• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Slogan “Good Food, Good Life”, Harga, Dan Kualitas Produk Pada Pt. Nestle Indonesia Terhadap Minat Beli Konsumen Di Medan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Helvetia)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Teori Tentang Slogan 2.1.1.1 Pengertian Slogan

Menurut Moeliono dalam Sartika (2007: 117) slogan adalah kalimat yang menarik, mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan

dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Dari pengertian para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa slogan adalah perkataan

atau kalimat yang menarik, mencolok yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu sehingga orang yang membaca slogan dapat mengetahui maksud penulisan sebuah slogan.

2.1.1.2 Tujuan Slogan

Tujuan dari slogan yaitu agar pembaca tahu, mengerti, tertarik atau

bertindak sesuai dengan pesan yang ditampilkan Nurhadi, dkk. Slogan juga dapat berfungsi untuk pendidikan masyarakat, memacu semangat, cita-cita, iklan komersil atau propaganda politik. Penggunaan slogan yang berhasil, terlihat dari

seberapa jauh masyarakat mengenal slogan tersebut.

2.1.1.3 Ciri-Ciri Bahasa Slogan

Menurut Hartistik, dalam Sartika (2007: 119). Ciri-ciri bahasa slogan dapat dilihat dibawah ini:

1. Isinya singkat dan jelas

(2)

9 2.1.2 Teori Tentang Harga

2.1.2.1 Pengertian Harga

Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk, sehingga sangat menentukan

keberhasilan pemasaran suatu produk. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat

karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan

berpengaruh terhadap minat pembelian. Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai

negatif. Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif.

2.1.2.2 Penetapan Harga

Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika

perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah

baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru. Prosedur enam langkah untuk menetapkan harga:

1. Memilih tujuan penetapan harga

(3)

10 3. Memperkirakan biaya

4. Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing

5. Memilih metode penetapan harga 6. Memilih harga akhir

2.1.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Harga (Costumer Price Sensitivity)

Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan adalah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga pembeli. Kotler (2003: 111)

mengidentifikasikan tujuh faktor:

1. Pengaruh nilai unik: pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih langka.

2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti.

3. Pengaruh perbandingan yang sulit: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan kualitas barang pengganti.

4. Pengaruh pengeluaran total: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total

pendapatannya.

5. Pengaruh manfaat akhir: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk

akhirnya.

6. Pengaruh biaya yang dibagi: pembeli semakin kurang peka terhadap harga

(4)

11 7. Pengaruh investasi tertanam: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut semakin digunakan bersama dengan produk yang

telah dibeli sebelumnya.

2.1.2.4 Pendekatan-Pendekatan Umum Dalam Penetapan Harga

Harga yang akan dibebankan oleh perusahaan pada produk dan jasanyaakan berada pada kisaran mulai dari terlalu rendah untuk menciptakan laba sampai terlalu tinggi untuk menimbulkan permintaan Kotler dan Amstrong (2001:

162). Tiga pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menetapkan harga:

1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya Metode penetapan harga yang paling sederhana adalah penetapan harga biaya-plus (cost-plus pricing). Penetapan harga biaya-plus memiliki pengertian menambahkan markup

standar pada biaya produk. Menambahkan markup standar memiliki pengertian penetapan harga dengan menambahkan biaya pokok produk

dengan semua biaya operasional dan perolehan laba yang diinginkan.: 2. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Metode penetapan harga berdasarkan

nilai memiliki pengertian menetapkan harga berdasarkan persepsi pembeli

atas nilai, bukannya atas biaya yang ditanggung oleh penjual. Ada aspek psikologis terkait pada penetapan harga berdasarkan nilai, karena minat

(5)

12 3. Penetapan Harga Berdasarkan Pesaing Metode penetapan harga

berdasarkan pesaing, memiliki pengertian bahwa perusahaan menetapkan

harga produknya dengan berpatokan pada harga yang ditawarkan oleh pesaing produk sejenis. Dengan cara ini, peritel tidak akan segera

mengubah harga jualnya meskipun ada perubahan harga pokok produk atau ada permintaan konsumen.

2.1.2.5 Implementasi Harga

1) Penetapan Harga secara customary dan variable

Cystomary pricing adalah harga yang tetap, tidak akan berubah untuk

periode tertentu.Variable pricing adalah harga yang ditetapkan secara variatif sesuai dengan fluktuasi tingkat permintaan konsumen.

2) Penetapan Harga Ganjil (odd pricing)

Odd pricing adalah penetapan harga yang ganjil. Dasar dari penetapan

harga ganjil adalah bahwa secara psikologis para konsumen mudah tertarik

dengan harga yang dirasakan murah. 3) Leader Pricing

Penetapan harga dimana profit margin lebih rendah daripada tingkat yang

biasanya diraih. Leader pricing digunakan untuk menarik lebih banyak konsumen. Penetapan harga yang lebih rendah karena profit margin yang ditekan

diberlakukan pada sebagian item sementara lainnya dijual dengan harga normal. 4) Penetapan Harga Paket

Penetapan harga paket adalah harga yang di diskon atau diberi nilai yang

(6)

13 dalam jumlah banyak. Selain paket dalam bentuk jumlah itu, juga dapat diterapkan paket dalam bentuk pasangan atau dalam bentuk kelompok.

5) Penetapan Harga Murah Setiap Hari

Penetapan harga murah setiap hari atau yang lebih sering disebut every day

low pricing (EDLP), ini merupakan salah satu jenis penetapan harga berdasarkan

nilai. EDLP biasanya terjadi pada tingkat eceran pengecer yang berpegang pada pada kebijakan penetapan harga EDLP mengenakan harga yang murah

terus-menerus dengan sedikit atau sama sekali tidak ada promosi harga dan penjualan khusus.

2.1.2.6 Menanggapi Perubahan Harga Pesaing

Reaksi para peritel terhadap pesaing mereka yang mengadakan perubahan harga cukup beragam. Reaksi tersebut diantaranya:

1. Mempertahankan Harga

Perusahaan mempertahankan harga dan margin labanya karena yakin

bahwa perusahaannya tidak akan kehilangan laba yang terlalu besar karena harga diturunkan dan perusahaan meyakini tidak akan kehilangan banyak pangsa pasarnya.

2. Mempertahankan Harga dan Menambah Nilai

Perusahaan lebih memilih meningkatkan produk, layanan dan

(7)

14 3. Menurunkan Harga

Perusahaan menurunkan harga produknya untuk menyaingi harga yang

ditetapkan oleh pesaing. Perusahaan menurunkan harga produknya dikarenakan nilai produk turun karena volume meningkat, perusahaan

berpersepsi bahwa mereka akan kehilangan pangsa pasar bila tidak menurunkan harga karena pasar peka terhadap harga, dan sulitnya membangun kembali pangsa pasar yang telah hilang.

4. Menaikan Harga dan Meningkatkan Mutu

Perusahaan menaikan harga produk disertai dengan peningkatan mutu

produk dan memperkenalkan merek-merek baru untuk menyaingi produk pesaing.

5. Meluncurkan Lini Penyerang Harga Murah

Perusahaan mungkin menambahkan barang yang herganya lebih murah ke lini tersebut atau menciptakan lini terpisah berharga murah.

2.1.3 Teori Tentang Kualitas Produk 2.1.3.1 Konsep Produk

Konsep produk adalah saah satu konsep bisnis tertua. Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara

luas dan murah. Para menajer perusahaan yang berorientasi produk berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi secara masal. Mereka mengasumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada

(8)

15 negara-negara berkembang dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan produk daripada fiturnya. Orientasi itu juga berguna ketika perusahaan ingin

memperluas pasar.

Perusahaan-perusahaan lain dipandu oleh konsep produk yang berpendapat

bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur yang paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Para manajer organisasi memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan senantiasa memperbaiki

mutunya dari waktu ke waktu. Mereka mengasumsikan bahwa para pembeli mengagumi produk yang dibuat dengan baik serta dapat menilai mutu dan kinerja.

2.1.3.2 Kualitas Produk

Saat ini semua produsen memahami begitu pentingnya peranan dan arti kualitas produk yang unggul untuk memenuhi harapan pelanggan pada semua

aspek produk yang dijual ke pasar. Para petinggi/manajemen puncak perusahaan juga umumya semakin menyadari dan mempercayai adanya hubungan langsung

antara kualitas produk terhadap customer satisfaction (kepuasan pelanggan) yang pada akhirnya akan meningkatkan raihan pangsa pasar (market share) di pasar sasaran. Keberadaan kepuasan pelanggan pada perusahaan merupakan sebuah

variabel yang sangat penting dan menentukan keberhasilan sutu perusahaan. Salah satu tolak ukurnya adalah kualitas. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah

kualitas seperti apa yang sesunguhnya diinginkan oleh konsumen. Menyangkut apa saja, dan apa parameternya. Bukankah produk dengan reliability dan performa tinggi sudah cukup memuaskan konsumen.Banyak lembaga konsultan ternama

(9)

16 customer satisfaction dengan indeks kepuasan tinggi mengalami peningkatan

pertumbuhan penjualan dalam periode tertentu. Sebaliknya produk dengan level

indeks kepuasan rendah, pertumbuhan penjualannya cenderung minus. Tren volume penjualan yang terus menurun adalah awal kehancuran dan telah dialami

banyak perusahaan. Temuan ini tentu sangat mengagetkan dan menjadi tantangan besar khusunya para jajaran manajemen puncak. Merancang dan mengembangkan produk dengan fokus pada keinginan dan kepuasan pelanggan nampaknya sesuatu

yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Menurut Kotler (2003: 162) arti kata kualitas dalam The American Society

for Quality Control diartikan sebagai totalitas fitur dan karakteristik produk atau

jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun implisit. Hal ini berarti fitur produk yang ditawarkan juga menentukan

mutu yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Produsen dikatakan telah menyampaikan mutu jika produk atau yang ditawarkannya sesuai atau melampaui

ekspektasi pelanggan.

Sementara dalam mendifinisikan kualitas produk para ahli dalam manajemen mutu terpadu (total quality management) mengungkapkan

pengertiannya yang saling berbeda pendapat tetapi dari perbedaan tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang sama, adapun beberapa definisi yang

dikemukakan diantaranya adalah:

(10)

17 kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas lima ciri utama, yaitu:

1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan 2. Psikologis, yaitu citra rasa atau status

3. Waktu, yaitu kehandalan

4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan

5. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur

Menurut Taufik (2005: 40), Kecocokan dalam menggunakan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya yang lama, produk

yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang menggunakannya, produk tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan. Kecocokan penggunaan produk

seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan penggunaan dan tidak memiliki kelemahan. Adapun aspek

tersebut diantaranya adalah:

1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan

Produk berkualitas, memiliki ciri yang khusus atau istimewa, berbeda dari

produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan

meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

(11)

18 2. Bebas dari kelemahan

Suatu produk dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila di dalam suatu

produk serta unsur yang terdapat didalamnya tidak terdapat kelemahan, tidak terdapat cacat sedikitpun. Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat

mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembiayaan terhadap klaim garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman

produk ke pasar, meningkatkan hasil (yield) dan meningkatkan utilisasi kapasitas produksi, serta memperbaiki kinerja penyampaian produk.

Crosby, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau di

standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas

yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.

Deming, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisikan kualitas sebagai fitness for use dan crosby sebagai conformance to requirement, deming

mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan

oleh konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.

(12)

19 berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapakan konsumen atas suatu produk.

Garvin dan Davis, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Meskipun tidak ada definisi kualitas yang diterima secara universal,

namun pengertian kualitas di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu sebagai berikut:

1. Kuallitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

Setelah melihat definisi di atas, maka kualitas produk mengacu pada

bagaimana produk tersebut menjalankan fungsinya yang mencakup keseluruhan dari produk, yaitu berupa ketahanan, kehandalan, ketepatan, kemudahan dalam

pengoperasian, dan kemudahan dalam perbaikan serta atribut-atribut nilai lainnya. Penetapan kualitas merupakan salah satu cara untuk memenangkan persaingan di pasar, karena mutu merupakan salah satu cara penempatan suatu produk di benak

pelanggan.

2.1.3.3 Dimensi Kualitas Produk

Terdapat delapan dimensi kulitas yang dikemukakan oleh Garvin dalam Nasution (2004: 55) yang dapat digunakan sebagai variabel kualitas suatu produk yang diukur dan digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis. Adapun

(13)

20 1. Performance (Kinerja), karakteristik operasi pokok dari produk inti (core

product).

2. Features (Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Reliability (Kehandalan), kemampuan perusahaan dalam memberikan kualitas produk yang sesuai dengan harapan konsumen.

4. Conformance to specification (Kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Durability (Daya tahan), berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi, serta penangan keluhan yang memuaskan.

7. Aesthetics (Estetika), daya tarik produk terhadap panca indera, seperti bentuk

fisik, warna, dan sebagainya.

8. Perceived quality (Kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena

kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut / ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama

(14)

21 2.1.4 Teori Tentang Minat Beli

Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar dan proses

pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang

sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu Oliver (2006: 66). Menurut Durianto, dkk (2003: 109) niat untuk membeli merupakan

sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangatdiperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu

produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen pada masa yang akan datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dari

keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen. Minat (interest) digambarkan sebagai suatu situasi seseorang sebelum

melakukan suatu tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut. Minat beli merupakan perilaku yang muncul

(15)

22 1. Minat dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara

faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.

2. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh seseorang mempunyai kemampuan untuk mencoba.

3. Minat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang. 4. Minat berhubungan dengan perilaku yang terus-menerus.

Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh

konsumen dengan minat beli. Minat beli adalah kecenderungan pembelian untuk melakukan pembelian pada masa yang akan datang, namun pengukuran terhadap

kecenserungan terhadap pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah tahap kecenderungan

perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk barang atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan mempunyai

sikap positif terhadap suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada masa lampau.

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap

mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor dalam Tjiptono (2003), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan

(16)

23 konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan obyek (dengan mengevaluasi informasi), sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya.

Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya.

Perilaku menurut Oliver (2006) adalah segala sesuatu yang dikerjakan

konsumen untuk membeli, membuang, dan menggunakan produk dan jasa. Secara

teoritis urutan ketiga komponen efek hierarki bisa berbeda‐beda bergantung pada

tingkat involvement‐nya, atau bahkan masing‐masing unsur bisa berbentuk secara parsial namun dalam penelitian ini bahwa ketiga komponen bergerak dalam

formasi standar, yakni kognisi, sikap, dan perilaku. Munculnya ketiga komponen tersebut tidak lepas dari informasi yang diterima konsumen.

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang

pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu, efek hierarki minat beli

digunakan untuk menggambarkan urutan proses munculnya keyakinan (beliefs). Sikap (attitudes) dan perilaku pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan mengaitkan atribut, manfaat, dan objek (dengan mengevaluasi informasi),

sementara itu sikap mengacu pada perasaan atau respon efektifnya. Sikap berlaku sebagai acuan yang mempengaruhi dari lingkungannya.

(17)

24 konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.

2.1.4.1 Indikator Minat Beli

Menurut Ferdinand (2002: 129), minat beli dapat diidentifikasi melalui

indikator-indikator sebagai berikut:

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.

d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari

informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (2011) dalam Rizky

(2012), minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Suatu produk dapat

dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan

(18)

25 tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada umumnya beralih

mengevaluasi produk lain yang sejenis. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya

rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri seusai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat komplek dan salah satunya adalah motivasi untuk

membeli. Minat beli bukanlah merupakan pembelian dimasa sekarang dan belum tentu juga konsumen akan melakukan tindakan pembelian pada masa yang akan mendatang.

2.1.4.2Model Perilaku Konsumen

Menurut Kotler (2003: 223) titik tolak memahami pembeli adalah model

rangsangan-rangsangan. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke dalam kesadaran pembelian. Karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Tugas manajer adalah memahami

apa yang terjadi dalam kesadaran pembelian antara datangnya stimuli luar dan keputusan pembelian. Rangsangan pemasaran (marketing stimuli) terdiri dari:

1. Produk (product) yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen, baik kualitas maupun kuantitasnya.

2. Harga (price) yaitu seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen

(19)

26 3. Distribusi (place) yaitu bagaimana pendistribusian barang sehingga produk

dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah.

4. Promosi (promotion) yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga keunggulan produk dapat disampaikan kepada konsumen.

2.1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi (2008: 11), faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:

a. Faktor-faktor Kebudayaan 1) Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahkluk-mahkluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang

tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial

penting lainnya. 2) Sub-Budaya

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil

yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok

(20)

27 3) Kelas Sosial

Kelas-kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

b. Faktor-faktor Sosial 1) Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasikan

kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara. Pertama, kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua,

mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep jati-diri seseorang karena orang tersebut umumnya ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka menciptakan

tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.

2) Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama adalah keluarga orientasi, yang merupakan orangtua seseorang. Keluarga

(21)

28 c. Faktor Pribadi

1) Umur dan Tahapan Dalam Siklus Hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus

hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

2) Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

3) Keadaan Ekonomi

Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan

dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam.

4) Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang

secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

5) Kepribadian dan Konsep Diri

(22)

29 relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen.

d. Faktor-faktor Psikologis 1) Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenik. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis

tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.

2) Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu

gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi yaitu perhatian yang

selektif, gangguan yang selektif, dan mengingat kembali yang selektif. Faktor-faktor persepsi ini yaitu perhatian, gangguan, dan mengingat kembali yang selektif berarti bahwa para pemasar harus bekerja keras agar pesan yang

disampaikan diterima. 3) Proses Belajar

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian diawali saat pembeli menyadari adanya masalah

(23)

30 dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang, yaitu

rasa lapar, dahaga atau seks meningkat dan berubah menjadi dorongan. Atau sebuah kebutuhan dapat timbul karena rangsangan eksternal seseorang yang

melewati sebuah toko roti dan melihat roti yang baru selesai dibakar dapat merangsang rasa laparnya. Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Kita dapat membedakan dua

tingkat yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses mencari informasi secara aktif dimana

ia mencari bahan-bahan bacaan, menelepon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen

berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber

informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan-keputusan membeli. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok:

1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2) Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran.

3) Sumber umum : media massa, organisasi konsumen.

(24)

31 2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Variable Penelitian

Hasil Penelitian 1 Grewal, Dhruv.,

Kent B. Monroe, and R.

Krishnan. (2012)

The Effects of Price‐Comparison

Advertising on Buyers’ Perception of Acquisition Value, Transaction Value, and Behavioral Intentions

Price Comparison Advertising on Buyers’ Perception of Acquisition Value, Transaction Value, Behavioral Intentions

Based on the results of the observation, obtained the following regression equation: Y=0.262 X1 + 0.339 X2 + 0.265 X3 + e. Based on statistical data analysis, the indicators in

thisresearch are valid and the variables are reliable. In testing the assumption of

classical, model free regression

multikolonierity, heteroscedasticity does not happen, and normally

distributed.0.339, then the price perception variable with regression coefficient of 0.265. While the variables that affect the lowest quality product with regression coefficient of 0.262. The model equation has a calculated F value of 47.692 and

asignificancelevel of 0,000. Where F count is greater than F table (3.09) and with a smaller significance levelof α (0.05). It shows that the

(25)

32 in this research is jointly influential to the dependent

variable is willingness to buy.

2 M.Nasution. (2004)

Pengaruhnya Iklan, Citra Merek, dan Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen Dalam Menggunakan

Vaseline and Body Lotion Di Kota Padang

Iklan,

Citra Merek, dan Kepuasan

Konsumen Loyalitas Konsumen

Dari uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa iklan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen dalam menggunakan produk Vaseline Hand and Body Lotion di kota Padang. Iklan berpengaruh sebesar 0,425 terhadap loyalitas konsumen produk Vaseline Hand and Body lotion di kota padang, dimana iklan sebagai (X1) adalah nilai yang lumayan baik diantara tiga variabel bebas yang ada, diharapkan PT. Unilever harus mampu

meningkatkan nilai iklan sehingga lebih banyak konsumen yang tertarik, dan mau menggunakan produk.

3 Rizky. (2012) Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan,dan Persepsi Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Ponsel Nokia

Kualitas Produk Daya Tarik Iklan Persepsi Harga Minat Beli Diperoleh tingkat signifikansi untuk variabel kualitas produk (X1) sebesar 0,012. Nilai

(26)

33 secara individu variabel kualitas produk (X1) berpengaruh positif terhadap variabel dependen minat beli (Y). Selanjutnya, pada variabel daya tarik iklan (X2) diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai

signifikansi tersebut lebih kecil dari α(0,05), hal ini menunjukan bahwa secara individu variabel daya tarik iklan (X2)

berpengaruh positif terhadap variabel dependen minat beli. Pada variabel harga (X3) diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,018. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari α (0,05), hal ini menunjukan bahwa secara individu variabel harga (X3) berpengaruh positif terhadap variabel dependen minat beli (Y).

(27)

34 image baik lagi terhadap masyarakat dan juga diikuti dengan

meningkatkan kinerja perusahaan serta menerapkan program – program baru untuk masyarakat dengan tujuan menjadi mitra setia masyarakat

Samarinda. Seluruh data diperoleh merupakan hasil dari observasi,

menganalisa, dan wawancara yang dilakukan di

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

2.3 Kerangka Konseptual

Kata slogan diambil dari istilah dalam bahasa Gaelik, sebuah bahasa dari

Skotlandia kuno, yaitu slough-ghairm yang berarti teriakan bertempur. Menurut Widyatama sacara sederhana, slogan diartikan sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan yang mudah diingat dan mengandung arti

khusus. Di tengah masyarakat, slogan sering diartikan sebagai semboyan atau motto. Menurut Moeliono slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik,

mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Dari pengertian para pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa slogan adalah perkataan atau kalimat yang

(28)

35 diingat untuk menyampaikan sesuatu sehingga orang yang membaca slogan dapat mengetahui maksud penulisan sebuah slogan.

Harga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk sehingga sangat menentukan

keberhasilan pemasaran suatu produk. Pengertian harga menurut Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat

karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Harga merupakan salah satu penentu pemilihan produk yang nantinya akan

berpengaruh terhadap minat pembelian. Bila suatu produk mengharuskan konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima, maka yang terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai

negatif. Sebaliknya, apabila konsumen menganggap bahwa manfaat yang diterima lebih besar, maka yang terjadi adalah produk tersebut memiliki nilai yang positif.

Konsep produk adalah salah satu konsep bisnis tertua. Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah. Para menajer perusahaan yang berorientasi produk berkonsentrasi

untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi secara masal. Mereka mengasumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada

ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi itu dapat sangat cocok di negara-negara berkembang dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan produk daripada fiturnya. Orientasi itu juga berguna ketika perusahaan ingin

(29)

36 Minat beli menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya

ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu Oliver (2006:

66). Menurut Durianto, dkk (2003: 109) niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli

merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangat

diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen pada masa yang akan datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap produk dari keyakinan

konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen.

(30)

37 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan amsalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah:

Slogan “good food, good life”, harga, kualitas produk pada PT. Nestle Indonesia berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Medan. (Studi Kasus di Kecamatan

Medan Helvetia). HARGA

(X2) SLOGAN “Good Food, Good Life”

(X1)

MINAT BELI (Y)

KUALITAS PRODUK

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Execute a Tutorial D VAR statement for each of S, P and SP. Use INTEGER as the declared type for STATUS and QTY, RATIONAL for WEIGHT, and CHAR for all the other attributes. Feel

Ponorogo ROSIDA RAHM AWATI Guru Kelas M I M I NURUL HUDA GROGOL DAFTAR PESERTA PLPG TAHAP IV (Reguler)..

Disinilah peran seorang farmasis sangatlah besar untuk membantu para klinisi dalam menentukan terapi penggunaan obat golongan ACE inhibitor , dengan target terapi

This study considered relevant theories related to tenses, learning activity, speaking skill, writing skill, direct method, total physical response, audiolingual method,

repulsive so that Jonas is forced to search for a new set of satisfiers that is higher in level. The memories he

This paper presents the overview of the long-term structural monitoring programme which had measured the out-of-plain motion of the historical masonry façade of

3D surveying and modelling techniques have been exploited to produce 3D digital models of structures and objects, along with virtual tours, communication material

[r]