• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1

BAB IV

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENSTRA

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

4.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya terhadap rencana-rencana pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Nias Utara, secara umum mengacu pada Perpres 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 (Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019).

4.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapakan Presiden Republik Indonesia melalui Perpres RI No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 yang berfungsi sebagai :

a. pedoman bagi Kementerian/ Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga;

b. bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja

Pemerintah;d.acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional.

BAB

4

(2)

IV - 2 RPJMN merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun yang pada saat ini telah memasuki periode pelaksanaan RPJMN yang ke-3 terhitung sejak tahun 2015 hingga tahun 2019.

Gambar 4. 1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2015-2019

Sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2014, RPJMN memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Dalam melaksanakan seluruh program-program yang telah ditetapkan RPJMN tersebut, seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah menjabarkannya dalam Rencana Strategis (Renstra) ditingkat Kementerian/Lembaga dan RPJMD di tingkat daerah

4.1.2.1. Visi Misi Dan Strategi Pembangunan Nasional A. Visi Misi Pembangunan

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

(3)

IV - 3 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN

BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

B. Strategi Pembangunan Nasional

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 2. Tiga Dimensi Pembangunan;

3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil.

4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya) Penjabaran masing-masing strategi tersebut seperti di jelaskan pada gambar bagan berikut.

(4)

IV - 4 Sumber: Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

Gambar 4. 2. Strategi Pembangunan Nasioanal 2015-2019

4.1.2.2. Sembilan Agenda Prioritas

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas.

Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

(5)

IV - 5 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

C. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.

2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan keluarga berencana; pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta perlindungan anak.

3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan pangan; ketahanan energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.

4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; serta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu. 5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah: meliputi

pemerataan pembangunan antar wilayah.

6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi; tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta pertahanan dan keamanan.

4.1.2. Renstra Kementerian PUPR 2015-2019.

Satu satu isu prioritas RPJMN yang menjadi arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah: Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan. Selaras dengan Visi-Misi dan 9 Agenda pembangunan nasional (Nawa Cita), melalui Peraturan Menteri

(6)

IV - 6 PUPR RI No.13.1/PRT/M/2015 Tentang Renstra Kementerian PUPR Tahun 2015-2019 telah menetapkan arah kebijakan umum pembangunan infrastruktur Bidang PUPR tahun 2015-2019 yaitu: Untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energi, konektivitas bagi penguatan daya saing, dan layanan infrastruktur dasar melalui keterpaduan dan keseimbangan pembangunan antar daerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan yang didukung dengan industri konstruksi nasional yang berkualitas dan sumber daya organisasi yang kompeten dan akuntabel.

4.1.2.1. Sasaran Pembangunan Kawasan Permukiman Kementerian PUPR 2015-2019

Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 yaitu melalui misi penyediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi, maka sesuai dengan salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah melalui percepatan pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Kementerian PUPR dalam Renstra PUPR 2015-2019 sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 Pengembangan Infrastruktur Permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Secara rinci sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0

persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

(7)

IV - 7 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

4.1.2.2. Pendekatan Pembangunan Melalui Pengembangan Wilayah

Terhadap arah kebijakan umum PUPR tersebut, sasaran strategis yang dilakukan adalah melalui perencanaan, pemrograman, dan pembangunan infrastruktur PUPR melalui pendekatan wilayah. Dalam konteks pengembangan wilayah mengingat sangat luasnya wilayah nasional Indonesia, untuk memudahkan pengelolaannya, pengembangan wilayah dibagi menurut wilayah Pulau/Kepulauan yang dikelompokkan ke dalam beberapa tipe wilayah pengembangan yang diistilahkan “Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)” yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim berdasarkan pada tema atau potensi per pulau (Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Papua, Pulau Kalimantan, Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan Pulau Sulawesi). Dalam struktur organisasi Kementerian PUPR, bidang tersebut ditangani oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) sebagi unit khusus yang berfungsi untuk menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran berbasis pengembangan wilayah.

