1
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Daniel Rio Panjaitan
Dr. Wuryan Andayani, SE., Ak., M.Si..
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of Good Corporate Governance on the Corporate Social Responsibility Disclosure of mining companies listed in Indonesia Stock Exchange between 2015 and 2019, based on Agency Theory developed by Jensen and Meckling (1976). This study applies a literature review to obtain the data of 160 annual reports of the mining companies listed in Indonesia Stock Exchange between 2015 and 2019. The results indicate that Good Corporate Governance characteristics such as audit committee, board of commissioner, foreign shareholder have positive effect on Corporate Social Responsibility Disclosure; Managerial shareholder have negative effect on Corporate Social Responsibility Disclosure; and Institutional shareholder has no effect on the Corporate Social Responsibility Disclosure.
PENDAHULUAN
Sebuah perusahaan umumnya beroperasi untuk mencari keuntungan bagi perusahaan tersebut, namun keuntungan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan semata.
Sebuah perusahaan mencari
keuntungan juga untuk kesejahteraan para pemegang saham. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan para pemegang saham juga menjadi salah
satu bagian penting dalam
keberlangsungan operasional
perusahaan. Untuk memperoleh
keuntungan tersebut, perusahaan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia dari lingkungan sekitar tempat perusahaan beroperasional. Oleh karena itu sudah sewajarnya perusahaan memberikan timbal balik
kepada lingkungan dalam bentuk Corporate Social Responsibility. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk tanggung jawab dari setiap perusahaan terhadap
lingkungan terutama pada
kemungkinan kerusakan lingkungan yang semakin parah (Saiman dalam Nurfadillah, 2015). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada
pemangku kepentingan seperti
masyarakat dan pemegang saham
yang wajib dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan dalam
pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) wajib
memperhatikan dampak
operasionalnya terhadap lingkungan, namun masih banyak perusahaan yang kurang memperhatikan dampak
2 operasionalnya. Kelalaian oleh perusahaan salah satunya terjadi di Indonesia, yaitu dilakukan oleh PT Gold Coin Specialities (PT GCS). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Risa dkk (2011), PT GCS tidak
memperhatikan dampak
operasionalnya sehingga merugikan masyarakat terutama terjadinya polusi udara yang merugikan masyarakat. Terjadinya kasus perusahaan yang
kurang memperhatikan dampak
operasionalnya hingga merugikan
lingkungan menjadi alasan
dibentuknya kebijakan yang
mewajibkan perusahaan melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu kewajiban tersebut yaitu UU No. 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat 2 bagian c dimana tertulis bahwa dewan direksi wajib meyampaikan laporan yang berisi mengenai tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Pada
kenyataannya tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia masih relatif
rendah. Terjadinya kasus
penyalahgunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan Pertamina selama periode 2012 sampai 2014 menjadi contoh bagaimana pentingnya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dilaporkan oleh perusahaan. Luasnya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
menjadi landasan untuk para
pemegang kepentingan serta
masyarakat dalam melakukan
pengawasan terhadap perusahaan dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi
luasnya pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance (GCG)
menurut Tunggal (2013:149)
merupakan sebuah sistem dan
struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai
pada para pemegang saham.
Perusahaan yang transparan dan memiliki pengelolaan yang baik dapat dikatakan bahwa perushaan tersebut
sudah menerapkan implementasi
Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance (GCG) dibentuk dengan tujuan agar manfaat yang diberikan tidak hanya bagi
manajemen dan karyawan
perusahaan, tetapi juga bagi konsumen, pemerintah, pemegang saham, dan pihak-pihak eksternal
lainnya yang terkait dengan
perusahaan tersebut.
