• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004 ).

Menurut American Hospital Associaton (1974), batasan rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Sementara itu Wolper dan Pena (1987), rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai profesi tenaga kesehatan lainnya diselenggarakan (dalam Adisasmito, 2009).

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dengan maksud yang sama untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).

(2)

Sekarang ini Rumah sakit adalah suatu lembaga komunitas yang merupakan instrumen masyarakat. Ia merupakan titik fokus untuk menghantarkan penderita kepada komunitasnya. Berdasarkan hal tersebut, rumah sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur organisasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi serta fasilitas fisik kedalam suatu sistem terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Adisasmito, 2009).

Rumah sakit berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta administrasi umum dan keuangan. Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit melakukan pendidikan terutama bagi mahasiswa kedokteran, perawat dan personel lainnya. Penelitian telah juga merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini fungsi keempat yaitu, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat (Siregar, 2004).

Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam-macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan

(3)

rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmito, 2009).

2.2 Sampah Rumah Sakit

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang. Sampah ini dapat berasal dari rumah tangga, rumah sakit, hotel, restoran, industria dan lain-lain (Yuliarsih, 2002). Sedangkan Notoatmodjo (2003), sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

Sampah merupakan barang yang sudah dianggap tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai bila dikelola dengan prosedur yang benar (Basriyanta, 2007).

Limbah padat (solid waste) merupakan semua bahan/ material yang dibuang dan tidak berbentuk cair maupun gas (Soegianto, 2005).

Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah suatu benda berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia, yang dibuang oleh pemiliknya karena tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan yang baik.

Sampah rumah sakit adalah bahan yang tidak terduga, tidak digunakan ataupun yang terbuang dapat dibedakan menjadi sampah medis dan non medis dan

(4)

dikategorikan sampah radioaktif, sampah infeksius, sampah sitotoksin, dan sampah umum atau domestik (dalam Helwi, 2002).

2.2.1 Sumber Sampah Rumah Sakit

Setiap ruangan/unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah. Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap ruangan/unit yang bersangkutan.

Tabel 2.1. Sumber Sampah Menurut Jenisnya

No. Sumber/Area Jenis Sampah

1. Kantor/administrasi Kertas 2. Unit obstetric dan

ruang perawatan obstetric

Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/peng osok), placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable. 3. Unit emergency dan

bedah termasuk ruang perawatan

Dressing(pembalut/pakaian),sponge(sepon/peng gosok), jaringan tubuh, termasuk amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood lancet (pisau bedah), disposable kantong emesis, Levin tubes (pembuluh) chateter (alat bedah), drainase set ( alat pengaliran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung bedah.

4. Unit laboratorium, ruang mayat,

phatology dan autopsy

Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish, wadah specimen, slide specimen (kaca/alat sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang 5. Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan

nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian dan bandages (perban), masker disposable (masker yang dpat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan. 6. Unit Perawatan Ampul, jarum disposable dan syringe (alat

(5)

semprot), kertas dan lain-lain.

7. Unit pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan

8. Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan sayuran dan lain-lain

9. Halaman Rumah Sakit Sisa pembungkung daun ranting, debu. Sumber : Depkes RI (2002)

2.2.2 Karakteristik Sampah Rumah Sakit

Karakteristik sampah rumah sakit perlu diketahui dalam kaitannya pada pengelolaan sampah yang baik dan benar. Secara garis besar sampah rumah sakit dibedakan menjadi sampah medis dan non medis (Wisaksono, 2001).

a. Sampah Medis

Sampah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa memba- hayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk sampah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Wisaksono, 2001) :

1. Sampah benda tajam

Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang

(6)

terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

2. Sampah Infeksius

Sampah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a. Sampah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif).

b. Sampah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3. Sampah Jaringan Tubuh

Sampah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4. Sampah Sitotoksik

Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

5. Sampah Farmasi

Sampah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan Sampah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. 6. Sampah Kimia

(7)

Sampah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7. Sampah Radioaktif

Sampah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Sampah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/ administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain).

