BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang
dengan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan salah
satu kanker yang sangat ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Kanker
payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, sehingga
terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi
pada jaringan payudara. Kanker payudara pada umumnya menyerang pada kaum
wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat meyerang kaum laki-laki,
walaupun kemungkinan menyerang kaum laki-laki itu sangat kecil sekali yaitu
1:1000. Kanker payudara ini adalah salah satu jenis kanker yang juga menjadi
penyebab kematian terbesar kaum wanita di dunia, termasuk di Indonesia
(Mulyani, 2013).
Insiden kanker payudara terus meningkat, sebagian karena teknologi
diagnostik yang lebih canggih. Angka mortalitas yang dikaitkan dengan kanker
payudara tidak banyak berubah sejak tahun 1930 sekalipun sudah banyak
kemajuan dalam pengobatan (Baradero dkk, 2007).
Gejala kanker payudara bisa berupa adanya benjolan pada payudara yang
tidak terasa nyeri. Semula, benjolan itu kecil. Lama kelamaan, benjolan ini
kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara.
Itulah yang membuat puting payudara tertarik ke dalam (retraksi), serta berwarna
merah muda atau kecokelatan sampai menjadi oedema, sehingga terlihat seperti
kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara. Semakin lama, borok
membesar dan mendalam maka akan menghancurkan seluruh payudara
(Suprianto, 2010).
Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan dini ini tidak hanya terjadi
pada wanita pada wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga
mereka yang berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi
kedokteran sendiri. Penyebaran informasi mengenai manfaat pemeriksaan dini
(mamografi) atau faktor risiko kanker payudara mungkin kurang tersebar luas di
masyarakat (Bustan, 2007).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah
awal deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang akan
lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara
justru pertama kali dikenali oleh penderita (Rasjidi, 2010). Prognosis kanker
payudara tergantung pada tingkatan pertumbuhan, pada tumor ukuran kecil
tindakan preventif diharapkan. Oleh sebab itu, lebih baik melakukan
penanggulangan kanker payudara di titik beratkan pada deteksi tumor stadium
dini yang biasanya berukuran kecil.
Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Alangkah
baiknya jika semua wanita sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan dan segera
sangat penting dianjurkan benjolan pada payudara. SADARI sangat penting
dianjurkan kepada masyarakat untuk menerapkannya sekitar 90% kanker
payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan sekitar 5% ditemukan selama
pemeriksaan fisik untuk alasan lain. Penemuan awal, pada sebagain besar kanker
payudara (66%), berupa massa keras atau kokoh, tidak lunak, batas tidak tegas.
Pada 11% kasus tanda yang ditimbul berupa massa di payudara yang nyeri
(Mulyani, 2013)
Proyeksi data WHO tahaun 2012 memperkirakan prediksi peningkatan
substantif 19,3 juta kasus kanker per tahun pada tahun 2025 ke depan, sehingga
menyebabkan pertumbuhan dan penuaan global populasi semakin pesat. Lebih
dari 50% semua kanker (56,8%) yang menyebabkan kematian itu akibatnya
(64,9%) pada tahun 2012 terjadi perkembangan wilayah di dunia dan membuat
proporsi ini akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012
terdiagnosis 1,7 juta perempuan menderita kanker payudara dari 6,3 juta wanita
(World Health Organization (WHO), 2012).
Pada tahun 2014, diperkirakan 232.670 kasus kanker payudara invasif
diharapkan dapat didiagnosis pada wanita di Amerika Serikat dan 62.570 kasus
baru non-invasif (in situ) kanker payudara. Data tahun 2014 memperkirakan
232.670 kasus baru kanker payudara invasif diharapkan dapat didiagnosis supaya
megurangi risiko kejadian kanker payudara. Sekitar 40.000 wanita di Amerika
Serikat diperkirakan meninggal disebabkan akibat kanker payudara meskipun
angka kematian telah menurun sejak 1989 dengan penurunan lebih besar pada
wanita di bawah 50 tahun. Menurun ini dianggap sebagai hasil dari kemajuan
seorang wanita terkena kanker payudara sekitar dua kali lipat jika dia anggota
keluarga yang didiagnosis dengan kanker payudara sekitar 5-10% dari kanker
payudara dapat dikaitkan dengan mutasi gen (perubahan abnormal) diturunkan
dari ibu atau ayah (American Cancer Society (ACS), 2014).
Kira-kira 20% lebih kasus kanker payudara terkait dengan keluarga, yaitu
terdapat pengleompokkan kasus kanker dalam keluarga, tetapi penyakit tersebut
tidak menunjukkan pola pewarisan yang pasti. Kasus peluang pengelompokkan
kanker umum didapatkan dari pewarisan gen yang menyebababkan sedikit
peningkatan risiko kanekr, pembagian sedikit peningkatan risiko kanker pengaruh
lingkungan yang umum terjadi yang disebabkan berbagai faktor yang
kemungkinan disebabkan pewarisan gen membuat individu lebih rentan terhadap
lingkungan (Andrews, 2010).
