwan Aminto Ardi dan Ircham...II-128
Kajian Spasial Penentuan Jalan Angkutan Umum Massal dengan Menggunakan Citra QUICKBIRD dan
Sistem Informasi Geografis
Lili Somantri ...II-144
Pemetaan Proses Awal Gentrifikasi Kawasan Pleburan sebagai Kawasan Pendidikan
Novita Juliani ...II-160
Analisis Kecepatan Perubahan Penutup Lahan di Wilayah Strategis (Daerah Kajian Rest Area KM72 Jalan
Tol Cipularang)
Penataan Ruang Berbasis Komunitas: Alternatif Pengendalian Lahan Partisipatif
Sutaryono ...II-182
Penentuan Perwilayahan Komoditas Tanaman Pertanian di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah
Widjonarko dan Syafrudin ...II-188Dinamika Persebaran Penduduk Jawa Tengah: Perumusan Kebijakan Perwilayahan dengan Metode
Kernel Density
Wiwandari Handayani dan Iwan Rudiarto ...II-201
MITIGASI BENCANA
Pemodelan Spasio-Temporal Sebaran Penduduk untuk Penilaian Resiko Tsunami di Pacitan
Bachtiar Wahyu Mutaqin, S.Kel., M.Sc. ...III-1 Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Analisis Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan DAS Serang Terhadap Sedimentasi Waduk Kedung Ombo
Ir. Bambang Sudarsono, M.S, Ir. Sawitri Subiyanto, M.Si. dan Prilia Ardhinaistuti, ST ...III-11 Pengembangan Fitur Sistem Pernantauan Titik Panas Indonesia dengan Pen ambahan Otornatisasi Penyajian lnformasi Rekapitulasi Titik Panas Harian, Bulanan, dan Tahunan
Budhi Gustiandi dan Nanik Suryo Haryani ...III-26 Kenaikan Muka Air Laut Perairan Laut Semarang Menggunakan Data Satelit A Altimetri 2002-2009 Gathot Winarso, Teguh Praqyogo, Maryani Hartuti, Kuncoro T. Setiawan, Ita Crolita, Dan Muchlisin Arief ...III-33 Degradasi Sumber Daya Alam dengan Kajian Bentuk Lahan dan Potensi Sumber Daya Air dalam Tata Ruang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo
Muhammad Haidar, dan Sumartoyo...III-42 Envisioning the Future and Mitigating Impact of Natural Disaster Using Panning Support System
Heri Sutanta, Ian D Bishop, dan Abbas Rajabifard...III-50 Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Menentukan Wilayah Permukiman Rawan Longsoran di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
Heri Tjahjono ...III-60 Evaluasi Pengembangan Area untuk Relokasi Permukiman Akibat Bencana Lumpur Lapindo
Menggunakan Sistem Informasi Geografis
M. Rifai , DR-Ing. Ir. Teguh Hariyanto, Msc , dan Inggit Lolita Sari, ST ...III-72 Kajian Sebaran Potensi Rob Kota Semarang dan Usulan Penanganannya
L. M. Bakti dan L. M Sabri...III-86 Pemanfaatan AHP dalam Pemetaan Tingkat Resiko Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur
Lenni Meliyanti Fanggi, Gondang Riyadi, dan Trias Aditya ... III-101 Deformasi Geomorfologi Alur Sungai pada Daerah Aliran Sungai Janeberang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
Muhammad Altin Massinai, Adjat Sudradjat, Febri Hirnawan, Ildrem Syafri ... III-111 Peringatan Dini Bahaya Kekeringan di Indonesia Berdasarkan Indeks Kekeringan Agronomis dari Data MODIS
Parwati, Suwarsono, Hidayat, Any Zubaidah, Nanin Anggraini ... III-119 Pemodelan Evakuasi Vertikal Sebagai Upaya Mitigasi Tsunami
Ratna Sari Dewi ... III-130 Analisis Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Kebun Melalui Teknik Penginderaan Jauh dan SIG P.Wawonii, Provinsi Sulawesi Tenggara
Suharto Widjojo ... III-139 Analisis pasial Menggunakan Model E3O Untuk Pemetaan Potensi Erosi Tanah (Kasus: DAS Bodri Hulu Jawa Tengah)
Sukristiyanti dan Mutia Dewi Yuniati ... III-150 Kajian Degradasi Sumber Daya Alam dan Tata Ruang Fisik DAS Bengawan Solo
Sumartoyo dan Suharto Widjojo ... III-157 Aplikasi Metode HVSR(Horisontal To Vertical Spectral Ratio) untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Bumi di Yogyakarta
Veratania Aisyah dan Agus Setyawan ... III-165
LINGKUNGAN DAN SOSIAL EKONOMI
Sijampang –Sistem Informasi Hujan dan Genangan Online
Agus Wibowo, Udrekh, Hartanto Sanjaya, Awaluddin, Winarno, Swasetyo Yulianto, Ardhi Adhari Arbain, Djoko Nugroho, Lena Sumargana, dan Azalea Eugenie... IV-1 Pemanfaatan Citra Satelit ALOS AVNIR-2 untuk Identifikasi Tanah Terlantar Hak Guna Usaha Untuk Perkebunan
Catur Widayanti, Harintaka, dan Diyono ... IV-9 Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Analisis Arahan Pengembangan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Di Provinsi Jambi
I Made Parsa, Totok Suprapto, Suparto... IV-18 Kajian Zonasi Kerusakan Lingkungan Air Tanah Kota Semarang
Mardwi Rahdriawan, Hadi Nugroho dan Syahru Syawal... IV-27 Penurunan Muka Tanah, Penatagunaan Lahan DLKr-DLKp dan Peluang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
Memprediksi Produktivitas Padi dengan DSSAT sebagai Validasi Model Perhitungan Produktivitas dengan Data Hyperspektral
Nasriyati, dan Arif Darmawan ... IV-47 Pengaruh Penataan Ruang wilayah terhadap Tingkat Kerawanan Banjir di Kota Purwokerto
Suwardi, Sisno, dan Dian Nahdaenah ... IV-62 Pemanfaatan Data Satelit SPOT 4 dan Landsat untuk Identifikasi Lahan Sawah di Wilayah Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat
Wawan K. Harsanugraha dan Bambang Trisakti... IV-70 Analisis Spatial Puncak Panen Durian (Durio, Sp.) dan Hubungannya dengan Curah Hujan
Yeli Sarvina dan Aris Pramudia ... IV-83
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Observasi Pertumbuhan Tanaman Padi Menggunakan Parameter Dekomposisi Entropi dan Sudut Alfa Adi Y. Pramono, Bambang H. Trisasongko, Dyah R. Panuju ... V-1 Model Perencanaan Spasial Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Sub DAS Kalanaman, DAS Katingan, Kalimantan Tengah)
Agung Rusdiyatmoko, S.Si ... V-9 Pemanfaatan Ruang Daerah Gambut untuk Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah
B. Barus, K. Gandasasmita, B. H. Trisasongko, Diar Shiddiq, L.S. Iman, dan R. Kusumo ... V-20 Penginderaan Jauh untuk Penentuan Daerah Resapan pada Lapangan Panas Bumi
Fajar Hendrasto, Agustan, dan Lambok M. Hutasoit... V-27 Dinamika Produktivitas Ekosistem di Berbagai Tipe Hutan di Jawa Dengan Pendekatan Nilai NDVI
(Normalized Difference Vegetation Indeks) CITRA MODIS 2006 - 2010
Hero Marhaento, dan Wahyu Wardhana... V-49 Pemanfaatan Data Inderaja Untuk Pendugaan Depresiasi Perikanan Karang di Kepulauan Kabupaten Pangkap
Irmadi Nahib ... V-60 Pengurangan Haze dengan Metode HOT: Studi Kasus Aceh Utara
La Ode S. Iman, Baba Barus, Bambang H. Trisasongko, dan Diar Shiddiq... V-69 Pemantauan Pertumbuhan Tanaman Padi dengan SPOT Vegetation
Marina C.G. Frederik, Retno A. Ambarini, Fanny Meliani, dan Yoke F.A. Oktofan ... V-78 Analisis Kesesuaian Perairan untuk Kawasan Konservasi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Taman Nasional Karimunjawa Berbasis Pendekatan Ekosistem
Mussadun, Achmad Fahrudin, M. Mukhlis Kamal, dan Tridoyo Kusumastanto ... V-84
Hyperspectral Technology for Detection of Healthy Corals; Optical Properties Characterization of Corals
Nurjannah Nurdin, Teruhisa Komatsu, Hiroya Yamano, Gulam Arafat, and Chair Rani ... V-96 Penerapan Pemanenan Air Hujan sebagai Alternatif Mengurangi Kerentanan Terhadap perubahan Iklim Rizki Kirana Yuniartanti, Mada Sophianingrum, Duhita Mayangsari, Dien Arum Puspitasari, dan Muhammad Furqon ... V-107 Ketentuan Insentif dan Disinsentif dalam Pengendalian Pemanfaatan lahan Pertanian Tanaman Pangan
Samsul Ma’rif, SP, MT... V-124 Evaluasi Beberapa Filter Spekel pada Data Hamburan Balik L-Band Tanaman Padi
Setia W. Cahyaningsih, Bambang H. Trisasongko, dan Dyah R. Panuju... V-132
Spatial Based Analysis of Marginal Land Suitability for Prime Commodity Development in South Sulawesi
Sumbangan Baja, A. Ramlan, A. Amrullah, and Muh. Ramli ... V-140 Rencana Lanskap Kawasan Wisata Pesisir Berkelanjutan (Studi Kasus : Pesisir Teluk Pacitan, Jawa Timur)
Wasissa Titi Ilhami, Siti Nurisyah, dan Setia Hadi ... V-154 Analisis Fenomena Ekosistem Laut di Pulau Tipe Vulkanik (Pulau Ruang)
Wikanti Asriningrum ... V-164
TEKNOLOGI SURVEY DAN PEMETAAN
Identifikasi dan Analisis Kelurusan Dengan Metode Visual Extractiondan Automatic Extraction
Berdasarkan Data Digital Elevation Model(DEM) Daerah Lajur Baturagung dan Cekungan Wonosari Agung Setianto, Adika Putra Perdana , dan Salahuddin ... VI-1 Pembangunan Model 3 Dimensi Kampus Berbasis Citra Satelit Quickbird Dan Pemetaan digital (Area Studi : Wilayah Fakultas Teknik Undip Tembalang)
Andri Suprayogi, Sutomo Kahar, Rena Herera Marisi, Andreas Kuncoro, dan Mohammad Idris ... VI-11 Kajian Ketelitian Geometrik Ground Control PointCitra Video Terektifikasi Untuk Survei Terestrial Aprijanto, Nur Cahya K. Y. H. Zein, Hartono, C. Aries Rokhmana, Sutanto... VI-29 Kajian Penggabungan Data SRTM C Band dan Peta Topografi untuk Perbaikan Tingkat Akurasi DEM Bambang Trisakti dan Atriyon Julzarika ... VI-41 Konsep Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan dalam Konteks Otonomi Daerah
Diyono dan Subaryono... VI-47
Differential Synthetic Aperture Radar Interferometry(DINSAR) untuk Analisis Validatif Pergerakan Tanah di Wilayah Bandung
Ekstraksi Konsentrasi Total Suspended Matter (TSM) Menggunakan Citra Landsat 7 ETM (Studi Kasus Segara Anakan)
Kuncoro T. Setiawan , Rossi Hamzah , Agus Kurniawan ... VI-75 Pemanfaatan Informasi Textur untuk Klasifikasi Sawit Menggunakan Citra FORMOSAT-2
Laju Gandharum1 dan Chi-Farn Chen ... VI-81 Prediksi Parameter-parameter Biofisik Tanaman Padi dari Data Groundspectrometer dan Hyperspectral Pesawat Terbang Dengan Menggunakan Data Turunan Pertama Teknik Partial Least Square Regression (PLSR)
Muhammad Iqbal Habibie , Arief Darmawan ... VI-91 Pengembangan Model Loopy Linear CycleUntuk Kelayakan Teknis Pemekaran Kabupaten Baru Nandi... VI-99 Analisis Banjir Bandang Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Kabupaten Pidie
Nanik Suryo Haryani ... VI-107 Membangun Relasi Antar Dataset Dalam Pengorganisasian Koleksi Data Spasial
R.V. Hari Ginardi ... VI-115 Pemodelan 3D Bangunan Arkeologi Besar Menggunakan Teknologi Terrestrial Laser Scanner(TLS) Ruli Andaru dan Harintaka ... VI-125 Pemilihan Fitur Citra Hiperspektral Hymap dan Model Prediksi Panen Padi Menggunakan Algoritma Genetika dan Regresi Komponen Utama
Sidik Mulyono, Erna Piantari, Mohamad Ivan Fanany, dan Tjan Basaruddin ... VI-133 Pembangunan Kamus Spektral Pada Sistem Klasifikasi Tutupan Lahan LCCS
Soni Darmawan, Ishak. H. Ismullah, Ketut Wikantika, dan Agung Budi Harto`VI-125 ... VI-143 Produksi Kartografis Lengkap Peta Citra Kebun Raya Bogor Skala 1:5.000
Sri Handoyo dan Fiska Sari Dewi ... VI-151 Pemanfaatan Citra Satelit QuickBird untuk Pemetaan Penggunaan Lahan di Perkotaan (Kasus
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang)
Sri Rahayu ... VI-167 Using Geographical Information System to Estimate Vulnerable Urban Settlements for Flood Hazard and Risk Assessment in City
III-86
KAJIAN SEBARAN POTENSI ROB KOTA SEMARANG DAN USULAN PENANGANANNYA
L. M. Bakti1, L. M. Sabri2\
1 BWS IV Sumatera - Departemen Pekerjaan Umum 2 Program Studi Teknik Geodesi – Fakultas Teknik UNDIP
Abstrak: Masalah klasik yang belum teratasi di Kota Semarang bagian bawah adalah banjir pasang surut atau rob yang dari tahun ke tahun jangkauannya semakin meluas. Faktor utama perluasan jangkauan rob diduga karena adanya penurunan muka tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran potensi rob yang mungkin terjadi dalam kurun waktu tertentu. Data spasial yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah citra QuickBird Tahun 2007 dan peta topografi skala 1 : 5000 yang menggambarkan ketinggian permukaan bumi Semarang pada Tahun 2000. Adapun data spasial yang digunakan untuk prediksi penurunan muka tanah adalah peta laju penurunan muka tanah yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana – Departemen ESDM pada Tahun 2007 yang bersumber dari hasil pengolahan Citra PS-INSAR. Dengan menggunakan peta laju penurunan muka tanah per tahun, maka elevasi permukaan tanah setelah sekian tahun akan dapat diprediksi. Data spot height yang diekstraksi dari peta topografi beserta data penurunan muka tanah diolah dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografik, sehingga didapatkan Model Permukaan Digital atau Digital Elevation Model (DEM) untuk tahun yang dikehendaki. Berdasarkan hasil pembuatan model permukaan dijital diperoleh informasi bahwa jangkauan genangan rob pada tahun 2010 mencapai 3.821 hektar dan pada tahun 2030 diprediksi genangan rob makin meluas hingga 5.099 hektar. Masalah rob di Kota Semarang dapat diatasi dengan mengkonversi Kali Semarang sebagai Long Storage yang menampung aliran air dari hulu pada saat penutupan pintu air di sungai tersebut. Kontribusi banjir dari air permukaan dapat direduksi dengan membuat sudetan atau pompa yang membuang air dari kawasan Tugu Muda ke arau Banjir Kanal Timur. Ketepatan sebaran rob hasil pemodelan mencapai 63% dengan hasil survey lapangan tahun 2010. Perbedaan antara prediksi dan kondisi eksisting lebih dikarenakan oleh perubahan tutupan lahan yang terjadi dalam rentang tahun 2000 hingga Tahun 2010. , sehingga secara umum disimpulkan bahwa kombinasi DEM dan data penurunan muka tanah dapat digunakan untuk memprediksi sebaran potensi ROB di Semarang.