2.3 Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Secara umum manajemen rumah sakit merupakan koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, ada kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan (dalam Hapsari, 2010).

Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian bila terjadi perubahan di rumah sakit, yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan

(8)

rumah sakit, misalnya perubahan perundang-undangan dan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi (Adisasmito, 2009 ).

Rumah sakit agar dapat memenuhi kebijakan lingkungan, maka perlu membuat tujuan manajemen lingkungan. Tujuan harus mencakup aspek lingkungan yang diidentifikasikan, dampak yang terkait maupun penilaian awal. Dalam menentukan tujuan dan sasaran lingkungan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu kesesuaian dengan kebijakan lingkungan, hubungannya dengan aspek dan dampak yang telah diidentifikasi dan peran serta karyawan untuk memenuhinya (Adisasmito, 2009).

Tjokroamidjojo (2009) Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 5M, yaitu man, money, machines, method, dan markets.

1. Man (manusia / SDM)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

Nawani (2005) SDM dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah

(9)

memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan sedangkan SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain.

2. Money (Uang)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

3. Machines (Mesin/ fasilitas)

Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

4. Methods (Metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat

(10)

dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

5. Market (Pasar)

Memasarkan kualitas pelayanan, kinerja kerja ke masyarakat luas sangat penting. Sebab bila pemasaran tidak berjalan dengan baik maka akan berdampak pada banyak tidaknya masyarakat yang menggunakan jasa dari rumah sakit tersebut. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti mempromosikan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dalam suatu produk yang dihasilkan.

Manfaat yang dapat diperoleh jika menerapkan manajemen lingkungan rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan mengikuti prosedur yang ada dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif. Dengan demikian sistem ini merupakan sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif - biaya (cost-effective).

Beberapa manfaat manajemen lingkungan rumah sakit antara lain (Adisasmito, 2009):

(11)

1. Perlindungan terhadap lingkungan.

2. Manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik. 3. Pengembangan sumber daya manusia.

4. Kontuinitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit. 5. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.

6. Baagian dari manajemen mutu terpadu. 7. Pengurangan/ penghematan biaya. 8. Meningkatkan citra rumah sakit.

Komponen-komponen penting dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit antara lain sebagai berikut (Adisasmito, 2009):

1. Dukungan Manajemen

Komponen yang paling penting di dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan adalah dukungan dari manajemen puncak. Nilai-nilai yang ditentukan oleh manajemen puncak di dalam kebijakan lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam membentuk dan menjalankan sistem manajem lingkungan rumah sakit.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu komponen penting karena apabila gagal dalam membuat perencanaan akan mengalami kendala dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Fase perencanaan dari siklus perbaikan berkelanjutan membutuhkan perumusan perencanaan untuk memenuhi tujuan-tujuan dan sasaran kebijakan politik. Perencanaan lingkungan seharusnya memasukkan hal-hal sebagai berikut:

(12)

a. Identifikasi aspek-aspek lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan; b. Persyaratan-persyaratan legal;

c. Kebijakan lingkungan dan kriteria kinerja internal; d. Tujuan dan sasaran lingkungan;

e. Perencanaan dan program manajemen.

3. Pelaksanaan

Bila rumah sakit mengharapkan program lingkungannya berjalan dengan sukses, rumah sakit harus mengembangkan kemampuan untuk mendukung sistem manajemen lingkungan tersebut. Pelaksanaan sistem manajemen lingkungan rumah sakit harus mempertimbangkan hal-hal seperti sumber daya manusia dan biaya, menyinergikan dan mengintegrasikan sistem manajemen lingkungan ke dalam aktivitas rutin rumah sakit, sistem lingkungan manajemen rumah sakit harus mampu mempertanggungjawabkan dan dipertanggungjawabkan, kesadaran mengenai lingkungan dan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan, komunikasi, informasi dan pelaporan, pengendalian operasional dan persiapan cara penanganan darurat.