Setiap tahun, American Cancer Society memperkirakan jumlah kasus
kanker yang menyebabkan kematian yang diharapkan di Amerika Serikat supaya
data terbaru berjalan dengan baik untuk mengurangi risiko kejadian kanker,
kematian, dan kelangsungan hidup berdasarkan data kejadian dari Nasional
Cancer Institute, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dan Asosiasi
Amerika Utara Kanker Central Registry dan data kematian dari Pusat Nasional
untuk Statistik Kesehatan. Sebanyak 1.660.290 kasus kanker 80.350 kematian
akibat kanker diproyeksikan terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2013
(Global Statistic Cancer, 2013).
Program Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP) pada
program deteksi dini kedua kanker tersebut telah berkembang di 207 kabupaten
pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Saat ini, telah
ada 405 pelatih atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi,
dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dokter umum serta bidan
dan diperkuat oleh 1.682 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter
umum dan bidan. Jumlah diskrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75%
dari target perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 (4,47%) IVA positif, curiga
kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara 1.682 (2,6 per
1000). Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker
yang menyerang penduduk Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim
(serviks) tertingi kasusnya di seluruh Rumah Sakit (RS).
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi tumor/kanker
di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker
tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher
rahim. Berdasarkan data Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah pasien rawat jalan
maupun rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang (28,7%)
dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%). Baru disusul kanker leukimia sebanyak
4.342 orang (10,4%, lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang
(7,8%). Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di
Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dan merupakan
penyebab kematian nomor tujuh.
Di Indonesia berdasarkan data yang ada, kanker leher rahim menempati
jumlah kasus kanker yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2012 dengan jumlah insidens untuk kanker payudara sebanyak 2.261
kasus dan kanker leher rahim sebanyak 909 kasus. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Sub Bagian Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tanggal 15 Mei 2013, tahun 2012 jumlah kunjungan pasien
kanker payudara sebanyak 2.089 orang. Tahun 2013 dari bulan januari sampai
Mei 2013, jumlah kunjungan pasien kanker payudara sebanyak 2.121 orang,
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebanyak 826 orang, dan
rata-rata per bulan mencapai 148 orang.
Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah
penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Sumatera
Utara melaporkan penderita yang berobat pada stadium dini hanya berkisar
20-30%. Sedangkan penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70 %.
Kondisi ini jauh berbeda dengan negara barat yang hampir 80 % pasien kanker
payudara datang pada stadium dini. Menurut data di Divisi Bedah Onkologi
RSUP H. Adam Malik Medan, terdapat 1.427 penderita kanker payudara pada
kurun waktu 2011-2013)
Sudah saatnya wanita lebih peka dan mulai memperhatikan organ
payudara secara khusus. Semakin dini kita mengetahui masalah yang terjadi pada
payudara maka semakin awal deteksi kanker payudara dapat dilakukan. Hasilnya
pengobatan dapat dilakukan pada stadium awal sehingga kemungkinan sembuh
dan kemampuan bertahan jauh lebih besar. Hanya lima menit memahami dan
kenali payudara kita untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini (Nisman,
Deteksi dini merupakan langkah awal terdepan dan paling penting dalam
pencegahan kanker. Dengan deteksi dini diharapkan angka mortalitas dan
morbiditas, dan biaya kesehatan akan lebih rendah. Deteksi dini dan skrining
menjadi kunci tingkat bertahan hidup yang tinggi pada penderita. Deteksi dini
dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Selain itu, untuk meningkatkan
kesembuhan penderita kanker payudara, kuncinya adalah penemuan dini,
diagnosis dini, dan terapi dini. Untuk itu, diperlukan diseminasi pengetahuan
tentang kanker payudara, dan pendidikan wanita untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (Olfah dkk, 2013).
Deteksi dini sangat penting dan efektif dalam menanggulangi kanker
payudara. Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara masih belum diketahui.
Faktor risikonya bersifat multifaktor dan banyak yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor risiko yang signifikan dan telah terbukti adalah jenis kelamin wanita dan
bertambahnya usia, sehingga setiap wanita berisiko kanker payudara. Riwayat
keluarga kanker payudara juga merupakan faktor risiko penting, 5-10% penderita
akibat kelainan genetik (Olfah dkk, 2013).
Salah satu metode deteksi dini kanker payudara adalah pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI). SADARI perlu dilakukan ketika seorang wanita
telah mencapai masa pubertas dan mengalami perkembangan payudara. SADARI
berperan penting dalam penemuan kanker payudara stadium dini, karena secara
statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% kejadian kanker payudara
ditemukan oleh penderita itu sendiri. Bahkan, 90% dari kanker payudara
ditemukan oleh wanita itu sendiri saat melakukan SADARI. American Cancer
memeriksakankan payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun.
Sesudahnya, pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun.. meskipun
sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi
keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).
Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI. SADARI
adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan setiap wanita dan bisa dilakukan
sendiri di rumah. Tindakan ini penting karena 75-85% keganasan kanker payudara
ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. SADARI perlu
dilakukan ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai
mengalami perkembangan pada payudaranya (Rasyidi 2009).
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setelah ke 5 dan ke-7 sesudah
menstruasi, dimana jaringan payudara saat densitasnya lebih rendah. Pada pasien
yang tergolong dalam risiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. Pemeriksaan payudara
sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi infeksi atau palpasi. Dengan berdiri
di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan di
samping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama lain, dan sambil kedua
tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara asimetris, adanya massa, dan kulit
yang retraksi dapat terdeteksi dengan manuver ini.(Rasyidi, 2009).
Masalah utama pelaksanaan SADARI sebagai metode deteksi dini kanker
payudara adalah jarang sekali yang melakukannya dengan benar. Menurut Bustan
wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga mereka yang
berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi kedokteran
sendiri. Padahal Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang
tentang kesehatan antara lain ditentukan oleh pengetahuan orang yang
bersangkutan.
Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke
petugas kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer Society
dalam proyek skrening kanker payudara menganjrkan pemeriksaan SADARI
walaupun tidak dijumpai keluhan apapun. Dengan melakuakn deteksi dini dapat
menekan angka kematian sebesar 25-30%. Dalam melakukan deteksi dini seperti
SADARI diperlukan minat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup serta menjaga kualitas untuk lebih baik (Mulyani,
2013).
Penulis memilih Fakultas Ilmu Keperawatan sebagai tempat penelitian
karena di fakultas ini akan dibentuk kader-kader tenaga kesehatan yaitu perawat.
Sebagai calon perawat, mahasiswa FIK idealnya memilki pengetahuan, kesadaran,
dan perilaku yang baik dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara.
Khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran yang biasa
dilakukan oleh diri sendiri yaitu SADARI. Studi pendahuluan penelitian
Nugrahini (2008) ini dilakukan secara acak pada 10 orang mahasiswi. Dari hasil
studi pendahuluan diperoleh data sebagai berikut: 4 orang mengetahui tentang
SADARI, 6 orang belum mengetahui tentang SADARI, 2 orang pernah
melakukan SADARI dan 8 orang belum pernah melakukan SADARI. Mahasiswa
yang terjadi pada payudara secara dini, sehingga berdampak pada keterlambatan
pemeriksaan pada selajutnya.
Berdasarkan penelitian Handayani (2013) yang dilakukan peneliti pada
tanggal 9 Oktober 2012 di Prodi D III Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta terdapat sebanyak 285 mahasiswi tingkat 1 sebanyak 3 orang, tingkat 2
sebanyak 4 orang dan tingkat 3 sebanyak 3 orang, didapatkan hasil bahwa
mahasiswi sudah medapatkan materi tentang SADARI sejak semester 1. Dari 10
mahasiswi tersebut, 8 mahasiswi yaitu tingkat 1 sebanyak 2 orang, tingkat 2
sebanyak 3 orang, dan tingkat 3 sebanyak 3 orang sudah dapat mencotohkan cara
melakukan SADARI namun mereka mengakui tidak rutin dalam melakukan
SADARI setiap bulannya, sedangkan 2 mahasiswi masing-masing tingkat 1 dan
tingkat 2 sudah dapat mencotohkan cara melakukan SADARI dan rutin
melakukan SADARI setiap bulannya.
Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah institusi kesehatan yang mencetak
tenaga kesehatan masyarakat yang terutama bergerak di bidang kesehatan
promotif dan preventif. Untuk mengetahui dan mempraktekkan SADARI sebagai
metode upaya pencegahan kanker payudara. Berdasarkan hasil wawancara 8
responden dari 84 Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ada 7
responden mengerti dengan pengetahuan SADARI (Pemeriksaan Payuadara
Sendiri) dan manfaat kegunaan SADARI dan 1 orang tidak mengeti pengetahuan
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan manfaatnya. Dari 8 responden 6
orang tidak memahami langkah melakukan SADARI cara yang benar tidak
mengaplikasikan rutin dalam sebulan dan 2 orang memahami langkah SADARI
SADARI mahasiswi pada umumnya kurang baik dari 6 responden mengatakan
mereka malas, tidak nyaman, lupa, malu dengan payudara sendiri, kurang
memperhatikan payudaranya, dan mengatakan tidak penting dilakukan setiap
bulan, kalau lagi ingat dilakukan dan kalau tidak ingat tidak dikerjakan
pemeriksaan payudara sendiri dan meraka beranggapan bahwa faktor genetik
keturunan mereka tidak ada menderita kanker payudara sehingga tindakan
SADARI masih mimimnya dilakuakn oleh tenaga kesehatan dan hanya 2
responden yang melakukan tindakan SADARI setiap bulannya supaya ingin
mencegah deteksi dini kanker payudara.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan
Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi Di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan
pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara tahun 2015”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi
dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015.
2. Untuk mengetahui Sikap Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini
kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015
3. Untuk mengetahui tindakan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini
kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015 .
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI
sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi
FKM USU tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.
2. Sebagai masukan bagi Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri