• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Anak Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada Anak Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya

(Cakrawati, 2012). Pada anak anak, status gizi digunakan sebagai parameter

tumbuh kembang. Menurut buku Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan tahun 2012,

adapaun status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Produk pangan (jumlah dan jenis bahan makanan)

2. Akseptabilitas, menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan

yang terkait dengan cara memilih dan cara memilih dan menyajikan

makanan.

3. Perihal sosial dan ekonomi

4. Sanitasi makanan

5. Pengetahuan seseorang tentang gizi

2.1.1. Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi

empat penilaian yaitu pemeriksaan klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.

(Arisman, 2003)

2.1.2. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan fisik

secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Hal hal yang harus diperhatikan

dalam melakukan pemeriksaan klini adalah kulit, gigi, gusi, bibit, lidah dan mata.

Banyak tanda tanda klinis yang mewakili status gizi tertentu, misalnya,

terdapatnya striae pada orang obesitas atau terdapatnya bintik bitot pada orang

(2)

2.1.3. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan biokimia adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Pemeriksaan

biokimiawi yang dapat dilakukan antara lain; pemeriksaan protein visceral,

albumin, transferrin serum, thyroxine-binding prealbumin (TBPA), penilaian

hematologik dan keadaan hidrasi. (Arisman, 2003)

2.1.4. Pemeriksaan Biofisik

Dapat juga dilakukan suatu metode penentuan status gizi dengan melihat

perubahan fungsi maupun struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik biasanya

dilakukan untuk suatu keadaan tertentu misalnya buta senja. (Arisman, 2003)

2.1.5. Pemeriksaan Antropometri

Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia dalam hail ini

dimensi tulang otot dan jaringan lemak. Dalam klinik antropometri selain

digunakan untuk nutrisi dapat pula digunakan untuk memantau tumbuh kembang

anak. Pemeriksaan antropometri juga digunakan untuk membuat revisi grafik

pertumbuhan pada umumnya dilakukan setelah ada data berat badan (BB), tinggi

badan (TB) dan lingkaran kepala yang baru (LK). Adapun pemeriksaan

antropometri yang dapat dilakukan pada anak antara lain:

1. Lingkar kepala (LK) adalah pengukuran antropometri dengan mengukur

panjangnya lingkar kepala. Pengukuran rutin LK (lingkar kepala oksipital)

merupakan pengkajian nutrisi pada anak sampai umur 3 tahun dan

dikerjakan terutama pada anak yang memiliki risiko tinggi gangguan

status gizi.

2. Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) dapat dilakukan untuk mengukur

pertumbuhan, sebuah penanda cadangan energi dan protein dan dapat

(3)

3. Tebal lipatan kulit triceps (TLK) adalah pengukuran TLK adalah sebuah

penanda cadangan lemak subkutan dan lemak tubuh total, dan memberi

imformasi mengenai pola lemak tubuh (fat patterning).

4. Indeks massa tubuh (IMT) adalah pengukuran informasi pertumbuhan dan

status gizi pada seorang anak secara relatif dengan membandingkan berat

badan secara relatif dengan tinggi badan (BB/TB). Hal ini didefinisikan

sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat

tinggi dalam meter (kg/m2) (World Health Organization / WHO). Pada

anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya,

karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan

densitas tubuh. Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan

indikator IMT menurut umur. Indeks massa tubuh dapat mempengaruhi

perubahan fisik seseorang. (Puryatni, 2011) IMT tinggi dapat

mengakibatkan kegemukan atau obesitas yang terjadi karena konsumsi

makanan dan melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) perhari

(Obesity Task Force). Klasifikasi IMT ditunjukkan di tabel dibawah ini:

Kategori IMT Nilai

Underweight Dibawah 18,5

Normal 18,5 – 24,9

Overweight 25,0 – 29,9

Obese Diatas 30,0

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Seseorang dikatakan underweight apabila nilai IMT nya lebih kecil dari

18,5. Underweight didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang tidak mencukupi.