4. Pemeriksaan

Pengawasan dan pengukuran merupakan salah satu cara untuk mengukur kesuksesan dari kinerja lingkungan diorganisasi dan untuk membuat nyata sistem manajemen. Pemeriksaan manajemen merupakan hal yang penting sebab mencerminkan keterlibatan manajemen untuk sistem manajemen lingkungan.

(13)

5. Tindakan

Akhirnya sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah kerangka yang harus dikembangkan secara terus-menerus dalam suatu action. Secara periodik, rumah sakit harus menyiapkan dokumenpencatatan dan pelaporan sistem manajemen lingkungannya dengan faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kebijakan dan kegiatan lingkungan. Tindakan ini harus mencerminkan perbaikan berdasarkan hasil audit dan dokumen sistem manajemen lingkungan.

2.4 Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis) tidak menimbulkan kebakaran, dan sebagainya. Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (Siahaan, 2010).

Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit didalam pelaksanaan pengelolaan sampah setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, harus mengelola dan

(14)

mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan :

1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.

2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.

3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi. 4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan

perawatan dan kebersihan.

5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.

6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.

7. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.

8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.

9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor. Hal ini dilakukan agar sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat dikurangi sehingga dapat menghemat biaya operasional untuk pengelolaan sampah (Dekpes. RI, 2004).

(15)

Tietjen dan Bossemeyer (2004) mengatakan bahwa maksud pengelolaan sampah rumah sakit ialah :

1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan;

2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan; 3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya;

4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksin dan radioaktif) dengan aman.

2.4.1 Penanganan Awal

Penanganan awal untuk sampah rumah sakit sebagai berikut (Hapsari, 2010): 1. Pemisahan dan Pengurangan

Dalam pengembangan strategi pengelolaan limbah, alur limbah harus diidentifikasi dan dipilah-pilah dan reduksi volume limbah medis merupakan persyaratan keamanan yang penting untuk petugas pembuangan sampah, petugas emergensi, dan masyarakat. Dalam memilah dan mereduksi volume limbah hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah.

b) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus,dengan memisahkan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) dannon B3.

(16)

d) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari bebagai jenis limbahuntuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.

e) Pemisahan limbah berbahaya dari semua tempat penghasil adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam kantongatau kontainer yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan danpembuangan akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dalam penanganannya.

Ketentuan penanganan sampah rumah sakit (Danial, 2008): a. Tidak boleh penuh, kantong terisi 2/3 dan dibawa ke TPA.

b. Wadah kantong plastik diikat rapat dengan tali, diberi label dan dibuang dengan wadahnya.

c. Label bertulis tempat penghasil sampah.

d. Jangan mengeluarkan sampah dari wadahnya kegerobak sampah. 2. Penampungan

Sampah biasanya ditampung di tempat produksi di tempat produksi sampah untuk beberapa lama. Untuk itu setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Sampah sebaiknya tidak dibiarkan di tempat penampungan terlalu lama. Kadang-kadang sampah juga diangkut langsung ke tempat penampungan blok atau pemusnahan. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam (Depkes RI, 2004).

(17)

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara memisahkan wadah/ tempat sampah untuk setiap jenis limbah padat dengan menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna). Pewadahan atau penampungan sampah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan jenis wadah sesuai kategori sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :

(18)

Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Sampah Padat Sesuai Kategorinya

No Kategori Warna

Kontainer/kantong Plastik

Lambang Keterangan

1. Radioaktif Merah Kantong

boksimbale dengan simbol radioaktif 2. Sangat infeksius

Kuning Kantong plastik

kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf 3. Sampah infeksius Patologi dan anatomi

Kuning Kantong plastik

kuat dan anti bocor, atau kontainer

4. Sitotoksis Ungu Kontainer

plastik kuat dan anti bocor

5. Sampah Kimia dan Farmasi

Coklat - Kantong plastik

(19)

(Sumber : Depkes RI, 2004)

Tempat-tempat penampungan sampah hendaknya memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :

a. bahan tidak mudah karat ;

b. kedap air, terutama untuk menampung sampah basah ; c. bertutup rapat ;

d. mudah dibersihkan ;

e. mudah dikosongkan atau diangkut ; f. tidak menimbulkan bising ;

g. tahan terhadap benda tajam dan runcing.