4.1.2.3. Konsepsi Wilayah Pengembangan Strategis

Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan infrastruktur yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan mempercepat pembangunan fisik di pusat pusat pertumbuhan ekonomi kawasan sesuai dengan klusternya, terutama WPS di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dan mendukung penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan.

(8)

IV - 8 Gambar 4. 3. Konsepsi Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)

Untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi disparitas antar wilayah, pembangunan infrastruktur PUPR difokuskan pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Pembangunan infrastruktur PUPR pada setiap WPS akan diterpadukan dengan sasaran pokok dan program nasional, yaitu:

1) Pertama, dengan pengembangan Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP);

2) Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan Kawasan Industri Prioritas (KIP);

3) Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/Kota Perbatasan;

4) Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder)

(9)

III

(10)

II - 10

4.1.2.4. Arahan WPS Pulau Sumatera dan Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan arahan keterpaduan pengembangan kawasan dan infrastruktur PUPR 2015 – 2019 terhadap 35 WPS, terdapat 6 (enam) WPS yang menjadi Development Plan Pulau Sumatera dan khusus di Provinsi Sumatera Utara sesuai arahan kebijakan RTRWN terdapat satu Kawasan Starategis Pariwisata Nasional yaitu Danau Toba Dsk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 1. WPS Pulau Sumatera

No Kabupaten/Kota Nama WPS

1 Sabang-Banda Aceh-Langsa WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang

2 Metro Medan-Tebingtinggi-Dumai –

Pekanbaru

WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu

3 Batam-Tanjungpinang WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu

4 Sibolga-Padang-Bengkulu WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang

5 Jambi – Palembang – Bangka

Belitung WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang 6 Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-api WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu

Sumber: Bahan paparan Kaba BPIW pada Prakonreg Wil. Sumatera 2017, Satker Randal Prov. Sumut 2017 Tekait WPS Metro Medan (Mebidangro) - Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru, sesuai arahan kebijakan RTRWN pada WPS ini dikoneksikan dengan wilayah pengembangan Kawasan Starategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba Dsk yang mencakup kabupaten: Dairi, Humbang Hasundutan, Karo, Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir.

Di wilayah Sumatera Utara beberapa Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis RPJMN 2015-2019 adalah pada:

 WPS 2: Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan – Tebing Tinggi – Dumai - Pekanbaru dan KSPN Danau Toba Dsk

 WPS 4: Kawasan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga – Padang - Bengkulu.

Penjelasan rinci lokas kabupaten/kota berikut arahan kebijakan pengembangan di masing-masing WPS seperti dijelaskan pada gambar peta berikut:

(11)

IV

11

WPS 2: Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan – Tebing Tinggi – Dumai - Pekanbaru dan KSPN Danau Toba Dsk Gambar 4. 5. WPS 2: Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan – Tebing Tinggi – Dumai - Pekanbaru dan KSPN Danau Toba Dsk

(12)

IV

12

(13)

IV

13

WPS 4 : Kawasan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga – Padang - Bengkulu

(14)

IV - 14

4.1.3. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

Rencana Strategis Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Cipta Karya (Renstra Ditjen Cipta Karya) disusun berdasarkan arahan RPJMN Tahun 2015 – 2019 dengan melihat capaian hasil-hasil pelaksanaan program Ditjen Cipta Karya pada Penyelenggaraan Kinerja Ditjen Cipta Karya Tahun 2015 pada penyelenggaraan program Pembinaan dan Pembangunan Infrastruktur Permukiman.

Renstra Ditjen Cipta Karya telah mengamanatkan kebijakan-kebijakan prioritas sebagai pelaksanaan program-program strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019.

4.1.3.1. Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

(15)

IV - 15 Sumber: Renstra Ditjen Cipta karya 2015-2019

4.1.3.2. Kebijakan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

Sebagai kebijakan prioritas dalam kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017, Ditjen Cipta Karya telah menyususn arahan dan kebijakan Program Infrastruktur Permukiman yang di khususkan pada kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan yang disebut “Program Permukiman Berkelanjutan 100-0-100”. Sasaran pencapain target kinerja Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019, yang menjadi kebijakan prioritas Ditjen Cipta Karya tersebut adalah:

1. Mendukung pengembangan sistem perkotaan nasional 2015-2019 yaitu 7 kawasan metropolitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru (RPJMN 2015-2019) ;

2. Mendukung keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 35 Wilayah Pengembangan Strategis, 24 Pelabuhan Strategis, 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan 22 Kawasan Industri Prioritas (BPIW, 2015) ;

3. Mendukung Keterpaduan Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kawasan Perbatasan dengan membangun 7 Kawasan Pos Lintas Batas Negara, dan 9 Kawasan Permukiman (Non-PLBN - Inpres No. 6 Tahun 2015) ; 4. Mendukung Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 30

Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (DJCK, 2014) ;

5. Mendukung kegiatan terkait Pengarus Utamaan Gender, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim ;

6. Mendukung keberlanjutan kegiatan Multiyears Contract.

Terhadap strategi pelaksanaanya dilakukan melalui 3 (tiga) bentuk pendekatan yaitu: 1) Membangun Sistem; 2) Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan) 3)Memberdayakan Masyarakat.

(16)

IV - 16 Tabel 4. 3. Strategi Pelaksanaan dan Sasaran Strategis Pelaksanaan

Perencanaan dan Pemograman Anggaran Ditjen Cipta Karya

Strategi Pelaksanaan Sasaran Strategis

Membangun Sistem

Memberikan dukungan pembangunan sistem infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kab./Kota

Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan)

Melakukan fasilitasi kepada pemerintah daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Memberdayakan Masyarakat

Memberikan dukungan pembangunan infrastruktur melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat

Sumber: Renstra Ditjen Cipta karya 2015-2019

A. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan dan strategi umum Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Tabel 4. 4. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman 2015-2019

Kebijakan Strategi

a. Kebijakan Dan Strategi Umum Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan 1:

Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman

1.Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagiPemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman. 2.Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai

dasar bagi pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan.

3.SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh. 4.Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan

Permukiman.

Kebijakan 2:

Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman

Melakukan peningkatan dan penguatan Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman,

kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis

Kebijakan 3:

Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah.

Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala

Kebijakan 4:

(17)

IV - 17

Kebijakan Strategi

Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.

monitoring perencanaan dan pemrograman.

2. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJMN.

3. Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan.

b. Implementasi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Perkotaan Kebijakan 1:

Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya

peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan

pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.

1.Penanganan komprehensif terhadap 30

kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best

practice penanganan permukiman kumuh yang

diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota kota lainnya.

2.Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.

Kebijakan 2:

Pengembangan

permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan

Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.

1. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman. 2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice

kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

c. Kebijakan Dan Strategi Implementasi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Perdesaan

Kebijakan 1:

Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar

permukiman perdesaan.

Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan

1. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui

pengembangan dan pembangunan kawasan

transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi. 2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung

kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya;

3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota.

d. Kebijakan Dan Strategi Implementasi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Khusus. Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

1. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN. 2. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan

perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN

(18)

IV - 18

Kebijakan Strategi

kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.

Kebijakan 2:

Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.

Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir).

Kebijakan 3:

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan terhadap

bencana.

1. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi.

2. Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). 3. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat,

lembaga).

4. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana.

Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019

B. Kebijakan dan Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kebijakan dan strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 adalah:

Tabel 4. 5. Kebijakan dan Strategi Umum Penataan Bangunan dan Lingkungan 2015-2019

Kebijakan Strategi

Kebijakan 1:

Memberikan dukungan pembangunan sistem penataan bangunan dan lingkungan dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang berkelanjutan.

1. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan.

2. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan.

3. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan.

4. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta ramah lingkungan.

Kebijakan 2:

Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis.

1. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.

2. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat).

3. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.

4. Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan Gedung terutama untuk pendataan bangunan gedung, penyusunan Harga

(19)

IV - 19

Kebijakan Strategi

Satuan Bangunan Gedung.

5. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah.

6. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.

7. Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.

8. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan.

9. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan.

10.Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara.

Kebijakan 3:

Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat.

1. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan. 2. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan

dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan. 3. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara

pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional.

4. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi. 5. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam

mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan. 6. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya

yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan. 7. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam

rangka menonton film revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.

Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019

C. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Kebijakan dan strategi umum Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) berdasarkan Renstra DJCK 2015-2019 adalah:

Tabel 4. 6. Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 2015-2019

I. Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan Air Limbah

Kebijakan Strategi

Kebijakan 1:

Pengembangan sistem pengelolaan air limbah

1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAK sanitasi.

(20)

IV - 20 Pengelolaan Air Limbah

Kebijakan Strategi

sistem setempat dan

terpusat. 3. dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT).

4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN. 5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem

pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan. 6. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air

limbah terpusat.

Kebijakan 2:

Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman

1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan.

2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat.

3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 3:

Pengembangan peraturan perundangan

penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

1. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

3. Penerapan peraturan perundangan.

Kebijakan 4:

Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman

1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat.

2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah.

3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman.

4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.

5. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman

Kebijakan 5:

Peningkatan dan

pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman

1. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman. 2. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah

dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama. 3. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan

pembangunan air limbah permukiman.

Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019 II. Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan Persampahan

Kebijakan Strategi

Kebijakan 1:

Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle).

(21)

IV - 21 Pengelolaan Persampahan

Kebijakan Strategi

disinsentif dalam pelaksanaan 3R.

3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

Kebijakan 2:

Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan

1. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan.

2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan.

3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan.

4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill.

5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional.

6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan 3:

Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan

1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah.

2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah.

4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Kebijakan 4:

Pengembangan

kelembagaan, peraturan dan perundangan

1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola. 2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola

persampahan.

3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator. 4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan

pemangku kepentingan lain. 5. Meningkatkan kualitas SDM.

6. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan skala regional.

Kebijakan 5:

Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta.

2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019 III. Pengelolaan Drainase Lingkungan

Pengelolaan Pengelolaan Drainase Lingkungan

Kebijakan Strategi

Kebijakan 1:

Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan keseimbangan tata air

1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase utama serta pengaturan dan pengelolaan sungai.

2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya konservasi air. 3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam

(22)

IV - 22 Pengelolaan Pengelolaan Drainase Lingkungan

Kebijakan Strategi

pengelolaan drainase

Kebijakan 2:

Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/

pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru.

1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sistem drainase yang terbangun.

2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan. 3. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis

perkotaan di kota metropolitan dan besar.

Kebijakan 3:

Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat

1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase. 2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola.

3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola. 4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda

Kebijakan 4:

Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan

1. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase.

2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan.

3. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan

Kebijakan 5:

Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat

terhadappentingnya pengelolaan drainase lingkungan; 2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis

masyarakat.

Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019

D. Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum

Kebijakan dan strategi umum Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 adalah:

Tabel 4. 7. Kebijakan dan Strategi Umum Sistem Penyediaan Air Minum 2015-2019

Kebijakan Strategi

Kebijakan 1:

Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh

masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi

1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.

4. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku.

5. Menurunkan tingkat kehilangan air.

6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja

(23)

IV - 23

Kebijakan Strategi

pelayanan air minum.

Kebijakan 2:

Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan

1. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.

2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM. 3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate

Social Responsibility (CSR).

4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman nonperbankan, dan obligasi perusahaan.

5. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan SPAM.

Kebijakan 3:

Peningkatan kapasitas kelembagaan

penyelenggaraan pengembangan SPAM

1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM.

2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.

3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.

4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.

5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.

6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

Kebijakan 4:

Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah

1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.

3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

Kebijakan 5:

Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan

1. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku.

2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

Kebijakan 6:

Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat

1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

(24)

IV - 24

Kebijakan Strategi

Pengembangan inovasi

teknologi SPAM 1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum. 2. Memasarkan hasil inovasi teknologi.

3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.

4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019

4.1.3.3. Target Kinerja Pembangunan Kawasan Permukiman 2015-2019

Penjabarkan sasaran pembangunan kawasan permukiman yang menjadi prioritas berdasarkan Perpres No.2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar, peningkatan kualitas pemukiman perdesaan seluas 78.384 Ha, peningkatan kualitas permukiman khusus seluas 3.099 Ha, inkubasi 10 kota baru dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan. 2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh

penduduk Indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment).

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100% pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan.

Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; (ii) pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR; (iii) pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM Ibukota

(25)

IV - 25 Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui (i) pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota; (iii) penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.

5. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii) peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; (iii) fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota. 6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

(26)

IV - 26 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung

termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; (ii) penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota; dan (iii) menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota.

4.1.4. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

4.1.4.1. Arahan Berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Utara

Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara disusun dalam rangka untuk mendukung visi dan misi pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2018 serta sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan-kebijakan prioritas pelaksanaan program-program strategis Ditjen Cipta Karya yang dituangkan dalam Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

Program -program prioritas Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara diarahkan dengan mengacu pada visi dan misi pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman dalam RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018 khususnya pada Misi 3 dan Misi 4 yaitu:

Misi 3: Membangun Dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Daerah Untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi Melalui Kerjasama Antar Daerah, Swasta, Regional Dan Internasional.

Mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan, Sumber Daya Air, perhubungan ; Mewujudkan sistem transportasi wilayah (SISTRAWIL), informasi dan komunikasi wilayah ; Mewujudkan Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP) ; Mewujudkan Pengembangan sarana pendukung jalan usaha tani; Menyediakan sumber energi untuk kebutuhan masyarakat, khususnya dari sumber energi terbaharukan dan ramah lingkungan ; Menyelenggarakan penataan ruang yang tidak hanya melihat dari aspek nilai ekonomi tetapi juga mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan dan pelestarian sumber daya alam (sustainable development);

(27)

IV - 27

Membangun dan meningkatkan keterkaitan fungsi wilayah antara wilayah inti dan wilayah pinggiran ; Mendorong penguatan kawasan koridor ekonomi pengembangan wilayah ; Menguatkan peran dan fungsi kewilayahan pada kawasan pulau-pulau terluar perbatasan negara ; Menguatkan peran dan fungsi kewilayahan pada kawasan perbatasan provinsi dan perbatasan didalam wilayah Sumatera Utara ; Membangun dan meningkatkan infrastruktur sosial ekonomi berbasis mitigasi bencana ; Menguatkan sistem dan efektivitas penanggulangan bencana; Membangun penguatan peran masyarakat dalam perencanaan pengembangan wilayah berbasis mitigasi bencana

Misi 4: Meningkatkan Kualitas Standar Hidup Layak, Kesetaraan Dan Keadilan Serta Mengurangi Ketimpangan Antar Wilayah.

Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah provinsi; Meningkatkan akses pada wilayah terluar, terpencil dan perbatasan ; Menyediakan dan memeratakan fasilitas sarana dan prasarana sosial ekonomi serta kesejahteraan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air minum, perumahan, permukiman, sanitasi, bantuan dan lainnya) ; Meningkatnya produktivitas tenaga kerja melalui pelatihan kreativitas dan produktivitas tenaga kerja melalui Penguasaan Teknologi; Meningkatkan kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pengarusutamaan hak anak ; Menyelenggarakan sistem pengendalian kependudukan yang berkualitas.

4.1.4.2. Kriteria Program Kegiatan Prioritas

Kriteria-kriteria program kegiatan yang menjadi Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman di Provinsi Sumatera Utara sesuai masa rencana RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2013-2018 adalah:

 Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota  Peningkatan Kualitas Hunian

 Pengurangan Luas Kawasan Permukiman Kumuh

 Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Perkotaan & Perdesaan  Peningkatan Akses Lingkungan Kawasan Ekonomi Strategis

 Peningkatan Layanan Air Minum & Sanitasi (Drainase, Air Limbah, Persampahan)

(28)

IV - 28  Mendukung Dan Mendorong Percepatan Pembangunan Kebijakan

Nasional Di Daerah

Beberapa Indikator Kinerja Utama yang menjadi kriteria prioritas pada kegiatan-kegiatan Bidang Cipta Karya Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2018 adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4. 8. Indikator Kinerja Utama Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara 2013-2018

Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016

Sebagai Kriteria kegiatan yang diprioritaskan sesuai dengan arahan kebijakan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2018 adalah:

a) Pembangunan berbasis kawasan (Prioritas di Pusat Kegiatan Wilayah dan Kawasan Strategis Provinsi)

b) Pemenuhan Standard Pelayanan Minimal

c) Mendukung pembangunan di Pusat Kegiatan Nasional, Kawasan Strategis Nasional serta Kawasan MP3EI

d) Mendukung percepatan pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan daerah tertinggal.

4.1.4.3. Kriteria Lokasi Kegiatan Prioritas

Untuk lokasi-lokasi kegiatan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman di Provinsi Sumatera Utara selanjutnya mengacu pada struktur ruang pada masing-masing rencana tata ruang menurut tingkatan wilayahnya (RTRWN, RTRWP dan RTRW Kabupaten/Kota) yang diprioritaskan pada:

 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

PKN : Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro)

(29)

IV - 29 PKW : Tebingtinggi, Sidikalang, Pematangsiantar, Balige, Rantauprapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga; PKWp: Tarutung dan Tanjungbalai

 Kawasan Strategis Nasional (KSN). Kawasan strategis nasional pada wilayah provinsi terletak pada:kawasan perkotaan Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo), Kawasan Danau Toba, dan Kawasan Perbatasan Luar Negara (Pulau Berhala di Kab. Serdang Bedagai)

Tabel 4. 9. Struktur Kota-Kota di Wilayah Sumatera Utara

Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016

Tabel 4. 10. Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi

Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016

(30)

IV - 30 Bentuk-bentuk kegiatan yang menjadi prioritas Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman di Provinsi Sumatera Utara adalah:

a) Penyusunan Roadmap Sanitasi b) Penyusunan RP3KP

c) Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni

d) Revitaliasi/Peremajaan kawasan permukiman kumuh melalui pembangunan jalan lingkungan, drainase

e) Pembangunan SPAM Regional di Kawasan Mebidangro dan Danau Toba f) Peningkatan layanan Air Limbah Regional di Mebidangro

g) Pembangunan dan Operasionalisasi TPA Regional, khususnya di Aek Nabobar (Tapanuli Tengah-Sibolga)

h) Fasilitasi Penyusunan RISPAM di Kab/Kota

i) Pengurangan luas genangan di kawasan permukiman dan akses-akses ekonomi strategis

Terhadap penyelenggaraanya, diperlukan sinergitas program dan kegiatan-kegiatan dengan pendanaan melalui APBN dan APBD (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dengan arahan sebagai berikut:

1) Peningkatan sinkronisasi kegiatan pendanaan APBN dengan berpedoman pada RPJMN (Nawacita)

2) Perlu senantiasa dilakukan komunikasi dan koordinasi intensif antara Bappeda dengan SKPD Dinas Ke-PU-an

3) Perlu peningkatan pemahaman terhadap arahan kegiatan prioritas pembangunan

4) Perlu peningkatan kerjasama antara kegiatan APBN dan APBD Provinsi maupun Kab/Kota

5) Perlu penyiapan dokumen pendukung perencanaan sektoral di Provinsi dan Kab/Kota, spt. RTRW, RPI2JM, Perda Bangunan Gedung, SSK, RISPAM, RP3KP, dll

6) Perlu penyiapan berbagai dokumen pendukung kegiatan (readyness criteria) spt. FS, MasterPlan, DED, dll.

(Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016)

4.2. ARAHAN PENATAAN RUANG

Dalam upayanya untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah, pemerintah terus melakukan pembangunan yang lebih terpadu dan terarah

(31)

IV - 31 melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan agar seluruh sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Salah satu panduan pokok guna terciptanya keterpaduan dan keserasian pembangunan tersebut adalah melalui arahan-arahan dan kebijakan pada rencana tata ruang yang telah dituangkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah pada seluruh tingkatannya.

4.2.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai pedoman untuk:

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;

(32)

IV - 32 5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional,

provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

4.2.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4. 11. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang Dalam RTRWN

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan A.1.

Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki.

Strategi

Kebijakan 1.Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.

2.Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan.

3.Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.

4.Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Kebijakan A.2.

Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi

Kebijakan 1.Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara. 2.Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi

terutama di kawasan terisolasi.

3.Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik. 4.Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

5.Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

(33)

IV - 33 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

Kebijakan

B.1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi

Kebijakan 1.Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi. 2.Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya. 3.Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung

yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

Kebijakan

B.2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi

Kebijakan 1.Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. 2.Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

3.Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.

4.Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

5.Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

6.Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

7.Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budi Daya

Kebijakan C.1.

Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya.

Strategi

Kebijakan 1. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.

2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya

3. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

5. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi.

(34)

IV - 34 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

6. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Kebijakan

C.2. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Strategi

Kebijakan 1. Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.

2. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak.

3. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan. 4. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan

perkotaan besar dan metropolitan untu mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

5. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

D. Kebijakan dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional.

Kebijakan

D.1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional.

Strategi

Kebijakan 1.2. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.

3. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan 4. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam

dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya.

5. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun

6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

Kebijakan

D.2. Strategi Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Kebijakan 1.Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan. 2.Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.

3.Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

Kebijakan

D.3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.

(35)

IV - 35 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

Kebijakan daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah.

2.Menciptakan iklim investasi yang kondusif.

3.Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan

4.Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan 5.Mengintensifkan promosi peluang investasi.

6.Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang Kegiatan ekonomi.

Kebijakan

D.4. optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara Strategi

Kebijakan 1.Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi.

2.Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya.

3.Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

Kebijakan

D.5. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa. Strategi

Kebijakan 1.Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur. 2.Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam

kehidupan masyarakat.

3.Melestarikan situs warisan budaya bangsa. Kebijakan

D.6. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar. Strategi

Kebijakan 1.Melestarikan keseimbangan ekosistemnya. keaslian fisik serta mempertahankan 2.Meningkatkan kepariwisataan nasional

3.Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi 4.Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. Kebijakan

D.7. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan. Strategi

Kebijakan 1.Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan. 2.Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara

kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah

3.Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat.

4.Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan. 5.Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia

dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

Sumber : RTRWN, PP No. 26 Tahun 2008 Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab II tentang Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional pada PP No. 26 Tahun 2008.

(36)

IV - 36

4.2.1.2. Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Wilayah Nasional A. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan. Arahan Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tetntang RTRWN adalah meliputi:

1) Sistem Perkotaan Nasional;

2) Sistem Jaringan Transportasi Nasional; 3) Sistem Jaringan Energi Nasional;

4) Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional; dan 5) Sistem Jaringan Sumber Daya Air.

Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab III RTRWN dan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I pada PP N0. 26 Thn. 2008. Kriteria penetapan Sistem Perkotaan Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab III RTRWN dan lokasi penetapnya tercantum dalam Lampiran II pada PP N0. 26 Tahun 2008. Kriteria penetapan Sistem Jaringan Transportasi Nasional, Sistem Jaringan Energi Nasional Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional dan Sistem Jaringan Sumber Daya Air secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan dalam Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V dan Lampiran VI pada PP N0. 26 Thn.2008.

B. Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri dari kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

I. Kawasan Lindung Nasional.

Kawasan lindung nasional dalam RTRWN terdiri dari: 1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 2)Kawasan perlindungan setempat; 3)Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; 4) Kawasan rawan bencana alam; 5) Kawasan lindung geologi; dan 6) Kawasan lindung lainnya.

II. Kawasan Budi Daya.

Kawasan Budi Daya dalam RTRWN terdiri dari terdiri dari: 1)Kawasan peruntukan hutan produksi; 2) Kawasan peruntukan hutan rakyat; 3)

(37)

IV - 37 Kawasan peruntukan pertanian; 4) Kawasan peruntukan perikanan; 4) Kawasan peruntukan pertambangan; 5) Kawasan peruntukan industri; 6)Kawasan peruntukan pariwisata; 7) Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau 8) Kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai Kawasan Andalan..

4.2.1.3. Penetapan Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional berdasarkan kepentingan:

a) Pertahanan dan keamanan; b) Pertumbuhan ekonomi; c) Sosial dan budaya;

d) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kriteria Kawasan Strategis Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab V dan lokasi penetapanya tercantum dalam Lampiran X pada PP N0. 26 Thn.2008. Di Provinsi Sumatera, kawasan-kawasan yang telah ditetapkan dalam PP N0. 26 Thn.2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4. 12. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Sumatera Utara

No. Kawasan Strategis

1 Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) (I/A/1)

2. Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya (I/B/1) Keterangan:

I – IV : Tahapan Pengembangan

A :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi

A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup

B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

Gambar

Gambar 4. 1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional  2015- 2015-2019
Gambar 4. 2. Strategi Pembangunan Nasioanal 2015-2019  4.1.2.2.  Sembilan Agenda Prioritas
Tabel 4. 1. WPS Pulau Sumatera
Gambar 4. 6. WPS 4 : Kawasan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga – Padang - Bengkulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Makna Hari Raya Kuningan Pada Umat Hindu Di Pura Khayangan Jagat Kerthi Buana adalah Mengintropeksi diri dengan memohon Ida Sang Hyang Widhi

Selanjutnya, di akhir tahun 2006 tekanan inflasi IHK diperkirakan akan mereda dan diperkirakan berada pada sekitar 8% (yoy) seiring dengan berkurangnya dampak

Bahan penelitian adalah data rekam medis pasien kanker kolorektal di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang memuat data mengenai jenis kelamin, umur, pekerjaan, predileksi tertinggi

angka 1 sampai dengan angka 16, Judul BAB II tentang Nama, Obyek, Subyek Retribusi dan Golongan Retribusi, BAB II Pasal 2 sampai dengan pasal 5, Judul BAB III tentang

Empat kolompok lainnya menahan laju deflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,04 persen; kelompok kesehatan 0,02 persen; kelompok sandang 0,01

Bank Indonesia juga memastikan bahwa bank mempertahankan tingkat modal yang cukup untuk melindungi mereka dari risiko, memastikan bahwa bank-bank mempertahankan standar kecukupan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa share growth , pergantian dewan direksi dan reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP sedangkan proporsi public ownership ,

Variasi Geotextil (Tanah Terganggu Wopt = 32.5%) Pemodelan 1 Perbaikan Tanah Dengan Geotextil Dari hasil hubungan pembebanan, faktor keamanan dan penurunan maka di ambil