Kekurangan berat badan merupakan masalah yang serius pada anak anak. Kondisi

ini dapat menunjukkan kebiasaan makan yang buruk, infeksi berulang maupun

(4)

Berat badan normal pada anak ditunjukkan dengan nilai IMT 18,5 -24,9.

Berat badan yang normal pada anak menunjukkan berat badan yang sehat. Berat

badan yang sehat berarti komposisi tubuh memberi kontribusi positif secara

keseluruhan untuk kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Penting untuk

diketahui bahwa berat badan hanyalah salah satu penanda hidup sehat. (Puryatni,

2011)

Overweight pada anak anak berarti kelebihan berat badan dimana IMT nya

menunjukkan nilai 25,0 -29,9. Overweight dapat diartikan sebagai asupan nutrisi

yang berlebihan atau makanan yang berlebihan dimana akhirnya mempengaruhi

kesehatan yang dapat berkembang menjadi obesitas, yang meningkatkan risiko

gangguan kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung dan hipertensi.

(UNITE FOR SIGHT, 2012)

Faktor genetik berhubungan dengan pertambahan berat badan, IMT,

lingkar pinggang dan aktivitas fisik. Jika ayah dan/atau ibu menderita overweight

(kelebihan berat badan) maka kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat

badan sebesar 40-50%. Apabila kedua orang tua menderita obesitas, kemungkinan

anaknya mengalami obesitas adalah sebesar 70-80% (Dewi Sartika, 2011).

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan kandungan lemak di jaringan

adiposa. Obesitas biasanya dinyatakan dengan adanya 25% lemak tubuh total

atau lebih pria dan sebanyak 35 persen atau lebih pada wanita. (Guyton dan Hall

2008)

Faktor lingkungan sangat nyata pengaruhnya terhadap peningkatan

prevalensi obesitas di sebagian negara maju, yang dibarengi dengan berlimpahnya

makanan tinggi lemak. Faktor-faktor ini terlihat di berbagai tempat seperti di

rumah, di sekolah, dan di masyarakat. (Karnik, S. Childhood Obesity: A Global

Public Health Crisis. 2012). Orang yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga

rutin memiliki risiko sebesar 1.35 kali lebih besar dibandingkan dengan orang

yang rutin berolahraga. (Dewi Sartika, RA. Faktor Risiko Obesitas pada Anak

5-15 Tahun di Indonesia. 2011)

Bayi dan anak yang menderita obesitas memiliki resiko tinggi untuk

(5)

keparahan obesitas anak yang lebih besar, interval waktu menurun sampai umur

dewasa, dan jumlah keluarga yang gemuk lebih besar. (Nelson, 2011)

Menurut RISKESDAS (2013) prevalensi gemuk pada anak umur 13-15

tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5

persen sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi gemuk

diatas nasional, yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi

Utara dan Papua.

2.2. Tekanan Darah 2.2.1. Definisi

Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 2008). Pengaturan tekanan darah

bergantung pada kontrol dua penentu utamanya, curah jantung dan resistensi

perifer total (Sherwood, 2012). Orang dewasa yang sehat umumnya memiliki

tekanan darah kurang dari 120/80mmHg. Angka pertama adalah angka dari

tekanan sistolik, yang menunjukkan tekanan darah di saat terjadi kontraksi

ventrikel. Angka kedua menunjukkan tekanan diastolik, yang menunjukkan

tekanan darah saat relaksasi ventrikel dan pengisiannya. (Lily, S.L, 2011)