(Sumber : Dalin Komite Medik Pengelolaan Sampah)

Gambar 2.1 : Tempat Sampah Rumah Sakit dibedakan Berdasarkan Jenis Kantong plastik pelapis dan bak sampah dapat digunakan untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan. Kantong plastik tersebut membantu membungkus sampah waktu pengangkutan sehingga mengurangi kontak langsung mikroba dengan manusia dan mengurangi bau, tidak terlihat sehingga memberi rasa estetis dan

Tempat Sampah Non Medis Tempat Sampah Medis

(20)

memudahkan pencucian bak sampah. Penggunaan kantong plastik bermanfaat untuk sampah laboratorium. Ketebalan plastik disesuaikan dengan jenis sampah yang dibungkus agar petugas pengumpul yang selanjutnya dilakukan pengangkutan sampah tidak cidera oleh benda tajam yang menonjol dari bungkus sampah (Hapsari, 2010).

2.4.2 Pengumpulan

Pengumpulan dilakukan setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah . Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman, sehingga memudahkan untuk dilakukannya penggumpulan (Depkes RI, 2004).

Tersedia tempat penampungan sampah non medis sementara yang tidak menjadi sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi dan dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam. Sedangkan untuk sampah medis bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya sakit kecil mungkin cukup dengan pencuci manual, tetapi untuk rumah sakit besar mungkin 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang (Depkes RI, 2004).

Hendaknya disediakan sarana untuk mencuci tempat penampungan sampah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Untuk rumah perlu disediakan alat cuci

(21)

mekanis. Pencucian ini sebaiknya dilakukan setiap pengosongan atau sebelum tampak kotor. Dengan menggunakan kantong pelapis dapat mengurangi frekuensi pencucian. Setelah dicuci sebaiknya dilakukan desinfeksi dan pemeriksaan bila terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti.

2.4.3 Pengangkutan

Sebelum pengangkutan perlu dilakukan pengumpulan sampah yang dimulai dari tempat sumber dimana tempat tersebut dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat angkut sampah. Sebelum sampai ketempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya tempat pembuangan sampah sementara. Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan efisien (Mukono, 2006).

Depkes RI (2002) menyatakan bahwa “Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke insinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong , dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. Pengangkutan biasanya dengan kereta,

(22)

sedang untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dengan menyediakan cerobong sampah atau lift pada tiap sudut bangunan” (dalam Hapsari, 2010).

Pengangkutan sampah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus. Kantong sampah sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. Kantong sampah juga harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang (Depkes. RI, 2004).

a. Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke insinerator, atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya:

1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

2) Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.

3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.

4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.

5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah.

b. Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (bisa digolongkan dalam sampah medis) dapat data tampungan bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.

(23)

Kereta adalah alat angkut yang umum digunakan dan dalam merencanakan pengangkutan perlu mempertimbangkan (Depkes. RI, 2004) :

a. Penyebaran tempat penampungan sampah b. jalur jalan dalam rumah sakit

c. jenis dan jumlah sampah

d. jumlah dan tenaga dan sarana yang tersedia

(Sumber : Dalin Komite Medik Pengelolaan Sampah) Gambar 2.2 : Pengangkutan Sampah menggunakan Kereta

Kereta pengangkut disarankan terpisah antara sampah medis dan non medis agar tidak kesulitan didalam pembuangan dan pemusnahannya. Kereta pengangkut hendaknya memenuhi syarat (Depkes. RI, 2004) :

a. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air ; b. Mudah dibersihkan ;

c. Mudah diisi dan dikosongkan.

