• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Profil Resort Cagar Alam Dolok Sibual Buali Sebagai Penentu Strategi Pengelolaan Kawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Profil Resort Cagar Alam Dolok Sibual Buali Sebagai Penentu Strategi Pengelolaan Kawasan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

Dalam keperawatan, pendididkan kesehatan erupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mendiri untuk memebnatu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai pendidik.

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO tahun 2012, mendefenisikan pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang secara sadar dibangun kesempatan untuk belajar yang melibatkan beberapa bentuk komunikasi untuk meningkatkan health literacy, termasuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan

hidupyang kondusif untuk kesehatan individu dan masyarakat.

Sedangkan menurut Brown, dkk (2012) mendefenisikan pendidikan kesehatan merupakan setiap kombinasi pengalaman belajar yang direncanakan dengan menggunakan praktik berbasis bukti dan/atau teori yang memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan dan mempertahankan perilaku sehat.

(2)

proses pembelajaran atau pendidikan sistematis yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat yang berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954) yang di kutip oleh Notoadmodjo (1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut meliputi:

1. Menjadikan kesehatan individu sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat. 2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan di perinci oleh Wong (1947) yang dikutip Tafal (1984) sebagai berikut:

1. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggungjawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakat.

2. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sekit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.

(3)

4. Agar orang mempelajari apa yang dapat ia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatn yang formal.

(Suliha, 2002)

WHO (2012) juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku kesehatan pribadi tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan yang menampilkan kelayakan politik dan organisasi dari berbagai bentuk tindakan untuk mengatasi determinan sosial, ekonomi dan lingkungan kesehatan

Dari beberapa uraian tentang tujuan tersebut diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku hidup masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang sehat dengan meningkakkan pengetahuan terlebih dahulu.

2.1.3 Proses Pendidikan Kesehatan

(4)

subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan tekhnik belajar, alat bantu belajar, materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran adalah hasil belajar itu sendiri, yaitu berapa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi, dan sebagainya. Dalam pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu kelompok atau masyarakat.

2.1.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Setiawati (2008) ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan aspek kesehatan yaitu:

1. Aspek Promotif

Sasarannya adalah masyarakat yang ada dalam rentang sehat, sehingga perlu dipertahankan status kesehatannya

2. Aspek preventif - Pencegahan primer

(5)

- Pencegahan sekunder

Sasaran dari pencegahan sekunder adalah para penderita yang mengalami pemyakit kronik.

- Pencegahan tersier

Sasarannya adalah penderita yang baru sembuh dari sakitnya.

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi. Menurut Notoadmojo (2007) Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi antara lain dimensi sasaran penddikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

Berdasarkan dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:

1. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu 2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

Sedangkan berdasarkan dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya akan berberda pula, misalnya:

1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid 2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran

keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya

(6)

Dan berdasarkan dimenti tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark, yaitu:

1. Promosi Kesehatan (Health promotion)

Dalam hal ini, pendidikan kesehatan yang di perlukan nisalnya dapat berupa dalam hal peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan dan sebagainya.

2. Perlindungan Khusus (Specific protection)

Salah satu contoh pendidikan kesehatan yang dapat di berikan pada tingkat ini misalnya program imunisasi sebagai pelayanan perlindungan khusus terutama di negara-negara berkembang. Hal ini dapat di karenakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anak masih sangat rendah.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prampt treatment) Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa bahkan tidak mau di obati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan di perlukan pada tahap ini.

4. Pembatasan cacat (Disability limitation)

(7)

pengobatannya terhadap suatu penyakit sehingga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan akan beresiko menganlami kecacatan atau ketidakmampuan. Sehingga pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, sebagian orang akan mengalami kecacatan. Sehingga untuk memulihkan kekecacatannya diperlukan beberapa latihan-latihan tertentu. Dan juga dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, ia enggan mengikuti latihan-latihan tersebut. Oleh karena itu pendidikan kesehatan diperlukan pada tahap ini untuk orang yang bersangkutan ataupun masyarakat yang terkadang tidak mau menerima mereka sebagai masyarakat yang normal.

2.2 Pengetahuan (Ranah Kognitif)

(8)

2.2.1 Tingkatan Perilaku Kognitif 2.2.1.1Pengetahuan

Pengetahuan yaitu kemampuan individu untuk menghapal, mengingat, mendefenisikan, atau mengidentifikasi informasi tertentu, seperti fakta, peraturan, prinsip, kondisi dan syarat yang disajikan selama pendidikan kesehatan. Misalnya untuk topik penyakit ISPA, pada tahap ini msyarakat diharapkan akan mampu menyebutkan pengertian ISPA, atau mampu menyebutkan cara pencegahan penyakit ISPA.

2.2.1.2Pemahaman

Pemahaman yaitu kemampuan individu untuk memperlihatkan suatu pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah diubah, misalnya menyampaikan kembali gagasan yang sudah di sampaikan dengan kata-kata sendiri. Misalnya pada tahap tentang penyakit ISPA, masyarakan diharapkan akan mampu menjelaskan bahwa pentingnya kebersihan tangan merupakan salah satu pencegahan terhadap penyakit ISPA.

2.2.1.3Penerapan

(9)

2.2.1.4Analisa

Analisa yaitu kemampuan individu untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya menjadi bagian—bagian yang lebih terperinci dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.

2.2.1.5Sintesa

Sintesa yaitu kemampuan individu untuk menggabungkan bagian-bagian atau unsure-unsur menjadi satu kesatuan dalam bentuk yang lebih sistemtis baik ditulis, diucapkan, digambarkan, dan sebagainya.

2.2.1.6Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan individu untuk memberikan penilaian dalam bentuk esai, desain, atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau criteria yang tepat (Nurhidayah, 2010)

2.3 Keluarga

(10)

pada kelompok ini, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik kepada keturunan mereka (Notoadmojo, 2007).

2.3.1 Pengertian Keluarga

Menurut Kozier (2010) mendefenisikan keluarga merupakan unit dasar dari msyarakat. Keluarga terdiri dari beberapa individu, pria dan wanita, muda ataupun tua, terkait secara hukum ataupun tidak, terkait secara genetik maupun tidak, yang dianggap satu sama lain sebagai orang terdekat.

2.4 Penyakit ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. (WHO, 2008)

2.4.1 Pengertian Penyakit ISPA

(11)

Sedangkan menurut WHO (2008), ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.

2.4.2 Patogenesis Penyakit ISPA

Menurut Alsagaff dan Mukty (2002), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsure alami yang terdapat pada orang sehat, yaitu:

1. Kebutuhan epitel mukosa dan gerak silia 2. Makrofag alveoli

3. Antibodi setempat

Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran napas yang epitel-epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu kebutuhan lapisan mukosa dan gerak sila adalah:

1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara

2. Sindroma imotil

3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)

(12)

Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan adalah IgA. Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang terjadi pada anak.

Gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung pada:

1. Karakteristik inokulum

Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi jasad renik yang masuk.

2. Daya tahan tubuh

Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak mukosilis, makrofag alveoli dan IgA.

3. Umur

Umur memiliki pengaruh yang besar. ISPA yang terjadui pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik bila di bandingkan dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah.

2.4.3 Etiologi Penyakit ISPA

(13)

2.4.4 Tanda dan Gejala Penyakit ISPA

Tanda dan gejala yang dapat diamati pada pendertia penyakit ISPA yaitu: rhinitis, nyeri tenggorokan, batuk-batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis, suhu badan meningkat 4-7 hari, disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, insomnia, dan kadang-kadang dapat juga terjadi diare (Alsagaff dan Mukty, 2002).

2.4.5 Penyebaran Penyakit ISPA

Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu: 1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk

2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin. 3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad

renik (hand to hand transmission)

(14)

2.4.6 Penanggulangan Penyakit ISPA 2.4.6.1Pengobatan

Terapi/pengobatan di tujukan untuk: 1. Simtomatik dan Paliatif

Obat-obatan yang dapat diberiakan yaitu obat dari golongan antipiretik dan analgetik, antitusif, hipnotika, roboransia,dan istirahat yang cukup.

2. Penyulit

Bila terjadi peningkatan obstruksi bronkus pada penderita PPOM atau asma bronkian dapat diberi kortikosteroid jangka pendek ditambah bronkodilator beta-adrenergik. Antibiotika juga perlu ditambahkan bila terjadi infeksi sekunder bakteri (Alsagaff dan Mukty, 2002).

2.4.6.2Pencegahan

(15)

penyebabnya sering tidak langsung diketahui. Selain itu, intervensi farmasi (vaksin, antivirus, antimikroba) untuk ISPA mungkin tidak tersedia.(WHO, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

57 Total regulatory adjustments to Tier 2 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) Modal Pelengkap -. 58 Tier 2 capital (T2) Jumlah Modal Pelengkap (T2)

Dokumen LKjIP menyajikan hasil pengukuran kinerja tahun 2015 serta evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerjanya, sehingga dokumen LKjIP ini dapat memberikan informasi

Apabila besarnya LQ = 1, maka pangsa pasar derah tersebut sebanding dengan pangsa daerah yang lebih luas (Provinsi Bengkulu) sehingga tidak bisa dijadikan sektor unggulan. Subsektor

Laporan akhir ini disusun berdasarkan hasil pembuatan alat dengan judul “ Pembuatan Pulp dari Bahan Baku Serat Lidah Mertua (Sansevieria).. dengan Menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan manajemen Sumber Daya Manusia di Sekolah Islam SMP Plus Citra Madinatul Ilmi Banjarbaru meliputi; bagaiman

The pattern of the Old City established earlier has two city centers, the native city center – with Alun-alun and Kabupaten as the main elements - and the colonial

Administrative staff for providing better service excellence to the

Karena memelihara keyakinan dan kebebasan memeluk suatu agama merupakan hal yang paling mendasar dalam Islam, maka Islam memandang orang yang murtad dari Islam,