• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENGEMBANGKANKEMAMPUANKOGNITIFANAKMELALUIMEDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENGEMBANGKANKEMAMPUANKOGNITIFANAKMELALUIMEDIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN GURU

MENGEMBANGKANKEMAMPUANKOGNITIF

PUZZLEPADA KELOMPOK B TK MEKAR LAKANAHA KECAMATAN WADAGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURNAL

PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

MENGEMBANGKANKEMAMPUANKOGNITIF

KELOMPOK B TK MEKAR LAKANAHA KECAMATAN WADAGA

KABUPATEN MUNA BARAT

OLEH

SITI NURMAIDA

A1B6 11044

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

MENGEMBANGKANKEMAMPUANKOGNITIFANAKMELALUIMEDIA

KELOMPOK B TK MEKAR LAKANAHA KECAMATAN WADAGA

KABUPATEN MUNA BARAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAKMELALUI MEDIA PUZZLE PADA KELOMPOK B TK MEKAR LAKANAHA KECAMATAN WADAGA

KABUPATEN MUNA BARAT SITI NURMAIDA

PG-PAUD FKIP UNIVERSITAS HALU OLEO. Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari Tlp. (0401) 390607. Fax (0401) 395214

Abstarak: “Mengembangkan Kognitif Anak Melalui Media Puzzle Pada Anak Kelompok B Tk Mekar Lakanaha Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat. Pembimbing: 1) Ibu Dorce Banne Pabunga,2) Bapak Mansyur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media pazzle pada Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kecamatan Wadaga Kab. Muna Barat. Subjek penelitian ini adalah peneliti dan anak kelompok B Tk Mekar Lakanaha Kecamatan.Wadaga Kabupaten Muna Barat tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah anak sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 13 orang anak perempuan.Pelaksanaan tindakan mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas. sebagai berikut ; 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan dan observasi; 3) evaluasi; 4) refleksi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diambil dengan menggunakan lembar observasi sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes siklus.Berdasarkan analisis data hasil pengamatan aktifitas guru diperoleh presentase keterlaksanaan pada siklus I dari 88,9% sedangkan pada presentase siklus II menjadi 94,4%. Hasil analisis data dari pengamatan aktivitas anak diperoleh presentase keterlaksanaan pada siklus I dari 88,2% sedangkan presentase keterlaksanaan pada siklus II yaitu 94,1%. Pada tahap observasi dari 22 orang anak hanya 8 orang anak yang tuntas denganpresentase ketuntasan 36% dengan rata-rata memperoleh nilai 2,5 dengan ketuntasan Berkembang Siklus I mengalami peningkatan yaitu dari 22 orang anak hanya 15 tuntas dengan presentase ketuntasan 68% dengan rata-rata 3 mencapai nilai ketuntasan Berkembang Sesuai Harapan. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 22 orang anak hanya 20 tuntas dengan presentase ketuntasan 95% dengan rata-rata nilai 4 Berkembang Sangat Baik, dan mencapai ketuntasan maksimal 75%.Hasil belajar anak pada siklus II telah mencapai ketuntasan maksimal yaitu 75%, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle dapat mengembangkan kognitif anak di TK Mekar Lakanaha Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat.

Abstrack: Siti Nurmaida, 2015. "Children's Cognitive Development through Media Puzzle in Children Group B Mekar Kindergarten Lakanaha Wadaga District of West Muna. First Adviser by: Mrs. Dorce Banne Pabunga, and the second adviser by Mr. Mansur. The purpose of this study was to develop of the cognitive abilities of children through the media pazzle in group B Mekar Kindergarten Wadaga district Lakanaha West Muna. The subjects were researchers and children in group B Mekar Kindergarten in academic year 2015/2016 the number of children 22 people, consist of 9 boys and 13 girls. The Implementation of the action following by the procedure of classroom action research. as follows; 1) planning; 2) implementation of actions and observations; 3) evaluation; 4) reflection. This research is a classroom action research. The data obtained in this study is qualitative data and quantitative data. The qualitative data were taken using observation sheet while quantitative data obtained through test cycles. Based on the analysis of observation data obtained by the percentage activities of teachers in the first cycle of 88.9% and the percentage of the second cycle to 94.4%. The results of data analysis obtained by observations of child's activity on the first cycle planning percentage of 88.2%, and the percentage of feasibility in the second cycle to 94.1%. At this stage of observation from 22 children only 8 children who complete the completeness percentage of 36% with an average of 2.5 value of completeness of development first cycle from 22 children only 15 finished with a percentage of 68% and its mean of completeness 3 average to value of completeness development accordance expected. In the second cycle from 22 children, only 20 completed the completeness percentage of 95% with an average of 4 development Excellent value, and achieve mastery maximum of 75%. The results of children's learning in the second cycle has reached the maximum that is 75%, it can be concluded that the media puzzle can develop of children's cognitive in Mekar Kindergarten Wadaga District of West Muna.

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berada di jalur pendidikan yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4-6 tahun yang merupakan masa peka yang penting bagi anak untuk mendapatkan pendidikan lebih lanjut (Direktorat PAUD, 2004: 8). Menjelaskan bahwa Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk layanan pendidikan formal yang ditunjukan bagi anak usia 4 - 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar. Taman Kanak-kanak bertujuan untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku,

pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Adenan (1989: 9) menyatakan bahwa puzzle dan permainan adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil.

Perkembangan kognitif meliputi kemampuan berpikir anak dalam mengolah perolehan belajar, menemukan berbagai

alternatif pemecahan masalah,

mengembangkan kemampuan logika

matematika dan pengetahuan tentang ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan mengelompokkan dan mempersiapkan pengembangan kemampuan berfikir teliti. Kemampuan anak dalam menyusun kepingan – kepingan puzzle juga termasuk dalam perkembangan kognitif. Media puzzle merupakan permainan menyusun kepingan gambar sehingga menjadi sebuah gambar yang utuh. Media puzzle sangat sering digunakan di Taman Kanak-kanak karena media puzzle adalah salah satu bentuk permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif. Dengan puzzle, anak belajar memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah. Tentunya bentuk puzzle yang digunakan lebih beragam dan mempunyai warna yang lebih mencolok. Memasang kepingan puzzle berarti mengingat gambar yang utuh, kemudian menyusun komponennya menjadi sebuah gambar benda.

(4)

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi anak didik Kelompok B TK Mekar Lakanaha agar dapat menstimulasi atau merangsang otak anak sehingga memiliki pola berpikir, daya nalar, motivasi, kreativitas, inovasi serta kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sosial bersamateman sebayanya atau dalam kehidupan sehari-hari,

2. Bagi guru Kelompok B TK Mekar Lakanaha: sebagai tambahan pengetahuan keprofesian yang selalu dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi atas teori dan media pembelajaran bagi anak usia dini di taman kanak-kanak serta bahan ajar yang dapat dikembangkan dan dipakai dalam kegiatan belajar sambil bermain bagi anak didik terutama dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak.

3. Bagi lembaga TK Mekar Lakanaha: diharapkan dari hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan masukan dalam menyusun langkah-langkah yang lebih kongkret dan dalam penyusunan rencana pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di taman kanak-kanak, khususnya dengan menggunakan media puzzle.

4. Bagi peneliti: dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan rujukan atau kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan kognitif

anak melalui media puzzle, di taman kanak-kanak.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada TK Mekar Lakanaha kec.Wadaga Kab.Muna Barat waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2015 sampai dengan 9 November 2015

Jenis penelitian ini termaksud dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yakni adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dimana pengertian PTK Menurut Hopkis (1993), dalam Ekawarna

(2013:5)yaitu penelitian yang

mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan menurut (Rapoport, 1970) dalam Ekawarna (2013:5) PTK adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasai darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. Subjek Penelitian

Subjek dalam rencana penelitian ini adalah guru dan anak didik kelompok B TK Mekar Lakanaha KecamatanWadaga Kab. Muna Barat yang berjumlah 23 orang yaitu 9 orang anak laki-laki dan 14 orang anak perempuan

(5)

faktor yang akan diteliti dan diamati dalam penelitian ini yaitu faktor anak dan faktor guru:

1. Faktor anak didik, melihat aktifitas anak selama mengikuti proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui media puzzle pada kelompok B TK Mekar Lakanaha kec. Wadaga Kab. Muna Barat. Pengembngan kognitif bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anak dalam menghadapi pembelajaran yang susah untuk dipahami dengan cara yang tidak membosankan, mengembangkan kognitif anak dapat dikembangkan dengan berbagai cara seperti menyebutkan nama gambar puzzle,warna-warna yang ada pada gambar puzzle, menyebutkan ciri-ciri binatang yang ada dalam gambar puzzle sesuai dengan tema. 2. Faktor guru, untuk melihat bagaimana guru

menggunakan media puzzle untuk mengembangkan kognitif anak pada kelompok B Tk Mekar Lakanaha Kecamatan Wadaga Kab. Muna Barat.

Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus memuat empat kali pertemuan. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2009 : 16) dalam (Dimyati, 2013 : 122) bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahap yang dilalui, yakni a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) pengamatan/observasi dan d) refleksi. Adapun

model penelitian tahapan penelitian tindakan kelas ini dapat diliat pada gambar dibawah ini: Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelompok Model Suharsimi Arikunto (dalam Johni Dimyati, 2013: 122)

Suharsimi Arikunto (dalam Johni Dimyati, 2013:123) memberi penjelasan bahwa para ahli mengemukakan model penelitian tindakan pada garis besarnya terdapat empat tahapan

yang lazim di lalui yakni:

Perencanaan;Pelaksanaan;Pengamatan atau Observasi; serta Refleksi.

Tiap siklus yang diteliti sesuai perubahan yang ingin dicapai sesuai yang telah didesain dalam faktor yang telah diselidiki. Sebagai kegiatan awal maka terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif anak.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut yaitu:

1. Perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini:

a. Membuat rencana kegiatan harian (RKH); b. Membuat lembar observasi baik untuk

guru maupun anak untuk melihat bagaiman kondisi dan proses belajar di Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat;

c. Menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan di kelas;

d. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah proses belajar dengan menggunakan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak; 2. Pelaksanaan tindakan kegiatan yang

(6)

melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat;

3. Pengamatan atau Observasi, pada tahap ini dilaksanakan terhadap pelaksanaan tindakan yaitu berkolaborasi atau bekerjasama dengan salah seorang guru di TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat;

4. Refleksi, hal yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini kelemahan-kelemahan atau keterangan-keterangan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam suatu siklus yang akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya atau pada siklus berikutnya.

Data dan Sumber Data Data

Data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif digunakan untuk menghimpun data tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru. Data kualitatif diperoleh melalui lembar

observasi,wawancara,cacatan lapangan dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik yang terdaftar genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 22 orang anak yang terdiri atas 9 orang laki-laki dan 13 orang anak perempuan kelompok B TK Mekar Lakanaha Kecamatan Wadaga Kab.Muna Barat.

Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, bahkan

merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik dalam proses pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.

1. mengamati perilaku anak. Selain itu observasi juga diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejalah yang tampak pada objek penelitian. 2. Wawancara dapat dilakukan dengan cara

melakukan percakapan atau tanya jawab dengan orang lain atau responden yang berhubungan dengan penelitian.

3. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Teknik Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik penilaan di TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat yaitu dengan menggunakan tanda sebagai berikut: * = belum berkembang (BB), ** = mulai berkembag (MB), *** = berkembang sesuai harapan (BSH), **** = berkembang dengan baik (BSB) (Depdiknas, 2004). Data-data yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan memberi tanda cheklist yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan dengan mengacu pada indikator penilaian. Selanjutnya untuk mengetahui pengembangan kognitif anak melalui media puzzle sebelum dilakukan beberapa tahap penganalisisan data-data yang

(7)

diperoleh. Adapun langkah-langkah tersebut adalah:

1. dari pelaksanaan tindakan dilakukan Pengamatan/Observasi pada anak yaitu pemberian tanda cheklist pada simbol bintang satu atau BB = Belum Berkembang, (Jika anak belum menunjukkan adanya mengembangan kemampuan kognitif melalui media puzzle meskipun sudah dibimbing oleh guru), bintang dua atau MB = Mulai Berkembang, (Jika anak menunjukkan adanya peningkatan mengembangan kemampuan kognitif melalui media puzzle dengan bimbingan secara langsung atau masih dibimbing dari awal sampai akhir), bintang tiga atau BSH = Berkembang Sesuai Harapan (Jika anak telah menunjukkan adanya peningkatanpengembangan kemampuan kognitif melalui media puzzle tetapi masih perlu dibimbing oleh guru namun tidak secara langsung), bintang empat atau BSB = Berkembang Sangat Baik (Jika anak menunjukkan adanya mengembangan kemampuan kognitif melalui metode media puzzle tanpa dibimbing oleh guru). Beberapa bentuk penilaian tersebut hal ini berdasarkan pada beberapa indikator sebagai acuan penilaian. 2. Peneliti menjumlahkan atau menghitung

beberapa anak yang memperoleh nilai simbol bintang satu, dua, tiga, dan empat selama mengikuti kegiatan pembelajaran, setelah diketahui jumlah secara keseluruhan maka diberi skor untuk masing-masing simbol bintang tersebut. Adapun nilai BSB

= skor 4, nilai BSH = skor 3, nilai MB = skor 2, dan nilai BB = skor 1.

3. Dilakukan perhitungan konversi bobot nilai berdasarkan jumlah nilai perolehan nilai bintang satu, dua, tiga, dan empat yang telah dicapai masing-masing anak pada setiap siklus tindakan. Dengan menggunakan formulasi perhitungan sebagai berikut:

4. Selanjutnya dari formulasi nilai tersebut, maka dikonversi kembali ke nilai kualitatif dan hal ini merupakan nilai akhir dari yang akan diperoleh masing-masing anak untuk setiap akhir pelaksanaan siklus dalam kegiatan pembelajaran khususnya mengembangan kemampuan kognitif melalui media puzzle. Berikut ini formulasi perhitungan yang digunakan:

a. Nilai BSB: Jika hasil hitungan akhir antara 3,50 - 4,00

b. Nilai BSH: Jika hasil hitungan akhir antara 2,50 – 3,49

c. Nilai MB : Jika hasil hitungan akhir antara 1,50 – 2,49

d. Nilai BB : Jika hasil hitungan akhir antara 0,01 – 1,49

5. Untuk mengetahui ketercapaian peningkatan kemampuan berbahasa anak yaitu dengan menghitung banyaknya anak yang memperoleh nilai konversi 2,50 dan 4,00 atau jumlah anak yang memperoleh nilai akhir BSB (Berkembang Sangat Baik) dan BSH (Berkembang Sesuai Harapan), hal ini dapat dilakukan sebagai acuan apakah penelitian yang dilakukan sudah dikatakan tercapai atau masih akan dilanjutkan pada

(8)

tahapan selanjutnya. Formulasi perhitungan yang akan digunakan dalam hal ini adalah: 6. Hasil perhitungan tersebut disesuaikan

dengan indikator kinerja yang ditetapkan selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan apakah penelitian yang dilaksanakan dipandang telah diselesaikan atau dilanjutkan pada tahapan selanjutnya. Untuk dapat mengetahui hasil dari

keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan indikator kinerja sebagai berikut; indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila 75% dari jumlah anak kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat mencapai nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) maka pelaksanaannya dikatakan berhasil dan tindakan siklus dihentikan.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kegiatan Sebelum Tindakan Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat yaitu pada tanggal 18 Agustus 2015 dengan maksud untuk menyampaikan maksud dari peneliti yaitu mengadakan penelitian di Tk Mekar Lakanaha dengan judul Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Puzzle pada Anak Kelompok B, dengan respon yang baik kepala sekolah TK Mekar Lakanaha menerima tujuan peneliti serta melanjutkan diskusi tentang waktu dan kesiapan guru Tk Mekar Lakanaha kelompok B sebagai observer.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian disetiap siklus adalah data aktivitas anak, baik berupa data aktivitas anak maupun aktivitas guru dalam proses belajar dan mengajar. Tahap penelitian yang dilakukan ada tiga siklus setiap siklus terdiri atas atas enam rangkaian kegiatan harian (RKH). Pada siklus I terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 1) perencanaan, dalam perencanaan ini yang akan di persiapkan adalah membuat rencana kegiatan harian (RKH); membuat lembar observasi baik untuk guru maupun anak untuk melihat bagaiman kondisi dan proses belajar di Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat; menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan di kelas; mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah proses belajar dengan menggunakan media puzzle dapat meningkatkan kognitif anak. 2) pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat; 3) pengamatan atau observasi, pada tahap ini dilaksanakan terhadap pelaksanaan tindakan yaitu bekerjasama dengan salah seorang guru di TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat; 4) refleksi, hal yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini kelemahan-kelemahan atau keterangan-keterangan yang terjadi pada setiap pertemuan dalam suatu siklus yang akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya atau pada siklus berikutnya.

Pada siklus II mengacu pada data hasil temuan observasi, evaluasi dan refleksi pada tahap kegiatan siklus I. 1) perencanaan, pada

(9)

tindakan ini peneliti kembali menyiapkan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran, seperti: membuat skenario pembelajaran berupa rencana kegiatan harian (RKH) untuk siklus II pada pertemuan ke satu sampai dengan pertemuan ke enam, yang mengacu pada pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle; menyiapkan media puzzle; membuat lembar observasi aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran; menyediakan alat evaluasi untuk siklus II. 2) pelaksanaan, pada tahap ini tindakan penelitian dilaksanakan di Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat, anak telah siap belajar dengan guru yaitu mengembangkan kognitif anak melalui media puzzle yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah perencanaan awal, selanjutnya peneliti yang bekerjasama dengan guru Kelompok Buntuk melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan. Pada pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan skenario pembelajaran sesuai rencana kegiatan harian (RKH) yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. 3) pengamatan atau observasi, observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dibuat. Observasi dilakukan oleh guru Kelompok B TK Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat yang bertindak sebagai observer terhadap aktivitas guru sesuai dengan lembar observasi aktivitas mengajar guru yang telah dipersiapkan dengan menuliskan “ya” jika indikator yang diamati tercapai dan “tidak” jika indikator yang diamati tidak

tercapai dan memberi catatan komentar atau keterangan. Demikian pula untuk aktivitas belajar anak selama proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi dan dilanjutkan dengan wawancara singkat dengan guru Kelompok B di TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat yaitu untuk mengetahui pengembangan kognitif anak dan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa pengembangan kognitif anak pada Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat masih sangat rendah yaitu berada pada taraf mulai berkembang (MB) atau dengan simbol nilai bintang (**).

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi tersebut, maka peneliti berusaha merancang suatu media yang menarik dan menyenangkan bagi anak untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle. Setelah itu, peneliti bersama guru Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat sepakat untuk bekerjasama dan menjadi patner dalam kegiatan penelitian ini. Selanjutnya, peneliti menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM) yang kemudian dijabarkan menjadi rencana kegiatan harian (RKH), didalamnya memuat waktu pelaksanaan kegiatan, indikator, kegiatan pembelajaran, media, dan evaluasi. Penelitian ini sesuai dengan jadwal yang telah disusun sebelumnya, yaitu dilaksanakan sebanyak dua siklus kegiatan pembelajaran, yang masing-masing siklus terdiri dari enam kali pertemuan

(10)

dengan indikator meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle. Untuk membuktikan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat peneliti mengamati secara langsung pengembangan gognitif anak sebelum dilaksanakan tindakan penelitian.

Berdasarkan hasil analisis guru sesuai dengan lembar observasi yang terdapat pada lampiran (3 hal 77) menunjukkan bahwa rata-rata perolehan nilai anak mencapai 0,8 – 2,25 atau berada pada taraf kategori mulai berkembang (MB) atau dengan simbol nilai bintang (**). Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, selanjutnya dilakukan analisis keberhasilan secara klasikal untuk penilaian awal kegiatan pembelajaran sebelum dilaksanakan kegiatan mengembngkan gognitif anak melalui media puzzle pada Kelompok BTK Mekar Lakana Kec. Wadaga Kab. Muna Barat . Presentase nilai klasikal pada observasi awal dalam mengembangkan kemampuan gognitif anak melalui media puzzle pada Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat mencapai ketuntasan 36% dan 63% yang belum mencapai ketuntasan. Data hasil perhitungan tersebut, dapat diasumsikan bahwa secara klasikal saat terakhi penilaian, rata-rata anak memiliki perolehan nilai bintang (**) atau mulai berkembang (MB) yang diperoleh 10 orang anak atau sebesar 45,46%, dengan kata lain sebagian besar anak belum mampu memenuhi target ketercapaian dalam indikator kinerja kegiatan penilaian sehingga hal ini perlu diberikan bantuan secara langsung dan

bimbingan secara menyeluruh pada kegiatan tersebut. Tampak dalam penelitian ada 8 orang anak memperoleh nilai bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase sebesar 36,36% dan 2 orang anak yang memperoleh nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik (BSB) dengan persentase sebesar 9,09%, namun terdapat 2 orang anak yang memperoleh nilai bintang (*) atau belum berkembang (BB) dengan persentase sebesar 9,09%. Dengan demikian, Peneliti akan merumuskan kembali dengan guru Kelompok Buntuk menerapkan kegiatan pembelajaran dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif melalui media puzzle pada tindakan siklus I.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Kegiatan yang dilakukanolehpeneliti pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Masing-masing tahapan ini diuraikan sebagai berikut:

Perencanaan

Setelah ditetapkan dan disepakati untuk menggunakan media puzzle pada kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak, maka kegiatan selanjutnya peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan. Dalam persiapan ini, peneliti berkonsultasi dengan guru Kelompok B sebagai observerTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat sebagai observer pada penelitian ini. Selanjutnya, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) membuat skenario pembelajaran berupa rencana kegiatan harian

(11)

(RKH) untuk siklus I pada pertemuan ke satu sampai dengan pertemuan ke enam, yang mengacu pada pembelajaran meningkatkan pengembangan kognitif anak melalui media puzzle 2) menyiapkan media gambar puzzle; 3) membuat lembar observasi aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran; 4) menyediakan alat evaluasi untuk siklus I. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan penelitian ini di lakukan di ruang Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat, anak telah siap belajar dengan guru yaitu mengembangkan kognitif anak melalui media puzzle yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah perencanaan awal, selanjutnya peneliti yang bekerjasama dengan guru Kelompok Buntuk melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan.

Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakanatau skenario pembelajaran sesuai RKH (Tema/Tema Spesifik: Binatang/Kupu-kupu ), yaitu sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, didahului dengan berbaris di depan kelas yang dipimpin oleh guru. Pada saat berbaris anak diatur dengan rapi dan setelah itu masuk ke dalam ruangan dengan tertib sambil mencium tangan ibu guru. Selanjutnya guru mengatur tempat duduk anak dan setelah rapi guru mengucapkan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu anak yang di tuntun oleh guru.

Pada kegiatan inti dalam proses pembelajaran dimulai dengan penjelasan guru terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dikerjakan pada hari ini, adapun kegiatan yang akan dilakukan oleh anak adalah anak dituntun

untuk menggunakan media puzzle gambar sesuai dengan tema, menyebutkan nama gambar yang ada dalam gambar media puzzle, menyebutkan nama-nama binatang/hewan yang hidup diair dan didarat di antaranya yaitu kupu-kupu,, menggunting pola gambar sesuai dengan tema binatang/kupu-kupu, mewarnai gambar kupu-kupu.

Pada kegiatan akhir, guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Guru bertanya kepada setiap anak apa hikmah yang terkandung dalampembelajaran, setelah itu bernyanyi beberapa lagu yang mengacu pada doa pulang, berdoa dan mengucapkan salam.

Pengamatan atau Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat kemampuan kognitif anak melalui media puzzle sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dibuat. Observasi dilakukan oleh guru Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat yang bertindak sebagai observer terhadap aktivitas guru sesuai dengan lembar observasi aktivitas mengajar guru yang telah dipersiapkan dengan menuliskan “ya” jika indikator yang diamati tercapai dan “tidak” jika indikator yang diamati tidak tercapai dan memberi catatan komentar atau keterangan. Demikian pula untuk aktivitas belajar anak selama proses belajar mengajar berlangsung.

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru pada Siklus I

Observasi terhadap guru meliputi mempersiapkan anak untuk mulai belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan media, memotivasi anak, dan

(12)

mengawasi serta membimbing anak selama proses pembelajaran, dan memberikan pesan-pesan atau hikmah yang terkandung dalam pembelajaran.

Hasil analisis observasi guru sesuai dengan lembar observasi sebanyak 18 aspek yang diamati harus dicapai oleh guru. Pada siklus I skor yang dicapai oleh guru dari 18 aspek hanya 16 aspek (88,9%) diantaranya: 1) guru memimpin anak berbaris di depan kelas; 2) guru mempersiapkan anak masuk kelas ; 3) guru mengucapkan salam; 4) guru membimbing anak untuk berdoa sebelum memulai pelajaran; 5) guru mempersiapkan anak untuk belajar; 6) guru memotivasi anak untuk rajin belajar; 7) guru menyiapkan media puzzle; 8) guru menyampaikan materi tentang media puzzle; 9) guru menggunakan media puzzle sesuai dengan tema; 10) guru menyampaikan tujuan pembelajaran; 11) guru menugaskan anak untuk mewarnai gambar; 12) guru memotivasi anak untuk rajin belajar dengan menggunakan media puzzle; 13) guru menugaskan anak untuk menyusun kepingan puzzle gambar sesuai dengan bentuk semula; 14) guru mengajukan pertanyaan dengan menyuruh anak untuk menyebutkan kembali nama binatang yang ada di media puzzle; 15) guru menanyakan kepada anak tentang apa yang dipelajari hari ini; dan 16) guru memberikan kesimpulan dan pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah pembelajaran. Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 2 aspek (11,1%) diantaranya: 1) guru tidak menciptakan suasana hangat dalam belajar; dan 2) guru tidak meminta anak untuk

bertanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Anak Observai terhadap anak meliputi keterlibatan anak dalam selama proses pembelajaran pada siklus I meliputi mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memahami pembelajaran dengan menggunakan guru dengan tertib, anak melakukan tanya jawab dengan guru tentang media puzzle, dan mendengarkan kesimpulan dan pesan-pesan yang terkandung dalam suatu pembelajaran.

Adapun skor observasi anak yang dicapai berdasarkan lembar observasi pada siklus I sebanyak 17 aspek yang diamati diharapkan tercapai, namun yang tercapai sebanyak 15 aspek (88,2%)diantaranya: 1) anak berbaris dengan rapi di depan kelas; 2) . Anak masuk dalam kelas dengan tertib ; 3) Anak menjawab salam dan berdoa; 4) Anak dipersiapkan untuk belajar; 5) Anak mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran; 6) Mendengarkan nasehat yang disampaikan guru; 7) Memperhatikan guru saat memperkenalkan media puzzle; 8) Mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, berkaitan dengan media puzzle; 9) Anak memperhatikan media puzzle yang diperlihatkan oleh guru; 10) Anak mendengarkan guru dengan tenang; 11) Anak dapat mengerti pembelajaran dengan menggunakan media puzzle; 12) Anak dapat menyusun puzzle dengan baik dan benar; 13) Anak dapat belajar dengan menggunakan media puzzle dengan rajin; 14 Anak dapat

(13)

mengingat pembelajaran dengan menngunakan media puzzle; 15 Anak mendapatkan bimbingan dari guru dalam menyusun kepingan puzzle; 16) Melakukan tanya jawab dengan guru tentang media puzzle; 17) Mendengarkan nasehat-nasehat dan kesimpulan dari suatu pembelajaran yang berkaitan dengan media pembelajaran yang sesuai dengan tema. Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 2 aspek (11,8%)diantaranya: 1) anak masuk dalam kelas dengan tertib; dan 2) anak mendapatkan bimbingan dari guru dalam menggunakan media puzzle. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Hasil Analisis Aktivitas Belajar Anak Siklus I

setelah pembelajaran berlanjut pada siklus I Peneliti yang bekerjasama dengan guru Kelompok B melakukan evaluasi atau penilaian pada akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif anak anak setelah menggunakan media puzzle Evaluasi dilakukan secara individu, karena dengan cara ini peneliti bisa melihat kemampuan kognitif anak atas tindakan yang diberikan. Dalam pencapaian keberhasilan, anak dikelompokkan dalam empat kategori yaitu berkembang sangan baik (BSB), berkembang sesuai harapan (BSH), mulai berkembang (MB), dan belum berkembang (BB).Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 2, menunjukan presentase ketuntasan hasil belajar anak pada siklus I mencapai 68,18% dan 31,18 yang belum mencapai ketuntasan terlihat bahwa secara klasikal kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif

anak melalui media puzzle pada Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat pada tahap evaluasi siklus I, rata-rata anak memperoleh nilai bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase 54,4% yaitu 12 orang anak dari 22 orang anak secara keseluruhan. Nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik (BSB) dengan persentase 13,6% yaitu diperoleh 3 orang anak, untuk nilai bintang (**) atau mulai berkembang (MB) dengan persentase 23% yaitu diperoleh 5 orang anak, sedangkan untuk nilai bintang (*) atau belum berkembang (BB) dengan persentase 19% yaitu diperoleh 2 o rang anak. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, sebagian besar anak dapat melaksanakan kegiatan dengan baik namun belum mencapai indikator kinerja yaitu 75% jika anak memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH) dan berkembang sangat baik (BSB).

Dari perolehan nilai anak yang ditampilkan pada tabel 2, dapat dinyatakan bahwa dalam kegiatan meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle pada Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat secara klasikal pada siklus I mencapai tingkat keberhasilansebesar 68% (lampiran 5)yang dicapai oleh 15 orang anak, dimana 3 orang anak memperoleh nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik (BSB) dengan persentase 15% dan 12 orang anak memperoleh nilai bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH) dengan persentase 60%. Hal ini tentu saja akan dihubungkan dengan indikator kinerja yang ditetapkan yaitu jika anak mencapai tingkat

(14)

perolehan nilai keberhasilan sebesar 75%, sementara tindakan siklus I yang dilaksanakan hanya mencapai perolehan nilai sebesar 68%, maka dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan ini belum terselesaikan dan hal ini akan dilanjutkan pada tahapan siklus selanjutnya yaitu siklus II.

Refleksi

Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I masih jauh dari harapan yang telah ditetapkan sebelumnya, hal ini diketahi berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang dilaksanakan belum terselesaikan terutama dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle pada Kelompok Byang secara klasikal diperoleh nilai keberhasilan mencapai 68%, sedangkan indikator kinerja yang ditetapkan minimal 75% anak memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH) dan berkembang sangat baik (BSB).

Dari hasil yang diperoleh pada tahap kegiatan penelitian tindakan siklus I dan hasil temuan-temuan yang diperoleh, maka peneliti bersama guru Kelompok B sebagai observer mendiskusikan kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan siklus I, serta harus segera melaksanakan persiapan dan membuat perencanaan dengan optimal, segala yang dilakukan pada tindakan siklus I harus dicermati dan diperbaiki kembali. Dari hasil observasi, maka beberapa hal yang harus

diperbaiki untuk pelaksanaan pada siklus II sebagai berikut:

1) Faktor Guru

a) Guru masih kurang mampu dalam mengelola kelas;

b) Guru masih kurang dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran yang dilakukan hari ini;

c) Guru tidak menyesuaikan waktu belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada skenario pembelajaran;

d) Guru masih canggung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,

sehingga anak belum mampu

menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle . 2) Faktor Anak

a) Saat proses pembelajaran akan dimulai, anak kurang kesiapannya, hal ini terlihat anak ber desak-desakan duduk, mengganggu teman yang lain, ribut dalam kelas, serta ada anak yang sibuk dengan kegiatan yang lain;

b) Selain itu anak masih belum mengerti dengan kegiatan yang dilakukan, tetapi guru senantiasa memberikan motivasi sehingga anak dapat belajar dari pengalamannya sendiri serta memperbaiki kekurangan yang mereka buat sedangkan bagi anak yang mampu melaksanakan kegiatan dengan baik oleh guru mendapat reward atau penghargaan atas hasil yang mereka buat, hal ini akan menambah rasa percaya diri dan semangat anak.

(15)

Setelah mengetahui kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun anak, belum mencapai indikator keberhasilan maka pada tahap pembelajaran siklus II guru akan mencoba mengurangi kelemahan-kelemahan yang dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar dengan menggunakan media puzzle sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai indikator kinerja 75%.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Kegiatan yang dilakukanolehpeneliti pada siklus II sama dengan tindakan yang dilakukan pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Masing-masing tahapan ini diuraikan sebagai berikut:

Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi,evaluasi,dan refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru Kelompok B sebagai observer kembali merencanakan siklus II dengan harapan kelemahan dan kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat diperbaiki, sehingga tindakan pada siklus II mengalami perubahan dengan baik. Dalam perencanaan tindakan ini peneliti kembali menyiapkan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran, seperti:

1) Membuat skenario pembelajaran berupa rencana kegiatan harian (RKH) untuk siklus II pada pertemuan ke satu sampai dengan pertemuan ke enam,yang mengacu pada pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif ank anak melalui media puzzle;

2) Menyiapkan media puzzle yang sesuai dengan tema;

3) Membuat lembar observasi aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran; 4) Menyediakan alat evaluasi untuk siklus II. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan di ruang Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat , anak sudah siap belajar dengan guru yaitu mengembangkan kognitif anak dengan mennggunakan media puzzle yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah perencanaan awal, selanjutnya peneliti yang bekerjasama dengan guru Kelompok Buntuk melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan.

Pelaksanaan tindakan ini guru melaksanakan skenario pembelajaran sesuai RKH (Tema/Tema Spesifik: Binatang/Bebek), yaitu sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, didahului dengan berbaris di depan kelas yang dipimpin oleh guru. Pada saat berbaris anak diatur dengan rapi dan setelah itu masuk ke dalam ruangan dengan tertib sambil memperlihatkan kuku masing-masing pada guru. Selanjutnya guru mengatur tempat duduk anak dan setelah rapi guru mengucapkan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu anak yang di tuntun oleh guru.Pada kegiatan inti dalam proses pembelajaran dimulai dengan penjelasan guru terlebih dahulu tentang kegiatan yang akan dikerjakan padahari ini, adapun kegiatan yang akan dilakukan oleh anak adalah anak dituntun untuk belajar menggunakan media puzzle binatang/kambing, bercakap-cakap tentang kambing menyebutkan warna-warna yang ada pada kambing,

(16)

menyebutkan ciri-ciri kambing, menggunting pola kambing,dan menghubungkan angka dengan gambar kambing yang sudah disediakan guru.

Pada kegiatan akhir, guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Guru bertanya kepada setiap anak apa hikmah yang terkandung dalampembelajaran tersebut, setelah itu bernyanyi beberapa lagu yang mengacu pada doa pulang, berdoa dan mengucapkan salam.

Pengamatan atau Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle, sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dibuat. Observasi dilakukan oleh guru Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat yang bertindak sebagai observer terhadap aktivitas guru sesuai dengan lembar observasi aktivitas mengajar guru yang telah dipersiapkan dengan menuliskan “ya” jika indikator yang diamati tercapai dan “tidak” jika indikator yang diamati tidak tercapai dan memberi catatan komentar atau keterangan. Demikian pula untuk aktivitas belajar anak selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Observasi terhadap guru meliputi menyiapkan anak untuk memulai belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan media, memotivasi anak, dan mengawasi anak selama proses pembelajaran, dan memberikan pesan-pesan atau hikmah yang terkandung dalam pebelajar yang telah berlalu.

Hasil analisis observasi guru sesuai dengan lembar observasi sebanyak 18 aspek yang diamati harus dicapai oleh guru. Pada siklus II skor yang dicapai oleh guru dari 18 aspek hanya 17 aspek(94,1%) diantaranya: 1) guru memimpin anak berbaris di depan kelas; 2) Guru mempersilahkan anak masuk kelas; 3) Guru mengucapkan salam; 4) Guru membimbing anak untuk berdo’a sebelum belajar; 5) Guru mempersiapkan anak untuk belajar; 6) Guru menciptakan suasana hangat dalam belajar; 7) Guru memotivasi anak untuk rajin belajar; 8) Guru menyiapkan media belajar; 9) Guru menyampaikan materi tentang media puzzle sesuai dengan tema; 10) Guru memberikan pemahaman tentang menyusun media puzzle; 11) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran; 12) Guru mencontohkan cara penyusunan puzzle yang baik dan benar; 13) Guru memotivasi anak untuk rajin belajar dengan menggunakan media puzzle; 14) Guru menugaskan anak untuk menyusun puzzle dengan baik dan benar; 15) Guru meminta anak untuk bertanya; 16) Guru mengajukan pertanyaan dengan menyuruh anak untuk menyebutkan kembali nama gambar yang ada di media puzzle; 17) Guru menanyakan kepada anak tentang apa yang di ceritakan hari ini; 18) Guru memberikan kesimpulan dan memberikan pesan-pesan yang terkandung dalam suatu pembelajaran. Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 1 aspek (5,6%) yaitu guru tidak mempersiapkan anak untuk belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

(17)

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Anak Observasi terhadap anak meliputi keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan anak dalam menangadapi penjelasan guru, mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendengarkan penyampaian guru dengan tertib, anak melakukan tanya jawab dengan guru tentang media puzzle, dan mendengarkan kesimpulan terhadap kegiatan yang dilakukan.

Adapun skor atau hasil observasi anak sesuai dengan lembar observasi pada siklus II sebanyak 17 aspek yang diamati diharapkan tercapai, namun yang tercapai sebanyak 16 aspek (94,1%)diantaranya: 1) anak berbaris dengan rapi di depan kelas; 2) anak masuk dalam kelas dengan tertib; 3) anak menjawab salam dan berdoa; 4) anak dipersiapkan untuk belajar; 5) anak mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran; 6) mendengarkan nasehat yang disampaikan guru; 7) memperhatikan guru saat memperkenalkan media puzzle; 8) mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, berkaitan dengan media puzzle; 9) anak memperhatikan media puzzle yang dipegang oleh guru; 10) anak mendengarkan guru dengan tenang;11) anak dapat mengerti hikmah dari pembelajaran; 12) anak dapat belajar dengan menyusun kepingan media puzzle; 13) Anak dapat mengingat pembelajaran dengan menngunakan media puzzle ; 14) Anak dapat mengingat pembelajaran dengan menngunakan media puzzle ; 15) anak melakukan Tanya jawab tentang media pizzle dengan gambar binatang

sesuai dengan tema; dan 16) mendengarkan nasehat-nasehat dan kesimpulan dari suatu pembelajaran. Sedangkan yang tidak tercapai sebanyak 1 aspek (5,9%) yaitu anak tidak mendapatkan bimbingan lagi dari guru dalam menggunakan media puzzle. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Aktivitas anak pada siklus II dikategorikan sangat baik karena sesuai dengan yang direncanakan sebelum pembelajaran siklus II dilaksanakan. Hal ini juga menunjukan bahwa kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi dengan baik. Sehingga secara umum aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenrio pembelajaran yang telah direncanakan antara peneliti dengan observer (guru kelompok B)

Pelaksanaan kegiatan pengamatan atau observasi, peneliti bersama guru Kelompok Btetap bekerjasama untuk menilai kemampuan anak yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut. Pada tahap pengamatan atau observasi, peneliti senantiasa mencatat segala apa yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus II, nilai tersebut diperoleh berdasarkan kemampuan anak pada kegiatan penelitian.

rata-rata perolehan nilai anak mencapai nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik (BSB). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif melalui media puzzle. Setelah diperoleh data nilai evaluasi akhir untuk tahap siklus II, maka selanjutnya peneliti bersama guru Kelompok B melanjutkan kegiatan yaitu menganalisis data untuk menilai tingkat keberhasilan anak secara klasikal untuk siklus II, Berdasarkan data hasil

(18)

perolehan nilai anak yang ditampilkan pada, maka dapat disimpulkan bahwa secara klasikal perolehan nilai anak dalam kegiatan meningkatkan pengembangan kognitif anak melalui media puzzle pada Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat mengalami peningkatan, karena tingkat keberhasilan anak yaitu sebesar 90%. Anak yang memperoleh nilai bintang (****) atau berkembang sangat baik (BSB) yaitu sebanyak 11 orang anak dengan persentase 50%, nilai bintang (***) atau berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 orang anak dengan persentase 40%, untuk yang memperoleh nilai bintang (**) atau mulai berkembang (MB) yaitu sebanyak 2 orang anak dengan persentase 9,10%. Walaupun masih terdapat anak yang memperoleh nilai bintang (**) atau mulai berkembang (MB) tetapi dapat dikatakan bahwa sebagian besar anak dipandang telah mampu menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan indikator penilaian dalam penelitian ini khususnya dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Selain itu dengan perolehan nilai sebesar 90% tersebut telah dicapai oleh 20 orang anak, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa program kegiatan atau rangkaian pelaksanaan pembelajaran dalam mengembangkan kognitif anak melalui media puzzle pada Kelompok BTK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat dipandang telah terselesaikan dan mencapai indikator kinerja yaitu 75%. Refleksi

Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi

pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru Kelompok Bdimana terlihat bahwa kegiatan mengembangkan kemampuan kognnitif anak melalui media puzzle sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, meskipun ada dua orang anak yang mendapat nilai bintang (**) atau mulai berkembang (MB).

Jika dilihat dari hasil perhitungan nilai secara klasikal pada siklus II yaitu 90% anak telah mencapai indikator kinerja yaitu minimal 75% anak memperoleh nilai berkembang sangan baik (BSB) dan berkembang sesuai harapan (BSH). Dengan demikian penelitian ini telah berhasil dilaksanakan, maka peneliti dan guru Kelompok Bsepakat untuk tidak melanjutkan pada tahap siklus selanjutnya, dengan kata lain tindakan penelitian ini dihentikan.

Pembahasan

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklus terdiri atas enam kali pertemuan sesuai prosedur penelitian yang sudah dirancang sebelumnya. Pada pelaksanaan pembelajaran tiap pertemuan menggunakan media puzzle. Setiap pertemuan terdiri atas tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal, yaitu kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru sebelum masuk pada tema pembelajaran yang diawali dengan salam dan membaca doa, memotivasi anak serta memberikan apersepsi yang berhubungan dengan tema pembelajaran.

(19)

Kegiatan inti, yaitu guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan media puzzle, guru memberi contoh cara penyusunan puzzle. Guru menugaskan anak untuk menyusun kepingan puzzle sesuai dengan gambar binatang yang ada pada tema.Anak di tugaskan untuk menuliskan nama gambar binatang sesuai tema, dan mewarnai gambar yang sudah disiapkan oleh guru. Pada kegiatan akhir, guru me-review kegiatan sebelumnya, agar anak mengingat kembali kegiatan pembelajaran yangdilakukan dan memberikan kesimpulan serta pesan-pesan yang dapat bermanfaat bagi anak agar lebih rajin lagi untuk belajar.

Hasil yang diperoleh terhadap Pengembngan kognitif anak melalui media puzzle pada observasi awal jika dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I terlihat adanya peningkatan, namun belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan, sehingga perlu dilaksanakan siklus II. Hal ini disebabkan pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kelemahan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media puzzle, sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan pada siklus II agar indikator kinerja yang diharapkan dapat tercapai. Kelemahan yang terdapat pada siklus I antara lain:

1) Guru tidak memberikan motivasi pada anak didik, sehingga anak kurang serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; 2) Guru masih kurang dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran yang dilakukan; 3) Guru tidak mengorganisir waktu belajar

sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada skenario pembelajaran;

4) Guru masih canggung dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sehingga anak belum mampu menggunakan media puzzle.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut kemudian dilakukan langkah-langkah perbaikan pada Siklus II sebagai berikut: 1) Guru sudah memberikan motivasi pada

anak didik, sehingga anak lebih serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; 2) Guru sudah menyampaikan tujuan

pembelajaran yang dilakukan;

3) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru sudah dapat menye waktu belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada skenario pembelajaran;

4) Guru sudah tidak canggung lagi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,

sehingga anak sudah mampu

menggunakan media boneka tangan dengan baik .

Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dalam siklus II, ternyata hasil yang diperoleh mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada aspek pengembngan kognitif anak. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, dapat diketahui perbandingan jumlah anak yang memiliki kemampuan kognitif dengan kriteria berkembang sangat baik (BSB) dan berkembang sesuai harapan (BSH), sebelum tindakan atau observasi awal sebanyak 8 anak, setelah pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan menjadi 15 anak dan siklus II meningkat lagi menjadi 20 anak, maka dapat dilakukan analisis keberhasilan tindakan secara klasikal dan diperoleh hasil

(20)

seperti tampak pada hasil Analisis pengembangan kognitif Anak Melalui Media puzzle. Selama kegiatan proses penelitian berlangsung, data yang diperoleh dari hasil penelitian sebagaimana dideskripsikan pada halaman sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle yang dirancang, disusun dan dilaksanakan secara baik dan optimal oleh peneliti yang bekerjasama dengan guru Kelompok Bpada setiap pertemuan siklus I dan siklus II sangat memberikan manfaat pada anak dengan pengalaman langsung, serta pengembangan kognitif anak menunjukkan peningkatan. Jika dilihat dari pemahaman anak mulai dari pelaksanaan siklus I sebesar 68% jika dibandingkan pada tahapan observasi awal penelitian yang hanya mencapai 36% dan pada tindakan siklus II mencapai persentase sebesar 90%, menunjukkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya, karena indikator kinerja yang ditetapkan telah tercapai yaitu minimal 75% maka penelitian ini dapat dihentikan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama dua siklus dapat disimpulkan media puzzle dapat mengembngkan kemampuan kognitif pada anak Kelompok B TK Mekar Lakanaha Kec. Wadaga Kab. Muna Barat. Hal ini ditunjukan dari adanya perkembngan kemampuan kognitif anak dari observasi awal anak sebesar 36%, meningkat pada Siklus I menjadi 68%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti memberi saran sebagai berikut:

Bagi Guru

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, sebaiknya guru menggunakan media puzzle

sebagai acuan mengajar untuk

mengembangkan kemampuan kognitif anak karena dari hasil penelitian terbukti bahwa melalui media puzzle dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak. Guru mengajar dengan menggunakan media puzzle, setelah itu anak diminta untuk menyusun kembali kepingan puzzle dengan gambar sesuai dengan tema.

Bagi Sekolah

Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran menggunakan media puzzle. Mendukung upaya guru dalam menggunakan media puzzle untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian mengenai mengembangkan kemampuan kognitif anak menggunakan media puzzle masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, menjadi motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk melengkapi penelitian ini, yaitu dengan variasi media yang lebih baik, sehingga lebih mengembangkan kemampuan kognitif anak.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat PAUD. 2004. Pedoman Penilaian di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

(21)

---Direktorat PAUD. 2004. Pedoman Penilayan di Taman Kanak-Kanak. Jakart: Depdiknas.

---2004. Apa, Mengapa, dan siapa yang Bertanggung Jawab terhadap Program Pendidikan Anak Usia Dini?. Jakarta: Depdiknas.

---2005. Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nsional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembngan Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

---2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Penembangan Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.

Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi Revisi. Jakarta: Referensi. Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental

pshycology: A Live Span Approach, Fifth Edition.New York: McGraw Hill, Inc. (terjemahan)

Suharsimi Arikuanto, dkk. 2012, penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembnganya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suyadi. 2010. Piskologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia

Vigotzky. 2005. Peranan Bercerita Dalam Pembentukan Perkembngan Anak TK. Jakarta: Depdiknas

Yamin, dkk. 2010. Panduan Prndidikan Anak Usia Dini. Jakarta: GP Press.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Lahan hutan mengalami penurunan terus dari tahun 1975 sampai tahun 2009, yang diduga karena alih fungsi untuk penggunaan lahan yang lebih ekonomis (perkebunan, tambak, sawah, dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode AHP dalam penyeleksian mahasiswa berprestasi sehingga dapat mempermudah unsur pimpinan dalam menentukan siapa

Varietas Slamet menghasilkan jumlah biji 218 biji /tanaman lebih banyak dari pada varietas Anjasmoro 155 biji /tanaman dan pada intensitas penyakit karat varietas Slamet

Didalam submenu Belanja Bansos yang ada pada menu Belanja Tidak Langsung, berisi pilihan untuk input, edit, tampil, dan pencarian. Tampilan submenu Belanja Bansos :.. Tampilan

Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata yang dijadikan modal bukan hanya ilmu yang telah dipelajari secara formal di program studi mading-masing, namun juga

Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Sistem Latoperoksidase Terhadap Kualitas Mikrobiologi Susu Sapi Segar Selama

hak cipta yaitu: masyarakat memandang hak cipta sebagai milik bersama; barang bajakan lebih murah dari barang orisinil; kemajuan teknologi mempermudah terjadinya

Sangat besarnya pengaruh nilai tukar US Dollar untuk bahan baku pada PT Labelindo Perkasa menyebabkan prosentase 40% sebagai bahan baku dan merupakan pengaruh