(24)

(Sumber : Dalin Komite Medik Pengelolaan Sampah) Gambar 2.3 : Troley / Kereta Sampah

2. Cerobong Sampah/Lift

Sarana cerobong sampah biasanya tersedia di gedung modern bertingkat untuk efisiensi pengangkutan sampah dalam gedung. Namun penggunaan cerobong sampah ini banyak mengandung resiko, antara lain dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman, bahaya kebakaran, pencemaran udara, dan kesulitan lain, misalnya untuk pembersihannya dan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran. Karena itu bila menggunakan sarana tersebut perlu ada perhatian khusus antara lain dengan menggunakan kantong plastik yang kuat (Depkes. RI, 2004).

Untuk mengantisipasi proses pengangkutan yang tertunda, maka perlu diadakan tempat pengumpulan sampah sementara tetapi tidak melewati waktu yang telah ditentukan. Sarana ini harus disediakan dalam ukuran yang memadai dan dengan kondisi baik (tidak bocor, tertutup rapat, dan terkunci). Sarana ini bisa ditempatkan dalam atau di luar gedung. Konstruksi tempat pengumpul sampah sementara bisa dari dinding semen atau container logam dengan syarat tetap yaitu kedap air, mudah dibersihkan dan bertutup rapat. Ukuran hendaknya tidak terlalu

(25)

besar sehingga mudah dikosongkan, apabila jumlah sampah yang ditampung cukup banyak perlu menambah jumlah container (Depkes. RI, 2004).

2.4.4 Penanganan Akhir (Pembuangan dan Pemusnahan)

Dalam pengembangan strategi penanganan limbah, alur limbah harus diidentifikasikan dipilah-pilah, pemisahan limbah medis padat dan Limbah padat non medis pada tempat penghasil adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan dalam penanganan limbah medis padat yaitu masing-masing untuk penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dalam penanganannya (Muhajirin, 2001).

Benda-benda tajam sekali pakai (jarum suntik, jarum jahit, silet pisau skalpel) melakukan penanganan khusus karena benda-benda ini dapat melukai petugas kesehatan dan juga masyarakat sekitarnya jika sampah ini dibuang di tempat sampah umum (Tietjen dan Bossemeyer, 2004).

WHO (1999), Enkapsulasi dianjurkan sebagai cara termudah membuang benda-benda tajam. Benda tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan dan anti bocor. Sesudah ¾ penuh, bahan seperti semen, pasir atau bubuk plastik dimasukkan dalam wadah sampai penuh. Sesudah bahan-bahan menjadi padat dan kering, wadah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dapat dikuburkan. Bahan-bahan sisa kimia dapat dimasukkan bersama dengan benda-benda tajam (dalam Tietjen dan Bossemeyer, 2004).

(26)

Pembuangan dan pemusnahan sampah dapat ditempuh melalui dua alternatif yaitu (Maimunnah, 2002) :

1. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dilakukan terpisah dengan sampah non medis bila pengelola bersedia sehingga beban rumah sakit hanya memusnahkan sampah medis saja.

2. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis dijadikan satu dengan menggunakan incenerator atau dengan sanitary landfill (penimbunan sampah dalam tanah).

Dalam metode penanganan sampah sebelum dibuang untuk sampah yang berasal dari rumah sakit perlu mendapat perlakuan agar limbah infeksius dapat dibuang ke landfill yakni (dalam Siahaan, 2010):

a. Autoclaving

Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius. Limbah dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam volume sampahyang besar saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak terjadi dengan demikian tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan mikroorganisme lain yang bisa membahayakan penjamah sampah.

Kantong limbah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu diperlukan kantong autoclaving. Pada kantong ini terdapat indikator, seperti pita autoclave yang menunjukkan bahwa kantong telah mengalami perlakuan panas yang cukup.

(27)

Autoclave yang digunakan secara rutin untuk limbah biologis harus diuji minimal setahun sekali untuk menjamin hasil yang optimal.

b. Disinfeksi dengan Bahan Kimia

Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya terbatas penggunanya, misalnya digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh tumpahan dan mencuci kendaraan limbah. Limbah infeksius dengan jumlah kecil dapat didesinfeksi (membunuh mikroorganisme tapi tidak membunuh spora bakteri) dengan bahan kimia seperti hypochloite atau permanganate. Limbah dapat menyerap cairan disinfeksi sehingga akan menambah masalah penanganan

Pemusnahan sampah rumah sakit dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:

1. Insinerator

Insinerator bervariasi mulai dari yang sangat canggih bersuhu tinggi, sampai kepada unit dasar yang beroperasi dengan suhu lebih rendah. Semua jenis incinerator dapat membunuh mikroorganisme dalam sampah menjadi abu, jika dikerjakan dengan benar (Tietjen dan Bossemeyer, 2004).

(28)

(Sumber : Dalin Komite Medik Pengelolaan Sampah) Gambar 2.4 : Pemusnahan Sampah menggunakan Insinerator

Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk memusnahkan sampah dengan membakar sampah tersebut dalam satu tungku pada suhu 1500-18000F dan dapat mengurangi sampah 70 % (Arifin, 2011).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila insinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi insinerator dari bahaya kebakaran (Depkes RI, 2002).

Keuntungan menggunakan insinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah, sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclone (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari insinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai (Depkes RI, 2002).

(29)

2. Autoclave

(Sumber : Dalin Komite Medik Pengelolaan Sampah)

Gambar 2.5 : Proses Pemusnahan Sampah Menggunakan Autoclave Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius. Limbah dipanasi dengan uap di bawah tekanan. Namun dalam 29 olumen yang besar saat dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak terjadi dengan demikian tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan mikroorganisme lain yang bisa membahayakan penjamah limbah (Arifin, 2011).

Chandra (2007) pemusnahan sampah medis juga dapat dilakukan dengan cara sanitary landfill yang terlebih dahulu dilakukan pemilihan lokasi penguburan.

a. Lokasi Penguburan

(Sumber : IIlmu Sipil) Gambar 2.6: Lokasi Penguburan

(30)

Khusus untuk limbah medis, seperti plasenta atau sisa potongan anggota tubuh dari ruang operasi atau otopsi yang mudah membusuk, perlu segera dikubur.

b. Sanitary Landfill

(Sumber : IIlmu Sipil) Gambar 2.7 : Sanitary Landfill

Pembuangan sampah medis dapat juga dibuang ke lokasi pembuangan sampah akhir dengan menggunakan cara sanitary landfill. Sampah medis terlebih dahulu dilakukan sterilialisasi atau disinfeksi kemudian dibuang dan dipadatkan ditutup dengan lapisan tanah setiap akhir hari kerja.

2.5 Petugas Pengelola Sampah

Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan faktor keselamatan sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, dan menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit (Siahaan, 2010).

(31)

1. Sampah dari setiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemilahan sampah medis dan non-medis, sedangkan ruangan lain bisa dilakukan oleh tenaga kebersihan.

2. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi.

3. Pengawas pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri :

a) Topi/helm; b) Masker;

c) Pelindung mata;

d) Pakaian panjang (coverall); e) Apron untuk industri;

f) Pelindung kaki/sepatu boot; dan

g) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif tehadap masyarakat dan lingkungannya. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut dapat

(32)

berupa pengaruh terhadap kesehatan, pengaruh terhadap lingkungan, pengaruh terhadap rumah sakit itu sendiri (Siahaan, 2010).

2.6.1 Pengaruh Terhadap Kesehatan Masyarakat

1. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit seperti lalat dan tikus.

2. Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik dan bahan tajam lainnya.

3. Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas ataupun genangan air.

4. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Utama, 2006).

2.6.2 Pengaruh Terhadap Lingkungan

1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.

2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan mengjhasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

(33)

3. Adanya partikel debu yang beterbangan akan menganggu pernapasan, menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan makanan rumah sakit.

4. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan menganggu pernapasan, penglihatan, dan penurunan kualitas udara. 2.6.3 Pengaruh Terhadap Rumah Sakit

1. Keadaan lingkungan rumah sakit yang tidak saniter akan menurunkan hasrat pasien berobat di rumah sakit tersebut.

2. Keadaan estetika lingkungan yang lebih saniter akan menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit.

3. Keadaan lingkungan yang saniter mencerminkan mutu pelayanan dalam rumah sakit yang semakin meningkat.

(34)

2.7 Kerangka Berfikir 2.7.1 Kerangka Teori Dibuang ke TPA Dibuat Kompos Biogas Dibakar Dikumpulkan dalam wadah terpisah Sisa Makanan Sampah Umum SAMPAH BASAH Darah, duh tubuh lain,

jaringan, plasenta, bagian janin, set

transfuse SAMPAH KERING

Jarum, kapas, kasa, pembalut, vial, pisau,

skalpel, dan semprit

Abu (berisi gelas dan benda-benda tidak terbakar)

ditanam dalam lubang dalam dan tertutup

Dibuang dalam lubang dalam dan tertutup Dibakar dalam incinerator Di Rumah Sakit dikumpulkan dalam wadah terpisah

Sampah Non Medis Sampah Medis

Sistem Pengelolaan Sampah Manajemen Lingkungan RS RS Teknis Operasional Aspek Kelembagaan Hukum dan UU Peran Serta Masyarakat Aspek Pembiayaan

(35)

2.7.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel yang diteliti (Independen)

Sistem pengelolaan sampah medis dan non medis mencakup : a. Penanganan Awal

b. Pengumpulan c. Pengangkutan d. Penanganan Akhir e. APD

= Variabel terikat (Dependen)

Gambaran Pengelolaan Sampah Medis dan Non Medis.

Gambaran Pengelolaan Sampah Medisdan Non Medis Penanganan Awal Pengelolaan Sampah Pengumpulan Pengangkutan Penanganan Akhir APD

Gambar

Tabel 2.1. Sumber Sampah Menurut Jenisnya
Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Sampah Padat Sesuai Kategorinya
Gambar 2.1 : Tempat Sampah Rumah Sakit dibedakan Berdasarkan Jenis  Kantong plastik pelapis dan bak sampah dapat digunakan untuk memudahkan  pengosongan  dan  pengangkutan
Gambar 2.5 : Proses Pemusnahan Sampah Menggunakan Autoclave  Autoclaving  sering  dilakukan  untuk  perlakuan  limbah  infeksius

Referensi

Dokumen terkait

Komponen awareness memiliki 5 indikator yaitu subjek penelitian memikirkan kembali tentang apa yang diketahu i dari masalah kalkulus yang diberikan (A1),

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang

Dari tingkat kepentingan atau harapan pelanggan terhadap dimensi kualitas jasa yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan harus mengutamakan atribut yang memiliki

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) mata diklat program produktif di SMK Negeri 1 Petang adalah (1) Keterlambatan dana pelaksanaan

Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat

Disini menggunakan tolak ukur kriminalisasi yang dikemukakan sudarto sebagai tolak ukur efektifitas penerapan sanksi pidana pada tindak pelanggaran Rahasia Dagang

Pemberian limbah dari pembuatan tepung ubi jalar ungu dari taraf 2,5% sampai 10% dapat meningkatkan konsumsi ransum dan tidak berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan ransum

Konsep penyembunyian pesan dalam bentuk stego-teks relatif cukup sederhana, sehingga memungkinkan untuk membuat suatu pembangkit stego-teks otomatis yang dapat