• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 588) konsep adalah gambaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 588) konsep adalah gambaran"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan demikian, konsep dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dalam menentukan makna dari suatu kata atau hal yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan. Maka konsep-konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Ejaan

Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi khusus dan segi umum. Secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambang bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf, maupun huruf yang sudah disusun menjadi kata, frasa atau kalimat. Sedangkan secara umum, ejaan berarti keseluruhan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Maka, ejaan itu pada dasarnya mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, lambang bilangan dan penggunaan tanda baca. Menurut Ritonga (2009: 30).

2.1.2 Ejaan yang Disempurnakan (EyD)

Konsep-konsep dasar yang ditetapkan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EyD) merupakan kelanjutan dari Ejaan Baru dan Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan. Disebut sebagai Ejaan yang Disempurnakan karena memang ejaan itu merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejan yang pernah disusun sebelumnya.

(2)

Di samping perubahan huruf dalam ejaan lama menjadi penulisan huruf yang kita kenal sekarang ini dan beberapa ketentuan lainnya. Menurut Ritonga (2009 : 37) dalam EyD secara umum diatur hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1. pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring, 2. penulisan kata,

3. penulisan tanda baca,

4. penulisan singkatan dan akronim,

5. penulisan angka dan lambang bilangan, dan 6. penulisan unsur serapan

2.1.3 Tajuk Rencana

Tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan kontroversial yang berkembang dalam masyarakat (Sumadiria, 2005: 7).

2.1.4 Koran Analisa

Koran Analisa adalah salah satu harian lokal yang terkemuka di daerah Sumatera Utara. Harian ini memuat berita olah raga, berita tentang gaya hidup, informasi ekonomi , kesehatan, sampai dengan iklan, semua termuat dalam harian ini. Pertama kali diterbitkan pada tanggal 23 Maret 1972, Analisa mempunyai format broadsheet (lebar) dan merupakan surat kabar yang terbesar di Medan yang terbit tujuh kali dalam seminggu.

2.2. Landasan Teori

Landasan teoretis yang dipakai pada penelitian ini adalah berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EyD) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

(3)

Kebudayaan (Menteri P dan K) No. 0156/P/1972 pada tanggal 12 Oktober 1972. (Ritonga, 2009: 37).

2.2.1. Penggunaan Huruf Kapital

Huruf besar atau huruf kapital digunakan:

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh:

- Dia mengantuk.

- Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh :

- Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

- Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Contoh:

- Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih - Quran, Alkitab, Weda

- Bimbinglah hamba-Mu.

- Kepada-Nya kami memohon ampunan.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

(4)

- Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:

- Wakil Presiden Boediono, Profesor Soepomo.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh:

- Amir Hamza, Nazril Ilham, Doni Mahidin.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contoh:

- bangsa Indonesia, bangsa Arab.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh:

- hari Lebaran, Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khasgeografi. Contoh:

- Asia Tenggara, Danau Toba, Bukit Barisan.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf petama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

(5)

Contoh:

- Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan, dan Kebudayaan.

11. Huruf kapital sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Contoh:

- Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Republik Indonesia.

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan juga karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terdapat pada posisi awal.

Contoh:

- Saya telah membaca buku Ketika Cinta Bertasbih.

- Ani sedang membaca Dari Aea Maria ke Jalan Menuju Roma.

13. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Contoh:

- Dr. doktor - M.A. master of arts - S.S. sarjana sastra

(6)

14. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Contoh:

- “Kapan Kakak pulang?” kata Hendi. - “Silahkan diminum tehnya Pak!” kata ibu.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda. Contoh:

- Sudah Anda tahu?

- Surat Anda telah kami terima. 2.2.2. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan dalam cetakan, dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak miring., diberi garis miring bawah tunggal.

Huruf miring digunakan untuk:

1. Huruf miring dalam catatan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan

Contoh:

majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.

2. Huruf miring dalam catatan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh:

(7)

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulis huruf kapital.

3. Huruf miring dan catatan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaanya.

Contoh:

Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ’pandangan dunia. 2.2.2. Gabungan Kata

Gabungan kata adalah bentuk yang terdiri daridua buah kata atau lebih, aturan penulisannya adalah sebagai berikut:

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk , termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Contoh:

- duta besar, kambing hitam, mata kuliah, orang tua, simpang tiga, rumah sakit. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan

pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Contoh:

- anak-istri saya, alat pandang-dengar, ibu-bapak kami, mesin-hitung tangan. 3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Contoh:

(8)

2.2.4. Penggunaan Kata Depan

Kata depan di, ke, dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh:

- Baju adek ada di lemari.

- Bani pulang ke kampung halamannya. - Durian itu dibawa Elvi dari Sibolga. 2.2.5. Penulisan Unsur Serapan

Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari tarap penyerapannya ada tiga macam kata serapan yaitu:

1. Kata-kata yang sudah sempurnanya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini sudah lazim dieja secara indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya: kata kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah, dan ember,

2. Kata-kata yang masih asing, tetapai digunakan dalam konteks bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya: shuttle, cock, knock out, time out, check in, door to door, built up, dan complete knock down. 3. Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan, ucapan dan ejaannya

disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk Indonesianya masih dapat

(9)

dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya: aki (accu), komisi (commission), psikologi (psychology), dan fase (phase).

2.2.6 Tanda Baca 1.Tanda Titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh:

- Ayahku tinggal di Medan.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Contoh:

a. III.Departemen dalam negri

A. Direktorat jenderal pembangunan masyarakat desa. B. Direktorat jenderal agrarian

1. ……

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Contoh:

- Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jarak waktu.

Contoh:

(10)

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Contoh:

- Siregar, Merari, 1920. Azab dan Sengsara

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatnnya. Contoh:

- Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.234 jiwa.

g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

- Ia lahir pada tahun 1986 di Bengkulu.

h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Contoh:

- Acara Kunjungan Adam Malik

- Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)

i. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tangal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

Contoh:

- Jalan Jamin Ginting 48 - Medan (tanpa titik) - 08 Juni 2010 (tanpa titik)

(11)

- Jalan Gatot Subroto 21 (tanpa titik) - Jakarta (tanpa titik)

2. Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh:

- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat serta yang satu dari kalimat serta berikutnya yang didahuli oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Contoh:

- Doni ingin datang, tetapi hari hujan.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

- Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat mengiringi induk kalimatnya.

Contoh:

- Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Contoh:

(12)

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh kasihan dari kata yang terdapat di dalam kalimat.

Contoh: - O, begitu?

- Wah, bukan main! - Hati-hati, ya, nanti jatuh.

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh:

- Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”

h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat ,(iii) tempat dan tanggal , dan (iv) nama tempat dan wilayah atau Negara yang ditulis berurutan.

Contoh:

- Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, jalan Universitas

i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh:

- Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata bahasa Baru Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Rakyat.

(13)

Contoh:

W.J.S. Poerwadarminta, bahasa Indonesia untuk karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh:

- B. Ratulangi, S. E.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh: - 12,5 M - Rp12,50

m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tembahan yang sifatnya tidak membatas.

Contoh:

- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

n. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

(14)

Contoh:

- “Di mana saudara tinggal?” Tanya Eva. - “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya. 3. Tanda Titik Koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh:

Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b. tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat mejemuk.

Contoh:

Ayah mengurus tanamanya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri mendengarkan siaran “pilihan pendengar”.

4. Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

c. Tanda titik dua dapat dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

(15)

Seketaris : Salwah Salsabila Bendahara : Paujan

Tempat rapat : Ruang 109 Pengantar acara : Saipul Akromi Hari : Senin

Waktu : 09. 30

d. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.

Contoh

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “ Bawa kopor ini, Mir!” Amir : “ Baik, Bu,” (mengangkat kopor dan masuk)

Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

e. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Contoh:

Tempo. I (1986), 09: 9 Surat yasin: 9

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.

(16)

5. Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung meyambung suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Contoh:

- Di samping cara-cara lama itu ada juga ca- ra yang baru.

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan kata di depannya pada pergantian baris.

Contoh:

- Kami ada cara yang baru untuk meng- ukur panas

- Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa

- Senjata ini merupakan alat pertahan- an yang canggih

c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh:

- Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Contoh: - p-a-n-i-t-i-a - 1-9-1986

(17)

e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.

Contoh:

- Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000) tang- gung jawab dan kesetiakawanan sosial.

Bandingkan dengan

- Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribu (1x 25000) tang- gung jawab dan kesetiakawanan sosial

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Contoh:

- se- Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri- Sekretaris Negara.

g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh:

- di-smash, per-tackle-an 6. Tanda Pisah( _ )

a. Tanda pisah membatasi peyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangunan kalimat

(18)

Contoh:

kemerdekaan bangsa itu_ saya yakin akan tercapai_ diperjuangan oleh bangsa itu sendiri

b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:

Rangkain temuan ini_ evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan otonomi_telah mengubah konsepsi kita tentang alam semeta.

c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ’atau’ sampai dengan’ Contoh: 1910_ 1945 Tanggal 5_ 10 april 1970 Jakarta _ bandung 7. Tanda Elipsis (. . .)

a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh:

Kalau begitu . . . ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada yang dihilangkan.

Contoh:

(19)

8. Tanda Tanya (?)

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh:

Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan?

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung unruk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 9. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercyaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Contoh:

Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Masak! Sampai hati juga aia meninggalkan anak-anaknya. Merdeka!

10. Tanda Kurung ((...) )

a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh:

(20)

Bagian perencanaan sudah selesai meyusun DIK (daftar isian kegiatan) kantor itu.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian interaksi pokok pembicaraan

Contoh:

keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Contoh:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a). Perjalanan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d. Tanda kurung mengapai angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan Contoh:

faktor produksi meyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. 11. Tanda Kurung Siku ( [...] )

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Comtoh:

(21)

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Contoh:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam bab II [ lihat halaman 35-37] ) perlu dibentangkan di sini.

12. Tanda Petik ( “…” )

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

”Saya belum siap,” kata Mira,” Tunggu sebentar!”

Pasal 36 UUD 1945, berbunyi, ”bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Contoh:

Bacakah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, Dari Suatu Tempat. Karangan Andi Hakim Nasution yang berjudul ” Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.

Sajak ”Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh:

(22)

Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenalkan dengan nama”cutbrai”.

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh:

Kata Tono, “ Saya juga minta satu”.

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapait kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Contoh:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan ”Si Hitam”

Bang Komar sering disebut ”Pahlawan”. Ia sendiri tidak tahu sebabnya. 13. Tanda Petik Tunggal ( ’...’ )

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh:

Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘ibu, bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar pak Handan.

14. Tanda Garis Miring

a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamt dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

No. 7/PK/1973 Jalan kramat II/10

(23)

Tahun anggaran 1985/1986

c. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap. Contoh:

Dikirimpan lewat ’dikirimkan lewat darat Darat/laut atau lewat laut’

Harganya ’harganya Rp25,00 tiap lembar’ Rp25,00/lembar

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah meyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2007: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2007: 912).

Penelitian skripsi yang menganalisis kesalahan penggunaan kata dan kalimat bahasa Indonesia berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EyD) pernah dikaji oleh:

1. Parinson Nainggolan (2000), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan Kata dan Kalimat Bahasa dalam Skripsi Mahasiswa FISIP USU Medan Tahun 1996. Dalam skripsinya dinyatakan bahwa lembaga atau gambaran bunyi itu dapat dibagi menjadi dua yaitu: bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa lisan tidak begitu terikat dengan kaidah bahasa. Bahasa tulisan adalah bahasa yang dipergunakan dalam penulisan karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan populer. Bahasa tulis yang dipergunakan dalam karangan ilmiah harus menggunakan pokok pikiran, gagasan, dan harus menggunakan kaidah-kaidah

(24)

yang sudah ditetapkan dalam pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EyD).

Bahasa tulis yang dipergunakan mahasiswa mempunyai peranan besar bagi masyarakat pembacanya. Di dalam penulisan skripsi, seorang mahasiswa harus mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku, seperti ejaan, sistem tata bahasa, sistem tata kalimat. Karena kesalahan penulisan dapat mengakibatkan salah mengerti terutama bagi orang yang membacanya.

2. Harisman P. Siburian (1993), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaaan yang Disempurnakan pada Penulisan Surat Dinas di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Medan Sunggal. Masalah yang dikaji dalam penelitian itu adalah kesalahan penggunaan EyD pada penulisan surat dinas. Surat dinas sebagai salah satu wadah pernyataan resmi suatu lembaga atau instansi wajib ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia tulis resmi sebagai alat tuturannya dan ditulis dengan menggunakan kaidah penulisan yang berlaku sebagaimana tercantum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya yang diteleiti oleh Parinson Nainggolan di atas. Pada penelitian terdahulu dibicarakan tenetang penggunaan kata dan kalimat dalam Skripsi Mahasiswa FISIP USU. Pada penelitian ini, pembahasannya fokus pada EyD Ejaan yang Disempurnakan dalam tajuk rencana koran Analisa.

Referensi

Dokumen terkait

It is concluded that by comparing the degree of differences between the two models in daytime and night: by using the model ATC E to simulate the LST annual

media berbasis web moodle lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran langsung tanpa menggunakan media berbasis web moodle. Manfaat yang didapat dari hasil

Pada penggunaan MPL, siswa yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi memiliki prestasi belajar akuntansi yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai kecerdasan

Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. Buku itu membahas kesusatraan Malaysia dan sejumlah masalah- nya. Pembahasan yang dilakukan terhadap kesusastraan Malaysia ada- lah dalam rangka

Proses analisa semantik akan dicari kata-kata yang berhubungan dengan kata relasi dan kata kunci domain ontologi yang dicari, dari teks bebas yang diberikan

Dalam upaya menjamin kesetaraan kesehatan tersebut, pemerintah terus berupaya berinovasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan , yaitu salah satunya dengan mengeluarkan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya adalah. sebagai