2.2.2. Fisiologi Tekanan Darah

Seperti yang dikatakan diatas, tekanan darah bergantung pada kontrol

curah jantung dan resistensi perifer total. Curah jantung bergantung pada

kecepatan jantung dan isi sekuncup. Kecepatan jantung bergantung dari

keseimbangan relatif aktivitas parasimpatis, yang menurunkan kecepatan jantung

dan aktivitas simpatis uang meningkatkan kecepatan jantung. Isi sekuncup

meningkat sebagai respon terhadap aktivitas simpatis. Isi sekuncup juga

meningkat apabila aliran vena meningkat. Resistensi perifer total merupakan

resistensi aliran darah diseluruh sirkulasi sistemik. Resistensi perifer total

(6)

Regulasi jangka pendek tekanan darah dilakukan terutama oleh refleks

baroreseptor. Baroreseptor sinus karotis dan arkus aorta secara terus-menerus

memantau tekanan darah. Jika mendeteksi penyimpangan dari normal maka kedua

baroreseptor tersebut akan memberi sinyal ke pusat kardiovaskular di medula,

yang berespon dengan menyesuaikan sinyal otonom ke jantung dan pembuluh

darah untuk memulihkan tekanan darah ke normal. (Guyton, 2008)

Kontrol jangka panjang tekanan darah melibatkan pemeliharaan volume

plasma yang sesuai melalui kontrol ginjal atas keseimbangan garam dan air, yang

secara hormonal dikendalikan sistem renin-angiotensin-aldosteron dan vasopresin.

Besarnya volume darah total, akan menimbulkan efek nyata pada curah jantung

dan tekanan arteri rata-rata. (Guyton, 2008)

Tekanan Darah

Gambar 2.1. Skema Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Curah jantung Resistensi Perifer

(7)

2.2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mm

Hg) karena alat yang paling umum digunakan dan telah dipakai sejak lama

sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah adalah manometer air

raksa atau spyghmomanometer. Posisi yang terbaik untuk melakukan pengukuran

tekanan darah adalah dengan duduk atau berbaring dan pasien dalam keadaan

rileks. Setelah pengukuran diambil tekanan sistolik dan diastolik diperolehi dan

perbedaan kedua tekanan tersebut dipanggil tekanan denyut. Setelah itu,

penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan

spigmomanometer untuk tekanan sistolik dan diastolik. (Guyton dan Hall, 2008)

Pada anak-anak pengukuran tekanan darah rutin dimulai saat umur 3

tahun. Tekanan darah patutnya diukur di tangan kanan anak yang dalam posisi

duduk dan relaks. Pengukuran tekanan darah dengan auskultasi adalah baku

emasnya. Tekanan darah yang diukur dengan peralatan otomatis dan diikuti

dengan pengukuran dengan auskultasi dapat membantu menghilangkan kesalahan

pembacaan. Pada anak-anak dan remaja, kisaran normal tekanan darah ditentukan

oleh ukuran tubuh dan. Standar tekanan darah yang didasarkan pada jenis

kelamin, usia, dan tinggi memberikan klasifikasi yang lebih tepat untuk tekanan

darah sesuai dengan ukuran tubuh. pendekatan ini menghindari kesalahan pada

pengklasifikasian anak-anak yang sangat tinggi atau sangat pendek. (Ganong,

(8)

2.2.3. Klasifikasi Tekanan Darah

Gambar 2.2. Tekanan darah anak laki laki (A) dan perempuan (B) umur 13 – 18

tahun bedasarkan persentil umur.

Klasifikasi tekanan darah

Definisi

Normal Kecil dari persentil 90

Prahipertensi Mulai dari persentil 90 sampai <95, atau jika tekanan darah melebihi 120/80

Hipertensi ≥ Persentil ke 95

(9)

Pada anak batasan tekanan darah ditetapkan berdasarkan pola tekanan

darah anak sehat. Tekanan darah anak meningkat seiring dengan meningkatnya

umur. Nilai tekanan darah normal ditetapkan berdasarkan jenis kelamin, tinggi

badan dan umur. Anak-anak dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang

berada diantara persentil 90 dan 95 dikategorikan sebagai prahipertensi. Namun

anak-anak remaja yang mempunyai tekanan darah diatas 120/80 mmHg juga

dinyatakan sebagai prahipertensi meskipun masih berada dibawah persentil 90.

Penetapan kategori prahipertensi penting untuk melakukan intervensi pencegahan

terjadinya hipertensi yang sesungguhnya. Hipertensi pada anak didefinisikan

sebagai anak anak dengan tekanan darah besar dari persentil ke 95. (National High

Blood Pressure Education Program (NHBPEP) Working Group on Children and

Adolescents, 2004)

Faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah dapat dibagi menjadi

dua macam, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat

dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan, usia dan

ras. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas,

inaktivitas/jarang olah raga, merokok, stress, minuman beralkohol dan

obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid secara terus

menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Pada anak anak, faktor

risiko yang paling sering didapati adalah peningkatan IMT, adanya riwayat

keturunan, riwayat diabetes tipe 2 dan kadar kolesterol yang tinggi. (Purwadhono,

2013)

2.3. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah

Terdapat peningkatan tekanan darah pada orang yang mengalami

overweight maupun obesitas. Obesitas sendiri telah diasosiasikan secara langsung

dengan hipertensi. Beberapa penjelasan yang diberikan antara lain; (1) pelepasan

angiotensin dari sel adiposa sebagai substrat untuk sistem renin angiotensin, (2)

kenaikan volume darah yang berhubungan dengan peningkatan massa tubuh, dan

(3) naiknya viskositas darah dikarenakan pelepasan profibrinogen dan inhibitor

aktivator plasminogen 1 oleh sel adiposa. (Lily,L,S, 2011). Aktivitas saraf

(10)

berlebih. (Guyton dan Hall, 2008) Anak dengan obesitas memiliki risiko tiga kali

lebih besar terkena hipertensi dibandingkan dengan yang tidak (Makmur,N.L,

2008).

Pencegahan dan penanganan obesitas penting dalam menurunkan tekanan

darah dan risiko penyakit vaskular. Penurunan berat dapat mengakibatkan

penurunan tekanan darah dan peningkatan sentsitivitas insulin. Berkurangnya rata

rata berat badan sebanyak 9.2 Kg dapat diikuti dengan penurunan tekanan darah

sebanyak 6.3/3.1 mmHg. Aktivitas fisik reguler memfasilitasi penurunan berat,

penurunan tekanan darah dan mengurangi kemungkinan risiko penyakit

kardiovaskular. (Harrison, 2010)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gundogdu (2011), dalam

hipertensi akibat obesitas, fungsi ginjal yang abnormal awalnya dikarenakan

peningkatan reabsorpsi tubular natrium, yang menyebabkan retensi natrium dan

perluasan ekstraseluler. Peningkatan reabsorpsi natrium menghasilkan perubahan

pada ginjal yang berhubungan dengan tekanan ginjal, natriuresis dan elevasi

tekanan darah. Dengan demikian individu gemuk membutuhkan tekanan darah

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Gambar 2.1. Skema Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Gambar 2.2. Tekanan darah anak laki laki (A) dan perempuan (B) umur 13 – 18

Referensi

Dokumen terkait

Untaian puji dan syukur, Penulis naikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang ajaib, atas segala anugerah, berkat, dan kasih yang begitu melimpah dalam menuntun setiap

Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan wanita tani dalam usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi dan pengolahan

Pada penelitian metode POS Tagger dan klasifikasi Naïve Bayes ini hasil akurasi maksimalnya adalah 84.30% untuk data uji email spam dan email ham dalam

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

bahwa Badan Standar Nasional Pendidikan telah melakukan penilaian buku teks pelajaran sekolah menengah pertama yang disusun dan diajukan oleh Direktorat Pembinaan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah, perlu

menginformasikan kepada masyarakat bahwa sampai di jaman modern ini masih ada orang-orang yang peduli dengan bangunan-bangunan peninggalan jaman Belanda yang berada