Sebelumnya, telah dilakukan
penelitian untuk menguji antara Good Corporate Governance (GCG) dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
Sebelumnya, telah dilakukan
penelitian untuk menguji antara Good Corporate Governance (GCG) dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Nurfadilah (2015). Dalam penelitian Nurfadilah (2015) bagaimana Good Corporate Governance (GCG) mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) digambarkan melalui
kepemilikan manajerial, komite audit, dewan komisaris, profitabilitas, likuiditas, profil perusahaan dan regulasi pemerintah. Pada penelitian tersebut secara parsial hanya komite audit yang berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social
3 Responsibility (CSR). Dalam
penelitian Nurfadilah (2015)
karakteristik Good Corporate
Governance (GCG) yang diteliti berfokus pada bagaimana kondisi internal perusahaan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan di sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2019.
Penelitian pada tahun 2015-2019
dilakukan dikarenakan adanya
perubahan standar GRI yang terjadi di tahun 2018. Standar GRI merupakan standar yang digunakan dalam
membentuk pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian pada perusahaan di sektor pertambangan dilakukan karena pada praktiknya, perusahaan
pertambangan umumnya sangat
bergantung pada sumber daya alam dan lingkungan sekitarnya dalam melakukan operasional. Penelitian ini juga meneliti beberapa variabel lain yang berbeda dari variabel yang diteliti oleh Nurfadilah (2015). Berdasarkan uraian di atas, dapat
dikatakan bahwa tingkat
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia masih relatif rendah, dan dikarenakan adanya perbedaan hasil, penulis menyusun penelitian dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility”.
TINJAUAN PUSTAKA Teori Legitimasi
Deegan (2011:272)
mengatakan bahwa legitimasi dapat diperoleh jika terjadi keselarasan antara perusahaan dengan nilai yang
ada dalam masyarakat dan
lingkungannya. Ketika ketidak selarasan terjadi, maka legitimasi
perusahaan terancam. Ketidak
selarasan dapat mendesak masyarakat melakukan penolakan terhadap segala
bentuk aktivitas operasional
perusahan. Gray (1995) dalam Hadi
(2011:88) menjelaskan bahwa
legitimasi merupakan sebuah sistem
pengelolaan perusahaan yang
berorientasi pada keberpihakan pada pihak eksternal seperti masyarakat, pemerintah, maupun suatu kelompok dalam masyarakat. Dikarenakan
keberpihakan tersebut, maka
operasional perusahaan harus sejalan dengan harapan pihak eksternal. Jaffar (2010) juga berpendapat bahwa aktivitas dari sebuah perusahaan harus dipastikan selaras dengan
kehehendak masyarakat dan
pemegang saham untuk memastikan bahwa perusahaan dapat terus beroperasi dengan baik.
Teori keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan menyatakan bahwa masalah antara manager dengan shareholders terjadi ketika manager memiliki hak atas sebagian ekuitas dalam perusahaan. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya perilaku oportunistik. Anthony dan Govidajaran (2011) juga juga mengemukakan pendapatnya bahwa
hubungan agensi merupakan
hubungan kontrak antara principal (shareholders) dengan agen (manager). Teori ini mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki
motivasi tersendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara manager dengan shareholders. Shareholders dalam memenuhi
4
pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan kepada
manajer yang umumnya telah
disesuaikan dengan kontrak kerja yang telah di sepakati. Manajer
sebagai pengelola perusahaan
diwajibkan untuk membuat
pengungkapan informasi seperti
laporan keuangan dikarenakan
seorang manager lebih mengetahui
mengenai informasi internal
perusahaan.
Menurut Aryanti (2013)
dalam hubungan antara manager dengan shareholders terdapat tiga
masalah utama. Masalah yang
pertama yaitu mengenai
pengendalian yang dilakukan oleh
pihak shareholders terhadap
manager. Masalah tersebut meliputi tindakan manager yang sulit atau bahkan tidak dapat dilihat oleh shareholders. Dengan sulitnya mengawasi kegiatan manager, maka hanya seorang manager saja yang mengetahui apakah ia bekerja untuk memenuhi kepentingan pribadi atau tidak. Oleh karena kondisi tersebut, shareholders dipaksa untuk
melaksanakan suatu sistem
pengendalian agar kepentingan shareholders dapat di penuhi oleh manager.
Coorporate Social Responsibility Menurut Bhattacharya dkk. (2009) CSR merupakan sebuah konsep tentang perlunya sebuah
perusahaan untuk membangun
hubungan yang baik dengan
stakeholdernya seperti masyarakat dan lainnya. Secara teori, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholdernya, terutama terhadap
masyarakat tempat dimana
perusahaan beroperasi.
Dalam penelitian ini
pengungkapan CSR terdapat diukur dengan menggunakan indikator CSR yang didasari oleh GRI 2013 dan 2016. Pada GRI 2013 terdapat 91 indikator dalam pengungkapan CSR sedangkan pada GRI 2016 terdapat 90 indikator dalam pengungkapan CSR. Indikator CSR menurut GRI 2016 berlaku sejak 1 Juli 2018.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat
mengakomodir kepentingan
masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban
Sosial (Nurkhin, 2009).
Pengungkapan CSR di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Bab IV pasal 66 ayat (2) bagian c dan Bab V pasal 74. Pasal 66 ayat (2) bagian c berisi bahwa selain menyampaikan laporan keuangan,
perusahaan juga diwajibkan
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan Pasal 74 berisi tentang
kewajiban untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan
lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam.
Dengan adanya laporan
pertanggung jawaban sosial, pihak stakeholders seperti masyarakat akan lebih mudah untuk mengetahui mengenai aktivitas-aktivitas sosial seperti apa yang telah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang penting jika
5
merasakan juga dampak dari
operasional perusahaan. Dengan
adanya pengungkapan CSR,
perusahaan juga dapat merasakaan manfaat seperti meningkatnya brand potitioning dan citra perusahaan
sehingga dapat meningkatkan
penjualan, serta dapat meningkatkan daya tarik perusahaan dimata investor (csrnetwork.org, 2006 dalam Said dkk, 2009).
Good Corporate Governance (GCG) Menurut World Bank Group (2007) Corporate Governance adalah kumpulan hukum atau peraturan
yang wajib dipenuhi untuk
mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien dan menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para stakeholders. Sedangkan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI, 2001)
mendefinisikan Corporate
Governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang, pengurus
perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengendalikan
perusahaan.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan bahwa Corporate Governance merupakan suatu sistem
yang memuliki tujuan untuk
mengarahkan serta mengendalikan perisahaan agar pihak-pihak yang terlibat mendapatkan hak-haknya sehingga terbentuklah suatu nilai tambah bagi stakeholders.
Dalam penerapan Good Corporate Governance diperlukan komitmen dari setiap elemen yang ada di organisasi untuk mematuhi
aturan-aturan yang terdapat dalam
perusahaan. Dalam perusahaan
terdapat beberapa karakteristik yang
menentukan Good Corporate
Governance. Adapun karakteristik tersebut diantaranya:
1. Ukuran Komite Audit
2. Komposisi Dewan Komisaris
3. Kepemilikan Saham
Institusional
4. Kepemilikan Saham
Manajerial
5. Kepemilikan Saham Asing Kerangka Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:8) paradigma penelitian merupakan cara
berpikir yang menggambarkan
hubungan antar variabel yang akan di teliti dan sekaligus mencerminkan teori yang dignakan, dan teknis analisis yang digunakan.
Pada penelitian ini,
karakteristik yang digunakan yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, dan kepemilikan saham
asing. Hubungan antara Good
Corporate Governance dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dapat diilustrasikan pada gambar berikut: Gambar 1 Paradigma Penelitian
6 Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H1: Ukuran komite audit berpengaruh
secara positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility H2: Komposisi dewan komisaris
berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
H3: Kepemilikan saham
konstitusional berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan Corporate SocialResponsibility H4: Kepemilikan saham manajerial
berpengaruh secara positif terhadap
pengungkapan Corporate Social
Responsibility
H5: Kepemilikan saham asing
berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun
2015-2019. Sampel dipilih
menggunakan metode purposive
sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria
dalam pemilihan sampel yang
digunakan asalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2015-2019 dan memiliki laporan tahunan (annual report) pada periode tersebut yang dapat diakses melalui www.idx.co.id atau website resmi perusahaan tersebut.