Kata Kunci: Banjir pasang surut, Sistem Informasi Geografik,Citra QuickBird, PS INSAR, Penurunan Muka Tanah
1. Latar Belakang
Banjir Pasang Surut atau ROB merupakan fenomena yang selalu terjadi di Kota Semarang Lama bagian utara. Dari tahun ke tahun, frekuensi kejadian ROB semakin meningkat dan cenderung semakin meluas. Penanggulangan banjir ROB dapat dilakukan dalam skala regional, lokal, atau bahkan spesifik pada satu unit bangunan saja. Sebagai contoh, rumah-rumah penduduk di sekitar Pelabuhan Tanjung Mas dan Jalan Ronggo Warsito, yang selalu menjadi langganan banjir, mengantisipasi penurunan muka tanah dan banjir dengan cara menimbun halaman dan membuat tanggul-tanggul sederhana. Bahkan pengelola Stasiun Tawang – Semarang pun telah menaikkan pelataran parkirnya untuk mencegah terendamnya kendaraan pada musim ROB.
Antisipasi banjir per unit bangunan, meskipun tampak lebih murah, namun akan mengurangi estetika kota dan tidak menyelesaikan masalah secara tuntas. Di sisi lain, ide pembuatan bangunan air dalam skala regional melalui pembangunan Dam Lepas Pantai (DLP) yang menutup kemungkinan masuknya ROB di sepanjang garis pantai Semarang juga merupakan opsi yang memerlukan investasi jutaan dolar dan penyelesaian yang multiyears hingga puluhan tahun. Pilihan lain yang diduga cukup rasional adalah dengan membuat polder baru, membuat pintu-pintu air dan atau tanggul penahan yang mencegah masuknya air laut ke daratan pada lokasi-lokasi tertentu saja menurut skala prioritas. Prioritas tertinggi tentu saja diberikan pada lokasi-lokasi yang memang didominasi oleh pemukiman padat atau sentra industri.
III-87
Tujuan penelitian ini adalah:
Menganalisis sebaran potensi rob di Kota Semarang pada Tahun 2010 dan 2030 dengan memperhitungkan faktor penurunan muka tanah;
Menganalisis kesesuaian RTRW 2000-2010 dengan genangan banjir pada Tahun 2010; Menentukan lokasi dan tipe bangunan pengendali banjir rob;
Memberikan usulan bagi RTRW 2010-2030 dan RDTRK tentang pemanfaatan ruang pada daerah yang berpotensi terkena dampak banjir ROB.
2. Bahan dan Metodologi penelitian
Penelitian ini didukung oleh perangkat lunak pemetaan, antara lain: Autocad Map 2004, ER Mapper 6.4 dan Arc GIS 9.2. Penelitian ini dimulai dengan pencarian data awal dan survey untuk mengetahui kondisi eksisting yang ada di Semarang. Bagian paling penting dalam pekerjaan Sistem Informasi Geografis adalah akuisisi data. Data spasial yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel Data Spasial yang digunakan
Jenis Data Sumber
1 Peta topografi skala 1 : 5.000 Dinas Pekerjaan Umum - Semarang
2 Citra QuickBird Tahun 2007 Badan Pertanahan Nasional – Jawa Tengah
3 Peta RTRW 2000 - 2010 Bappeda Jawa Tengah
4 Peta penurunan muka tanah Departemen ESDM
5 Peta Sebaran Banjir Badan Penanggulangan bencana RI
Pembangunan DEM (Digital Elevation Model) didasarkan pada data spot height sebanyak 19.800 titik yang terdapat pada peta topografi Semarang, seperti terlihat pada Gambar 1. DEM pada Tahun 2000 yang di-generate dengan metode interpolasi krigging dapat dilihat pada Gambar 2.
III-88
Gambar 0.1 Peta DEM Semarang Tahun 2010 setelah di-crop
Prediksi elevasi muka tanah pada Tahun yang dikehendaki dihitung dengan menggunakan peta penurunan muka tanah hasil pengolahan PS INSAR yang dirilis oleh Departemen ESDM, seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Overview peta penurunan muka tanah Kota Semarang dari PS INSAR
Jangkauan genangan rob dapat diidentifikasi dari permukaan dijital yang telah dimodelkan, sedangkan penjalaran genangan dapat dianalisis dengan mendeteksi pintu keluar-masuknya air laut dan bagaimana perilaku aliran air di permukaan tanah. Skema pendeteksian aliran air permukaan dcapat dilihat pada Gambar 4. Aliran air pemukaan kota Semarang pada Tahun 2000 dapat dilihat pada Gambar 5.
III-89
Gambar 4. Diagram alir pembuatan peta penjalaran rob Pengisian (Fill) pixel-pixel yang tenggelam saat interpolasi
DEM yang sudah benar
Pembuatan arah aliran air pada spatial analyst
Peta Flow Direction
Pembuatan akumulasi aliran air
Filtering Jalur air dengan Map Algebra
Pembuatan Stream Order
Konversi Stream Order dari format Raster ke vector (shapefiles) DEM Kota Semarang
Peta Flow Accumulation
Peta Jalur air definitif
Stream line dalam format raster
III-90
Gambar 5. Peta aliran permukaan berdasarkan pemodelan stream line
Sebagaimana tertera pada keterangan peta topografi skala 1 : 5.000 milik Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang, ketinggian setiap obyek pada peta tersebut mengacu TTG 447 dan TTG 449. Titik Tinggi Geodesi (TTG) tersebut merupakan bagian dari jaring kontrol vertikal nasional yang menggunakan datum vertikal hasil pengamatan pasang surut di Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
Perilaku pasang surut laut di Semarang berbeda dengan pasang surut di Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Perbedaan tersebut berimplikasi pada perbedaan nilai MSL, LLWL dan HHWL. Pada Gambar 6 terlihat bahwa perilaku pasut di Tanjung Mas cenderung datar, sementara di kedua stasion yang lain terjadi fluktuasi yang cukup signifikan dalam satu bulan pengamatan. Berdasarkan data catatan pasut Bulan Juni 2009 pada Tabel 2 diperoleh nilai MSL rata-rata Pulau Jawa yang dihitung dari data pasut Tanjung Priok dan Tanjung Perak, yaitu: sebesar 163 cm. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa chart datum Semarang berada 22 cm di atas Tanjung Perak dan 22 cm di bawah Tanjung Priok.
Tabel 2. Resume Bacaan Pasut pada Bulan Juni 2009
Tanjung Perak Tanjung Mas Tanjung Priok
Highest High Water Level 313 cm 176 cm 215 cm
Mean Sea Level 169 cm 120 cm 156 cm
III-91
6.a. stasiun pasut Tanjung Mas6.b. stasiun pasut Tanjung Priok
6.c. stasiun pasut Tanjung Perak
III-92
Selisih ketinggian nol meter peta dan nol meter Semarang dapat dilihat dalam Master Plan Drainase Semarang Tahun 2007 yang merujuk pada hasil pengukuran Tahun 1997. Berdasarkan penelitian tersebut ternyata titik nol faktual Semarang berada 23 cm di bawah nol peta atau nol Jakarta, sehingga ketinggian seluruh fitur dalam peta topografi Dinas PU Semarang pun harus disesuaikan dengan MSL setempat bila hendak digunakan untuk keperluan analisis rob.
3. Hasil dan Pembahasan
Ketinggian pasang tinggi tertinggi (HHWL) terhadap MSL Kota Semarang berdasarkan data pasut dalam dokumen Masterplan Drainase Kota Semarang Tahun 2007 adalah 68 cm. Karena posisi MSL Kota Semarang berada 23 cm di bawah MSL Pulau Jawa, maka posisi HHWL Semarang berada 45 cm di atas MSL Semarang. Daratan sekitar pantai yang memiliki ketinggian di bawah +45 cm diperkirakan akan terendam rob. Peta perkembangan rob secara berturut-turut diilustrasikan pada Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9.
III-93
Gambar 8. Peta genangan banjir pasang surut Tahun 2010
Gambar 9. Peta genangan banjir pasang surut Tahun 2030
Berdasarkan DEM yang dibuat dari peta topografi eksisting Tahun 2000 diperoleh informasi bahwa luas wilayah genangan rob adalah sekitar ± 2.670 hektar dengan volume air laut yang masuk mencapai sekitar 4.109.844 m3. Setelah terjadi penurunan muka tanah selama
10 tahun, maka diperkirakan pada Tahun 2010 genangan Rob akan meluas hingga 3.438 hektar dengan volume genangan sekitar 17.029.219 m3. Berdasarkan analisis DEM diperkirakan pada Tahun 2030, bila tanpa adanya usaha penanggulangan, maka rob akan merendam daratan seluas 4.846 hektar dengan volume mencapai 59.110.917 m3.
Stream line yang diturunkan dari DEM harus diverifikasi terlebih dahulu sebelum diterapkan untuk mencari titik inlet/outlet rob. Pengujian akurasi stream line dilakukan dengan meng-overlay-kan layer stream line terhadap aliran sungai eksisting. Secara teoritis,stream line yang dibuat dari DEM dengan ketelitian tinggi akan coincidence dengan aliran sungai-sungai alami. Perbedaan alur mulai terjadi pada stream line yang melalui kawasan pemukiman atau
III-94
perkotaan yang membatasi dinamika aliran sungai. Secara alamiah, alur aliran sungai akan mengalami pergeseran, penyempitan, atau perluasan aliran. Pergeseran alur dapat disebabkan fluktuasi debit, sedimentasi di dasar sungai, longsor, atau bahkan oleh penurunan muka tanah. Berdasarkan overlay stream line dan aliran sungai banjir kanal timur dan barat terlihat bahwa streamline berhimpit dengan saluran alami Kali Garang sebelum memasuki Banjir Kanal Barat, seperti ditunjukkan oleh Gambar 10. Penyimpangan arah aliran secara ekstrim terlihat pada stream line yang melewati kawasan pemukiman padat, terutama daerah yang diapit oleh Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Pada daerah tersebut stream line menyimpang cukup jauh dari saluran kanal dan drainase eksiting, misalnya: stream line di kawasan Tanah Mas tidak berhimpit dengan aliran Kali Semarang.
Gambar 10. Overlay stream line dan banjir kanal di Semarang
Analisis stream line dengan menggunakan data topografi dan mengabaikan saluran-saluran drainase sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi arah penjalaran genangan rob yang melimpas di atas permukaan tanah. Banjir yang setiap hari menjadi masalah bagi warga di Tanah Mas, selain disebabkan oleh elevasi yang berada di bawah tinggi muka air laut saat pasang, masalah tersebut kemungkinan besar diakibatkan oleh penyimpangan stream line terhadap aliran Kali Semarang. Pengamatan stream line sangat membantu dalam mengevaluasi beban kerja saluran drainase eksisting, karena arah stream line menunjukkan kecenderungan aliran di permukaan tanah mengikuti kontur lahan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Stream line, seperti ditunjukkan oleh Gambar 11, juga dapat digunakan dalam menentukan posisi yang paling optimal untuk menempatkan pompa-pompa pengendali rob dan lokasi kolam-kolam retensi.
III-95
Gambar 11 Stream line pusat kota Semarang
Banjir Kanal Barat berhasil menangkap aliran air alamiah (stream line) hingga sejauh 5.3 km dari muara kanal. Adapun untuk banjir Kanal Timur, berhasil menangkap aliran air alamiah (stream line) hingga sejauh 5.5 km dari muara kanal. Aliran sungai (stream line) setelah berpotongan dangan banjir kanal sisi barat akan terakumulasi di sekitar muara Kali Semarang, sementara limpasan dari Banjir Kanal Timur akan keluar melalui kawasan Tanjung Mas. Titik akhir dari aliran sungai (stream line) tersebut merupakan outlet dari seluruh run off yang terjadi dalam sub-das yang dibatasi oleh banjir Kanal Timur dan barat. Titik tersebut selanjutnya diidentifikasi sebagai inlet utama masuknya air laut. Air yang masuk melalui inlet tersebut akan memberikan dampak banjir pada area yang sangat luas.
Berdasarkan hasil operasi SIG diperoleh informasi bahwa genangan banjir pasang surut yang terbesar terjadi di pusat kota yang diapit oleh Kanal Barat dan Kanal Timur. Daerah tersebut didominasi oleh permukiman, kawasan perdagangan, perindustrian, dan obyek-obyek strategis bagi pemerintahan dan perekonomian Semarang. Solusi terbaik untuk mengatasi masalah banjir rob pada kota yang elevasi lebih rendah dari permukaan laut adalah menutup pintu masuk air laut pada saat air pasang. Bangunan pelabuhan dan tanggul yang dibuat oleh kawasan industri di sepanjang pantai Semarang merupakan penahan banjir yang cukup efektif, sehingga Pemerintah Kota selayaknya memberikan dorongan, insentif, atau apresiasi yang tinggi kepada kalangan industri yang memiliki komitmen untuk meninggikan tanggul-tanggul yang mampu menahan air pasang.
Untuk memastikan air pasang tidak masuk melalui garis pantai, maka harus dilakukan penanggulan di bibir jalan lingkar utara. Tinggi tanggul harus melebihi HHWL atau 0,68 m di atas MSL setempat. Jika mengacu pada peta topografi dan patok TTG Bakosurtanal, maka tinggi tanggul harus lebih dari +0,25 m. Bila diasumsikan laju penurunan tanggul rata-rata adalah 10 cm/tahun, maka tinggi tanggul tersebut harus ditambah tinggi jagaan 2,5 meter untuk umur rencana 25 tahun. Penentuan elevasi dan jenis konstruksi tanggul yang paling efektif dan efesien tentu memerlukan penelitian lanjutan yang lebih detail.
Langkah berikutnya adalah meninggikan tanggul sungai untuk mencegah meluapnya air sungai pada saat pasang termasuk untuk mengantisipasi meluapnya sungai akibat debit banjir kiriman dari hulu. Berdasarkan model stream line, Kali Semarang sudah tidak berfungsi secara optimal untuk mengalirkan alir, sehingga perlu dilakukan normalisasi dengan pengerukan dan penanggulan. Penanggulan dimaksudkan untuk mentransformasi fungsi Kali Semarang dari sekedar alur pengaliran air menjadi tempat penampungan air atau long storage. Untuk perencanaan pencegahan rob hingga Tahun 2030, maka tanggul Kali Semarang yang water resistant harus dibangun melewati kawasan Pasar Johar hingga daerah Kembangsari, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12.
III-96
Gambar 12. Rencana penanggulan Kali Semarang
Kali Baru yang merupakan sudetan dari Kali Semarang berdasarkan analisis SIG juga sudah tidak optimal lagi. Muara Kali Baru sebaiknya ditutup untuk mengalihfungsikan kali tersebut sebagai salah satu long storage yang terhubung dengan Kali Semarang. Konversi ini juga dimaksudkan untuk mengeliminasi sedimentasi di pelabuhan PT. Sriboga yang juga menjadi muara Kali Baru tersebut.
Gagasan untuk membuat pintu air di muara sungai harus memperhitungkan volume air yang dapat tertampung. Semakin lama pintu tertutup, maka volume air yang tertahan akan semakin besar dan dapat mengakibatkan masalah tersendiri. Prediksi potensi banjir yang dikontribusi oleh hujan dapat dihitung dengan mendelineasi daeraah tangkapan saluran yang dimaksud. Pada gambar 13 tampak bahwa daerah yang dibatasi oleh Kanal Barat dan Kanal Timur memiliki catchment area terluas.
Gambar 13 Peta pembagian cekungan banjir kanal
Meskipun pembuatan DAS (Daerah Aliran Sungai) dapat dibuat secara otomatis pada ArcGIS 9.2, namun daerah tangkapan untuk suatu lokasi yang sempit yang dibatasi oleh aliran eksisting dan aliran prediksi harus dilakukan secara manual. Tidak semua air permukaan pada
III-97
DAS tersebut akan masuk ke Semarang Tengah. Daerah tangkapan untuk kawasan yang diapit oleh Kanal Barat dan Kanal Timur adalah daerah yang dibatasi oleh banjir Kanal Timur dan titik potong antara model stream line dan aliran kanal eksisting. Sebelum tertampung di muara sungai, sebagian air sungai atau air permukaan telah tertangkap oleh Kanal Barat dan Kanal Timur, sehingga air yang akan melewati atau menggenangi Semarang bagian tengah adalah sisa dari tangkapan tersebut.
Gambar 14 Peta sub das Semarang tengah
Luas daerah tangkapan untuk wilayah yang dibatasi oleh banjir Kanal Barat dan timur, seperti ditampilkan pada Gambar 14, adalah 2.562 hektar. Dengan menggunakan data curah hujan ekstrim pada satu hari dalam bulan Desember 2009 yang dipublikasikan oleh BMKG Semarang, yaitu: sebesar 75 mm, maka didapatkan debit hujan sebesar 1.921.500 m3. Bila tanpa pengaliran air hujan ke laut, maka dibutuhkan kolam atau long storage sedalam 2 meter dengan luas sekitar 100 hektar. Volume genangan yang dikontribusi oleh run off akan semakin besar bila menggunakan debit banjir per 25 tahunan atau 100 tahunan. Bila data yang digunakan adalah debit banjir 25 tahunan sebesar 165 mm per hari [Suripin, 2000], maka diperkirakan akumulasi air hujan di pusat kota akan mencapai sekitar 4.227.300 m3.
III-98
Gambar 15 Identifikasi titik akhir sudetan Tugu Muda – Kanal Timur
Volume air hujan yang tertampung dalam sub das Semarang Tengah dapat direduksi dengan membuat sudetan. Lokasi sudetan yang paling memungkinkan adalah dengan mengoptimalkan saluran sabuk yang memotong dari Tugu Muda menuju Kanal Timur, seperti disketsakan oleh Gambar 15. Meskipun kondisi eksisting saluran relatif kecil, namun saluran tersebut masih dapat diperluas dengan memanfaatkan tanah negara yang saat ini difungsikan sebagai jalur hijau tersebut. Bila melihat pada posisinya di peta, sudetan dari arah Tugu Muda ke arah Kanal Timur dan Kanal Barat seharusnya dapat mereduksi beban volume air hujan hingga 30%.
Penanganan banjir pasang surut Semarang bersinergi dengan perencanaan drainase Kota. yang meliputi pembuatan membuat sudetan baru, penanggulan laut, penanggulan sungai (long storage) dan pembuatan pintu air.
Kota Semarang bagian bawah dapat dipastikan akan selalu terendam banjir di setiap tahunnya, baik saat musim hujan maupun saat laut pasang. Hampir setiap tahunnya beberapa fasilitas umum dan jalan raya di Kota Semarang tergenang air dan tidak dapat berfungsi secara optimal. Stasiun Kereta Api Tawang sebagai transit utama bagi jalur kereta api di sisi utara sudah sejak lama bermasalah dengan rob. Demikian pula halnya dengan prasarana perhubungan lainnya, seperti Stasiun Poncol, Bandara Ahmad Yani, Terminal Terboyo, bahkan Pelabuhan Tanjung Mas pun tidak pernah benar-benar bebas dari banjir akibat hujan maupun pasang surut. Banjir yang terjadi di kawasan pelabuhan dan stasiun kereta api merupakan hambatan tersendiri bagi perkembangan kota.
Pemerintah Kota Semarang sebenarnya telah melakukan berbagai upaya penanganan permasalahan tersebut, namun dari tahun ke tahun banjir masih saja menjadi masalah klasik yang tak kunjung tuntas. Peristiwa banjir di Kota Semarang bila dikaji lebih jauh diantaranya disebabkan oleh :
1. Penurunan permukaan tanah
2. Kondisi drainase kota yang buruk, baik yang disebabkan oleh kerusakan fisik maupun turunnya fungsionalitasnya yang diakibatkan sedimentasi dan sampah
3. Tidak adanya arahan yang jelas tentang penanggulangan banjir dalam RTRW
4. Semakin luasnya lahan pemukiman di daerah Semarang bagian atas yang berakibat berkurangnya daerah resapan air
Beberapa langkah penanggulangan yang pernah ditempuh Pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi banjir, antara lain:
1. Normalisasi dan pengerukan sedimen sungai-sungai utama
2. Instalasi pompa air di beberapa lokasi untuk memperlancar aliran air, 3. Pembuatan embung-embung penampung air di beberapa lokasi 4. Pembuatan Waduk Jatibarang dan Polder Tawang;
5. Penyusunan Master plan drainase Kota Semarang pada Tahun 2007.
Inisiatif tersebut hingga kini masih belum dapat menyelesaikan permasalahan banjir, bahkan jangkauan banjir justru terlihat semakin meluas dan frekuensinya pun makin meningkat.
Penanganan banjir di Kota Semarang membutuhkan biaya yang sangat besar, baik untuk kegiatan pembangunan maupun pemeliharaan. Pembiayaan prasarana drainase kota tentu akan berasal dari masyarakat juga melalui pembayaran pajak. Pada daerah Semarang bawah yang menikmati fasilitas “bebas banjir”, masyarakatnya berkewajiban untuk membayar pajak lebih tinggi. Kebijakan tersebut tentu saja memberatkan bagi masyarakat ekonomi lemah yang berasal dari golongan pekerja.
Proses “seleksi alam” akibat banjir rob sebenarnya sudah terlihat selama bertahun-tahun. Di kawasan Tanah Mas, pemukim yang tidak dapat menaikkan elevasi bangunan dan pekarangannya akan memilih untuk pindah. Hal yang sama juga berlaku bagi warga yang tidak sanggup membayar sumbangan bulanan untuk pengoperasian pompa atau maintenance jalan dan saluran. Di sektor perdagangan dan jasa, banjir rob secara perlahan telah mereduksi geliat ekonomi di Semarang bawah yang ditandai dengan banyak toko, ruko, atau pabrik yang tidak beroperasi.
Untuk menyiasati tingginya biaya akibat rob dan penanggulangannya, maka diperlukan penataan ruang yang tepat. Kota Semarang bagian bawah yang selalu menjadi langganan
III-99
banjir sebaiknya dialokasikan sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta pemukiman elit saja. Konsep tersebut tentu saja hanya dapat dijalankan bila masalah banjir telah terselesaikan dengan tuntas.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografik disimpulkan bahwa:
Penggunaan data topografi yang dikombinasikan dengan data penurunan tanah mampu memprediksi genangan rob dengan tingkat ketepatan lebih dari 60%. Perbedaan antara genangan rob prediksi dan genangan rob aktual pada Tahun 2010 lebih dominan disebabkan oleh perubahan tutupan lahan dalam kurun waktu 10 tahun, seperti: peninggian jalan dan pembuatan tanggul, yang tidak ter-up date pada Peta Topografi Tahun 2000. Perkembangan jangkauan genangan banjir akan meningkat seiring dengan laju penurunan
muka tanah di Semarang. Bila laju land subsidence hasil pengolahan PS INSAR yang dibuat oleh Departemen ESDM diasumsikan dari konstan setiap tahunnya, maka diperkirakan luas genangan rob pada Tahun 2030 mencapai sekitar 4.846 hektar. Penetrasi air laut tersebut akan merendam kawasan Semarang Utara yang didominasi oleh industri dan pemukiman.
Alokasi ruang kota Semarang yang dituangkan dalam RTRW 2000-2010 tidak memberikan arahan yang tepat tentang antisipasi rob. Genangan banjir yang sebagian besar terjadi di kawasan industri justru akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan sektor industri dan pada suatu waktu akan mendorong terjadinya divestasi.
Kecenderungan perluasan genangan harus menjadi pertimbangan untuk membangun tanggul yang menahan masuknya air laut ke daratan. Untuk daerah yang diapit oleh Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat, maka di sepanjang pantai Semarang harus dibuat tanggul laut yang disandingkan dengan Jalan Lingkar Utara.
Penanganan sungai, kanal, dan pintu air sepenuhnya harus dikelola oleh pemerintah atau suatu konsorsium yang memiliki kewenangan penuh dalam mengatur keluar masuknya aliran run off dan air laut.
Pada Perda No. 04 Tahun 2000 tentang RTRW 2000-2010, alokasi kawasan konservasi di muara Kali Semarang terlalu sempit, yaitu: hanya seluas sempadan sungai saja. Sebagian besar daerah muara diarahkan sebagai kawasan industri. Pada RTRW 2010-2030 pemerintah daerah harus membuat perda yang menegaskan kawasan yang dimaksud tersebut sebagai kawasan perlindungan setempat untuk mendukung pembangunan long storage dan kolam retensi di kemudian hari.
5. Referensi
Aronoff, Stan. (1991):. Geographic Information System: Management Perspective. WDL Publication. Ottawa
Bappeda Kota Semarang,( 2007): Laporan Akhir Pekerjaan Masterplan Drainase Kota Semarang. Semarang.
Bappeda Kota Semarang dan Lemlit Undip,( 2009): Studi kebijakan pembangunan dan kontribusinya pada perubahan tata ruang Kota Semarang. Semarang
Haining, Robert. (2004): Spatial Data analyst: Teory and Practice. Cambridge University Press. Cambridge
Kodoatie, Robert J, Nur Yuwono, Ramli Djohan, Asman Sembiring, Andi Sudirman, (2007): Pengelolaan Pantai Terpadu. Penerbit Andi. Semarang.
Kodoatie, Robert J, dan Rustam Syarif, (2004): Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Marfai, M. A. and L. King. (2007), Monitoring Land Subsidence in Semarang Indonesia, Environ Geol Prasetyo, Yudho. (2009): Aplikasi PS INSAR untuk studi pengurunan muka tanah di Kota Semarang. FIT ISI. Semarang
III-100
Republik Indonesia, (2004): Undang-undang No. 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air, Sekretariat Negara, Jakarta.Republik Indonesia, (2007): Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sekretariat Negara, Jakarta.
Suripin, (2006):, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi, Jogjakarta
Undip, (2004), Kajian Teknik Reklamasi Kawasan Pantai Kota Semarang dan Kabupaten Kendal, Jurusan Teknik Sipil Undip, Semarang
Wibowo, D. A. (2006): Analisis Spasial Daerah Rawan Genangan Akibat Kenaikan Pasang Surut (Rob) di Kota Semarang. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Wheeler, Stephen.( 2004): Planing for sustainability. Routledge. New York
Wirasatriya A. (2005): Kajian Kenaikan Muka Laut Sebagai Landasan Penanggulangan Rob di Pesisir Kota Semarang. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Wirjomartono, Sri Hardjoko, dkk, (2004): Revitalisasi Pesisir Utara Pulau Jawa sebagai Model Pembangunan Wilayah Pesisir Indonesia