• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengambilan Keputusan Menjadi Seorang Parmalim (Sebuah Tinjauan Studi Kasus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengambilan Keputusan Menjadi Seorang Parmalim (Sebuah Tinjauan Studi Kasus)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Agama tidak hanya sebagai alat untuk membentuk watak dan moral, tapi juga menentukan falsafah hidup dalam suatu masyarakat. Fungsi agama ini telah disadari dan diakui oleh orang-orang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vergote (dalam Dister, 1988) di Perancis yang ingin melihat seberapa penting pendidikan agama ditanamkan sejak kecil. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 75% responden menyatakan pendidikan beragama perlu diberikan sejak kecil karena berguna untuk menanamkan moral dalam setiap individu. Selain itu, para responden penelitian tersebut juga berpendapat bahwa pendidikan beragama memberikan pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

Secara etimologi, kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya

“tidak kacau balau”. Kata “agama” memiliki makna bahwa agama dapat

menciptakan keadaan, kehidupan yang tidak kacau-balau. Agama mengikat penganutnya secara langsung atau tidak langsung kepada hukum dalam agama tersebut. Kepatuhan seseorang terhadap agamanya diharapkan membuat kehidupan tidak kacau balau. Seseorang yang tidak memiliki agama dipercaya akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006).

(2)

(PNS) di daerah Pulaupunjung, Sumatera Barat. Dalam sebuah artikel koran elektronik tertulis bahwa Alexander Aan, 30, dinyatakan bersalah karena "sengaja menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian agama dan permusuhan". Aan memulai sebuah kelompok ateis di Facebook, dimana ia berbagi komik Nabi yang berhubungan seks dengan budaknya. Dia juga mengunggah tiga artikel di akunnya, termasuk satu artikel yang menggambarkan Nabi tertarik pada menantu perempuannya.

Aan dipukuli oleh massa yang marah dan ditangkap oleh polisi di kampung halamannya di Pulau Punjung di Sumatera Barat pada Januari, setelah menampilkan materi tersebut secara online dan menyatakan dirinya ateis. Pengadilan sebelumnya mendakwa Aan dengan dua tuduhan lain - membujuk orang lain untuk memeluk ateisme dan menghujat - dan jaksa telah menuntutnya dengan hukuman tiga setengah tahun penjara. Akan tetapi, pengadilan membuktikan dia bersalah atas tuduhan yang paling serius dan membatalkan dua tuntutan lainnya (dalam http://khabarsoutheastasia.com, Juni 2012)

(3)

Negara Indonesia memiliki enam agama besar yang telah diakui, yaitu Kristen Protestan, Katolik, Budha, Hindu, Islam, dan Konghucu. Namun, selain keenam agama tersebut, terdapat berbagai agama lokal yang sampai saat ini belum diakui oleh negara Indonesia, yang disebut dengan aliran kepercayaan. Menurut kamus bahasa Indonesia aliran kepercayaan merupakan sebutan bagi sistem religi di Indonesia yang tidak termasuk salah satu dari agama yang resmi. Pasal 29 ayat

1 UUD 1945 berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu.” Hal ini berarti masyarakat Indonesia memiliki peluang dan

kesempatan untuk memeluk atau menjadi umat salah satu agama yang ada di Indonesia.

(4)

yang tidak mendapat layanan kesehatan dan pendidikan, bahkan jenazah mereka sering ditolak masyarakat untuk dikuburkan di pemakaman umum (vhrmedia.com, Desember 2012).

Salah satu aliran kepercayaan yang ada di Indonesia adalah ugamo Malim. Ugamo Malim merupakan aliran kepercayaan suku Batak Toba. Orang-orang yang menganut ugamo Malim disebut sebagai parmalim. Parmalim berasal dari kata malim yang memiliki dua arti yaitu: pertama, malim sebagai sifat dasar yang dituju yang berawal dari haiason dan parsolamon, dimana haiason diartikan dengan kebersihan fisik dan parsolamon diartikan dengan membatasi diri dari kenikmatan dan tindakan; kedua, adalah malim sebagai sosok pribadi. Parmalim sendiri dapat diartikan dengan orang yang mengikuti ajaran malim, dimana pengikutnya harus memiliki sifat yang bersih atau suci baik fisik maupun rohani, serta dapat membatasi diri dari kenikmatan yang bersifat duniawi (dalam Tiorry, 20 Desember 2010).

(5)

ini juga merupakan upaya untuk menghimpun dana sosial bersama dengan menyisihkan sebagian hasil panen untuk kepentingan warga yang membutuhkan (Gultom, 2010).

Dari sebuah komunikasi personal dengan Bapak Surya, salah seorang pengurus tempat ibadah parmalim, diketahui bahwa para parmalim dilarang untuk menyebarkan ajaran agamanya kepada orang lain. Mereka juga dilarang meminjamkan buku patik mereka jika tidak diminta orang lain. Para permalim bisa memberikan penjelasan mengenai ajaran mereka kepada orang lain, jika orang tersebut yang duluan bertanya. Jika seseorang menanyakan mengenai ajaran ugamo Malim, maka parmalim bisa menjelaskan secara dalam ajaran-ajaran mereka. Berikut kutipannya.

“Bagi kami dek, kami „gak perlu berusaha buat menyebarkan agama kami sama orang lain kayak agama-agama yang lain. Lebih baik kami menjalankan hal-hal yang diajarkan oleh Debata Mulajadi Na Bolon. Kita jalankan Patik yang ada, berbuat baik sama orang lain. Biar aja orang lain yang melihat kita bagaimana. Kalo mereka lihat kita baik dan mer asa kalo ini adalah jalan yang benar, ya mereka bisa masuk ke Ugamo Malim. Itu terserah mereka. Cuma kalo dari kami sendiri sih „gak ada usaha untuk menyebarkan ajaran Ugamo Malim kami.”

(Komunikasi Personal, 5 Mei 2012)

“Kami enggak boleh menyebarkan ajaran kami sama yang bukan parmalim. Ngasih-ngasih tahu sama orang gitu enggak boleh. Kecuali mereka yang nanya duluan, barulah bisa kita jelaskan semua. Ngasih buku patik kami sama orang lain pun dilarang. Kecuali dia memang mau pinjam.”

(Komunikasi Personal, 5 Mei 2012)

(6)

merupakan salah satu dari sekian banyak jalan menuju Surga. Para permalim mengakui keberadaan para utusan Tuhan yang ada di dalam agama-agama lain. Bagi mereka, itu merupakan cara-cara manusia yang lain untuk mencapai Surga. Mereka tetap mengakui bahwa ajaran-ajaran dalam agama lain benar, hanya saja jalan yang paling tepat bagi orang Batak adalah jalan yang diajarkan Raja Sisingamaraja dalam ugamo Malim. Berikut kutipannya.

“Cobalah dulu, apa arti agama itu. Supaya tidak kacau dunia ini kan? Kalo kami beda; kami bilangnya ugamo. Ugamo itu jalan. Bagi kami inilah jalan untuk menuju pada Yang Maha Kuasa. Banyak memang jalan menuju Yang Kuasa. Makanya banyak agama di dunia ini kan. Tapi kami percaya bagi

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa para penganut aliran kepercayaan sering mengalami diskriminasi, tidak terkecuali dari masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Misalnya saja, saat para penganut agama Malim berencana membangun Rumah Persantian di kota Medan ada tahun 2005. Terjadi penolakan dari warga sekitar sehingga pada akhirnya rumah tersebut gagal dibangun. Menurut pengakuan Bapak Surya, alasan warga sekitar menolak adalah di wilayah tersebut tidak ada penganut agama Malim. Berikut kutipannya.

“Gak suka orang itu dulu kami bangun tempat ibadah di situ. Dibilanglah kar‟na enggak ada parmalim yang tinggal di situ. Terus kami diganggu. Dilempari batu lah...”

(7)

Selain masyarakat, sistem yang berlaku di pemerintah juga memberikan kesulitan tersendiri bagi para parmalim. Saat pengurusan surat-surat, beberapa instansi pemerintah meminta parmalim untuk mendaftarkan agamanya sesuai dengan agama yang diakui. Hal ini membuat para parmalim merasa diperlakukan secara tidak adil. Salah satunya adalah Bapak Budi, salah seorang parmalim di kota Medan. Bapak Budi mempertanyakan mengapa pada saat pemilihan presiden, agama mereka tidak dipermasalahkan, tetapi pada saat mengurus surat-surat mereka malah disuruh berbohong. Hal ini terlihat dari pernyataan pak N berikut :

“Kok Cuma kami (parmalim) „gak diakuin? Pas mo pemilihan Presiden „gak da persyaratan agama tertentu yang bisa milih. Kok kalo ngurus surat dan lain-lain kami „gak diakuin? Kar‟na itu harus masuk ke salah satu agama yang diakuinlah.”

(Komunikasi personal, 15 Oktober 2011)

Menurut Bapak Budi, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para parmalim memberikan berbagai reaksi dari para parmalim. Ada yang tetap mengosongkan agama mereka di catatan pemerintahan dan beribadah sesuai aturan ugamo Malim. Beberapa orang memilih untuk mendaftarkan diri mereka di kantor pemerintahan dengan menggunakan salah satu dari enam agama yang diakui oleh pemerintah, walaupun dalam kenyataannya mereka masih menjadi seorang parmalim. Misalnya saja, dengan mengaku mendaftarkan dirinya di kantor pemerintahan sebagai seorang penganut agama Kristen namun tetap beribadah sebagaimana seharusnya yang dilakukan seorang parmalim. Hal ini terlihat dari pernyataan berikut.

“Kalo amang (menyebutkan dirinya sendiri dalam bahasa Batak) sama keluarga amang di KTP masuk agama Kristen.”

(8)

Beberapa parmalim memilih jalan lain untuk menyesuaikan diri dengan kesulitan yang mereka alami, yaitu dengan menjadi penganut salah satu agama yang diakui di Indonesia. Diketahui dari komunikasi personal dan dalam interaksi dengan warga parmalim, penulis mengetahui bahwa dengan melakukan konversi agama, masyarakat di sekitarnya tidak akan memandang mereka (para parmalim) secara negatif. Mereka tidak akan dinilai menganut aliran sesat lagi.

Hal yang dilakukan oleh para parmalim ini disebut dengan konversi agama. Konversi agama didefinisikan sebagai perubahan. Paloutzian (1996) mengatakan bahwa konversi agama merupakan perubahan kepercayaan yang mempengaruhi kerangka hidup individu. Perubahan tersebut dapat mengubah individu dari satu kelompok ke kelompok lain, dari satu kepercayaan ke kepercayaan yang lain. Penido (dalam Ramayulis, 2002), berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur, yaitu unsur dari dalam diri (endogenous origin) dan unsur dari luar (exogenous origin).

Unsur dari dalam diri (endogenous origin) merupakan proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Seorang individu dapat mempertanyakan apakah agama yang dianutnya sejak kecil telah memiliki

“kepastian keselamatan.” Unsur dari luar (exogenous origin) merupakan proses

(9)

Unsur dari luar (exogenous origin) lebih sering mendorong seorang parmalim berpindah menjadi penganut salah satu agama yang diakui oleh pemerintah. Mereka tidak tahan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami mereka saat menganut ugamo Malim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Surya yang mengatakan bahwa beberapa parmalim yang berpindah agama karena tidak tahan menjadi seorang parmalim dan malu mengakui bahwa mereka seorang parmalim. Hal ini terlihat dari pernyataan berikut.

“Ya ada juga lah dek yang pindah ke agama lain. Kayak mana lah mereka „gak tahan. Jadi maunya yang gampang aja, pindah agama. Biasanya mereka yang kayak gitu juga „gak ngerti bagaimana Ugamo Malim itu sendiri. Malu mereka bilang sama orang-orang kalo mereka Parmalim. Jadi itu lah…pindah ke (agama) yang lain.”

(Komunikasi Personal, 5 Mei 2012)

Masalah-masalah yang dialami oleh parmalim membuat beberapa dari mereka berpindah agama atau mengganti agama mereka dalam berkas-berkas kependudukan mereka. Namun, hal yang berbeda dilakukan oleh pak Ucok. Pak Ucok berpindah agama dari Kristen Protestan, salah satu agama yang diakui oleh pemerintah, menjadi seorang parmalim. Pak Ucok resmi menjadi seorang parmalim sejak tahun 2004. Saat itu Pak Ucok bekerja sebagai sopir bus antar-daerah. Pak Ucok mengatakan bahwa pada awalnya ia adalah seorang Kristen yang taat. Ia sering membaca Alkitab. Setelah beberapa lama membaca Alkitab, pak Ucok menemukan beberapa hal yang mengganjal hatinya. Ia merasa bingung, kenapa hal yang dilakukan oleh orang Kristen selama ini berbeda dengan ajaran yang tertulis di dalam Alkitab.

(10)

berbeda antara yang saya baca di Alkitab dengan yang kami lakukan selama ini.”

(Komunikasi Personal, 27 Maret 2013)

Pak Ucok mengatakan bahwa orang Kristen kurang melakukan hal-hal yang tertulis di dalam Perjanjian Lama dalam Alkitab, misalnya saja dalam hal makanan. Pak Ucok mengatakan bahwa dalam Alkitab jelas tertulis bahwa Tuhan melarang bangsa Israel memakan beberapa makanan (misalnya daging babi, hewan berdarah panas, dan sebagainya), namun kenyataannya ia melihat bahwa orang Kristen memakan semua jenis makanan.

“Saya baca Perjanjian Lama. Di situ kan dikatakan bahwa Tuhan melarang bangsa Israel untuk memakan daging babi, hewan berdarah panas. Tapi kok sekarang semua orang Kristen makan semua makanan itu? Saya lihat kebanyakan mereka kurang melakukan yang diajarkan dalam Perjanjian Lama. Padahal kan Perjanjian Lama bagian dari Alkitab juga kan?”

(Komunikasi Personal, 27 Maret 2013)

Pak Ucok mengatakan bahwa semakin ia membaca Alkitab, semakin banyak ia menemukan ketidak-sesuaian antara ajaran di dalam Alkitab dengan perilaku orang-orang Kristen. Hal tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan, namun Pak Ucok masih menyimpan pertanyaan tersebut dalam hatinya. Ia tidak menanyakan hal-hal tersebut kepada para pemimpin di Gerejanya.

“Makin saya baca Alkitab, semakin banyak pertanyaan dalam hati saya. Cuma pertanyaan-pertanyaan itu masih saya simpan saja dalam hati saya. Saya pikir, nanti saja saya tanyakan hal ini.”

(Komunikasi Personal, 27 Maret 2013)

(11)

bu Wati seputar ugamo Malim. Ia pun perlahan-lahan mulai memahami ajaran ugamo Malim.

“Belum sempat saya tanyakan pertanyaan-pertanyaan saya ini, datanglah bu Wati di dekat rumah kami. Kebetulan dia pramalim. Jadi seringlah kami cerita-cerita tentang parmalim.“

(Komunikasi Personal, 27 Maret 2013)

Pak Ucok mengatakan bahwa setelah ia mendengar penjelasan mengenai ajaran ugamo Malim dari tetangganya, Ibu Wati. Pa Ucok kemudian merasa tertarik untuk menjadi seorang parmalim. Ia merasa ajaran-ajaran dalam ugamo Malim sesuai (lebih sesuai) dengan apa yang selama ini diyakininya. Ia mengatakan bahwa ia merasa Roh Tuhan datang kepadanya dan menyuruhnya untuk menjadi seorang parmalim.

“Setelah saya mendengar penjelasan bu Wati, saya merasa ajaran ini benar. Hal yang selama ini saya baca di Alkitab juga dilakukan oleh parmalim. ya terbuka aja hati saya. Kurasa Roh Tuhan datang sama saya dan menyuruh saya masuk menjadi parmalim”

(Komunikasi Personal, 27 Maret 2013)

Jika dikaitkan dengan pernyataan Penido (dalam Ramayulis, 2002), pengalaman Pak Ucok berpindah agama menjadi seorang parmalim dikarenakan unsur dalam dirinya (endogenos origin). Ia meragukan keselamatan yang ada di dalam agama Kristen sehingga ia ingin berpindah agama menjadi seorang parmalim. Hal ini tidak dipengaruhi oleh tekanan dari luar dirinya, tetapi murni dari dalam hatinya.

(12)

yang menyatakan bahwa beberapa keputusan bisa saja keputusan yang dianggap kurang penting yang hanya membutuhkan sedikit pemikiran, sebaliknya ada keputusan-keputusan yang dianggap penting yang membutuhkan pemikiran aktif untuk mencapai hasil yang memuaskan. Suatu keputusan dianggap penting karena berbagai alasan, di antaranya materi yang harus dikeluarkan dan konsekuensi dari keputusan tersebut. Selain itu, suatu keputusan juga akan dianggap penting jika berkaitan dengan opini tertentu atau nilai-nilai emosional dari si pengambil keputusan Dapat disimpulkan bahwa bagi seorang individu, keputusan untuk berpindah agama merupakan keputusan yang penting karena keputusan tersebut melibatkan nilai-nilai emosional seorang individu. Selain itu, keputusan tersebut akan menimbulkan berbagai opini dari orang-orang di sekelilingnya.

Lebih lanjut Janis (1987) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan, yaitu: Appraising the Challenge, Surveying Alternatives, Weighing Alternatives, Deliberating about Commitment, dan Adhering Despite Negative Feedback. Kelima tahapan pengambilan keputusan akan menunjukkan suatu proses yang unik dari tiap tahapan. Proses yang terjadi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya akan menggambarkan sisi negatif dan positif yang mungkin terjadi dari setiap pilihan jawaban (Janis & Mann, 1977).

(13)

(suami dan kelima anaknya) – melalui proses yang panjang – akhirnya menjadi parmalim.

Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti tertarik dan memfokuskan arah penelitian ini berdasarkan suatu kasus yang menyangkut kehidupan seorang parmalim yang bernama Ibu Ani. Bu Ani telah menjadi seorang parmalim sejak tahun 2004. Peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan bu Ani menjadi seorang parmalim, mengingat ada banyak kesulitan yang akan dialami oleh bu Ani bila ia menjadi seorang parmalim. Di saat banyak parmalim yang memilih untuk berpindah menjadi penganut agama yang diakui pemerintah, bu Ani malah memilih untuk menjadi seorang parmalim dengan semua resiko yang telah menunggunya. Penulis meminta kesediaan subjek pada waktu perkenalan, dan subjek setuju untuk diwawancarai lebih lanjut. Peneliti berharap akan tergali banyak informasi, sehingga dapat menambah informasi dan menjadi sesuatu yang bermanfaat.

b. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam

penelitian adalah sebagai berikut, ”Bagaimana proses pengambilan keputusan

menjadi seorang parmalim?”

c. Tujuan Penelitian

(14)

d. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi sosial, khususnya bagi indigeneous psychology.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang Psikologi Sosial, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses pengambilan keputusan menjadi seorang parmalim. Selain itu peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi bahan masukan kepada orang-orang yang hendak melakukan konversi agama sehingga mereka mengetahui pertimbangan yang perlu mereka sebelum lakukan memutuskan melakukan konversi agama. Terlebih bagi orang-orang yang akan melakukan konversi agama ke aliran kepercayaan.

e. Sistematika Penulisan

(15)

Bab I: Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta diakhiri dengan sistematika penulisan dari penelitian ini.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan landasan teoritis yang bersumber dari literatur dan pendapat para ahli/ pakar yang dapat digunakan sebagai landasan berpikir dalam pembahasan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi pengambilan keputusan, teori proses pengambilan keputusan, pertimbangan dalam pengambilan keputusan, teori sejarah ugamo Malim serta sistem kepercayaan ugamo Malim.

Bab III: Metode Penelitian

(16)

Bab IV: Analisa Data dan Hasil Analisa Data

Bab ini menguraikan mengenai hasil analisa data wawancara yang berupa analisa data partisipan yang meliputi kondisi kondisi awal partisipan mengenal ugamo Malim serta proses pengambilan keputusan partisipan menjadi seorang parmalim.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Pajak merupakan hal yang terpenting bagi penerimaan negara yang mengikut sertakan peran serta partisipasi masyarakat didalamnya, sehingga bisa dijadikan salah satu tumpuan

bahwa Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 04 Tahun 2005 tentang Pajak Pengambilan Sarang Burung Walet bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

Pembahasan yang ada dalam Prosedur Penukaran Uang Pecahan kecil (PUPK) ini adalah beberapa pengertian uang, SOP PUPK, perhitungan pajak dan pendapatan fee, kebijakan bank

Pada bagian ini kamu diminta menyusun teks secara berkelompok atau bersama. Setiap kelompok terdiri atas 3—5 orang anggota. Akan tetapi, sebelum melakukan tugas tersebut, kamu

Oleh sebab itu dengan bantuan internet penulis membuat situs Toko ponsel yang dapat membantu toko tersebut dalam mempromosikan dan menjual ponselnya, karena disini konsumen

Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemeintah daerah, sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan dan pembeian pelayanan kepada masyarakat maka

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba mendesain web non komersial mengenai jenis hama tanaman serta cara penanggulangannya dengan menggunakan Flash MX dan PHP serta

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah