BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesejahteraan
2.1.1. Defenisi Kesejahteraan
Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global
maupun nasional. Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita
harus mengetahui pengertian sejahtera terlebih dahulu. Kesejahteraan itu meliputi
keamanan, keselamatan, dan kemakmuran. Pengertian sejahtera menurut W.J.S
Poerwadarminta adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan makmur. Dalam
arti lain jika kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini dapat
terpenuhi, maka akan terciptalah kesejahteraan.
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan
Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari
Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya
memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita
hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan
pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita
Menurut Mosher (1987), hal yang paling penting dari kesejahteraaan
adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga
tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh
pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan
rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan
untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi
peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut
sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat
merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.
Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi moneter
maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang
didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah.
Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi
dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi
miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang akan datang. Hal ini merupakan
masalah yang cukup serius karena bersifat struktural dan mendasar yang
mengakibatkan risiko-risiko sosial ekonomi dan akan sangat sulit untuk
memulihkan diri (recover). Kerentanan merupakan suatu dimensi kunci dimana
perilaku individu dalam melakukan investasi, pola produksi, strategi
penanggulangan dan persepsi mereka akan berubah dalam mencapai
Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:
1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.
2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan
sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha
kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk
mencapai sejahtera.
Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat
tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang
dapat dijadikan ukuruan, antara lain adalah:
1. Tingkat pendapatan keluarga
2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran
untuk pangan dengan non-pangan
3. Tingkat pendidikan keluarga
4. Tingkat kesehatan keluarga
5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
2.2. Pengukuran Kesejahteraan Petani
Tingkat kesejahteraan petani dapat diukur melalui :
1. Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul ketika petani melakukan
pendapatan tersebut maka akan meningkatkan standar kehidupan petani karena
dengan meningkatnya pendapatan maka akan merubah pola konsumsi. Semakin
tinggi pendapatan yang dihasilkan maka akan meningkatkan konsumsi.
2. Kesehatan
Untuk menganalisis kesehatan dan standar hidup rumah tangga ada empat
jenis indikator yang digunakan, yang meliputi status gizi, status penyakit,
ketersediaan pelayanan kemiskinan, dan penggunaan layanan-layanan kesehatan
tersebut.
3. Pendidikan
Untuk menganalisis pendidikan, pada umumnya terdapat tiga jenis
indikator yang digunakan yang meliputi, tingkat pendidikan anggota rumah
tangga, ketersediaan palayanan pendidikan, dan penggunaan layanan pendidikan
tersebut.
2.3. Potensi Pertanian
Indonesia terlahir sebagai negara agraris dan memiliki beberapa
keuntungan salah satunya adalah tata letak wilayah yang persis terletak pada garis
khatulistiwa dan memiliki iklim tropis dengan dua musim, sehingga berbagai jenis
tanaman dapat dengan mudah di budidayakan di Indonesia, selain itu berbagai
jenis ternakpun akan sangat mudah dikembangbiakan karena cukupnya
ketersediaan makanan ternak. Selain letak geografis, masyarakat Indonesia sejak
dulu sebagian besar memilih usaha tani sebagai mata pencaharian utamanya.
Sektor pertanian mendominasi kegiatan perekonomian pedesaan. Di Indonesia
menggerakan perekonomian masyarakat. Pertanian sendiri menjadi pangsa pasar
tenaga kerja yang cukup besar, dimana angkanya mencapai 38,69 juta orang di
tahun 2010. Selama periode 2010-2014, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
mencapai 10,26% dengan pertumbuhan sekitar 3,90%. Pada tahun2014 sektor
pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau skitar 30,2% dari total tenaga kerja.
Investasi di sektor pertanian primer baik Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan
rata-rata sebesar 4,2% dan 18,6% per tahun.
Nilai tukar petani (NTP) meningkat sangat pesat. Pada tahun 2013 NTP
sempat menurun, namun NTP melonjakdari sebesar 101,78% pada tahun 2010
menjadi 106,52% pada tahun 2014. Tingkat pendapatan petani untuk pertanian
dalam arti luas maupun pertanian sempit menunjukkan peningkatan yang
diindikasikan oleh pertumbuhan yang positif masing-masing sebesar 5,64% dan
6,20%/tahun selama kurun waktu 2010-2014. Pada periode yang sama, jumlah
penduduk miskin di pedesaan yang sebagian besar bergerka di sektor pertanian
menurun dengan laju sebesar 3,69%/tahun atau menurun dari sekitar 19,93 juta
pada taun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.
Sejalan dengan Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045,
pembangunan sektor pertanian dalam lima tahun ke depan (2015-2019) akan
mengacu pada paradigma Pertanian Untuk Pembangunan (agriculture for
Development) yang memposisikan sektor pertanian sebagai penggerak
transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh mencakup
kelola pembangunan. Hal ini berarti sektor pertanian tidak hanya bertindak
sebagai penyedia pangan bagi masyarakat namun juga memiliki peran yang luas
dan multifungsi. Dalam hal ini sektor pertanian memiliki fungsi strategis untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan lingungan dan sosial (kemiskinan, keadilan,
dan lain-lain) serta fungsinya sebagai penyedia sarana wisata (agrowisata).
2.4. Pengertian dan Penggolongan Petani 2.4.1. Pengertian Petani
Banyak teori pertanian maupun tentang petani yang diungkapkan oleh para
ahli. Menurut para ahli, terdapat beberapa definisi Pertanian maupun Petani,
seperti :
Menurut Anwas (1992), Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam
dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh
kehidupan dari kegiatan itu, sedangkan Pengertian Pertanian adalah kegiatan
manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman
ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.
Petani menurut Slamet (2000), disebut petani asli apabila memiliki tanah
sendiri, bukan sekedar penggarap maupun penyewa. Berdasarkan hal tersebut,
secara konsep, tanah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seorang petani.
Sementara Eric R. Wolf (1986), mengemukakan bahwa petani sebagai
orang desa yang bercocok tanam, artinya mereka bercocok tanam di daerah
usaha tani dalam arti ekonomi, ia mengelolah sebuah rumah tangga, bukan sebuah
perusahaan bisnis, namun demikian dikatakan pula bahwa petani merupakan
bagian dari masyarakat yang lebih luas dan besar.
Poin penting dari konsep di atas bukan hanya terletak pada soal, bahwa
tanah adalah alat produksi utama petani, melainkan bahwa alat produksi tersebut
mutlak dimiliki seorang petani. Implikasinya, petani yang tidak memiliki tanah
sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau asli. Implikasi politisnya, petani
mutlak dan mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya atas tanah.
Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa konsep petani asli memiliki kaitan
sosial-budaya-politik. (Sadikin M, 2001:31).
2.4.2. Penggolongan Petani
Menurut James C Scoot, masyarakat petani dapat digolongkan
berdasarkan faktor pemilikan tanah, yaitu :
1. Golongan Pertama
Petani pemilik tanah pertanian dan tanah pekarangan rumah
2. Golongan Kedua
Petani yang memiliki tanah pekarangan tetapi tidak memiliki tanah pertanian
3. Golongan Ketiga
2.5. Pengertian Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan 2.5.1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan didefenisikan sebagai suatu penghasilan yang diterima karena
adanya aktivitas, usaha, dan pekerjaan. Atau dapat juga diperoleh dari penjualan
hasil produksi ke pasar. Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
seseorang maupun perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka
semakin besar kemampuan seseorang atau perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Tinggi rendahnya
pendapatan seseorang tergantung pada faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin,
kemampuan,pendidikan dan pengalaman.
Menurut Yuliana Sudremi (2007:133) Pendapatan merupakan semua
penerimaan seseorang sebagai balas jasanya dalam proses produksi. Balas jasa
tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba tergantung pada faktor
produksi pada yang dilibatkan dalam proses produksi.
2.5.2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup
atau kemajuan yang lebih baik. Secara etimologi, pengertian pendidikan adalah
menjadi berkembang atau bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain,
pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri (inner
abilities) dan kekuatan individu.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan ialah suatu usaha sadar dan
mampu secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan bagi diri sendiri. masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan seseorang yang berkuaalitas
dan berkarakter, memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu
cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam
berbagai lingkungan. Karena pendidikan akan memotivasi diri kita untuk lebih
baik dalam segala aspek kehidupan.
2.5.3. Pengertian Kesehatan
Dalam Menurut UU No. 36 tahun 2009 pengertian kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan. Ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam
defenisi sehat yaitu:
1.Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan
baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In
Corpore Sano).
3.Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO
dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap
individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah
agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak
monoton.
2.6. Hubungan Pendapatan, Pendidikan, dan Kesehatan terhadap Kesejahteraan Petani
Pendapatan negara biasanya diukur melalui pendapatan perkapita
penduduknya. Pendapatan perkapita juga merupakan suatu indikator untuk
mengklasifikan suatu negara, apakah negara itu disebut negara miskin,
berkembang, atau negara maju. Pendapatan perkapita, ialah pendapatan rata-rata
penduduk dalam suatu wilayah. Tinggi rendahnya pendapatan perkapita suatu
1. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat setempat, kurangnya keahlian
dan keterampilan (skill).
2. Rendah nya tingkat produktivitas
3. Tidak tersedianya lapangan kerja yang memadai
Rendahnya tingkat pendapatan perkapita mengakibatkan berkurangnya tingkat
kesejahteraan masyarakat, dan tentu menjadi masalah dalam pembangunan
nasional.
Dengan meningkatnya pendidikan seseorang tentu akan meningkatkan
pandangan, pola pikir dan pengambilan keputusan daam menghadapi suatu
masalah. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentu akan berdampak pada
proses pencapaian kesejahteraan. Rendahnya penguasaan akan IPTEK. Dalam hal
ini untuk meningkatkan produksi tentu saja faktor teknologi dan tenaga skill
diperlukan. Namun di negara kita hal ini masih belum memadai. Rendahya tingkat
pendidikan akan berdampak dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi
suatu masalah. Tentu pandangan setiap orang berbeda dalam menghadapi suatu
masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tepat cara, dan
semakin baik tindakan nya dalam menyelesaikan suatu masalah dan mnerima
hal-hal baru.
Masalah tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka kematian.
Di wilayah pedesaan umum nya fasilitas-fasilitas kesehatan belum memadai. Oleh
karena itu kualitas kesehatan di pedesaan masih sangat memprihatinkan.
1. Kurangnya sarana pelayanan kesehatan
3. Kurangnya pengetahuan akan kesehatan
Jika kesehatan masyarakat rendah, dimana kondisis fisik menurun, tentu
saja akan menghambat proses fungsi sosial nya. Proses kerja nya lambat dan tidak
2.7. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 M. Yacob
Kemiskinan petani padi sawah
di Desa Pallantikang dapat
dilihat dari berbagai indikator
seperti tingkat pendidikan yang
rendah, sanitasi yang buruk,
kurang nya ketersedian lahan
pettanian yang memadai, dan
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan petani di
kecamatan Babulu sangat
rendah, namun dengan
mentransformasi lahan
pertanian menjadi perkebunan
kelapa sawit, tingkat
kesejahteraan meningkat.
Tingkat pemenuhan kebutuhan
petani jauh lebih terpenuhi
ketika mereka mentranformasi
lahan pertanian menjadi lahan
perkebunan kelapa sawit
lahan pertanian. Dimana
pemenuhan kesehatan,
sandang, ketahanan pangan
jauh lebih terjamin.
Tangga Petani Plasma
Kelapa Sawit Di Desa
Penelitian ini mengelompokan
tingkat kesejahteraan petani
berdasarkan pemenuhan
kebutuhan dasar menurut BPS
2008 dengan kriteria, bila
Hasil penelitian menunjukan
petani lebih dominan terhadap
indikator yang ke 4-8 (86%) itu
berarti rumah tangga petani
tergolong kurang sejahtera.
Kesejahteraan petani dapat
digambarkan oleh lima
indikator, yaitu tingkat
pendapatan, proporsi
pengeluaran pangan rumah
tangga, nilai tukar petani,
indeks daya beli, dan
indikator di atas diketahui
bahwa proporsi pengeluaran
pangan mencapai 59,5-62,4
persen dari nilai total
pengeluaran rumah tangga.
Kondisi ini menyimpulkan
bahwa petani padi di kedua
kabupaten tersebut belum
sejahtera.
Sumber: Data diolah penulis
2.8. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Tingkat Pendapatan
(X1)
Kesejahteraan Petani (Y) Tingkat Pendidikan
(X2)
2.9. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:70), hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena,
jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum
menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan
pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan
tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel
dalam persoalaan.Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian ini biasanya disusun
dalam kalimat pernyataan.
Dugaan sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendapatan terhadap kesejahteraan
rumah tangga petani.
2. Terdapat pengaruh positif antara tingkat pendidikan terhadap kesejahteraan
rumah tangga petani.
3. Terdapat pengaruh positif antara tingkat kesehatan terhadap kesejahteraan