2. Data yang berkaitan dengan
variabel-variabel Good
Corporate Governance yang digunakan oleh peneliti tersedia lengkap
3. Tidak melakukan perubahan kasifikasi selama periode 2015-2019
Berdasarkan data yang
diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar
sejumlah 48 perusahaan. Dari 48 perusahaan pertambangan tersebut terdapat 43 perusahaan yang tidak melakukan pindah sektor selama periode 2015-2019. Dari 43 perusahaan tersebut terdapat 35 yang memiliki laporan tahunan selama periode 2015-2019 yang dapat diakses melalui www.idx.co.id atau website resmi perusahaan tersebut. Selain itu, dari total 35 laporan tahunan, terdapat 3 laporan yang tidak
memiliki informasi lengkap
mengenai variabel-variabel Good Coorporate Governance yang digunakan oleh peneliti.
Uji Deskriptif Statistik
Uji deskriptif statistik digunakan untuk mendeskripsikan sebuah data dengan melihat nilai mean, median, maximum, dan minimum. Pengujian ini digunakan
untuk mempermudah dalam
pemahaman dan pengolahan data. Uji Normalitas
Uji yang digunakan adalah Uji Statistik non parametrik Komolgorov-Smirnov. Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang
digunakan dalam penelitian
berdistribusi secara normal. Hal tersebut diukur dengan melihat angka probabilitas. Jika angka probabilitas lebih besar dari 0,05 maka data dapat dikatakan berdistribusi secara normal Uji Multikolenieritas
7
Uji multikolinieritas
diolakukan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar variabel independen.
Uji Autokorelasi
Uji Autokrelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi gejala autokorelasi pada data yang
digunakan. Uji autokorelasi
dilakukan dengan mencari nilai Durbin Watson.
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Uji Deskriptif Statistik
Sumber: Hasil pengolahan data IBM SPSS 25
Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa CSRi memiliki rata-rata 0,3800 dengan standar deviasi sebesar 0,08312, nilai minimum sebesar 0,27 dan nilai maksimum sebesar 0,61. Ukuran komite audit memiliki rata-rata 3,1188 dengan standar deviasi sebesar 0,50621, nilai minimum sebesar 2,00 dan nilai maksimum sebesar 5,00. Komposisi dewan komisaris memiliki rata-rata 4,8063 dengan standar deviasi sebesar 1,72476, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 10,00.
Kepemilikan saham institusional memiliki rata-rata 0,3745 dengan standar deviasi sebesar 0,29036, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 0,97.
Kepemilikan saham manajerial
memiliki rata-rata 0,0454 dengan standar deviasi sebesar 0,12911, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 0,65.
Kepemilikan saham asing memiliki rata-rata 0,3550 dengan standar deviasi sebesar 0,31898, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,99
Uji Normalitas
Tabel 2 Uji Normalitas
Sumber: Hasil pengolahan data IBM SPSS 25
Pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa uji kolmogorof-smirnov
menghasilkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,085. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi secara normal dikarenakan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05.
Uji Multikolinieritas Tabel 3 Uji Moltikolinieritas
Sumber: Hasil pengolahan data IBM SPSS 25
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap variabel independen memiliki nilai toleransi lebih besar dari 0,10 dan memiliki
8 nilai VIF kurang dari 10. Berdasarkan
hasil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji Autokorelasi
Tabel 4 Uji Autokorelasi
Sumber: Hasil pengolahan data IBM SPSS 25
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,007 yang berada di antara 1,806 sampai 2,197 dimana
angka tersebut menggambarkan
daerah dimana dapat dikatakan tidak terjadinya gejala autokorelasi pada data
Hasil Uji Hipotesis Tabel 5 Tabel Koefisien
Sumber: Hasil pengolahan data IBM SPSS 25
Tabel 6 Tabel Koefisien Determinasi
Sumber: Hasil pengolahan data IBM SPSS 25
Berdasarkan tabel 6, besarnya Adjusted R Square adalah 0,197. Hasil perhitungan statistik ini berarti kemampuan variabel independen (Ukuran Komite Audit, Komposisi
Dewan Komisaris, Kepemilikan
Saham Institusional, Kepemilikan Saham Manajeral, dan Kepemilikan Saham Asing) dalam menerangkan
perubahan variabel dependen
(pengungkapan CSR) sebesar 19,7% sisanya 80,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi yang dianalisis
Pembahasan Hipotesis Pertama Berdasarkan tabel 5 diketahui
bahwa ukuran komite audit
mempunyai nilai t hitung senilai 2,868 dimana lebih nilainya lebih besar dari t table senilai 1,9754 dengan tingkat signifikan sebesar 0,005 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan kondisi tersebut, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti ukuran komite audit
berpengaruh secara positif terhadap tingkat pengungkapan CSR. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah komite audit yang berada dalam perusahaan berbanding lurus dengan luasnya pengungkapan CSR dalam perusahaan.
Pembahasan Hipotesis Kedua Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa komposisi dewan komisaris mempunyai nilai t hitung 2,361 dimana lebih nilainya lebih besar dari t table 1,9754 dengan tingkat signifikan sebesar 0,019 yang lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan
H2 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan komposisi dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR. Komposisi dewan komisaris yang
berpengaruh secara positif
menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris berbanding lurus dengan luas pengungkapan CSR.
Pembahasan Hipotesis Ketiga
Berdasarkan tabel 5
kepemilikan saham institusional mempunyai nilai t hitung 0,139 dimana lebih nilainya lebih kecil t tabel senilai 1,9754 dengan tingkat signifikan sebesar 0,890 yang lebih
9 besar dari 0,05, maka H0 diterima dan
H3 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan kepemilikan saham institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan CSR. Hasil ini menunjukkan menunjukkan
bahwa kepemilikan saham
institusional yang tinggi hanya akan mempengaruhi tingkat harga saham dan tidak mempengaruhi luasnya pengungkapan CSR.
Pembahasan Hipotesis Keempat
Berdasarkan tabel 5
kepemilikan saham manajeral
mempunyai nilai t hitung -2,103 dimana lebih nilainya lebih kecil t table sebesar 1,9754 dengan tingkat signifikan sebesar 0,037 yang lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan
H4 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan kepemilikan saham manajeral berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan CSR.
Hasil ini menunjukkan bahwa
semakin banyaknya tingkat
kepemilikan manajerial akan
berbanding terbalik dengan luasnya pengungkapan CSR.
Pembahasan Hipotesis Kelima
Berdasarkan tabel 5
kepemilikan saham asing mempunyai nilai t hitung 3,142 dimana lebih nilainya lebih besar t table 1,9754 dengan tingkat signifikan sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H5 diterima. Sehingga
dapat disimpulkan kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR.
Hasil ini menunjukkan bahwa
meningkatnya kepemilikan saham asing berbanding lurus dengan luasnya pengungkapan CSR.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana Good
Corporate Governance yang dinilai dengan beberapa karakteristik yang terdiri dari ukuran komite audit,
komposisi dewan komisaris,
kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial,
kepemilikan saham asing
mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility
perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI selama periode 2015-2019. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa kepemilikan saham
institusional tidak mempengaruhi
tingkat pengungkapan CSR
perusahaan. Ukuran komite audit, komposisi dewan komisaris, dan kepemilikan saham asing memiliki pengaruh secara positif terhadap
tingkat pengungkapan CSR
perusahaan. Kepemilikan saham manajerial juga memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan CSR perusahaan namun secara negatif. Saran
Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel independen yang lebih banyak lagi. Selain itu juga penelitian selanjutnya
sebaiknya menggunakan sampel
perusahaan di sektor lainnya seperti perbankan, manufaktur, asuransi, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, N. R., dan Govindarajan V. (2011). Sistem Pengendalian Manajemen Ed 12, Jilid 2. Karishma Publishing Group. Tangerang Selatan.
10 Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan. 2010.
Kajian tentang Pedoman Good Corporate Governance di Negara-Negara Anggota ACMF.
Bhattacharya, C. B., Korschun, D., dan Sen, S. (2009). Strengthening Stakeholder-Company
Relationships Through Mutually Beneficial Corporate Social Responsibility Initiatives. Journal of Business Ethics, 85(SUPPL. 2), 257–272.
Deegan, Craig, dan Unerman Jeffrey. (2011). Financial Accounting Theory (European Edition).
England: McGraw-Hill
Education
Effendi, Muh. Arief. (2009). The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
FCGI. (2001). Peranan Dewan
Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance ( Tata Kelola Perusahaan ). Diakses pada 21
Februari 2019, pada:
https://muhariefeffendi.files.wor dpress.com/2009/12/fcgiself assessmentchecklist.pdf.
GRI. (2013). Global Reporting Inisiatives. Diambil dari http://www.globalreporting.org pada tanggal 20 Oktober 2018. Habbash, M. (2015). Corporate
Governance and Corporate
Social Responsibility Disclosure : Evidence from Saudi Arabia.
Journal of Social Responsibility, 10(9), 267–283.
Hadi, Nor. (2011). “Corporate Social Responsibility (CSR)”. Edisi 1. Jakarta: Graha Ilmu.
Irawan, Dhani. (2015). Bareskrim
Tetapkan Nina Nurlina
Tersangka Kasus CSR Pertamina
Foundation. Diakses dari
https://news.detik.com/berita/d-3009102/ bareskrim-tetapkan- nina-nurlina-tersangka-kasus-csr-pertamina-foundation
Jaffar, R., Hassan, M. S., dan Muhammad, N. (2010). Peranan Etika dalam Pelaporan Maklumat Alam Sekitar di Malaysia. Jurnal Pengurusan, 31(1), 13-27.
Jensen, M. C., dan Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-360.
Jizi, M. I., Salama, A., Dixon, R., dan Stratling, R. (2014). Corporate
Governance and Corporate
Social Responsibility Disclosure: Evidence from the US Banking Sector. Journal of Business Ethics, 125(4), 601–615.
Murwaningsari, Etty. (2009).
Hubungan Corporate
Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam
Satu Continuum. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 11(1), 30-41.
11 Nur, M, dan Priantinah, D. (2012).
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile yang Listing di Bursa
Efek Indonesia). Journal
Nominal, 1(1), 22-34.
Nurfadilah, Wandayani dan Sagara, Yusar. (2015). Pengaruh Good
Corporate Governance,
Karakteristik Perusahaan dan Regulasi Pemerintah Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. E-jurnal
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2(2), 78-89
Ramdhaningsih, Amalia. (2013).
Pengaruh Indikator Good
Corporate Governance dan
Profitabilitas pada
Pengungkapan Corporate Social
Reponsibility. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 3(3), 65-82
Rustiarini, W. N. (2011). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. 1-24.
Said, R., Hj Zainuddin, Y., dan
Haron, H. (2009). The
Relationship Between Corporate Social Responsibility Disclosure
and Corporate Governance
Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility Journal, 5(2), 212–226.
Surya, I., dan Yustivandana, I. (2006). Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA
Susanti, S., dan Riharjo, I. B. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Cosmetics and Household. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 1(1), 152-167. Tuan, L. T. (2012). Corporate Social
Responsibility, Ethics, and Corporate Governance. Social Responsibility Journal, 8(4), 547–560.
Tunggal, Amin Wijaya. (2013). Memahami Konsep Corporate Governance. Jakarta: Harvarindo
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 tentang
Undang-Undang Perseroan
Terbatas. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/ Home/Details/39965
Yuliana, Rita. (2010). Praktik Pengungkapan Corporate Social
12 Indonesia. Jurnal Investasi, 6(2), 140-151