• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Tingkat Kreativitas antara Sekolah Nonformal (Qaryah Thayyibah) dan Sekolah Formal (SMP 10 Salatiga) T1 802009031 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Tingkat Kreativitas antara Sekolah Nonformal (Qaryah Thayyibah) dan Sekolah Formal (SMP 10 Salatiga) T1 802009031 BAB IV"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan di sekolah Qaryah Thayyibah dan SMP 10 Salatiga yang duduk dijenjang bangku sekolah menengah pertama berusia antara 13-15 tahun. Pemilihan Qaryah Thayyibah dan SMP 10 Salatiga sebagai kancah penelitian berdasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu : a. Perbedaan sistem pembelajaran

b. Kedua sekolah tersebut pernah menjadi satu lembaga pendidikan.

2. Persiapan Penelitian a. Persiapan Alat Ukur

Persiapan Penelitian ini dilakukan mulai dari mempersiapkan alat ukur yang sudah tersedia sampai persiapan untuk melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan berupa skala kreativitas. Peneliti menggunakan skala Kreativitas Verbal dan skala Kreativitas Figural yang dikembangkan oleh Munandar untuk mengukur Kreativitas.

1) Alat Ukur Tes Kreativitas Figural

(2)

yang mempunyai materi struktur terdiri dari 65 lingkaran. Pada penelitian ini, peneliti menyediakan lembar soal Tes Kreativitas Figural menjadi satu lembar jawabnya. Subjek diminta untuk membuat beberapa gambar atau objek yang berbeda-beda dengan lingkaran sebagai stimulus, lingkaran tersebut bukan frame tetapi merupakan bagian utama dari gambar. Waktu yang digunakan dalam pengisian tes ini adalah 10 menit

2) Alat Ukur Tes Kreativitas Verbal

Tes Kreativitas Verbal pada penelitian ini menggunakan Tes Kreativitas Verbal dari Munandar (1977). Pada penelitian ini, peneliti menyediakan lembar soal Tes Kreativitas Verbal menjadi satu dengan lembar jawabnya. Selain menyiapkan soal Tes Kreativitas Verbal dan lembar jawabnya peneliti juga menyiapkan cara penskoran tes tersebut. Waktu yang digunakan dalam pengisian tes ini adalah 80 menit. b. Pelaksanaan Penelitian

(3)

Pembagian angket di Qaryah Thayyibah dilakukan sebanyak 1 kali yaitu tanggal 7 November 2013 dengan 1 angket TKF diberikan kepada 7 subjek serta alat ukur TKV diberikan kepada 7 subjek dan kembali sebanyak 7.Sehingga total eksemplar sebanyak 14 dan kembali 14 eksemplar. Angket diberikan pada siswa dengan kriteria usia 13-15 yang melakukan studi di Qaryah Thayyibah dan proses pengerjaan TKF maupun TKV berada di ruang kelas mereka belajar dengan menggunakan meja panjang untuk 3 siswa setiap mejanya. Kondisi ruangan kelas tenang dan di fasilitasi 1 papan tulis. Pada proses pengambilan data, peneliti dibantu oleh satu orang dari Laboratorium Terapan Psikologi Universitas Kristen Satya, agar peneliti memahami bagaimana tester terstandar melakukan tes secara klasikal untuk tes kreativitas figural maupun verbal. Untuk kemudian saya terapkan untuk melakukan tes kreativitas figural dan verbal di SMP 10 Salatiga.

(4)

peneliti melakukan tes kembali kepada 4 siswa yang berbeda pada tanggal 15 Desember 2013 untuk mendapatkan hasil tes yang maksimal. Kondisi ruangan kelas yang dipakai saat pengerjaan TKF dan TKV berada di ruang Laboratorium SMP 10 dengan meja panjang untuk 5 siswa setiap mejanya dan di fasilitasi 1 papan tulis untuk membantu dalam memberikan instruksi. Kemudian tes yang dilakukan kembali untuk 4 siswa tersebut berada di ruang bimbingan dan konseling dengan sistem klasikal sama seperti tes sebelumnya, dengan kondisi meja panjang untuk 4 siswa yang ditambahkan peneliti agar hasilnya lebih maksimal. Alat ukur diberikan pada siswa kelas 1 dan 2. Pada proses pengambilan data, peneliti dibantu oleh 1 orang.

B. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.

Adapun alasan penggunaan metode tes dalam penelitian ini karena sudah adanya alat tes baku yang sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya serta telah distandarisasikan oleh Munandar (1999).

(5)

Sedangkan alat tes kreativitas verbal milik Munandar (1986) telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian, dan telah dinyatakan valid dan reliabel, diantaranya oleh penelitian Susanto (1983) dan Kuwato (1993). Susanto (1983) menyatakan bahwa untuk validitas angka korelasinya berkisar antara 0,643 sampai 0,898 dan reliabilitas berkisar antara 0,721 sampai 0,823, keduanya pada taraf signifikan 1%. Kuwato dalam penelitiannya mengemukakan bahwa tes ini valid dan reliabel. Angka korelasi untuk validitas butir berkisar antara 0,363 sampai 0,847, validitas subtes dengan total berkisar antara 0,784 sampai 0,897 dan reliabilitas sebesar 0,915 pada taraf signifikan 1%.

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dalam analisis data, data yang digunakan adalah data nilai baku hasil penelitian, yaitu skor kasar data kreativitas yang telah dibakukan (ditentukan norma-normanya) dan kemudian total nilai baku di konversikan menjadi creativity quotient(CQ) untuk dapat lebih mudah mengklasifikasikannya.

Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 2 kategori, yaitu tinggi dan rendah. Dengan skor tertinggi dan terendah mengacu pada standarisasi yang sudah dibuat oleh Munandar (1988). Skor tertinggi adalah 170 dan terendah adalah 50. Berikut ini adalah formula yang memudahkan pengkategorian tinggi rendahnya dari 37 siswa

(6)

= 170 − 50

Dari formula dan berdasarkan data keseluruhan Kreativitas figural siswa Qaryah Thayyibah dan SMP 10 Salatiga diperoleh skor tertinggi 112 dan skor terendah 80 maka kategorinya sebagai berikut :

Tabel 3.

Kategori Skor Tes Kreativitas Figural

Pendidikan Kategori Nilai Mean Prosentase SMP

x = skor creativity quotient tes kreativitas figural

Dari tabel kategori di atas dapat dilihat kreativitas figural siswa Qaryah Thayyibah memiliki nilai mean sebesar 96,2 yang terletak pada kategori rendah dan juga kreativitas figural siswa SMP 10 yang memiliki nilai mean sebesar 92,2 yang terletak pada kategori rendah.

(7)

Tabel 4.

Tabel Kategori Tes Kreativitas Verbal

Pendidikan Kategori Nilai Mean Prosentase SMP

Qaryah Thayyibah

Tinggi 170 < x < 110

95,2 0% Rendah 110 < x < 50 100%

TOTAL 100%

SMP 10 Tinggi 170 < x < 110

94,7 0% Rendah 110 < x < 50 100%

TOTAL 100%

x = skor creativity quotient tes kreativitas verbal.

Dari tabel kategori di atas dapat dilihat kreativitas verbal siswaQaryah Thayyibahmemiliki nilai mean sebesar 95,2 yang terletak pada kategori rendah. Begitu juga dengan siswa SMP 10 memiliki nilai mean sebesar 94,7 yang terletak pada kategori rendah.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam pengujian ini, apabila angka signifikansi p <0,05 maka distribusi datanya adalah tidak normal, dan sebaliknya apabila angka signifkasi p > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

(8)

Tabel 5.

Uji Normalitas Tes Kreativitas Figural QT

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh angka koefisien kreativitas figural pada siswa SMP 10 sebesar 0,708 dan probabilitas 0,698 (p>0,05).

Tabel 6.

Uji Normalitas Tes Kreativitas Figural SMP 10

Kreativitas Figural SMP 10 Statistic

N 30

Normal Parametersa,,b Mean 92.2667 Std. Deviation 9.17994 Most Extreme Differences Absolute .129 Positive .088 Negative -.129 Kolmogorov-Smirnov Z .708 Asymp. Sig. (2-tailed) .698 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Kreativitas Figural QT Statistic

N 7

Normal Parametersa,,b Mean 96.2857 Std. Deviation 8.17953 Most Extreme Differences Absolute .271 Positive .271 Negative -.156 Kolmogorov-Smirnov Z .718 Asymp. Sig. (2-tailed) .682

(9)

Hal ini berarti variable kreativitas figural tersebut berdistribusi normal atau asumsi normalitas terpenuhi. Karena data yang ada berdistribusi normal maka teknik analisa yang dipakai adalah metode parametrik yaitu independent sample t test. Dalam penelitian ini independent digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berbeda, yaitu perbedaan sampel Qaryah Thayyibahdan SMP 10.

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh angka koefisien kreativitas verbal pada Qaryah Thayyibah sebesar 0,389 dan probabilitas 0,998 (p>0,05),

Tabel 7.

Uji Normalitas Tes Kreativitas Verbal QT

Kreativitas Verbal QT Statistic

N 7

Normal Parametersa,,b Mean 95.2857 Std. Deviation 9.46422 Most Extreme Differences Absolute .147 Positive .147 Negative -.143 Kolmogorov-Smirnov Z .389 Asymp. Sig. (2-tailed) .998 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

(10)

Tabel 8.

Uji Normalitas Tes Kreativitas Verbal SMP 10

Kreativitas Verbal SMP 10 Statistic

N 30

Normal Parametersa,,b Mean 94.7000 Std. Deviation 8.17966 Most Extreme Differences Absolute .117 Positive .117 Negative -.079 Kolmogorov-Smirnov Z .642 Asymp. Sig. (2-tailed) .804 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hal ini berarti variable kreativitas verbal tersebut berdistribusi normal atau asumsi normalitas terpenuhi. Karena data yang ada berdistribusi normal maka teknik analisa yang dipakai adalah metode paramterik yaitu independent sample t test. Dalam penelitian ini independent sample t test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berbeda, yaitu perbedaan sampelQaryah Thayyibahdan SMP 10.

b. Uji Homogenitas

(11)

Tabel 9.

Uji Homogenitas Tes Kreativitas Figural

Kreativitas Figural

Levene

Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean .548 1 35 .464 Based on Median .735 1 35 .397 Based on Median and with

adjusted df

.735 1 31.72 0

.398

Based on trimmed mean .565 1 35 .457

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data yang ada memiliki varians yang sama, sehingga data tersebut dapat dikatakan homogeny. Sedangkan untuk Tes Kreativitas Verbal diperoleh signifikasi 0,769 (p >0.05) Tabel 10.

Uji Homogenitas Tes Kreativitas Verbal

Kreativitas Verbal

Levene

Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean .088 1 35 .769 Based on Median .026 1 35 .874 Based on Median and with

adjusted df

.026 1 32.74 5

.874

Based on trimmed mean .089 1 35 .767

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data yang ada memiliki varians yang sama, sehingga data tersebut dapat dikatakan homogeny.

2. Uji Beda

(12)

0,148 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau kedua varians sama.

Tabel 11.

Independent Sample Test Skor Figural

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Difference Lower Upper Kreativtas

.548 .464 -1.062 35 .296 -4.01905 3.78461 -11.70221 3.66411

Equal variances not assumed

-1.143 9.869 .280 -4.01905 3.51666 -11.86880 3.83070

Sedangkan hasil perhitungan kreativitas verbal signifikasi two tailed adalah 0,869, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan one tailedsehingga menunjukkan taraf signifikasi 0,434 (p>0,05).

Tabel 12.

Independent Sampel Tes Skor Verbal

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Difference Lower Upper

Kreativi

.088 .769 -.166 35 .869 -.58571 3.53170 -7.75545 6.58402

Equal variances not assumed

(13)

Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau kedua varians sama. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat kreativitas siswaQaryah Thayyibahdan siswa SMP 10 Salatiga.

E. Pembahasan

Pembahasan berfokus pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat kreativitas antara siswa Qaryah Thayyibah dan SMP 10 di Salatiga. Berdasarkan hasil penelitian ini dilihat rata-rata skor tes kreativitas figural Qaryah Thayyibah yaitu 96,2 dan berada pada kategori rendah, untuk rata-rata kreativitas figural SMP 10 yaitu 92,2 yang juga berada pada kategori rendah. Dan rata-rata kreativitas verbalQaryah Thayyibah yaitu 95,2 berada pada kategori rendah, untuk rata-rata kreativitas verbal SMP 10 yaitu 94,7 juga berada pada kategori rendah.

(14)

tersebut adalah 50 dan skor tertinggi adalah 170 (Munandar, 1988). Sehingga skor rata-rata dari keseluruhan siswa berada pada kategori rendah.

Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat menumbuh kembangkan kreativitas anak-anak tetapi banyak faktor eksternal yang memiliki peran dalam pembentukan kreativitas individu. Hurlock (1993) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas individu antara lain ; jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, keluarga, lingkungan kota vs lingkungan pedesaan, intelegensi. Amibele (dalam Munandar, 1999) menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas anak seperti; kebebasan, respek orang tua, kedekatan emosi yang sedang, prestasi bukan angka, orang tua aktif dan mandiri, menghargai kreativitas.

Jadi beberapa faktor di atas mungkin menjadi penyebab tidak adanya perbedaan tingkat kreativitas antara siswa Qaryah Thayyibah dan SMP 10 Salatiga meskipun kedua lembaga pendidikan tersebut memiliki sistem pendidikan yang berbeda.

(15)

bagaimana individu mengembangkan kreativitasnya dalam bidang verbal seperti mengukur kelancaran, fleksibiltas, originalitas dan elaborasi didalam kemampuan verbal, Munandar (1977) menyatakan bahwa tes ini mengukur dimensi konten, dimensi berpikir verbal. Sedangkan tes kreativitas figural, tes ini mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Selain itu, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan. (Munandar, 1976).

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk melihat faktor-faktor yang memungkinkan dalam mempengaruhi kreativitas verbal maupun figural. Wawancara dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014 jam 07.35 di Sekolah Menengah Pertama 10 Salatiga kepada Ibu Guru Wahyu yang mengampu mata pelajaran Bimbingan dan Konseling dan fasilitator saya untuk meniliti di lembaga pendidikan tersebut. Beliau mengatakan bahwa ekstrakulikuler selain dalam bidang olahraga, terdapat ekstrakulikuler yang berkaitan dengan proses pembelajaran terutama dalam mata pelajaran IPA, Matematika dan IPS. Seluruh siswa berhak mengikuti seluruh mata pelajaran tersebut khususnya untuk kelas 7 & 8.

(16)

penelitian disana yang bernama Ibu Zulfa. Beliau mengatakan bahwa hampir seluruh siswa SMP disana berasal dari sekolah dasar yang masih menggunakan sistem sekolah yang formal. Untuk proses pembelajaran disana tidak terfokus pada tulisan-tulisan yang terdapat di buku ataupun papan tulisan, tetapi mereka bisa belajar dilapangan atau di alam bebas, kemudian sesuai dengan minat mereka, mereka belajar sesuai yang diinginkan seperti bermain musik, bermain komputer, belajar berorganisasi, belajar membuat ide-ide yang setiap minggunya dievaluasi oleh mentornya. Ide-ide tersebut bebas, seperti ingin membuat sistem pembelajaran yang lebih baik atau hanya sekedar mengembangkan ide-ide yang terlintas dipikiran mereka.

(17)

Untuk tingkat kreativitas figural tidak terdapat perbedaan antara Qaryah Thayyibah dan SMP 10. Namun sistem pembelajaran di Qaryah Thayyibah tentang pengembangan ide-ide mingguan akan mempengaruhi tingkat kreativitas mereka, meskipun pada saat ini secara statistik belum menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Kemudian yang ketiga, kedua sampel tersebut sebelumnya sama-sama berasal dari sekolah dasar yang memiliki sistem pembelajaran formal, hal tersebut sangat berpengaruh bagaimana siswa mengembangkan kreativitasnya di jenjang sekolah selanjutnya, hasilnya terdapat perbedaan tingkat kreativitas tetapi tidak mencapai taraf signifikasi uji beda yaitu 0,05 pada kreativitas figural maupun verbal.

Sampel tersebut keduanya berada dalam skor kategori rendah. Hal ini memberikan umpan balik bagi penulis untuk melihat kembali faktor-faktor yang dapat meningkatkan kreativitas. Rogers (Munandar, 1999) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas individu meliputi keamanan dan kebebasan psikologis, sarana dan fasilitas, toleransi pada pandangan kreatif individu, kesempatan untuk menyendiri, dorongan-dorongan yang membangkitkan imajinasi ataupun fantasi, dan penerimaan dan penghargaan yang didapatkan individu.

(18)
(19)

Di sekolah formal seperti SMP 10, terkadang kebebasan psikologis dan kesempatan untuk menyendiri bagi siswa kurang diperhatikan karena harus kembali pada banyaknya jadwal mata pelajaran dan aturan yang diberikan sekolah kepada murid. Untuk sarana dan prasarana sekarang ini banyak ditunjang oleh fasilitas internet, hal ini sangat bermanfaat untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan tetapi hanya terbatas pada gambar-gambar atau tulisan yang disediakan internet. Dorongan-dorongan untuk berfantasi dan berimajinasi juga minimum, karena banyak mata pelajaran yang harus mencapai nilai standar khususnya yang masuk dalam ujian nasional, sehingga sedikit waktu untuk pelajaran seni dan olahraga seperti menggambar atau keahlian kinestetik. Karena terlalu banyak siswa, sehingga guru tidak bisa memberikan penghargaan dan perhatian bagi seluruh siswa. Di sekolah formal seperti SMP 10 kurangnya perhatian mengenai pengembangan kreativitas dapat dilihat karena mereka dituntut untuk menghafal dan mencari satu jawaban benar pada tes-tes yang diberikan guna memberikan latihan dalam menjawab soal ujian nasional nantinya. Hal ini tidak hanya terjadi pada negara Indonesia saja sehingga Guilford (dalam Munandar, 1999) pernah menyinggung bahwa” lulusan saat ini bahwa mereka cukup mampu untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik teknik yang diajarkan namun mereka tidak

berdaya jika dituntut memecehakan masalah dengan menggunakan cara-cara baru”.

(20)

Rogers (dalam Munandar, 1999) yaitu berasal dari individu itu sendiri, yang meliputi keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan dari luar atau rangsangan dari dalam, kemampuan untuk menilai diri produk-produk ciptaannya, keterbukaan terhadap kritik dari orang lain, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Gambar

gambar. Waktu yang digunakan dalam pengisian tes
Tabel 4.Tabel Kategori Tes Kreativitas Verbal
Tabel 6.Uji Normalitas Tes Kreativitas Figural SMP 10
Tabel 7.Uji Normalitas Tes Kreativitas Verbal QT
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir, Plato pernah mengatakan bahwa berbicara adalah berpikir keras (terdengar) dan berpikir itu adalah berbicara Jika begitu, maka

Penjelasan mengenai keunggulan program studi yang diusulkan mencakup tiga aspek dan dilengkapi dengan kajian tiga program studi tingkat nasional dan kurang dari tiga

Bagi Peserta Lelang yang akan menyampaikan klarifikasi maupun sanggahan wajib disampaikan melalui aplikasi SPSE atau secara tertulis dengan menguraikan isi materi

Macam: sediaan utuh, sediaan apus, sediaan irisan Tujuan pembuatan sediaan irisan: diperoleh irisan yg tipis sekali &amp; rata dpt diamati di bawah.. mikroskop; struktur jaringan

Sedangkan tujuandari penelitian ini adalah: Untuk menganalisis kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam membiayai Belanja Daerah di Kabupaten Bojonegoro.. Jenis

Sekelompok jaringan yg bekerjasama membentuk fungsi khusus dalam tubuh Contoh: jantung, paru-paru, mata, otak, lambung..

Sur at Kuasa bagi yang diw akilkan, yang namanya ter cantum dalam Akta Pendiri an/ Per ubahan - per usahaan dan ditandatangani oleh k edua bel ah pi hak yang ber

Berkait dengan hal ini, jenis terapi dengan terapi es basah lebih efektif menurunkan suhu dibandingkan es dalam kemasan mengingat pada kondisi ini lebih banyak kalori tubuh