• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Kreativitas Guru dengan Motivas (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Korelasi Kreativitas Guru dengan Motivas (1)"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

ii

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Oleh:

HARIYANA

NIM 3211083063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) TULUNGAGUNG

(2)

iii

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Diajukan kepada

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Program Sarjana Satu Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

HARIYANA

NIM. 3211083063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) TULUNGAGUNG

(3)

iii

Skripsi dengan judul “Korelasi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih dengan Motivasi Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assyafi’iyah Gondang Tulungagung” yang ditulis oleh Hariyana ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Tulungagung, 14 Juni 2012 Pembimbing,

(4)

iv

Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assyafi’iyah Gondang Tulungagung” yang ditulis oleh Hariyana ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi STAIN Tulungagung pada hari Rabu, tanggal 27 Juni 2012, dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Dewan Penguji Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Indah Komsiyah, S.Ag., M.Pd Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag

NIP. 19760518 200701 2 021 NIP. 19611110 199001 1 001

Penguji Utama

Dr. Hj. Binti Maunah, M. Pd.I NIP. 19650903 199803 2 001

Tulungagung, 27 Juni 2012 Mengesahkan, STAIN Tulungagung

Ketua,

(5)

v



...



















....

Artinya:

...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.... (Q.S Ar-Ra’d: 11).1

1

(6)

vi

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sebagai wujud rasa

sykurku, baktiku serta hormatku penulis persembahkan skripsi ini kepada:

Ayahanda Misran dan Ibunda Romtiyah yang telah memberikan limpahan kasih sayang,

bimbingan, dorongan, dukungan material maupun spiritual dan do’a yang tak ternilai

harganya, sehingga terselesainya studi dan skripsi ini.

Yang tersayang Kakekku Miswan serta Nenekku Sarti yang selalu memberikan semangat,

kasih sayang, pengertian serta selalu mendo’akanku.

Adikku Hendra Saputra dan keponakanku Ridwan & Rifki, semoga menjadi anak-anak yang

sholeh yang bisa memembanggakan orang tua, bangsa, negara dan agama.Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengukir jiwaku dengan ilmu.

Sahabat-sahabatku di PAI-A yang sudah mengukir kenangan-kenangan manis yang takkan

pernah kulupakan dan terima kasih.

Sahabat-sahabatku di “Mekar Jaya” tercinta, Tanti, Nikmah, Sulis, Uus, Titin, Dian, Ria,

Umi, Iqoh, Fitroh dan Muna, terima kasih atas motivasi yang kalian berikan dan tetap

semangat.

(7)

vii

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas semua limpahan rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Korelasi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih dengan Motivasi Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assyafi’iyah Gondang Tulungagung” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini mengacu pada buku pedoman skripsi yang telah dikeluarkan oleh STAIN Tulungagung dan buku pedoman pendukung lainnya yang relevan.

Sholawat serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa cahaya terang untuk kita semua yang selalu kita nantikan syafaatnya di yaumul kiyamah nanti.

Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Tarbiyah Program Studi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Ali Rohmad, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah rela meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan kepada penulis sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

3. Segenap bapak ibu dosen yang telah membimbing, dan mendidik penulis selama belajar di STAIN Tulungagung.

(8)

viii

memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.

Dengan harapan semoga amalnya diterima Allah Swt, dan diberi balasan yang berlipat ganda. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dai kesempurnaan, sebab itu saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Akhirnya semoga penulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Tulungagung, 14 Juni 2012 Penulis

(9)

ix

Sampul ... i

Judul ... ii

Persetujuan ... iii

Pengesahan... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Abstrak ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 7

E. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional... 14

H. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kreativitas Guru ... 17

(10)

x

1....Kreativita

s dalam Penggunaan Metode Pembelajaran ... 24

2....Kreativita s dalam Penggunaan Media Pembelajaran ... 35

C. Kararkteristik Mata Pelajaran Fikih ... 44

D. Motivasi Belajar Siswa... 46

1....Pengertia n Motivasi... 46

2....Pengertia n Belajar ... 47

E. Macam-macam Motivasi ... 49

F. Fungsi Motivasi ... 51

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 53

H. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah ... 55

I. Hubungan Kreativitas Guru dengan Motivasi Belajar ... 59

J. Hasil Penelitian Terdahulu ... 61

K. Kerangka Berpikir Penelitian ... 62

BAB III : METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 65

B. Populasi, Sampling dan Sampel ... 67

C.Sumber data, Variabel dan Skala Pengukurannya ... 72

D.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 76

E.Teknik Pengolahan Data ... 79

F.Teknik Analisis Data... 82

(11)

xi

2.Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 92

3.Lokasi Madrasah ... 93

4.Struktur Organisasi... 95

5.Keadaan Guru... 96

6.Keadaan Siswa ... 101

7.Keadaan Sarana dan Prasarana... 103

B.Penyajian Data dan Analisis Data... 106

C.Diskusi hasil Penelitian... 118

BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan... 122

B.Saran-Saran... 123

DAFTAR RUJUKAN... 125

(12)

xii

1.1... Jabaran

Variabel, Sub Variabel, Indikator dan Deskriptor ... 12

3.1 Populasi penelitian ... 68

4.1 Daftar nama Kepala MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung ... 91

4.2 Keadaan Guru MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung... 97

4.3 Keadaan siswa MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung... 102

4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung ... 104

4.5 Data Hasil Angket Mengenai Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung ... 107

4.6 Data Tentang Korelasi Kreativitas Guru Fikih dalam Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung... 109

4.7 Perhitungan Chi-Kuadrat antara Data X1 –Y ... 110

4.8 Data tentang Korelasi Kreativitas Guru Fikih dalam penggunaan Media Pembelajaran dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung (X2, Y)... 112

4.9 Perhitungan Chi-Kuadrat antara Data X2 –Y ... 113

4.10 Data tentang Korelasi Kreativitas Guru Fikih dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung ... 115

4.11 Perhitungan Chi-Kuadrat antara Data X –Y... 116

(13)

xiii

3.2 Korelasi antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi

(14)

xiv

Lampiran Hal.

1.Angket ... 129

2.Pedoman Observasi... 138

3.Pedoman Interview... 139

4.Tabel Hasil Wawancara ... 140

5.Pedoman Dokumentasi... 146

6.Daftar Nama Kepala MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung... 147

7.Struktur Organisasi MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung... 148

8.Keadaan Guru MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung... 149

9.Keadaan Siswa MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung ... 151

10.Keadaan Saran dan Prasarana MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung 152 11.Daftar Nama Responden ... 153

12.Tabel Nilai r Product Moment ... 154

13.Pernyataan Keaslian Tulisan ... 155

14.Daftar Riwayat Hidup ... 156 15.Surat Ketua Stain, Perihal Bimbingan Skripsi ...

(15)

xv

Tulungagung”, yang ditulis oleh Hariyana ini dibimbing oleh Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag., NIP.19611110 199001 1 001.

Kata Kunci: Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih (dalam Penggunaan Metode Pembelajaran, dalam Penggunaan Media Pembelajaran), Motivasi Belajar.

Latar belakang dalam penelitian ini adalah masih banyaknya guru termasuk guru fikih dalam proses pembelajarannya masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang variatif dan kurang memanfaatkan fasilitas media pembelajaran yang ada. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah korelasi kreativitas guru mata pelajar fikih dalam penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung?. 2. Adakah korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung?. 3. Adakah korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung?

Pola penelitian: Penelitian pendidikan, penelitian verifikatif, penelitian deskriptif dan penelitian korelasional. Populasi: Siswa kelas VII dan VIII di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 353 siswa. Sampling: Stratified Proportional Random Sampling. Sampel: 53 siswa. Variabel bebas: Kreativitas guru mata pelajaran fikih (dengan sub variabel: Kreativitas guru mata pelajar fikih dalam penggunaan metode pembelajaran dan Kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam penggunaan media pembelajaran), Variabel terikat: Motivasi belajar. Sumber data: responden, dokumentasi. Metode pengumpulan data: angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data: data teoritis menggunakan metode deduktif dan komparatif, dan data empiris menggunakan metode induktif dengan bantuan statistik melalui rumus chi-kuadrat, koefisien kontingensi dan phi.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran selalu melibatkan interaksi antara guru dan siswa, guru dituntut untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, selain itu guru juga harus bisa menarik perhatian siswa agar berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dengan demikian, guru dituntut kreatif, profesional dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.

Dalam lembaga pendidikan formal madrasah dan sekolah, guru merupakan komponen yang penting, ia sebagai pelaku proses pendidikan dan pengajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Ismail yang mengatakan bahwa:

Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotivasi siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam pemakaian metodenya sehingga dia dapat mengajar dengan tepat, efektif, dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.1

Maka dari itu, guru mata pelajaran fikih harus bisa menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman dan menyenangkan dengan menggunakan metode dan media pembelajran yang bervariatif agar peserta didik tidak merasa bosan dan

1

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. ( semarang: Rasail Media Group, 2008), hal. 25.

(17)

akan lebih termotivasi untuk mempelajari dan mendalami materi-materi mata pelajaran fikih yang nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat realita yang terjadi sekarang ini masih ada guru mungkin termasuk guru mata pelajaran fikih dalam proses pembelajarannya masih kurang kreatif, semisal masih menggunakan metode-metode itu-itu saja dan cenderung kurang memanfaatkan fasilitas media pembelajaran yang ada. Menurut Marjohan dalam artikelnya yang berkaitan dengan realita sekarang ini mengungkapkan bahwa:

Walaupun mereka (guru) sering mengikuti penataran seperti MGMP tapi tidak membawa perubahan dalam proses belajar mengajar, hanya saja yang terlihat setelah mereka mengikuti MGMP guru cuma semakin tertib dalam menulis satuan pelajaran tetapi belum bentuk aplikasinya. Terasa seakan-akan apa yang diperoleh selama mengikuti penataran-penataran digambarkan dengan ungkapan “masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja.2

Dalam proses pembelajaran, motivasi mempunyai peran yang sangat penting dan harus ada dalam diri siswa, karena kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan bila dalam diri siswa tidak ada kemauan atau dorongan untuk belajar. Menurut Sardiman bahwa “motivasi diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”.3 Pada dasarnya motivasi belajar antara siswa yang satu dengan yang lainnya itu relatif berbeda, ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan ada yang rendah. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, motivasi belajar sangat diperlukan untuk mendorong agar siswa tekun melakukan kegiatan pembelajaran.

2

Marjohan, Guru Perlu Kreatif untuk Meredakan Kebosanan,http://www. wikimu.com/News/ DisplayNews.aspx?id=5259 diakses tanggal 28 Maret 2012.

3

(18)

Peranan seorang guru sangat dibutuhkan keberadaannya dalam proses belajar mengajar, termasuk di sini kreativitas mereka dalam pembelajaran sehingga dapat berpengaruh dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Fikih. Seorang guru yang kreatif dalam mengajar menumbuhkan dampak positif bagi siswa, sebab siswa tidak merasa jenuh dan dapat menerima pelajaran yang diberikan. Dengan demikian pengelolaan proses belajar mengajar yang baik didukung oleh kreativitas guru akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Jika kreativitas guru mata pelajaran fikih dikorelasikan dengan motivasi belajar siswa dipandang dari segi akademis dapat menjadi relatif menarik untuk diteliti lebih lanjut karena seharusnya kedua hal itu memiliki hubungan yang sangat kuat dalam artian seharusnya semakin tinggi kreativitas guru mata pelajaran fikih semakin tinggi pula motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih, sehingga ada hubungan yang erat antara keduanya pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Dengan demikian motivasi belajar siswa akan lebih meningkat dengan adanya kreativitas guru, hal ini akan lebih efektif bagi guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa menjadi generasi penerus perjuangan pencapaian citi-cita bernegara, berbangsa dan beragama.

(19)

dengan hal tersebut Ibu Sri Wahyuni wali kelas VII E mengungkapkan bahwa “kinerja guru mata pelajaran fikih di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung sangat profesional dan disiplin, walaupun dalam keadaan sakit beliau tetap mengajar bahkan sekalipun kerabatnya ada yang meninggal dunia beliau tetap menomor satukan mengajar”.4 Sedangkan dalam proses pembelajarannya menurut Riska Prawati kelas VIII E dan Izza Mawadati siswa kelas VII A “proses belajar mengajar beliau sangat menyenangkan, beliau pandai menarik perhatian siswa dan siswa mudah memahami penjelasan yang disampaikan, hal ini karena dalam proses pembelajarannya sering memakai metode yang variatif sehingga siswa tidak merasa bosan dan menjadi termotivasi untuk mengikuti pelajaran fikih”.5 Data ini memperlihatkan sebagian keunikan dari kinerja guru mata pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.

Uraian di atas memotivasi penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan tema : “ Korelasi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih dengan Motivasi Belajar Siswa di MTs

Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012”.

4

Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni guru mata pelajaran IPS di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung, tanggal 20 April 2012 di kantor guru, jam 09.30 WIB.

5

(20)

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Untuk memperjelas yang akan diteliti lebih lanjut, maka dari latar belakang masalah di atas dapat dikenali masalah seperti di bawah ini:

1) Kreativitas guru mata pelajaran fikih;

1.a dalam penggunaan metode pembelajaran 1.b dalam penggunaan media pembelajaran 1.c dalam pengelolaan kelas

2) Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih

3) Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa.

4) Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa

5) Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam mengelola kelas dengan motivasi belajar siswa.

6) Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa.

2. Pembatasan Masalah

(21)

1. Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.

2. Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.

3. Korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah korelasi yang positif antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Adakah korelasi yang positif antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Demikian juga dengan yang dilakukan penulis, berdasarkan rumusaan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan media pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012.

3. Untuk mengetahui korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012.

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

(23)

1. Asumsi

Asumsi penelitian disebut juga dengan anggapan dasar. Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh penulis yang akan berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanaan penelitian. Oleh karena itu, “penelitian juga dilandasi oleh sejumlah asumsi dasar ilmu pengetahuan”.6

Asumsi-asumsi dasar dalam penelitian ini adalah:

a) Pandangan siswa mengenai intensitas kreativitas guru mata pelajaran fikih yang diteliti adalah variatif.

b) Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih di kalangan siswa adalah variatif.

c) Terdapat korelasi yang positif antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa di kalangan siswa.

d) Angket yang dijadikan instrumen dalam penelitian ini dipandang memenuhi unsur-unsur validitas dan reliabilitas.

e) Para siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dipandang bersikap objektif dalam mengisi angket.

f) Data yang diperoleh melalui angket dalam penelitian ini dipandang memenuhi unsur-unsur ilmiah.

6

(24)

2. Hipotesis

Setelah menentukan asumsi dasar, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah “sesuatu yang masih kurang (hypo) dari sebuah kesimpulan atau pendapat (thesis)”.7 Dapat diartikan pula hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”.8 Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis diperlukan suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan, apakah suatu pernyataan tersebut dapat dibenarkan atau tidak. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a) Hipotesis Mayor “Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.”

b) Hipotesis Minor

b. 1 Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung .

b. 2 Ada korelasi yang positif lagi signifikan antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan media pembelajaran

7

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatak Kuantitatf. ( Malang: UIN Malang Press, 2009), hal. 84.

8

(25)

dengan motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.

3. Uji Signifikansi

Uji signifikansi terhadap hipotesis tersebut adalah:

a) Terima Ha dan tolak Ho, jika ro ≥ rt dengan ts 5% dan 1%. b) Terima Ho dan tolak Ha, jika ro < rt dengan ts 5% dan 1%.

E. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi khazanah keilmuan khususnya korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa.

2. Kegunaan Secara Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dalam meningkatkan kreativitas terutama ketika merealisasikan tugas pokok sebagai guru untuk mengajar yang lebih baik di masa yang akan datang, sehingga semakin membantu siswa meningkatkan motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran fikih.

b. Bagi Siswa

(26)

ketertarikan dan motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran fikih kemudian mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Kepala Madrasah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi kepala madrasah dalam menentukan kebijakan guna peningkatan kreativitas guru, menjadikan pendidikan yang lebih baik di masa mendatang agar motivasi belajar siswa menjadi lebih baik yang nantinya juga akan bepengaruh terhadap prestasi belajar yang lebih baik pula khususnya pada mata pelajaran fikih dan umumnya pada semua mata pelajaran. d. Bagi penilik Madrasah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi supervisor untuk menentukan kebijakan pengawasan yang mengarah pada peningkatan kreativitas guru dan perbaikan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih dan pelajaran lain juga dapat meningkat.

e. Bagi Peneliti yang akan Datang

(27)

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Setelah penulis membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan tema skripsi ini dan pembatasan masalah, maka penulis menentukan ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini akan mengkaji dan meneliti tentang hubungan korelasional antara variabel bebas (X) yaitu tentang kreativitas guru [dalam hal penggunaan metode pembelajaran (X1) dan penggunaan media pembelajaran (X2)] dengan variabel terikat (Y) yaitu tentang motivasi belajar. Sebagaimana disajikan dalam pembatasan masalah, setelah penulis mencermati literatur-literatur terkait dengan variabel-variabel itu dan pada Bab II Landasan Teori maka dapat disusun jabaran variabel, sub variabel, indikator dan deskriptor seperti pada tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Jabaran Variabel, Sub Variabel, Indikator dan Deskriptor

Variabel Sub variabel Indikator Deskriptor Kreativitas guru

(X)

1. Kreativitas guru dalam Penggunaan metode pembelajaran (X1 )

1) Variasi-variasi metode pembelajaran

- Menggunakan metode

ceramah

- Menggunakan metode tanya

jawab

- Menggunakan metode

diskusi

- Menggunakan metode

demonstrasi

- Menggunakan metode

pemberian tugas

- Menggunakan metode drill

(latihan)

- Menggunakan metode

(28)

memberi perhatian

- Menggunakan metode

pemperian nasihat.

- Menggunakan metode

hukuman

- Menggunakan metode

uswah hasanah (pemberian contoh)

2) Aktivitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran

- Guru menjelaskan materi - Memberi kesempatan siswa

untuk bertanya

- Menarik perhatian siswa - Bersemangat dalam

menyampaikan materi pelajaran

- Merubah suasana kelas

menjadi lebih baik

- Menggunakan bahasa yang

mudah dipahami siswa 1) Variasi-variasi

penggunaan media pembelajaran

- Menggunakan media visual - Menggunakan media

audiovisual 2. Kreativitas guru

dalam Penggunaan media

pembelajaran (X2)

2) Aktivitas guru dalam menggunakan media pembelajaran

- Memilih Media

pembelajaran yang dapat memudahkan pemahaman siswa

- Memilih Media yang sesuai

dengan materi pembelajaran

- Terampil mengoperasikan

media pembelajaran

- Memilih media yang dapat

menumbuhkan motivasi siswa

- Melibatkan siswa dalam

pemanfaatan media pembelajaran Motivasi belajar

siswa (Y)

Intrinsik - Siswa aktif mencatat

penjelasan guru

- Tepat waktu

mengumpulkan tugas

- Masuk kelas tepat waktu - Memperhatikan penjelasan

guru

- Mengerjakan tugas atas

kemauan sendiri

- Aktif bertanya mengenai

pelajaran yang kurang dimengerti

(29)

3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan ruang lingkup kajian yang berupa kendala, adat istiadat, tradisi, etika atau hal-hal yang tidak memungkinkan penulis menjangkaunya atau memasukinya untuk mengumpulkan data, sehingga penulis menekankan pada penelitian kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan moivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung saja.

G. Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan korelasi kreativitas guru mata pelajaran fikih dengan motivasi belajar siswa adalah tingkat hubungan kuantitatif antara kreativitas guru mata pelajaran fikih dalam hal penggunaan metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran menurut pandangan siswa, dengan motivasi belajar siswa yang diukur melalui angket berskala ordinal, dengan kriteria semakin tinggi perolehan skor pada responden berarti semakin baik kreativitas guru mata pelajaran fikih dan motivasi

Ekstrinsik - Mengerjakan tugas karena

disuruh guru

- Masuk kelas dengan tertib

karena takut terkena hukuman

- Aktif bertanya karena ingin

mendapat nilai

- Adanya arahan dari orang

tua

- Semangat belajar jika gaya

(30)

belajar siswa. Begitu juga sebaliknya, jika perolehan skor yang diperoleh dari responden rendah, berarti rendah pula kreativitas guru mata pelajaran fikih dan motivasi belajar siswa.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini akan dikemukakan lima bab dan setiap bab terdiri dari subbab. Sebelum membahas inti permasalahan skripsi ini akan dikemukakan terlebih dahulu beberapa halaman formalitas. Adapun isi dari bab tersebuut adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam hal ini dikemukakan masalah-masalah yang merupakan pengantar ke arah pembahasan selanjutnya yang meliputi: latar belakang masalah, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, penegasan istilah dan sistematika pembahasan.

BAB II : Landasan Teori

(31)

BAB III : Metodologi Penelitian

Pada bab III ini mencakup tentang pendekatan penelitian, pola penelitian, populasi, sampling dan sampel, sumber data dan variable, metode dan instrumen pengumpulan data, teknik analisa data dan prosedur penelitian.

BAB IV : Laporan Hasil Penelitian

Analisis data tentang hasil angket yang meliputi data tentang kreativitas guru dalam pembelajaran dan data tentang motivasi belajar siswa di MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung.

BAB V : Penutup

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Kreativitas Guru

Menurut Baron yang dikutip oleh M. Ali, kreativitas adalah “kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya”.1 Sedangkan menurut Guilford yang dikutip oleh Utami Munandar, “kreativitas melibatkan proses belajar secara divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan”.2

Terkait dengan pengertian kreativitas tersebut, Supriyadi dalam skripsinya Anisatur Rohmah menurutnya kreativitas adalah “kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada”.3 Jadi kreativitas merupakan kemampuan untuk mengekspresikan dan mewujudkan potensi daya berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan unik atau

1

Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT Bumi Aksara:2006), hal. 41.

2

Utami Munandar, Kretivitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 24.

3

Anisatur Rohmah, Kreativitas Guru Agama dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung), STAIN Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2011, hal. 24.

(33)

kemampuan untuk mengkombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain agar lebih menarik. Kreativitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan memerapkannya dalam pemecahan masalah. Menurut Moreno dalam Slameto yang penting dalam “kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya”4, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.

Guru harus berpacu dalam pembelajaran dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh kerena itu, “untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan ketrampilan. Diantaranya adalah ketrampilan pembelajaran atau ketrampilan mengajar”.5 Agar tercipta pembelajaran yang kreatif, profesional dan menyenangkan, diperlukan adanya ketrampilan yang harus

4

Hasanudin, Pengaruh Kreativitas pembelajaran guru, dalam http://hasanudin-bio. blogspot.com/2011/05/pengaruh-kreativitas-pembelajaran-guru.html. diakses tanggal 24 April 2012.

5

(34)

dimiliki dan dikuasai oleh guru, berkaitan dengan ini Turney dalam bukunya E Mulyasa mengatakan bahwa:

Ada 8 ketrampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.6

Mengadakan variasi yang dimaksud di atas yaitu variasi dalam kegiatan pembelajaran seperti pada penggunaan metode dan media pembelajaran. Dengan demikian, sebenarnya “kreativitas merupakan ketrampilan. Artinya, siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan menjadi kreatif”.7

Sebagai seorang guru, seharusnya menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru “berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenagkan bagi semua anak didik”.8 Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas ditandai oleh adanya “kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya

6

Ibid.,hal .69

7

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 245.

8

(35)

kecenderungan untuk menciptakan sesuatu”.9 Jadi, Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus kreatif agar dapat selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa bosan dan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian pengelolaan proses belajar mengajar yang baik didukung oleh kreativitas guru akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Ciri-ciri Kreativitas Guru

Untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak, dibutuhkan guru yang kreatif dan guru yang kreatif itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kreatif dan menyukai tantangan

Guru yang dapat mengembangkan potensi pada diri anak adalah merupakan individu yang kreatif. Tanpa sifat ini guru sulit dapat memahami keunikan karya dan kreativitas anak. Guru harus menyukai tantangan dan hal yang baru sehingga guru tidak akan terpaku pada rutinitas ataupun mengandalkan program yang ada. Namun ia senantiasa mengembangkan, memperbarui dan memperkaya aktivitas pembelajarannya.10

9 E

. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional...hal. 51

10

(36)

2) Menghargai karya anak

Karakteristik guru dalam mengembangkan kreatifitas sangat menghargai karya anakapapun bentuknya. Tanpa adanya sifat ini anak akan sulit untuk mengekspresikan dirinya secara bebas dan mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

3) Motivator

Guru sebagai motivator yaitu seorang guru harus memberikan dorongan dan semangat agar siswa mau dan giat belajar. “Dalam upaya memberikan motivasi kepada anak didik guru harus mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak mau melakukan apa yang dapat dilakukannya”.11 Jadi sebagai motivator, guru harus mengerti dan memahami kondisi siswa agar mereka merasa senang dan nyaman pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

4) Ekspresif, penuh penghayatan dan peka pada perasaan

Kematangan emosional adalah hal yang penting untuk dapat menyelami hasil kreativitas anak. Sikap yang luwes dalam menunjukkan penghargaan dan bimbingan terhadap peserta didik, dapat menjadi modal berkembangnya kreativitas. Guru harus memilki penghayatan dan peka dan dapat menyelami proses hasil kreativitas siswa, tanpa memilki

11

(37)

kepekaan pada perasaannya mungkin penghargaan dan pujian pun akan terasa hambar dan sekedar formalitas belaka.12

5) Evaluator

Dalam hal ini guru harus menilai segi-segi yang harusnya dinilai, yaitu kemampuan intelektual, sikap dan tingkah laku peserta didik, karena dengan penilaian yang dilakukan guru dapat mengetahui sejauh mana kreativitas pembelajaran yang dilakukan. Dalam kelas yang menunjang kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melalui interaksi yang terus menerus dengan siswa. Pekerjaan siswa dikembalikan dengan banyak cacatan dari guru, terutama menampilkan segi-segi yang baik dan yang kurang baik dari pekerjaan siswa. “Guru dapat mengikutsertakan siswa untuk menilai pekerjaan mereka sendiri. Agar siswa tidak kecewa jika pekerjaannya kurang baik, guru hendaknya memperhatikan bagian atau soal mana yang dibuat cukup baik dan memberi penghargaan, misalnya dengan memberi tanda bintang”.13

6) Memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan mengembangkan kemampuan, daya pikir dan daya ciptanya.

12

Anisatur Rohmah, Kreativitas Guru Agama..., hal. 27.

13

(38)

Sementara menurut Dedi supriadi yang di kuti oleh Syamsu Yusum, orang yang memiliki kepribadian yang kreatif ditandai dengan beberapa karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

a) Terbuka terhadap pengalaman baru. b) Fleksibel dalam berpikir dan merespon. c) Bebas menyatakan pendapat dan perasaan. d) Menghargai fantasi.

e) Tertarik kepada kegiatan-kegiatan kreatif.

f)Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

g) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

h) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti. i)Berani mengambil resiko yang diperhitungkan.

j)Percaya diri dan mandiri.

k) Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas. l)Tekun dan tidak mudah bosan.

m) Tidak kehabisan bekal dalam memecahkan masalah. n) Kaya akan inisiatif.

o) Peka terhadap situasi lingkungan.

p) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada ke masa lalu.

q) Memiliki citra diri dan emosional yang baik. r)Mempunyai minat yang luas.

s) Memilki gagasan yang orisinil.

t)Senang mengajukan pertanyaan yang baik.14

Ciri-ciri kretivitas guru di atas perlu dikembangkan, mengingat betapa besarnya tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas. Selanjutnya, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik sehingga peserta didik akan menilainya bahwa guru memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu

14

(39)

secara rutin saja. Kreativitas yang telah dikerjakan oleh guru sekarang dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.

B. Kreativitas Guru Yang Diteliti

1. Kreativitas dalam Penggunaan Metode Pembelajaran

Metode adalah “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan”.15 Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah “mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya”.16 Dengan demikian, metode memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat tergantung pada cara guru dalam menggunakan metode pembelajaran.

15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal. 147.

16

(40)

Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Karenanya, “terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik”.17 Kreativitas guru dalam penggunaan metode pembelajaran sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran, karena nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan saat menerima pelajaran.

a) Beberapa Metode Pembelajaran

Proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara bervariasi atau bergantian satu sama lain sesuai dengan situasi dan kondisi, karena setiap metode pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Buchari Alma “membuat variasi adalah hal yang sangat penting dalam perilaku ketrampilan mengajar”.18 Jadi guru hendaknya bisa memilih diantara ragam metode yang tepat untuk menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman.

17

Ibid., hal. 18.

18

(41)

Berikut akan disebutkan metode-metode pembelajara yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran.

Metode-metode pembelajaran menurut Ismail ada 16 yaitu:

Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode pemberian tugas dan resitasi, metode sosio drama, metode drill(latihan), metode kerja kelompok, metode proyek, metode problem solving, metode sistem regu, metode karyawisata, metode resource person (manusia sumber), metode survai masyarakat, dan metode simulasi.19

Sedangkan metode pendidikan Islami menurut Heri Jauhari ada 5 yaitu: “metode keteladanan (Uswah Hasanah), metode pembiasaan, metode pemberian nasehat, metode memberi perhatian, dan metode hukuman”.20 Dengan demikian, perlu menjadi pertimbangan seorang guru bahwa ada materi yang berkenaan dengan aspek psikomotorik dan kognitif, serta ada juga materi yang berkenaan dengan aspek afektif, yang kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.

Terkait dengan macam-macam metode di atas, Ramayulis yang dikutip oleh Fatah Yasin menjelaskan bahwa:

Metode-metode pendidikan seperti yang sudah digunakan oleh para pendidik agama Islam dari zaman dahulu (klasik) sampai zaman modern sekarang ini seperti; metode bercerita, mendemonstrasikan, mencobakan, memecahkan masalah atau mendiskusikan dan lainya,

19

Ismail SM, Strategi Pembelajaran.... hal. 19.

20

(42)

bisa dilaksaanakan secara integratif atau penggabungan dari metode satu dengan yang lain.21

Selain metode pembelajaran di atas ada juga metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning). Menurut Slavin yang dikutip oleh Buchari Alma cooperatif learning adalah “suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang, dengan struktur kelompok heterogen”.22 Menurut Davidson dan Kroll dalam bukunya Nur Asma pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja sama secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka”.23 Cooper dan Heinich yang dikutip oleh Nur Asma juga menjelaskan bahwa:

Pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

21

Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN Malang Press, 2008), hal. 156.

22

Buchari Alma, dkk. Guru Profesional..., hal. 81.

23

(43)

Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah “untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar”.24 Dengan demikian pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok, dan selama bekerja dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk perubahan pola pikir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena pada model pembelajaran ini guru guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran. Guru lebih banyak menjadi fasilitator dan mediator dari proses itu sendiri.

Ada beberapa variasi jenis motode pembelajaran kooperatif dan metode tersebut mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda, diantaranya adalah:

1. Student Teams Achievment Division (STAD)

STAD adalah “metode pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menuntut tingkat prestasi, jenis kelamin dan

24

(44)

suku”.25 STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda.

Langkah-langkah STAD adalah sebagai berikut:26

a) Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok. b) Membuat kelompok heterogen (4-5 orang).

c) Mendiskusikan bahan-LKS-modul secara kolaboratif.

d) Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

e) Mengadakan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok.

f) Mengumumkan rekor tim dan individual. g) Memberikan penghargaan.

2. Jigsaw

Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama yaitu empat orang dengan latar belakang yang berbeda-beda seperti halnya pada STAD. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil atau materi lain yang bersifat penjelasan terperinci.

25

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif. (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), hal. 52.

26

(45)

“Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut”.27

Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut:28

a) Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.

b) Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.

c) Laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topi-topik mereka kepada teman satu timnya.

d) Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.

e) Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD. 3. Make a Match (Membuat Pasangan)

Metode make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. “Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran, salah satu keunggulan teknik ini

27

Robert E. Slavin, Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktek. (Bandung: Nusa Media. 2008), hal. 14.

28

(46)

adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyengangkan”.29

Langkah-langkah make a match adalah:30

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untk sisi review (satu sisi kartu berupa kertu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban. b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau

soal dari kartu yang dipegang.

c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).

d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian sebaliknya. f) Kesimpulan.

Agar metode yang akan digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka guru harus mampu melihat situasi dan kondisi siswa, karena tingkat kemampuan intelegensi setiap siswa berbeda-beda. Maka dari itu sebagai seorang pendidik, guru selalu dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang nyaman serta dapat

29

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 223.

30

(47)

memotivasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal.

b) Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode mengajar Ada faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh seorang guru sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode pembelajaran agar nantinya proses belajar mengajar menjadi efektif, faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Tujuan

Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tetapi sebaliknya metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuanya. Ketidakjelasan perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar.31 Jadi seorang pendidik harus mempunyai kejelasan dan kepastian dalam merumuskan tujuan sehingga akan memudahkan guru untuk memilih metode mengajar.

2. Karakteristik Siswa

Perbedaan karakteristik anak didik “perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek-aspek perbedaan anak

31

(48)

didik yang perlu dipertimbangkan adalah aspek biologis, intelektual dan psikologis”.32

3. Kemampuan Guru

Latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi bagaimana cara pemilihan metode mengajar yang baik dan tepat, sehingga kemampuan guru merupakan salah satu faktor yang patut diperhatikan dalam pemilihan metode.33 Misalnya guru yang kurang mengetahui tentang metode sistem regu, maka tidak akan memilih metode tersebut dalam menyajikan bahan pelajaran.

4. Sifat Bahan Pelajaran

Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing-masing seperti mudah, sedang, dan sukar. “Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu sesuai untuk mata pelajran yang lain”.34 Oleh karena itu, sebelum memilih metode mengajar guru harus memperhatikan sifat mata pelajaran tersebut.

5. Situasi Kelas

Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pemilihan metode.

32

Ibid., hal. 32.

33

Ibid., hal. 32.

34

(49)

Guru yang berpengalaman tahu betul bahwa kelas dari hari ke hari dan dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sesuai psikologis anak didik. Maka guru harus dapat memperhitungkan dinamika kelas dari sudut manapun. Seandainya siswa sudah lelah dan bosan dengan metode yang diberikan oleh guru, maka guru hendaknya mengganti metode mengajarnya agar suasana kelas bisa kembali kondusif.

6. Kelengkapan fasilitas

Fasillitas yang dipilih “harus sesuai dengan karakteristik metode pengajaran yang digunakan.”35 Yang termasuk dalam “faktor fasilitas ini antara lain alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, tempat dan alat-alat praktikum, buku-buku perpustakaan dan lain sebagainya. Fasilitas ini turut menentukan metode mengajar yang akan dipakai oleh guru”.36

7. Kelebihan dan kelemahan metode

“Tidak ada satu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam setiap situasi. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan”.37 Karenanya, penggabungan metode pun tidak luput dari pertimbangan berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode yang dipilih. Pemilihan yang terbaik adalah “mencari titik

35

Ibid., hal. 33.

36

Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 62

37

(50)

kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan alternatif metode lain yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut”.38 Dari faktor-faktor tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru di samping harus menguasai berbagai metode pembelajaran dia juga harus menguasai tehnik dan strategi agar metode yang telah dikuasainya itu bisa diterapkan dengan tepat dalam suatu pembelajaran, dalam menggunakan metode pembelajaran guru juga harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dengan demikian proses pembelajaran bisa berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.

2. Kreativitas dalam penggunaan Media Pembelajaran

a. Pengertian dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah “proses komunikasi antara guru dan siswa melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat bergantung pada guru sebagai sumber belajar”.39 Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Menurut Brigg yang dikutip oleh Ahmad Rohani media adalah “segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik(film, video)”.40

38

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM... hal.

39

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. ( Jakarta: Kencana, 2008), hal. 197.

40

(51)

Menurut Rossi dan Breidle yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengemukakan bahwa

media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapi tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.41

Sedangkan menurut Gerlach “secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap”.42 Jadi dalam hal ini, pengertian media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio saja tetapi juga meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar.

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud media itu bukan hanya sekedar perangkat keras (hardware) saja tapi juga ada perangkat lunaknya (software). Hardware itu bisa meliputi radio, televisi, buku, koran dan sebagainya. Sedangkan

software meliputi isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainya.

41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi ... hal. 163. 42

(52)

Berikut akan diuraikan Manfaat penggunaan media yaitu:43

-Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya, guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari melalui rekaman hasil video dan menjelaskan perkembangan bayi dalam rahim dari mulai sel telur dibuahi hingga menjadi embrio dan berkembang menjadi bayi.

-Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. Media pembelajaran juga bisa membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan mata telanjang.

-Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media dapat menambah motivasi belajr siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Sedangkan menurut Kemp dan Dayton, media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:

(1) Memotivasi minat atau tindakan, yaitu media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan yang hasilnya adalah untuk melahirkan minat siswa.

(2) Menyajikan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasidi hadapan sekelompok siswa.

43

(53)

(3) Memberi instruksi, maksudnya informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.44

b. Macam-macam Media Pembelajaran

Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:45

- Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. - Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara, yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

- Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula di bagi ke dalam46:

44

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 19.

45

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran... hal. 211.

46

(54)

- Media yang memilki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

- Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video dan lain sebagainya.

Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam47:

-Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projektor untuk memproyeksikan film, slide projektor untuk memproyeksikan film slide, operhead projektor (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukunganalat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.

-Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto. Lukisan, radio, dan lain sebagainya.

Terkait dengan macam-macam media tersebut, Brets membuat klasifikasi berdasakan adanya tiga ciri, yaitu: suara (audio), bentuk

47

(55)

(visual) dan gerak (motion). Atas dasar ini Brets membuat delapan kelompok media yaitu:

- Media audio-motion-visual, yakni: media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyeknya dapat dilihat. Seperti televisi, video tape dan film gerak.

- Media audio still-visual, yakni media yang mempunyai suara, obyeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan.

- Media semi motion, mempunyai suara dan gerakan namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh seperti teleboard. - Media motion visual, yakni media yang mempunyai gambar

obyek bergerak, seperti film (bergerak) bisu (tak bersuara). - Media still-visual, yakni ada obyek namun tidak ada gerakan,

seperti gambar atau halaman cetakan.

- Media semi-motion (semi gerak), yakni yang menggunakan garis dan tulisan seperti tele-autograf.

- Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon dan auto-tape.

- Media cetakan, hanya menampilkan simbol-simbol tertentu yaitu huruf (simbol bunyi).48

c. Kriteria Pemilihan Media

Untuk memilih media, guru perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) “Kesesuain media dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

2) Kesesuaian media dengan strategi pembelajaran yang dipilih”.49 3) Media yang akan digunakan “harus sesuai dengan materi

pembelajaran. Setiap materi pembelajaran memiliki kekhasan dan

48

Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hal. 92.

49

(56)

kekompleksan”.50 Jadi sebelum memilih media, guru harus mengetahui materi pembelajaran yang akan diajarkan, sehingga media yang dipilih akan menunjang proses pembelajaran.

4) Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran. Media yang dipilh hendaknya “selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.51 Jika tujuan pengajaran yang akan dicapai lebih bersifat kognitif, maka harus digunakan media pengajaran yang merangsang kemampuan berpikir secara aktif. Selanjutnya, jika tujuan pengajaran yang akan dicapai lebih bersifat keterampilan, maka media yang harus digunakan adalah yang mampu memperjelas siswa dalam mempraktekkan suatu keterampilan tertentu.

5) Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.52

6) Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Media pembelajaran “harus sesuai dengan minat,

50

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi ... , hal. 173.

51

M. Basyirudin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran. ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 15.

52

(57)

kebutuhan dan kondisi siswa”.53 Siswa yang memiliki pendengaran kurang baik akan sulit memahami pelajaran jika menggunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga bagi siswa yang memiliki penglihatan yang kurang baik akan susah menangkap pelajaran yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda-beda, oleh karena itu guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan karakteristik tersebut.

7) Media yang akan digunakan harus memperhatikan “efektifitas dan efisiensi”.54 Media yang memerlukan biaya atau peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang murah atau sederhana belum tentu tidak memiliki nilai, jadi guru perlu memperhatikan efektivitas media yang akan dirancang.

8) Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media. “Betapapun tingginya nilai kegunaan media, hal itu tidak akan memberikan manfaat yang optimum, jika guru kurang mampu menanganinya dengan baik”.55 Media secanggih apapun tidak dapat menolong tanpa adanya kemampuan teknis mengoperasikannya. Maka dari

53

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi ... , hal. 174.

54

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 307.

55

(58)

itu, sebaiknya guru mempelajari dahulu bagaimana mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan, sebab guru sering melakukan kesalahan-kesalahan yang prinsip dalam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar tapi malah sebaliknya mempersulit siswa belajar.

Sedangkan menurut Arief S. Sardiman yang dikutip oleh Harjanto, bahwa pemilihan media harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:

1) Media hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

2) Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.

3) Kemampuan daya pikir dan daya tangkap paserta didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan.

4) Pemilihan perlu memperhatikan ada atau tidak media tersedia di perpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh. 5) Media harus memilki kejelasan dan kualitas yang baik.

6) Biaya merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak.56

Sebagai seorang guru yang kreatif, hendaknya dalam proses pembelajarannya menggunakan barbagai variasi agar siswa tidak merasa bosan dan pelajaran yang disampaikan bisa langsung diterima atau dipahami oleh siswa, sehingga akan menjadikan proses pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. “ketrampilan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu: pertama, variasi dalam gaya mengajar. Kedua, variasi dalam menggunakan media dan bahan pegajaran.

56

(59)

Dan ketiga, variasi antara guru dengan siswa”.57 Jika “guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu media ke media yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indera anak didik, membuat perhatian anak didik menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar”.58 Jadi, seorang guru yang kreatif harus mengadakan variasi penggunaan media agar pembelajaran yang disampaikan dapat menarik perhatian siswa dan siswa menjadi lebih semangat dalam mengikuti pelajaran.

C. Karakteristik Mata Pelajaran Fikih

Mata pelajaran Fikih adalah mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan madrasah mulai tingkat MI, MTs dan MA yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Fikih yaitu “ilmu tentang hukum Islam”.59 Adapun tujuan diberikannya materi pelajaran Fikih yaitu agar dapat melaksanakan semua ketentuan hukum-hukum Islam, baik hukum tentang beribadah dan hukum tentang masalah sosial yang nantinya akan memperkuat iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun karakteristik mata pelajaran fikih diantaranya adalah:

57

Sunaryo,Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. (Malang: IKIP Malang, 1989), hal. 43.

58

Abuddin Nata, Perspektif Islam..., hal. 291.

59

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia edisi ketiga.

(60)

1. Mata pelajaran fikih adalah mata pelajaran amaliyah (praktek). Hal ini tercermin dalam tujuan pembelajaran umum mata pelajaran itu yaitu:

- Kemampuan mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah.

- Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum

Gambar

Tabel Hal
Tabel 1.1Jabaran Variabel, Sub Variabel, Indikator dan Deskriptor
Populasi PenelitianTabel 3.112
Tabel 1.1Daftar nama Kepala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketergantungan warga desa terhadap lingkungan membuat mereka menolak dengan keras pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga perlawanan terhadap pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran matematis ditinjau dari gaya berpikir sekuensial siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto pada kelas

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti memberikan kepada kaum perempuan sejumlah pengalaman spasial dalam bentuk latihan, khususnya pengalaman-pengalaman

Easton Park merupakan bangunan hunian vertikal 26 lantai dan memiliki 1 lantai semi basement, Easton park adalah salah satu bangunan di kawasan Bandung Timur

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor makro ekonomi yaitu inflasi, kurs

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor