• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Periklanan terhadap Pembentukan Kesadaran Merek Serta Dampaknya pada Keputusan Pembelian pada Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Periklanan terhadap Pembentukan Kesadaran Merek Serta Dampaknya pada Keputusan Pembelian pada Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Periklanan ( Advertising) 2.1.1.1 Pengertian Periklanan

Periklanan adalah semua bentuk terbayar dari presentasi non pribadi dan

promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu (Kotler dan Amstrong, 2008:

101). Dalam kegiatan iklan diperlukan adanya strategi. Strategi periklanan adalah

strategi dimana perusahaan mencapai tujuan iklannya. Strategi iklan terdiri dari dua

elemen utama yakni menciptakan pesan periklanan dan memilih media iklannya

(Kotler dan Amstrong , 2008 :109).

Menurut Suhandang (2010 : 14), periklanan adalah kegiatan yang terkait pada

dua bidang kehidupan manusia sehari –hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam

bidang ekonomi periklanan bertindak sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yakni upaya memperkenalkan barang baru atau jasa untuk dapat meraih

keuntungan sebanyak mungkin. Dalam hal ini periklanan merupakan suatu kekuatan

menarik yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan

oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi penjualan barang atau jasa

(2)

Jelasnya periklanan merupakan salah satu jenis teknik komunikasi massa

dengan membayar ruangan atau waktu yang disediakan media massa tersebut untuk

menyiarkan informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pemasang

iklan ( produsen atau penjual barang maupun jasa). Pendek kata periklanan adalah

salah satu metode untuk memperkenalkan barang, jasa, atau gagasan kepada publik.

Sudah tentu memperkenalkan dalam arti menawarkan agar publik berminat untuk

menikmatinya.

2.1.1.2 Ragam Iklan

Suhandang ( 2010: 45) mengatakan bahwa pada hakikatnya periklanan dapat

dilakukan untuk berbagai tujuan yang berbeda, namun tetap didasari oleh dua tipe

subjek, yaitu produk dan institusi. Berfokus pada penjualan barang dan jasa, iklan

tipe produk ada tiga bentuk : Pioneering (perintisan), Competitive (persaingan), dan

reminder (pengingatan kembali).

Iklan berbentuk pioneering biasanya digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan menceritakan tentang produknya, dari apa produk itu dibuat, dan

di mana dapat diperoleh. Kunci utama dari sasaran iklan pioneering adalah memberitahukan target pasar secara informatif. Iklan ini bersifat informatif demikian

ditemukan untuk menarik perhatian, meyakinkan, di mana efektifitasnya tergantung

pada keputusan konsumen. Bentuk iklan competitive adalah mempromosikan ciri- ciri khusus dan keuntungan penggunaannya dari barang atau jasa yang ditawarkan.

(3)

suatu perusahaan tertentu dibandingkan barang atau jasa perusahaan lainnya. Bentuk

iklan competitive yang lebih efektif adalah bersifat komparatif, dimana memperlihatkan nilai lebih suatu barang atau jasa hasil produksinya dibandingkan

dengan produksi perusahaan pesaing. Iklan berbentuk reminder digunakan untuk memperkuat pengetahuan sebelumnya akan suatu produk. Iklan demikian tepat untuk

menawarkan produk- produk atau jasa yang telah mencapai posisi terkenal dan

berada dalam tahap pemantapan keberadaannya.

Dilihat dari segi penampilannya, ketiga bentuk iklan produk tersebut

diwujudkan dalam macam iklan yang dikenal dengan sebutan :

1. Price advertising, yaitu iklan yang tampil dengan lebih menonjolkan harga barang atau jasa yang ditawarkan.

2. Quality advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan mutu dari barang atau jasa yang ditawarkan.

3. Brand Advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan merek atau logo dari barang atau jasa yang ditawarkan.

(4)

2.1.1.3 Proses Pembuatan Iklan

Sejalan dengan srategi marketing, penyusunan pariwara hendaknya dilakukan petugas Public Relations melalui tahap –tahap kerja : (1) Developing (perencanaan dan pemekaran), (2) Executing (pelaksanaan), (3) Evaluating (penilaian) (Berkowitz, 1996 : 461).

Dalam hal ini perencanaan dan pemekarannya disodorkan Berkowitz dalam

bentuk rumus 4-W, yaitu :

1. Who, siapa saja khalayak sasarannya?

2. What, apakah : a. tujuan pemasangan iklan dimaksud?

b. ada dana yang bisa dianggarkan untuk

membiayainya?

c. bentuk naskah iklan yang akan digunakan?

3. When, kapan iklan yang dimaksud akan diturunkan atau dipasang (dikampanyekan)?

4. Where, di mana iklan tersebut akan diturunkan atau dipasang?

Namun agar iklan yang dimaksud tepat mengenai sasarannya dan berhasil

meraih tujuannya, maka perlu pula dipertimbangkan pemikiran Why (mengapa) dan

How ( bagaimana) untuk melengkapinya. Dengan demikian rumus penentuan program perencanaan menjadi 5W + 1H. Bahkan ada baiknya apabila ditambah lagi

(5)

pembuatan iklan menjadi 5W + 1H + 1S, sehingga pemasangan iklan kelak terjamin

keamanannya dalam arti aman bagi semua pihak terkait.

2.1.1.4 Tujuan Pemasangan Iklan

Aspek terpenting dalam setiap upaya manajemen adalah mengembangkan

tujuan yang berarti. Tanpa tujuan yang baik, sungguh sangat mustahil pengambilan

keputusan dapat terarah dan terkendali. Tantangan masa kini adalah membawa

manajemen yang efektif dalam proses periklanan sehingga bisa memberikan

dorongan dan arahan menuju upaya periklanan yang lebih efektif. Kuncinya adalah

upaya pengembangan tujuan penyajian iklan yang bermakna.

Dalam manajemen modern, tujuan dapat mengarahkan beberapa fungsi.

Pertama, berfungsi sebagai alat komunikasi. Ia memberitahu pengambilan keputusan

tingkat bawah bagaimana cara melaksanakan tugasnya dengan tepat. Ide- ide baru

yang berasal dari tingkat bawah bisa diterjemahkan dan dikomunikasikan dalam

konteks tujuan. Dengan cara demikian, tujuan dapat direkayasa sebagai alternative

yang bisa dikemukakan.

Kedua, menentukan standar (patokan) bagi para pengambil keputusan,

terutama dalam pemilihan salah satu dari sekian banyak alternative kampanye iklan

yang ada. Dalam hal ini, berdasarkan tujuan yang dirumuskan bisa mengambil

keputusan yang tepat guna pencapaian tujuan akhir usaha organisasi yang telah

ditentukan semula. Ketiga, menilai hasil yang diperoleh. Jadi melalui uji cara kerja

(6)

iklannya. Fungsi tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa hasil kampanye

dimaksud bisa diukur oleh tujuan dengan cara menghubungkan jenis- jenis

kegiatannya dengan tujuan yang telah ditentukan .

2.1.1.5 Pemilihan Media yang Tepat

Setiap pemasang iklan harus bisa memutuskan dimana iklannya akan

ditempatkan. Keputusan dimaksud berhubungan erat dengan khalayak sasarannya,

jenis produk, persediaan dana dan tujuan kampanye. Dalam menentukan dimana

menempatkan iklannya suatu perusahaan harus memilih beberapa media yang bisa

digunakan secara tunggal atau bersama- sama (dipadukan) untuk memperoleh hasil (

pengaruh) yang maksimal.

Untuk memperluas khalayak sasaran, media yang perlu digunakan adalah

media massa. Berbeda dengan media personal communication, media massa terbagi atas tiga golongan menurut sifatnya, yaitu yang bersifat auditif ( lisan), atau juga disebut the spoken word ; yang bersifat visual ( tertulis ) atau the printed word ; dan yang bersifat audio visual ( perpaduan gambar atau tulisan dengan suara). Namun kini orang banyak mengenalnya sebagai media cetak (seperti surat kabar, majalah

dan barang- barang cetakan lainnya) dan media elektronik ( seperti radio, televisi,

film dan internet).

Memilih media yang tepat sangat sulit dan tergantung pada beberapa faktor.

Pertama, pengetahuan tentang kebiasaan khalayak sasaran memilih media yang

(7)

digunakannya media tertentu (khusus). Contohnya, kalau warna menjadi aspek

utama dalam penampilan produknya, maka radio tidak bisa digunakan. Dalam hal

kecepatan penyampaian pesan, surat kabar bisa mempercepat penyampaian iklan

untuk menghadapi saingan, sedangkan majalah lebih cocok untuk menyampaikan

pesan yang lebih lengkap, sepanjang pembacanya memiliki banyak waktu luang

untuk membacanya.

Faktor akhir dalam memilih medium yang tepat adalah ongkos. Dalam hal

ini, Berkowitz (1996 : 477) mengemukakan dua formula untuk memilih medium

yang sepadan melalui perhitungan ongkos secara aritmatik.

1. CPM (Cost Per Medium), rumus berikut menghasilkan taksiran terhadap ongkos penggunaan medium untuk menjangkau seribu orang khalayak.

CPM =tarif medium bagi pemasangan iklan ×1000 sirkulasi atau jumlah khalayak yang dikenal

Formula ini digunakan untuk membandingkan media yang berbeda. Istilah

khalayak yang dikenai mencakup mereka yang berlangganan yang mungkin

membaca majalah terkait, atau beberapa sanak familinya yang ikut menonton siaran

televisi.

2. MR (Milline Rates). Rumus berikut digunakan untuk membandingkan surat kabar yang berbeda dengan tarifnya.

MR =1.000.000

(8)

Harga ruangan yang terpakai iklan, baik dalam surat kabar maupun majalah,

ditentukan dengan tarif tiap baris wacana atau ( umumnya di Indonesia ) tarif tiap

milimeter per kolom. Adapun sirkulasinya dapat diganti dengan khalayak yang

dikenainya apabila jumlahnya bisa diperoleh.

2.1.1.6Strategi dan Teknik Periklanan

Dalam kegiatan komunikasi dikenal ada empat teknik komunikasi, yaitu

teknik informatif, instruktif, persuasif, dan human relations. Untuk memenangkan pengaruh di kalangan khalayak, teknik informative saja jelas kurang bisa diandalkan,

sebab walaupun khalayak sudah menerima informasi tentang barang atau jasa yang

ditawarkan, belum tentu hatinya atau pikirannya terdorong untuk membeli atau

memilikinya.

Persuasi adalah kegiatan psikologis dalam upaya mempengaruhi sikap, sifat,

pendapat, dan perilaku seseorang atau orang banyak. Untuk mempengaruhi sikap,

sifat, pendapat dan perilaku dapat dilakukan dengan beberapa cara. Teror, boikot,

pemerasann, penyuapan, dan sebagainya dapat juga memaksa orang lain bersikap

atau berperilaku seperti yang diharapkan. Namun persuasi tidak melakukan caara

demikian untuk mencapai tujuan yang diharapkan, melainkan dengan cara

berkomunikasi.

Pada hakikatnya, semua orang selalu bergumul dalam usaha memenuhi

kebutuhan- kebutuhan pokoknya dalam hal kesehatan, keamanan, pengaruh,

(9)

(Allen, 1991 : 386). Hal tersebut merupakan dasar bagi seseorang untuk berpikir,

berbuat, dan bertingkah laku di samping factor keinginan (wants and desire) serta dorongan jiwa (drive).

Noise Factor adalah hambatan berupa suara- suara yang mengganggu sehingga proses komunikasi tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan

demikian bisa terjadi terhadap siaran radio atau televisi, seperti gangguan cuaca

ataupun fading ( hilangnya suara atau gambar).

Semantic factor adalah hambatan berupa pemakaian kata atau istilah yang dapat menimbulkan salah paham atau salah pengertian. Hambatan demikian tidak

jarang bisa menimbulkan kegagalan besar dalam upaya persuasi ataupun

komunikasi.

Untuk menghindari hambatan- hambatan tersebut, maka dalam upaya

periklanan melalui persuasi hendaknya dipertimbangkan penggunaan teori- teori

persuasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar pengembangan teknik- teknik

periklanan yang efektif (Suhandang, 2010 :110). Teori- teori yang dimaksud adalah :

1. Metode Partisipasi, yaitu cara persuasi dengan jalan mengikutsertakan

seseorang atau orang banyak dalam suatu kegiatan atau usaha dengan maksud

untuk menumbuhkan perhatian

2. Metode asosiasi, yaitu penyajian sesuatu hal atau gagasan dengan jalan

menempelkan pada suatu proyek yang tengah menarik perhatian khalayak

(10)

3. Metode pay off idea, yaitu upaya persuasi dengan jalan rewarding ( member harapan- harapan baik atau iming- iming yang menggiurkan).

4. Metode fear arousing, kebalikan dari metode pay off idea. Metode ini justru menggunakan cara punishment (menakut- nakuti atau menggambarkan konsekuensi buruk).

5. Metode cognitive dissonance, yaitu kegiatan persuasi dengan menggunakan gejala- gejala hidup manusia yang tidak ada penyesuaian antara pendapat

serta sikap dengan perilakunya.

6. Metode icing device, yaitu cara persuasi dengan menggu nakan emotional appeal. Kita semua tentu mengetahui bahwa barang yang sama kualitasnya kadang- kadang bisa lebih menarik apabila diberi bungkus yang lebih indah,

etiket yang lebih baik, dan disajikan pada pajangan yang lebih menawan.

7. Red Hearing Technique, yaitu cara persuasi dengan jalan mengelakkan argumentasi bagian- bagian yang lemah untuk kemudian dialihkan sedikit

demi sedikit pada bagian yang kita kuasai atau bagian mana kita berada dalam

posisi kuat.

2.1.2 Branding

Saat ini produk yang fungsinya sama bisa berbeda harga karena merek.

Karena produk bisa saja ditiru oleh yang lain. Itulah sebabnya pada era persaingan

(11)

makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata konsumen. Pada saat suatu

brand equity sudah terbentuk maka ia menjadi milik perusahaan yang sangat berharga yang jauh lebih berharga dari asset perusahaan lainnya. Sebuah brand bisa menjadi sumber arus kas dari suatu perusahaan.

Kartajaya (2007: 44) mengilustrasikan merek atau brand adalah sebagai suatu indikator value yang anda atau perusahaan tawarkan kepada pelanggan atau konsumen. Dengan merek, suatu perusahaan atau produk mampu lepas dari

perangkap komoditasi.

Sumber : Situmorang ( 2011: 194)

Gambar 2.1 Gambar indikator merek

Menurut Tjiptono (2005: 155) sebuah merek memiliki beberapa elemen atau

identitas, baik yang bersifat tangible maupun yang bersifat intangible. Elemen- elemen tersebut dijabarkan menjadi nama merek (brand names), URL (Uniform Resources Locators) , logo, symbol, karakter, juru bicara (spokespeople), slogan,

jingles, kemasan dan signage, di antaranya:

1. Nama orang, misalnya pendiri, manajer, mitra bisnis, atau orang lain yang

diasosiasikan dengan produk.

Product of Service Specification

Brand

Perceptions

Perceptions

(12)

2. Nama tempat (geographic brand names), baik tempat asal ditemukannya, dikembangkannya, maupun tempat dijualnya produk atau jasa yang

bersangkutan.

3. Nama ilmiah yang diciptakan (Invented scientific names), biasanya dari bahasa Yunani atau Latin.

4. Nama “status”(status names).

5. Artificial names, yang bisa tidak mengandung makna khusus.

6. Descriptive names, yaitu nama merek yang menggambarkan manfaat atau aspek kunci produk.

7. Alpha- numeric names, yaitu nama merek yang mengandung unsure angka, baik dalam bentuk digit maupun tertulis

Keller (2002: 220) mengajukan sebuah model pengembangan merek yang

disebut sebagai customer- based brand equity (CBBE). Model ini didasarkan pada empat pertanyaan utama.

1. Seberapa jauh perusahaan dapat secara jelas merumuskan identitas merek

(who are you?)

2. Seberapa jauh perusahaan mengembangkan asosiasi yang mempunyai arti

tertentu bagi konsumennya (what are you?)

3. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap asosiasi yang ditawarkan oleh

(13)

4. Seberapa jauh interaksi yang terjadi antara konsumen dan merek

menyebabkan ikatan antara keduanya menjadi lebih kuat (what about you and me?)

Sumber: Keller ( 2002: 228)

Gambar 2.2

Customer Based- Brand Equity Model 2.1.2.1 Membangun Brand Equity

Brand Equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai

yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik bagi perusahaan maupun pada

(14)

1. Brand Awareness (kesadaran merek) yaitu menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

2. Brand Association (asosiasi merek) mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,

manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain- lain.

3. Perceived Equity (persepsi kualitas) mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

4. Brand loyalty (loyalitas merek)mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk.

5. Other propierity brand assets ( aset- aset merek lainnya).

2.1.2.1.1 Brand Awareness

Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori

(15)

Sumber: Situmorang (2011: 73)

Gambar 2.3

Piramida Brand Awareness

Puncak pikiran adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen

atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek

tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak

konsumen. Pengenalan kembali terhadap merek yang dimaksud adalah pengingatan

kembali merek secara spontan tanpa adanya bantuan . Pengenalan merek adalah

tingkat minimal dari kesadaran merek dimana pengenalan suatu merek muncul lagi

setalh dilakukan pengingatan kembali dengan adanya bantuan. Tidak menyadari

merek adalah tingkatan paling rendah dimana konsumen tidak menyadari adanya

suatu merek walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali dengan bantuan. Puncak pikiran

pengingatan kembali merek

pengenalan merek

(16)

Tingkat kesadaran merek dapat ditingkatkan dengan beberapa cara berikut: 1. Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat.

2. Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan merek lainnya. Selain itu, pesan

yang disampaikan harus memiliki hubungan dengan merek dan kategori

produknya.

3. Perusahaan disarankan memakai jingle lagu atau slogan yang menarik agar merek lebih mudah diingat oleh konsumen.

4. Simbol yang digunakan berhubungan dengan merek.

Menurut Agus W Soehadi, dari Prasetya Mulya Business School, Awareness

dikatakan tinggi jika konsumen dapat mengingat merek, baik sebelum proses

pembelian, ketika dalam proses pembelian, maupun ketika konsumen mengkonsumsi

produk pesaing. Asosiasi dikatakan tinggi jika tertanam kuat dalam benak konsumen,

disukai dan unik dalam pengertian tidak dimiliki oleh pesaing. Pemilihan asosiasi

yang yang ingin ditampilkan menjadi kunci keberhasilan merek.

2.1.2.1.2 Brand association

Brand association (asosiasi merek) adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan dengan ingatannya mengenai suatu merek.

Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu

(17)

1. Help process / retrieve information (membantu penyusunan informasi)

2. Differrentiate (membedakan)

3. Reason to buy (alasan pembelian)

4. Create positive attitude / feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif)

5. Basis for extensions (landasan untuk perluasan

2.1.2.1.3 Perceived Equity

Perceived equity dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan

dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Dimensi perceived equity dibagi menjadi tujuh yaitu:

1. Kinerja : melibatkan berbagai karakteristik operasional utama

2. Pelayanan : mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan kepada

produk tersebut

3. Ketahanan : mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut

4. Keandalan : konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari

pembelian berikutnya

5. Karakteristik produk : bagian- bagian tambahan dari produk (feature) 6. Kesesuaian dengan spesifikasi : merupakan pandangan mengenai

(18)

2.1.2.1.4 Brand Loyalty

Brand Loyalty dapat menjadi aset strategi bagi perusahaan jika diolah dengan benar (Situmorang, 2011 : 202). Berikut adalah beberapa potensi yang dapat

diberikan oleh brand loyalty kepada perusahaan:

Reduced marketing cost (mengurangi biaya pemasaran) yang artinya lebih mudah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk

mendapatkan pelanggan baru.

Trade leverage (meningkatkan perdagangan), loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat

keyakinan perantara pemasaran.

Attracting new customers (menarik minat pelanggan baru). Dengan banyaknya pelanggan suatu merek mereka akan puas dan suka pada merek

tersebut dan akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk

mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang mereka lakukan

mengandung resiko yang tinggi.

Provide time to respond competitive threaths (member waktu untuk merespon ancaman persaingan). Brand loyalty akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk merespon gerakan pesaing. Pelanggan yang loyal akan

memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbaharui

(19)

Tingkatan Brand Loyalty

1. Switcher (berpindah –pindah): semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek yang lain maka

mengidentifikasi mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidal loyal atau

tidak tertarik pada merek tersebut.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan) : pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan

merek produk yang dikonsumsinya dan setidaknya mereka tidak mengalami

ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek tersebut.

3. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan) : untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini makan

para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh

pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawari berbagai manfaat

yang cukup besar sebagai kompensasinya.

4. Likes the Brands (menyukai merek) : Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan symbol, rangkaian pengalaman, dan

penggunaan sebelumnya yang baik dialami pribadi maupun oleh kerabatnya

ataupun yang disebabkan oleh perceived quality yang tinggi.

5. Committed Buyer ( pembeli yang komit) : Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan

(20)

2.1.3 Keputusan Pembelian Konsumen 2.1.3.1 Definisi Konsumen

Definisi konsumen memberi pandangan mendalam yang terpenting untuk

memahami mengapa perusahaan harus menciptakan dan memelihara pelanggan dan

bukan hanya menarik pembeli. Definisi ini berasal dari kata custom, yang didefinisikan sebagai “membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa”dan

“mempraktekkan kebiasaan”.

Konsumen menurut Griffin (2003:31) adalah seseorang yang menjadi

terbiasa untuk membeli dari anda. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan

interaksi yang sering dilakukan selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya track record hubungan yang kuat dan pembelian yang berulang, orang tersebut bukanlah konsumen anda, Konsumen yang sejati tumbuh seiring dengan waktu.

2.1.3.2 Pembuatan Keputusan sebagai Pemecahan masalah

Memutuskan berarti memilih satu atau dua atau lebih alternatif. Meskipun

pemasar sering merujuk tentang pemilihan antar objek (barang, merek, toko atau

tempat berbelanja), konsumen sebenarnya memilih antara alternative perilaku

berkenaan dengan objek tersebut. Pemasar tertarik pada perilaku pembelian

(21)

Sumber: Peter & Olson, 2005 :51

Gambar 2.4

A cognitive Processing Model of Consumer Decision Making

Pembuatan keputusan konsumen sebenarnya merupakan suatu aliran interaksi

(stream interaction) antara proses factor lingkungan, kognitif dan afektif dan tindakan perilaku. Peneliti dapat membagi aliran (stream) ini menjadi tahapan dan sub proses yang terpisah untuk menyederhanakan analisis dan memudahkan

(22)

Sumber: Peter & Olson : 169

Gambar 2.5

Model Pemecahan Masalah

2.1.3.3Proses Pemecahan Masalah dalam Keputusan Membeli

Upaya pemecahan masalah bevariasi dari “virtually none”( suatu rencana keputusan digerakkan dari memori atau ingatan yang dilaksanakan secara otomatis)

ke “very extensive”. Pemasar telah membagi “continuum”(garis lurus) ini menjadi tiga tingkatan kegiatan pemecahan masalah: “extensive”, “limited”, dan “routinized or habitual”.

Secara relatif, sedikit sekali pilihan masalah konsumen memerlukan pembuatan

keputusan yang ekstensif. Pembuatan keputusan yang ekstensif biasanya melibatkan

sejumlah perilaku pencarian yang substansial untuk mengenali alternatif pilihan dan

Problem recognation

Search for alternative solutions

Evaluations alternative

Purchase

Post purchase use and reevaluation of chosen

(23)

mempelajari kriteria pilihan yang tepat dengan mana evaluasi dilakukan. Pembuatan

keputusan ekstensif juga meliputi beberapa keputusan pilihan, kognitif yang

substansial dan upaya perilaku, memerlukan waktu yang lama.

Pilihan meliputi pembuatan keputusan yang terbatas, biasanya dilaksanakan

secara tepat dengan tingkatan kognitif dan upaya perilaku yang moderat. Sejumlah

upaya yang digunakan oleh konsumen didalam pemecahan masalah cenderung

menurun melalui perjalanan waktu setelah konsumen belajar lebih banyak mengenai

produk dan memperoleh pengalaman dalam membuat keputusan.

Pada dasarnya “routinized choice behavior”adalah perilaku pilihan yang rutin, tidak memerlukan pemikiran yang mendalam seperti membeli bensin di pompa

bensin, membeli sabun cuci di warung bisa dilakukan dengan cepat.

2.1.3.4Pengaruh pada Kegiatan Pemecahan Masalah Konsumen

Tingkat upaya pemecahan masalah konsumen di dalam membuat keputusan

pembelian merek selain dipengaruhi oleh faktor- faktor lingkungan juga dipengaruhi

oleh respon kognitif dan afektif yang digerakkan, selama proses pembuatan

keputusan. Tiga aspek pengetahuan yang mempunyai pengaruh langsung pada

pemecahan masalah (Supranto, 2007 : 221), yaitu :

1. Tujuan konsumen (customer’s goal).

2. Pengetahuan mereka tentang alternatif pilihan dan kriteria pilihan.

(24)

Berikut ini merupakan pembahasan factor kognitif dan afektif, selain dari

pada itu mengkaji beberapa pengaruh lingkungan pada pemecahan masalah

konsumen.

2.1.3.5 Pengaruh Tujuan Akhir ( Effects of End Goals)

Tujuan akhir yang akan dicapai mempunyai pengaruh yang kuat pada proses

pembuatan keputusan. Konsumen yang mempunyai tujuan akhir yang harus

optimum, kemungkinan memperluas upaya pencarian yang substansial untuk

mendapatkan kemungkinan alternatif yang paling baik. Sebaliknya, konsumen yang

tujuan akhirnya untuk memberikan kepuasan atau hanya untuk mempertahankan,

kemungkinan hanya berurusan dengan perilaku pencarian yang minimal.

2.1.3.6 Pengaruh dari Tujuan Hierarki

Tujuan Hirearki konsumen untuk suatu masalah mempunyai pengaruh yang

kuat pada proses pengambilan keputusan. Kalau konsumen mempunyai tujuan

hirearki yang didefinisikan secara baik, disimpan di memori, mungkin digerakkan

dari rencana keputusan yang terkait dapat dijalankan secara otomatis. Bahkan kalau

suatu rencana keputusan yang lengkap tidak tersedia suatu tujuan berhirearki yang

umum, menyediakan suatu struktur yang berguna untuk mengembangkan suatu

rencana keputusan yang efektif tanpa memperhatikan upaya pemecahan masalah

(25)

2.1.3.7 Pengaruh dari Keterlibatan dan Pengetahuan

Proses pemecahan masalah konsumen sangat dipengaruhi oleh sejumlah

pengetahuan produk yang mereka dapatkan melalui pengalaman waktu lampau

mereka dan dengan tingkat keterlibatan mereka dengan produk dan proses pilihan.

Pengetahuan yang digerakkan tentang tujuan, alternatif pilhan dan kriteria pilihan

dan “heuristics”mempengaruhi kemampuan konsumen untuk menciptakan suatu rencana keputusan yang efektif.

2.1.3.8 Pengaruh Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pembuatan keputusan konsumen

dengan mengganggu arus proses pemecahan masalah yang sedang berjalan. Ada

empat jenis kejadian yang mengganggu atau menyela (interrupts) yang sudah dikenali :

1. Penyelaan atau interupsi terjadi ketika informasi yang tidak diharapkan (tidak

konsisten dengan struktur pengetahuan yang telah ditentukan) dijumpai di

lingkungan.

2. Stimulasi lingkungan yang menonjol dapat mengganggu proses pemecahan

masalah. Banyak strategi pemasaran yang dimaksudkan untuk menginterupsi

pemecahan masalah konsumen yang terus menerus.

3. “Affective states”seperti suasana hati dan kejadian fisiologis (merasa lapar, ngantuk, merasa haus) dapat mengganggu suatu proses pemecahan masalah

(26)

4. Konflik atau pertentangan yang timbul selama pengambilan keputusan

pembelian dapat menginterupsi proses pemecahan masalah. Goal conflict

mungkin terjadi ketika konsumen mengenali adanya tujuan yang bertentangan

(incompatible).

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah telaah pustaka yang berasal dari

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian terdahulu ini

diuraikan secara sistematis mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti

terdahulu dan berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Pada bagian ini

dijelaskan tentang objek yang diteliti oleh peneliti terdahulu, model yang digunakan,

hasil penelitian, serta hubungan antara penelitian yang dilakukan ini dengan

penelitian terdahulu. Fakta-fakta atau data yang dikemukakan diambil

dari sumber aslinya. Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan

(27)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti Judul Penelitian penelitian Model Hasil Penelitian

Halim (2009)

Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian pada Starbucks

Coffee shop Sun Plaza Medan

Analisis Iklan dan Endorser

(28)

Sutopo (2011)

Pengaruh Pemakaian

Endorser dalam Iklan Televisi Melalui Merek dan Citra Merek

Sumber: Penelitian-penelitian terdahulu

2.3 Kerangka Teoritis

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor- faktor penting yang telah diketahui dalam suatu

masalah tertentu.

Menurut Suhandang (2010 : 14), periklanan adalah kegiatan yang terkait pada

dua bidang kehidupan manusia sehari –hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam

bidang ekonomi periklanan bertindak sebagai salah satu upaya marketing yang strategis, yakni upaya memperkenalkan barang baru atau jasa untuk dapat meraih

keuntungan sebanyak mungkin. Dalam hal ini periklanan merupakan suatu kekuatan

menarik yang ditujukan kepada sejumlah pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan

oleh produsen atau pedagang agar dapat mempengaruhi penjualan barang atau jasa

dengan cara menguntungkan. Setelah perusahaan memperkenalkan produk dan

jasanya melalui iklan, maka langkah selanjutnya adalah brand awareness, yaitu adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali

(29)

Kemudian setelah brand awareness terbentuk, maka keputusan pembeliana

dalah tujuan dan harapan perusahaan kepada konsumen. Memutuskan berarti

memilih satu atau dua atau lebih alternatif. Meskipun pemasar sering merujuk

tentang pemilihan antar objek (barang, merek, toko atau tempat berbelanja),

konsumen sebenarnya memilih antara alternative perilaku berkenaan dengan objek

tersebut.

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai

berikut, bahwa advertising mempengaruhi brand awareness dan keputusan pembelian seperti pada gambar 2.6 berikut ini.

Sumber : Tjiptono 2005 (diolah)

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara tentang hubungan

antar variabel- variabel dalam penelitian, dan merupakan pernyataan paling spesifik.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual maka peneliti menetapkan

hipotesis di dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran merekpada Starbucks Coffee Shop di Sun Plaza Medan.

Advertising (X1)

Brand Awareness (Y)

(30)

2. Iklanberpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian pada Starbucks Coffee Shop di Sun Plaza Medan.

Gambar

Gambar 2.1 Gambar indikator merek
Gambar 2.2
Gambar 2.3
AGambar 2.4  cognitive Processing Model of Consumer Decision Making
+4

Referensi

Dokumen terkait

Lebong Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Penyedia Pengadaan Barang untuk :. Nama Paket Pekerjaan : BELANJA MODAL

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba untuk membuat suatu aplikasi Game Strange Tetris yang merupakan visualisasi permainan dengan mengelompokkan warna dari balok balok

Dimana sistem pakar bila dikaitkan dengan kemampuan dokter dalam mendiagnosa secara dini kondisi kesehatan pasien, dapat diciptakan suatu sistem komputer yang bertugas untuk

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN. Semester Pertama Semester Pertama Prognosis

Skala BFNE mengandung aspek-aspek atau indikator seperti kekhawatiran individu mengenai penilaian dari orang lain mengenai dirinya, stres individu akibat penilaian

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pola arus di perairan Pantai Muara Kamal Jakarta Utara pada saat pasang mengarah dari barat laut ke selatan, sedangkan pada saat

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dan praktik/perilaku pengawas minum obat (PMO) dengan kesembuhan penderita