HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DENGAN TINDAKAN SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA MAHASISWI
DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh
DILLA PEBRIA SARI 131021086
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DENGAN TINDAKAN SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA MAHASISWI
DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
DILLA PEBRIA SARI 131021086
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, putting susu dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah desain penelitian survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh seluruh mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015 sebanyak 84 orang.
Hasil uji chi-square menunjukkan pengetahuan dengan tindakan signifikan (berhubungan) tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara (p=0,006). Sikap dengan tindakan signifikan (berhubungan) tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara (p=0,012). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dengan tindakan mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.
Saran yaitu Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera disarankan untuk menambah materi pelajaran KIA dan Kespro dalam kurikulum Kesehatan Masyarakat tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara. Bagi mahasiswi ekstensi untuk membaca buku pengetahuan tentang SADARI dampak dari bahaya kanker payudara sebagai pembunuh wanita sehingga kita sebagai tenaga kesehatan harus mencegah dengan mengurangi resiko kanker payudara sebagai salah satu usaha untuk mengetahui adanya kanker payudara sehingga apabila terjadi kanker payudara maka secepatnya mendapat pengobatan. Hasil penelitian selanjutnya bisa sebagai refrensi ilmiah mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk dijadikan sebagai gambaran tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara
ABSTRACT
BSE is a breast self-examination aims to determine the presence or absence of breast cancer in women. This examination is done by using mirrors and performed by women aged 20 years and above. The main indications of BSE is to detect breast cancer by observing the breast from the front, left side and right side, if there is a bump, discoloration of the skin, nipple and discharge or pus and blood.
The study aims to determine the relationship of knowledge, attitude and actions BSE as early detection of breast cancer on a student in the Faculty of Public Health, University of North Sumatra in 2015. This type of research is descriptive analytic survey research design with cross sectional approach. Population is the whole entire student at the Faculty of Public Health, University of North Sumatra in 2015 as many as 84 people.
Chi-square test results showed significant knowledge of the action (related) on BSE as early detection of breast cancer (p = 0.006). Attitude with significant action (related) on BSE as early detection of breast cancer (p = 0.012). Based on the results of research and discussion is concluded that there is a relationship between knowledge, attitude and student actions on BSE as early detection of breast cancer.
For suggestions that Sumatra University School of Public Health advised to add to the subject matter in the curriculum Kespro KIA and Public Health on BSE as early detection of breast cancer. For a student to read books extensions knowledge about BSE impact of the dangers of breast cancer as a killer of women so that we as health workers should be prevented by reducing the risk of breast cancer as one attempt to detect breast cancer so that in case of breast cancer then immediately get treatment. Results of the study could further as a scientific reference a student at the Faculty of Public Health, University of North Sumatra to serve as an overview of BSE as early detection of breast cancer.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dilla Pebria Sari
Tempat/Tanggal Lahir : Duri, 10 Februari 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Bhakti Nusantara no.58 Gg:Sriwijaya Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Prov.Riau
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1997-2003 : SD Negeri 049, Babussalam, Duri-Riau
2. 2003-2006 : SMP Pondok Pesantren Babussalam, Pekanbaru
3. 2006-2009 : SMA Negeri 1 Mandau, Duri-Riau
4. 2009-2012 : Akademi Kebidanan Sehat, Medan
5. 2013-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2012-2013 : Klinik Bidan Helendri Duri-Riau
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara pada mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan tahun
2015”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa umat manusia kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
2. Bapak Drs. Heru Santosa,MS.Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan
Dan Biostatistik.
3. Ibu Sri Rahayu Sanusi SKM, M. Kes, Ph.D dan Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu
serta dukungan.
4. Bapak dan Ibu selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk
5. Bapak dr. Wirsal Hasan, MPH selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan.
7. Dr. Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
8. Ayahanda Jurnaidi dan Ibunda Maizarmis yang telah mendukung saya dalam
do’a serta memberi semangat disepanjang hidup saya dan seluruh keluarga
yang telah memberikan banyak bantuan baik secara moril dan materi.
9. Terima kasih buat saudara kandung ku Kakak Ayu Ilham Sari, S.Pd, Buat
Adikku Dita Tri Sari, S.Pdi, da Adek bungsuku Diya Ispraju Sari yang
memberikan support, semangat dalam mengerjakan skripsi, serta doa yang
dipanjatkan kepada ALLAH SWT.
10. Terima kasih buat sahabatku yang ku sayangi telah memberikan support dan
semangat dalam mengerjakan skripsi.
11. Terima kasih buat teman-temanku dalam perjuangan konsul barengan telah
memberikan semangat, dorongan bila ada keluhan dalam mengerjakan skripsi
khusus untuk Ria Mistika Mardalena Am.Keb, Gravika Dian Lestari
Am.Keb, dan Siti Zubaidah,Am.Keb.
12. Terima kasih buat teman-teman satu kost yang memberikan support,
dorongan untuk semangat dalam mengerjakan skripsi khusus buat Octira
Daniaty Am.Keb, Putri Novela Am.Keb dan Kak Nurma kesayangan kami.
13. Teman-teman peminatan Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi Fakultas
Kesehatan Masyarakat yang saling memberikan semangat dan kesan yang tak
14. Teman-teman seangkatan ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat yang
saling memberikan semangat dan kesan yang tak terlupakan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya
untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat
bagi pengembangan ilmu
Medan, Oktober 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... . i
ABSTRAK ... ii
ABTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1 Tujuan Umum ... 10
1.3.2 Tujuan Khusus ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 11
2.1.1 Pengertian SADARI ... 11
2.1.2 Siapa Yang Perlu Melakukan SADARI ... 13
2.1.3 Manfaat SADARI ... 14
2.1.4 Tujuan SADARI... . 14
2.1.5 Cara Memeriksa Payudara Sendiri... 15
2.1.6 Masalah Yang Ditemukan Saat Keterlambatan Melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)... 23
2.1.8 Apa Yang Kita Lakukan Bila Menemukan Benjolan... 24
2.2 Kanker Payudara ... 26
2.2.1 Pengertian Kanker Payudara ... 26
2.2.2 Gejala dan Tanda Kanker Payudara... 27
2.2.3 Penyebab Kanker Payudara dan Faktor Resiko... . 30
2.3 Pengetahuan ... 38
2.3.1 Definisi Pengetahuan... 38
2.3.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 39
2.4 Sikap ... 43
2.4.1 Defenisi Sikap ... 43
2.4.2 Faktor- faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sikap ... 44
2.5 Tindakan ... 46
2.5.1 Definisi Tindakan... . 46
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan... 47
2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 47
2.8 Hipotesis Penelitian ... 48
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 50
3.2 Lokasi dan Waaktu Penelitian ... 50
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 50
2.2.2 Waktu Penelitian ... 50
3.3 Populasi dan Sampel ... 51
3.3.1 Populasi ... 51
3.3.2 Sampel ... 51
3.4 Pengumpulan Data ... 51
3.5 Defenisi Operasional ... 52
3.6 Aspek Pengukuran ... 52
3.7 Instrumen Penelitian ... 56
3.8 Uji Validitas dan Reabilitas ... 56
3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 57
3.9.1 Tekhnik Pengolahan Data ... 58
3.7.2 Analisa Data ... 58
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 60
4.1.1 Demografi ... 60
4.1.2 Sejarah Berdirinya FKM USU ... 60
4.1.3 Visi, Misi FKM ... 61
4.1.4 Peserta Program Pendidikan ... 62
4.2 Analisa Univariat ... 62
4.2.2 Gambaran Pengetahuan Responden ... 65
4.2.3 Gambaran Sikap Responden ... 66
4.2.4 Gambaran Tindakan Responden ... 73
4.3 Analisis Bivariat ... 77
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan Responden SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara ... 81
5.2 Sikap Responden SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara... 83
5.3 Tindakan Responden SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara ... . 86
5.4 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara ... 87
5.5 Hubungan Sikap Responden Dengan Tindakan Deteksi Dini Kanker Payudara ... 92
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 97
6.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN- LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 103
Lampiran 2 Master Tabel ... 109
Lampiran 3 Uji Validitas Dan Reabilitas Kuesioner Responden ... 109
Lampiran 4 Hasil Penelitian Analisis Univariat Dan Analisis Bivariat ... 127
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.6.1 Skor Penilaian Pengetahuan ... 53
Tabel 3.6.2 Jumlah Skor Pengetahuan Responden ... 54
Tabel 3.6.3 Jumlah Skor Sikap Responden ... 55
Tabel 3.6.4 Skor Penilaian Tindakan ... 56
Tabel 3.6.5 Jumlah Skor Tindakan Responden ... 56
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 ... 63 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 ... 65 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 ... 66
Sumatera Utara Tahun 2015 ... 67
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 ...
72
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 ...
73
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 ...
77
Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara
78
Tabel 4.9 Hubungan Sikap Responden dengan Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Halaman
Gambar 1 Tahap 1 Melihat Bentuk Payudara di Cermin
... ... 16
Gambar 2 Tahap 2 Periksa Payudara dengan Diangkat Kedua Tangan ... 17
Gambar 3 Tahap 3 Berdiri di Depan Cermin Tangan Disamping ... 17
Gambar 5 Tahap 4 Menegangkan Otot Bagian dengan Berkacak Pinggang...
18
Gambar 6 Tahap 1 Persiapan Melakukan SADARI ...
18
Gambar 7 Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip ...
19
Gambar 8 Tahap 3 Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar... ...
20
Gambar 9 Tahap 4 Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara ...
20
Gambar 10 Tahap 5 Memeriksa Ketiak ... ...
21
Gambar 11 Kerangka Konsep ... ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Master Tabel
Lampiran 3 Uji Validitas Dan Reabilitas Kuesioner Responden
Lampiran 4 Hasil Penelitian Analisis Univariat Dan Analisis Bivariat
ABSTRAK
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, putting susu dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah desain penelitian survei deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh seluruh mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015 sebanyak 84 orang.
Hasil uji chi-square menunjukkan pengetahuan dengan tindakan signifikan (berhubungan) tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara (p=0,006). Sikap dengan tindakan signifikan (berhubungan) tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara (p=0,012). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dengan tindakan mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.
Saran yaitu Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera disarankan untuk menambah materi pelajaran KIA dan Kespro dalam kurikulum Kesehatan Masyarakat tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara. Bagi mahasiswi ekstensi untuk membaca buku pengetahuan tentang SADARI dampak dari bahaya kanker payudara sebagai pembunuh wanita sehingga kita sebagai tenaga kesehatan harus mencegah dengan mengurangi resiko kanker payudara sebagai salah satu usaha untuk mengetahui adanya kanker payudara sehingga apabila terjadi kanker payudara maka secepatnya mendapat pengobatan. Hasil penelitian selanjutnya bisa sebagai refrensi ilmiah mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara untuk dijadikan sebagai gambaran tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara
ABSTRACT
BSE is a breast self-examination aims to determine the presence or absence of breast cancer in women. This examination is done by using mirrors and performed by women aged 20 years and above. The main indications of BSE is to detect breast cancer by observing the breast from the front, left side and right side, if there is a bump, discoloration of the skin, nipple and discharge or pus and blood.
The study aims to determine the relationship of knowledge, attitude and actions BSE as early detection of breast cancer on a student in the Faculty of Public Health, University of North Sumatra in 2015. This type of research is descriptive analytic survey research design with cross sectional approach. Population is the whole entire student at the Faculty of Public Health, University of North Sumatra in 2015 as many as 84 people.
Chi-square test results showed significant knowledge of the action (related) on BSE as early detection of breast cancer (p = 0.006). Attitude with significant action (related) on BSE as early detection of breast cancer (p = 0.012). Based on the results of research and discussion is concluded that there is a relationship between knowledge, attitude and student actions on BSE as early detection of breast cancer.
For suggestions that Sumatra University School of Public Health advised to add to the subject matter in the curriculum Kespro KIA and Public Health on BSE as early detection of breast cancer. For a student to read books extensions knowledge about BSE impact of the dangers of breast cancer as a killer of women so that we as health workers should be prevented by reducing the risk of breast cancer as one attempt to detect breast cancer so that in case of breast cancer then immediately get treatment. Results of the study could further as a scientific reference a student at the Faculty of Public Health, University of North Sumatra to serve as an overview of BSE as early detection of breast cancer.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang
dengan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan salah
satu kanker yang sangat ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Kanker
payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, sehingga
terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi
pada jaringan payudara. Kanker payudara pada umumnya menyerang pada kaum
wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat meyerang kaum laki-laki,
walaupun kemungkinan menyerang kaum laki-laki itu sangat kecil sekali yaitu
1:1000. Kanker payudara ini adalah salah satu jenis kanker yang juga menjadi
penyebab kematian terbesar kaum wanita di dunia, termasuk di Indonesia
(Mulyani, 2013).
Insiden kanker payudara terus meningkat, sebagian karena teknologi
diagnostik yang lebih canggih. Angka mortalitas yang dikaitkan dengan kanker
payudara tidak banyak berubah sejak tahun 1930 sekalipun sudah banyak
kemajuan dalam pengobatan (Baradero dkk, 2007).
Gejala kanker payudara bisa berupa adanya benjolan pada payudara yang
tidak terasa nyeri. Semula, benjolan itu kecil. Lama kelamaan, benjolan ini
kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara.
Itulah yang membuat puting payudara tertarik ke dalam (retraksi), serta berwarna
merah muda atau kecokelatan sampai menjadi oedema, sehingga terlihat seperti
kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara. Semakin lama, borok
membesar dan mendalam maka akan menghancurkan seluruh payudara
(Suprianto, 2010).
Rendahnya kesadaran untuk memeriksakan dini ini tidak hanya terjadi
pada wanita pada wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga
mereka yang berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi
kedokteran sendiri. Penyebaran informasi mengenai manfaat pemeriksaan dini
(mamografi) atau faktor risiko kanker payudara mungkin kurang tersebar luas di
masyarakat (Bustan, 2007).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah
awal deteksi dini untuk menemukan kanker payudara stadium awal yang akan
lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin, sebab 85% kelainan di payudara
justru pertama kali dikenali oleh penderita (Rasjidi, 2010). Prognosis kanker
payudara tergantung pada tingkatan pertumbuhan, pada tumor ukuran kecil
tindakan preventif diharapkan. Oleh sebab itu, lebih baik melakukan
penanggulangan kanker payudara di titik beratkan pada deteksi tumor stadium
dini yang biasanya berukuran kecil.
Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Alangkah
baiknya jika semua wanita sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan dan segera
sangat penting dianjurkan benjolan pada payudara. SADARI sangat penting
dianjurkan kepada masyarakat untuk menerapkannya sekitar 90% kanker
payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan sekitar 5% ditemukan selama
pemeriksaan fisik untuk alasan lain. Penemuan awal, pada sebagain besar kanker
payudara (66%), berupa massa keras atau kokoh, tidak lunak, batas tidak tegas.
Pada 11% kasus tanda yang ditimbul berupa massa di payudara yang nyeri
(Mulyani, 2013)
Proyeksi data WHO tahaun 2012 memperkirakan prediksi peningkatan
substantif 19,3 juta kasus kanker per tahun pada tahun 2025 ke depan, sehingga
menyebabkan pertumbuhan dan penuaan global populasi semakin pesat. Lebih
dari 50% semua kanker (56,8%) yang menyebabkan kematian itu akibatnya
(64,9%) pada tahun 2012 terjadi perkembangan wilayah di dunia dan membuat
proporsi ini akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2025. Pada tahun 2012
terdiagnosis 1,7 juta perempuan menderita kanker payudara dari 6,3 juta wanita
(World Health Organization (WHO), 2012).
Pada tahun 2014, diperkirakan 232.670 kasus kanker payudara invasif
diharapkan dapat didiagnosis pada wanita di Amerika Serikat dan 62.570 kasus
baru non-invasif (in situ) kanker payudara. Data tahun 2014 memperkirakan
232.670 kasus baru kanker payudara invasif diharapkan dapat didiagnosis supaya
megurangi risiko kejadian kanker payudara. Sekitar 40.000 wanita di Amerika
Serikat diperkirakan meninggal disebabkan akibat kanker payudara meskipun
angka kematian telah menurun sejak 1989 dengan penurunan lebih besar pada
wanita di bawah 50 tahun. Menurun ini dianggap sebagai hasil dari kemajuan
seorang wanita terkena kanker payudara sekitar dua kali lipat jika dia anggota
keluarga yang didiagnosis dengan kanker payudara sekitar 5-10% dari kanker
payudara dapat dikaitkan dengan mutasi gen (perubahan abnormal) diturunkan
dari ibu atau ayah (American Cancer Society (ACS), 2014).
Kira-kira 20% lebih kasus kanker payudara terkait dengan keluarga, yaitu
terdapat pengleompokkan kasus kanker dalam keluarga, tetapi penyakit tersebut
tidak menunjukkan pola pewarisan yang pasti. Kasus peluang pengelompokkan
kanker umum didapatkan dari pewarisan gen yang menyebababkan sedikit
peningkatan risiko kanekr, pembagian sedikit peningkatan risiko kanker pengaruh
lingkungan yang umum terjadi yang disebabkan berbagai faktor yang
kemungkinan disebabkan pewarisan gen membuat individu lebih rentan terhadap
lingkungan (Andrews, 2010).
Setiap tahun, American Cancer Society memperkirakan jumlah kasus
kanker yang menyebabkan kematian yang diharapkan di Amerika Serikat supaya
data terbaru berjalan dengan baik untuk mengurangi risiko kejadian kanker,
kematian, dan kelangsungan hidup berdasarkan data kejadian dari Nasional
Cancer Institute, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dan Asosiasi
Amerika Utara Kanker Central Registry dan data kematian dari Pusat Nasional
untuk Statistik Kesehatan. Sebanyak 1.660.290 kasus kanker 80.350 kematian
akibat kanker diproyeksikan terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2013
(Global Statistic Cancer, 2013).
Program Kementerian Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP) pada
program deteksi dini kedua kanker tersebut telah berkembang di 207 kabupaten
pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Saat ini, telah
ada 405 pelatih atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi,
dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dokter umum serta bidan
dan diperkuat oleh 1.682 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter
umum dan bidan. Jumlah diskrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75%
dari target perempuan usia 30-50 tahun, 28.850 (4,47%) IVA positif, curiga
kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan pada payudara 1.682 (2,6 per
1000). Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat dari sekian banyak kanker
yang menyerang penduduk Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim
(serviks) tertingi kasusnya di seluruh Rumah Sakit (RS).
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi tumor/kanker
di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker
tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher
rahim. Berdasarkan data Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah pasien rawat jalan
maupun rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang (28,7%)
dan kanker serviks 5.349 orang (12,8%). Baru disusul kanker leukimia sebanyak
4.342 orang (10,4%, lymphoma 3.486 orang (8,3%) dan kanker paru 3.244 orang
(7,8%). Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di
Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dan merupakan
penyebab kematian nomor tujuh.
Di Indonesia berdasarkan data yang ada, kanker leher rahim menempati
jumlah kasus kanker yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2012 dengan jumlah insidens untuk kanker payudara sebanyak 2.261
kasus dan kanker leher rahim sebanyak 909 kasus. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Sub Bagian Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tanggal 15 Mei 2013, tahun 2012 jumlah kunjungan pasien
kanker payudara sebanyak 2.089 orang. Tahun 2013 dari bulan januari sampai
Mei 2013, jumlah kunjungan pasien kanker payudara sebanyak 2.121 orang,
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebanyak 826 orang, dan
rata-rata per bulan mencapai 148 orang.
Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah
penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Sumatera
Utara melaporkan penderita yang berobat pada stadium dini hanya berkisar
20-30%. Sedangkan penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70 %.
Kondisi ini jauh berbeda dengan negara barat yang hampir 80 % pasien kanker
payudara datang pada stadium dini. Menurut data di Divisi Bedah Onkologi
RSUP H. Adam Malik Medan, terdapat 1.427 penderita kanker payudara pada
kurun waktu 2011-2013)
Sudah saatnya wanita lebih peka dan mulai memperhatikan organ
payudara secara khusus. Semakin dini kita mengetahui masalah yang terjadi pada
payudara maka semakin awal deteksi kanker payudara dapat dilakukan. Hasilnya
pengobatan dapat dilakukan pada stadium awal sehingga kemungkinan sembuh
dan kemampuan bertahan jauh lebih besar. Hanya lima menit memahami dan
kenali payudara kita untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini (Nisman,
Deteksi dini merupakan langkah awal terdepan dan paling penting dalam
pencegahan kanker. Dengan deteksi dini diharapkan angka mortalitas dan
morbiditas, dan biaya kesehatan akan lebih rendah. Deteksi dini dan skrining
menjadi kunci tingkat bertahan hidup yang tinggi pada penderita. Deteksi dini
dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%. Selain itu, untuk meningkatkan
kesembuhan penderita kanker payudara, kuncinya adalah penemuan dini,
diagnosis dini, dan terapi dini. Untuk itu, diperlukan diseminasi pengetahuan
tentang kanker payudara, dan pendidikan wanita untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (Olfah dkk, 2013).
Deteksi dini sangat penting dan efektif dalam menanggulangi kanker
payudara. Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara masih belum diketahui.
Faktor risikonya bersifat multifaktor dan banyak yang tidak dapat dikendalikan.
Faktor risiko yang signifikan dan telah terbukti adalah jenis kelamin wanita dan
bertambahnya usia, sehingga setiap wanita berisiko kanker payudara. Riwayat
keluarga kanker payudara juga merupakan faktor risiko penting, 5-10% penderita
akibat kelainan genetik (Olfah dkk, 2013).
Salah satu metode deteksi dini kanker payudara adalah pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI). SADARI perlu dilakukan ketika seorang wanita
telah mencapai masa pubertas dan mengalami perkembangan payudara. SADARI
berperan penting dalam penemuan kanker payudara stadium dini, karena secara
statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% kejadian kanker payudara
ditemukan oleh penderita itu sendiri. Bahkan, 90% dari kanker payudara
ditemukan oleh wanita itu sendiri saat melakukan SADARI. American Cancer
memeriksakankan payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun.
Sesudahnya, pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun.. meskipun
sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi
keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).
Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI. SADARI
adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan setiap wanita dan bisa dilakukan
sendiri di rumah. Tindakan ini penting karena 75-85% keganasan kanker payudara
ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. SADARI perlu
dilakukan ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai
mengalami perkembangan pada payudaranya (Rasyidi 2009).
Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setelah ke 5 dan ke-7 sesudah
menstruasi, dimana jaringan payudara saat densitasnya lebih rendah. Pada pasien
yang tergolong dalam risiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan
payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. Pemeriksaan payudara
sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi infeksi atau palpasi. Dengan berdiri
di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan di
samping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama lain, dan sambil kedua
tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara asimetris, adanya massa, dan kulit
yang retraksi dapat terdeteksi dengan manuver ini.(Rasyidi, 2009).
Masalah utama pelaksanaan SADARI sebagai metode deteksi dini kanker
payudara adalah jarang sekali yang melakukannya dengan benar. Menurut Bustan
wanita dengan pendidikan atau ekonomi rendah, tetapi juga mereka yang
berpendidikan tinggi atau cukup mapan, bahkan di kalangan profesi kedokteran
sendiri. Padahal Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang
tentang kesehatan antara lain ditentukan oleh pengetahuan orang yang
bersangkutan.
Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke
petugas kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer Society
dalam proyek skrening kanker payudara menganjrkan pemeriksaan SADARI
walaupun tidak dijumpai keluhan apapun. Dengan melakuakn deteksi dini dapat
menekan angka kematian sebesar 25-30%. Dalam melakukan deteksi dini seperti
SADARI diperlukan minat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup serta menjaga kualitas untuk lebih baik (Mulyani,
2013).
Penulis memilih Fakultas Ilmu Keperawatan sebagai tempat penelitian
karena di fakultas ini akan dibentuk kader-kader tenaga kesehatan yaitu perawat.
Sebagai calon perawat, mahasiswa FIK idealnya memilki pengetahuan, kesadaran,
dan perilaku yang baik dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara.
Khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran yang biasa
dilakukan oleh diri sendiri yaitu SADARI. Studi pendahuluan penelitian
Nugrahini (2008) ini dilakukan secara acak pada 10 orang mahasiswi. Dari hasil
studi pendahuluan diperoleh data sebagai berikut: 4 orang mengetahui tentang
SADARI, 6 orang belum mengetahui tentang SADARI, 2 orang pernah
melakukan SADARI dan 8 orang belum pernah melakukan SADARI. Mahasiswa
yang terjadi pada payudara secara dini, sehingga berdampak pada keterlambatan
pemeriksaan pada selajutnya.
Berdasarkan penelitian Handayani (2013) yang dilakukan peneliti pada
tanggal 9 Oktober 2012 di Prodi D III Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta terdapat sebanyak 285 mahasiswi tingkat 1 sebanyak 3 orang, tingkat 2
sebanyak 4 orang dan tingkat 3 sebanyak 3 orang, didapatkan hasil bahwa
mahasiswi sudah medapatkan materi tentang SADARI sejak semester 1. Dari 10
mahasiswi tersebut, 8 mahasiswi yaitu tingkat 1 sebanyak 2 orang, tingkat 2
sebanyak 3 orang, dan tingkat 3 sebanyak 3 orang sudah dapat mencotohkan cara
melakukan SADARI namun mereka mengakui tidak rutin dalam melakukan
SADARI setiap bulannya, sedangkan 2 mahasiswi masing-masing tingkat 1 dan
tingkat 2 sudah dapat mencotohkan cara melakukan SADARI dan rutin
melakukan SADARI setiap bulannya.
Fakultas Kesehatan Masyarakat adalah institusi kesehatan yang mencetak
tenaga kesehatan masyarakat yang terutama bergerak di bidang kesehatan
promotif dan preventif. Untuk mengetahui dan mempraktekkan SADARI sebagai
metode upaya pencegahan kanker payudara. Berdasarkan hasil wawancara 8
responden dari 84 Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ada 7
responden mengerti dengan pengetahuan SADARI (Pemeriksaan Payuadara
Sendiri) dan manfaat kegunaan SADARI dan 1 orang tidak mengeti pengetahuan
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan manfaatnya. Dari 8 responden 6
orang tidak memahami langkah melakukan SADARI cara yang benar tidak
mengaplikasikan rutin dalam sebulan dan 2 orang memahami langkah SADARI
SADARI mahasiswi pada umumnya kurang baik dari 6 responden mengatakan
mereka malas, tidak nyaman, lupa, malu dengan payudara sendiri, kurang
memperhatikan payudaranya, dan mengatakan tidak penting dilakukan setiap
bulan, kalau lagi ingat dilakukan dan kalau tidak ingat tidak dikerjakan
pemeriksaan payudara sendiri dan meraka beranggapan bahwa faktor genetik
keturunan mereka tidak ada menderita kanker payudara sehingga tindakan
SADARI masih mimimnya dilakuakn oleh tenaga kesehatan dan hanya 2
responden yang melakukan tindakan SADARI setiap bulannya supaya ingin
mencegah deteksi dini kanker payudara.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan
Tindakan SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi Di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan
pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI sebagai deteksi dini kanker
payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara tahun 2015”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi
dini kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015.
2. Untuk mengetahui Sikap Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini
kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015
3. Untuk mengetahui tindakan Mahasiswi tentang SADARI sebagai deteksi dini
kanker payudara di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2015 .
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan SADARI
sebagai deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas, dapat memberikan informasi kepada Fakultas Kesehatan
Masyarakat mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswi
FKM USU tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara.
2. Sebagai masukan bagi Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemeriksaan payudara sendiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
2.1.1 Pengertian SADARI
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun
ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker
payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah
ada benjolah, perubahan warna kulit, puttting berisik dan pengeluaran cairan atau
nanah dan darah (Olfah dkk, 2013). American Cancer Society merekomendasikan
agar sejak usia 20 tahun, kaum wanita memeriksakan payudaranya setiap tiga
tahun sekali sampai usia 40 tahun. Sesudahnya pemeriksaan dapat dilakukan
sekali dalam setahun. Meskipun sebelum umur 20 tahun benjolan pada payudara
bisa dijumpai, tetapi potensi keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).
Pemeriksaan payuadara sendiri (SADARI) adalah pengembangan
kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini
dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal
penyakit kanker payudara. Kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh
semua wanita tanpa perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan
biaya, dan bagi wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktuna selama
mandi atau pada saat sedang berbaring. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat
seorang wanita telah mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya
(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara) dalah sekitar 20-30%
(Nisman, 20011).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi kanker
payudara adalah cara termudah dan termurah mengetahui adanya benjolan yang
kemungkinan besar berkembang menjadi kanker ganas. SADARI atau periksa
payudara sendiri dengan rutin merabanya merupakan langkah penting untuk
deteksi dini kanker payudara. Kebiasaan karena mudah, murah, cepat, dan efektif
untuk semangkin “mengenal” dan menyadari jika terdapat suatu hal yang tidak
normal pada payudara.
Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal itu
sudah terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara stadium 1 lebih
besar. Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus dilakukan secara
berkala. Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas, disarankan setiap tahun.
Sementara yang berumur di bawah itu, bisa tiga tahun sekali. Meski begitu, jika
ada benjolan, yang terdeteksi kanker payudara dari lima wanita yang merasa ada
benjolan paling hanya satu (Olfah dkk, 2013).
Pemeriksaan payuadara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara
sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus
mengeluarkan biaya. American Cancer Society dalam proyek skrening kanker
apapun. Dengan melakukan deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar
25-30%. Dalam melakukan deteksi dini seperti SADARI diperlukan minat dan
kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup serta
menjaga kualitas hidup untuk lebih baik (Mulyani, 2013).
Bentuk payudara biasanya berubah-ubah sebelum memasuki masa
menstruasi, biasanya payuadara terasa membesar, lunak, atau ada benjolan dan
kembali normal ketika masa menstruasi selesai. Yang terpenting adalah mengenali
perubahan mana yang biasa terjadi dan mana yang tidak keadaan normal dari
payudara sendiri. Pemeriksaan payudar sendiri (SADARI) secara rutin untuk
dapat merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi
perubahan dapat segera diketahui. Waktu terbai untuk memeriksa payudara adalah
7 sampai 10 hari setelah menstruasi selesai. Pada saat itu, payudara terasa lunak.
Pemeriksaan tidak tepat dilakukan pada menjelang dan sewaktu menstruasi
(Bustan, 2007).
SADARI optinum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus
menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam
keadaan lembut, tidak keras, membengkak sehingga jika ada pemebengkakan
akan lebih mudah ditemukan ( Mulyani, 2013).
2.1.2 Siapa Yang Perlu Melakukan SADARI?
Menurut Nisman 2011, wanita yang dianjurkan melakukan SADARI atau
Breast Self Examination (BSE) untuk mengurangi memicu kejadian kanker
1. Wanita usia subur : 7-8 hari setelah menstruasi
2. Wanita pascamenopause : pada waktu tertentu setiap bulan
3. Setiap wanita berusia diatas 20 tahun perlu melakukan pemeriksan payudara
sendiri (SADARI)setiap bulan.
4. Wanita yang berisiko tinggi sebelum mencapai 50 tahun perlu melakukan
mamografi setiap tahun, pemeriksaan payudara oleh dokter setiap 2 tahun.
5. Wanita yang berusia antara 20-40 tahun :
a. Mamogram awal atau dasar antara usia 35 sampai 40 tahun.
b. Melakukan pengujian payudara pada dokter setiap 3 tahun.
6. Wanita yang berusia antara 40-49 tahun melakukan pemeriksaan payudara pada
dokter dan mamografi setiap 1-2 tahun.
7. Wanita yang berusia diatas 50 tahun melakukan pemeriksaan payudara pada
dokter dan mamogarfi setiap tahun.
2.1.3 Manfaat SADARI
Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal yang
sangat penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada
payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker
tersebut. Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan
kemungkinan harapan hidup pada wanita penderita kanker payudara. Hampir 85%
dengan benar. Selain itu, SADARI adalah metode termudah, tercepat, termurah,
dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara
2.1.4 Tujuan SADARI
Menurut Nisman (2011) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan dengan
bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut.
1. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk
mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini akan
memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara.
2. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan pada
stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.
2.1.5 Cara Memeriksa Payudara Sendiri (SADARI)
Menurut Nisman (2011), Mulyani (2013), Bustan (2007), Sitorus (2006),
Proverawati (2010) dan Olfah dkk (2013) deteksi dini kanker payudara dapat
dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. Waktu yang tepat untuk periksa
payudara sendiri adalah satu minggu setelah selesai haid. Jika siklus haid telah
berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa payudara sendiri pada waktu yang
sama setiap bulannya dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya tidak lebih
dari 5 menit. Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker
payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga
banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI
(periksa payuadara sendiri) pada saat menstruasi, pada hari ke 7 sampai dengan
dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada
payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun
kurang atau lebih.
1. Buka baju dan tanggalkan pakaian-bra Anda dan berdiri tegak di depan cermin
dengan kedua lengan lurus ke bawah. Perhatikan ada-tidaknya perubahan
ukuran dan bentuk dari payudara Anda, seperti lekukan atau kerutan dari kulit.
2. Melihat Perubahan di Hadapan Cermin.
Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris
atau tidak). Cara melakukan :
2.1 Gambar Tahap 1 Melihat Bentuk Payudara di Cermin
Melihat perubahan bentuk dan besarnya, perubahan puting susu, serta kulit
payudara didepan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan
jika ukuran satu dengan yang lain tidak sama. Kemudian, perhatikan juga bentuk
puting dan warna kulit. Rata-rata payudara berubah tanpa kita SADARI.
Perubahan yang perlu diwaspadai adalah jika payudara berkerut, cekung ke
dalam, atau menonjol ke depan karena benjolan. Puting yang berubah posisi di
mana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik ke dalam, dengan warna
memerah, kasar, dan terasa sakit.
2.2 Gambar Tahap 2 Periksa Payudara dengan Diangkat KeduaTangan
Periksa payudara dengan tangan diangkat diatas kepala. Dengan maksud
untuk melihat retraksi kulit, perlekatan tumor terhadap otot atau fascia
terjadi pada payudara Anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan,
perubahan bentuk puting atau permukaan kulit menjadi kasar.
2.3 Gambar Tahap 3 Berdiri di Depan Cermin Tangan Disamping
Berdiri tegak didepan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang / tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla. Lalu
perhatikan apakah ada kelainan seperti di atas. Masih dengan posisi demikian,
bungkukkan badan dan tandai apakah ada perubahan yang mencurigakan
perubahan atau kelainan atau puting.
2.5 Gambar Tahap 1 Persiapan Melakukan SADARI
Di mulai dari payudara kanan, baring menghadap ke kiri dengan
membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang
telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang akan
diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah kepala. Gunakan
tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan. Gunakan telapak jari-jari
Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara
Anda dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular membentuk sudut 90
2.6 Gambar Tahap 2 Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang
selangka dibagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua
payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan
benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran
ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang
lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar
dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi
2.7 Gambar Tahap 3 Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar.
Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa.
Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara.
Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan
tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae. Tekanan
payudara memutar searah jarum jam dengan bidang datar dari jari-jari Anda yang
2.8 Gambar Tahap 4 Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk
melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
2.9 Gambar Tahap 5 Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda ke
samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal
atau tidak.
2.1.5.1 Cara Melakukan SADARI
Menurut Bustan (2007) dan Purnomo (2009) langkah-langkah tahapan
pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakuakan berbagai macam semasa mandi,
berdiri di hadapan cermin dan berbaring tempat tidur supaya membuat kenya
manan Anda untuk melakukan SADARI dalam setiap bulan untuk mengurangi
kematian akibat kanker payudara karena terlambat mendeteksi dini kanker
1. Semasa Mandi
Angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan satu jari, gerakkan secara
mendatar perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan
kanan untuk memeriksa payuadara sebelah kiri dan tangan kiri untuk memeriksa
payuadara kanan. Periksa dan cari bila terdapat gumpalan/ kebetulan keras,
menebal di payudara.
2. Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan ke atas kepala, putar-putar tubuh
perlahan-lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Cetak pinggang nda, tekan turun
perlahan-lahan ke bawah untuk menegangkan otot dada dan menolak payudara
Anda ke hadapan. Perhatikan dengan teliti segala perubahan seperti besar, bentuk
dan kontur setiap payudara. Lihat pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau
puting tersorot ke dalam. Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting dan
perhatikan jika terdapat cairan keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih
atau mengandungi darah.
3. Berbaring
Untuk memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu
kanan dan tangan kanan diletakkan di belakang kepala. Tekan jari Anda mendatar
dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari bagian
pangkal payuadara. Selepas satu putaran, jari digerakkan 1 inci (2,5 cm) ke arah
puting. Lakukan putaran untuk memeriksa setiap bagian payudara termasuk
puting. Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan
rasakan sama ada terdapat sebarang gumpalan di bawah dan di sepanjang atas
tulang selangka.
2.1.6 Masalah Yang Ditemukan Saat Keterlambatan Melakukan Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Menurut Olfah dkk (2013), Setiati (2009), Nisman (2011), dan Kasdu
(2005) menyatakan apabila Anda tidak melakukan Skrining dan deteksi dini
dengan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan 5-7 hari stelah menstruasi akan
medapatkan temuan masalah kanker payudara atau kelainan yang terjadi di
payudara seperti memiliki ada sejumlah tanda yang harus diwaspadai yang
menunjukkan suatu ketidaknormalan pada pyudara. Hal-hal berikut ini dapat
menandakan adanya kanker payudara tanda-tanda khusus kanker payudara
sebagai berikut:
1. Terdapat benjolan kecil pada jaringan disekeliling payudara biasanya tanpa
rasa sakit walaupun 25% kanker dihubungkan dengan suatu rasa tidak
nyaman.
2. Puting susu yang terlipat ke dalam.
3. Perubahan tekstur atau rasa seperti perubahan warna kulit dan terdapat
kerutan-kerutan pada kulit payudara.
4. Rasa tidak nyaman atau kesadaran rutin terhadap salah satu payudara.
5. Suatu perubahan pada puting susu atau pengeluaran spontan dari puting susu
6. Bintik-bintik getah bening yang membengkak di bawah ketiak Anda yang
berbintik-bintik adalah tanda meningkatnya penyakit.
7. Terjadi pembengkakan, benjolan yang keras, padat, tidak sakit, jika ditekan
tidak bergerak pada tempatnya, dan hanya teraba pada salah satu payudara.
8. Terjadi perlukaan seperti keluar darah atau nanah dari puting susu
9. Timbul rasa nyeri
10. Terjadi pembengkakan di daerah ketiak atau puting susu seperti gatal, terasa
bakar, dan tertarik ke dalam
11. Terjadi perlukaan di daerah ketiak.
2.1.7 Apa Yang Kita Lakukan Bila Menemukan Benjolan
Menurut Nisman (2011) dan Mulyani (2013) SADARI baru dilakukan
oleh sebgian kecil kaum wanita. Diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita
yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan teratur setiap
bulannya. Umumnya langkah ini dihindari karena menimbulkan bayangan
menakutkan. Pertama sadarilah bahwa upaya SADARI yang kita lakukan adalah
untuk melakukan deteksi dini- sangat awal-sehingga kita punya harapan besar
bahwa masalah yang kita temui adalah masalah yang ringan, bisa diobati, dan
penyembuhannya dapat dilakukan dengan baik. Yang kedua adalah berusahalah
untuk tenang jika menemukan benjolan. Jangan berusaha memijat-mijat benjolan
tersebut karena pemijatan tidak akan membuat benjolan menegcil, sebaliknya
justru dapat membuat masalah menjadi lebih berat jika benjolan ini merupakan
masalah atau penyakit. Yang ketiga adalah segera konsultasikan dengan dokter
yang tepat untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Mammografi merupakan proses pemeriksaan payudara manusia
menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Melalui
pemeriksaan Mammografi, angka kematia karena kanker payudara dapat
diturunkan sampai 30%. Metode mammografi, sinar X yang dipancarkan sangat
kecil, sehingga metode ini relatif mudah. Mammografi merupakan suatu tes yang
aman yang bertujuan untuk melihat adanya masalah pada payudara wanita.
b. Biopsi
Suatu tes untuk mengambil sejumlah kecil jaringan dari benjolan dan
daerah sekitar benjolan. Jaringan tersebut dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan tes, dicari adanya perubahan-perubahan yang menunjukkan adanya
kanker. Benjolan atau perubahan yang ditemukan pada payudara dapat bersifat
jinak (bukan kanker) atau ganas (kanker) dan jika kanker payudara dapat lebih
dini maka wanita kemungkinan bertahan dari penyakit ini lebih baik serta banyak
terapi untuk kanker payudara.
c. Mammogram diagnostik dilakukan ketika seorang wanita memiliki gejala
gejala kanker payudara atau terdapat benjolan di payudara dan mammogram ini
memakan waktu lebih lama karena gambar yang diambil juga lebih banyak.
d. Mammogram digital untuk mengambil gambaran elektronik payudara dan
menyimpannya langsung di komputer. Penelitian terbaru tidak menunjukkan
bahwa gambaran digital lebih baik dalam menemukan kanker dibandingkan film
Gambar 2.10 Pemeriksaan Mammograf
2.2 Kanker Payudara
2.2.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu
payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal yang
sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan
bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan. Kanker payudara (Carcinoma
Mammae) adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma.
Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar embuat air susu), saluran
kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara (Olfah dkk, 2013).
Kanker payudara dikenal sebagai slaha satu kanker yang paling sering
menyerang kaum wanita. Selain itu kecenderungan peningkatan prevalensinya
tidak dapat dihindari. Ditambah lagi kematian karena kanker payudara masih
tinggi, terutama pada negara-negara sedang berkembang, karena keterlambatan
diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobtan. Semua ini pada gilirannya
menyebabkan masalah kanker sebagai suatu masalah kesehatan yang biaya yang
Menurut Mulyani (2013) dan Suprianto (2010) Kanker payudara
merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. Kanker payudara pada
umumnya menyerang pada kaum wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan juga
dapat menyerang kaum laki-laki, walaupun kemungkinan juga dapat menyerang
kaum laki-laki itu sangat kecil sekali yaitu 1:1000. Kanker payudara ini adalah
salah asatu jenis kanker yang juga menjadi penyebab kematian terbesar kaum
wanita di dunia, termasuk di Indonesia. Kanker payudara berdasarkan sifat
serangannya terbagi menjadi dua,yaitu:
1. Kanker Payudara Invasif
Pada kanker payudara invasif, sel kanker merusak saluran serta dinding
kelenjar susu, menyerang lemak dan jaringan konektif disekitarnya. Kanker
dapat bersifat invasif / menyerang tanpa selalu menyebar (metastatic) ke
simpul limfe atau organ lain dalam tubuh.
2. Kanker Payudara Non-Invasif
Sel kanker terkunci pada saluran susu dan tidak menyerang lemak serta
jaringan konektif disekitarnya. DCIS/Ductal Carcinoma In Situ merupakan
bentuk kanker payudara non-invasif yang paling umum terjadi sedangkan
LICS/Lobular Carcinoma In Situ lebih jarang terjadi justru lebih diwaspadai
karena merupakan tanda meningkatnya risiko kanker payudara.
2.2.2 Gejala dan Tanda Kanker Payudara
Menurut Mulyani (2013), Setiati (2009), Bustan (2007), dan Olfah dkk
(2013) gejala dan pertumbuhan kanker payudara ini tidak mudah dideteksi karena
awal pertumbuhan sel kanker payudara jga tidak diketahui dengan mudah. Sering
kali, gejalanya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut.
Untuk menentukan gejala awal kanker payudara dapat dideteksi oleh kaum
wanita, jadi perlu seorang ahli untuk menemukan awal kanker payudara. Secara
rutin wanita dapat melakukan metode SADARI dengan cara memijat dan meraba
seputar payudara untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan disekitar payudara.
Menurut American Cancer Association, kemungkinan wanita wanita
terkena kanker payudara itu satu banding delapan orang atau 12 persen. Adapun
beberapa gejala kanker payudara :
1. Ditemukannya benjolan pada payudara yang tidak hilang dan permanen
biasanaya tidak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada kulit
payudara atau sekitar ketiak. Menurut American Cancer Society, gejala awal
yang signifikan dan sering dialami wanita ialah benjolan yang biasanya
ditandai rasa sakiy bila dipegang atau ditekan.
2. Perubahan pada payudara
Biasanya gejala yang terjadi ialah berubahnya ukuran, bentuk payudara dan
puting. Dimana gejala itu awalnya ditandai dengan permukaan payudara akan
berwarna merah, kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk,
kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk. Adapula dalam kasus
lain, warna payudaranya berubah orange.
Pada puting seringkali mengeluarkan cairan (nipple discharge) seperti darah,
tetapi juga terkadang juga berwarna kuning, kehijau-hijauan berupa nanah.
4. Pembengkakan pada payudara
Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan payudara tanpa
ada benjolan, yang merupakan gejala umumnya. Bahkan, kadang kadang salah
satu payudara pembuluh darah jadi tlebih terlihat.
Menurut Olfah dkk (2013) mengungkapkan tanda dan gejala kanker
payudara dibuat beedasarkan fasenya sebagai berikut:
A. Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala). Tanda dan
gejala yang paling umum dalah benjolan dan penebalan pada payudara.
Kebanyakkan sekitar 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Pada stadium
dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluhan.
B. Fase lanjut
1. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya
2. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah di obati
3. Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau
diobati.
4. Putting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau
keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau menyusui.
5. Putting susu tertarik ke dalam
6. Kulit payudara menegrut seperti kulit jeruk (peud d’orange).
C. Metastase luas, berupa :
1. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal
3. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke
tulang
4. Fungsi hati abnormal.
Menurut Suprianto (2010) sesungguhnya seseorang bisa terserang kanker
Lantaran banyak faktor diantaranya ialah faktor gen, makanan dan minuman
tertentu dan lain sebagainya. Supaya kita dapat mengidentifikasi adanya kanker
dalam tubuh, kita mesti mengenali tanda-tanda kanker sejak dini. Tanda-tanda
kanker payuadara yaitu:
1. Berkurangnya berat badan tanpa diketahui penyebabnya.
2. Demam yang berlebih sering terlihat dalam tahap-tahap lanjut, terutama bila
kanker mempengaruhi sistem kekebalan dan mengurangi pertahanan terhadap
infeksi.
3. Rasa lelah yang berlebihan.
4. Rasa nyeri yang muncul di tempat-tempat tertentu, yang merupakan sistem
tahap lanjut penyakit kanker.
5. Perubahan warna kulit menguning, memerah, gatal-gatal, atau pertumbuhan
rambut berlebihan.
2.2.3 Penyebab Kanker Payudara dan Faktor Resiko
2.2.3.1 Penyebab Kanker Payudara
Menurut Sitorus (2006), Kasdu (2005), Mulyani (2013) hingga saat ini,
penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti salah satunya genetik
terlalu banyak mengonsumsi makanan yang berelmak, obata-obatan yang
mengandung hormon estrogen dan zat karsinogen (zat warna sintesis dan bahan
kimia).
1. Faktor Usia
Semakin tua usia seorang wanita, maka akan risiko untuk menderita kanker
payudara akan semakin tinggi. Pada usia 50-69 tahun adalah kategori usia
paling beresiko terkena kanker payudara, terutamabagi mereka yang
mengalami menopause terlambat.’
2. Faktor Genetik
Ada dua jenis gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang sangat mungkin menjadi faktor
resiko pencetus knaker payudara. Bila ibu, saudara wanita mengidap kanker
payudara maka ada kemungkinan untuk memilki risiko terkena kanker
payudara dua kali lipat dibandingkan wanita lain yang tidak mempunyai
riwayat keluarga yang terkena kanker payudara.
3. Penggunaan hormon estrogen
Penggunaan hormon estrogen (misalnya pada pengunaan terapi estrogen
replacemenet), penggunaan terapi estrogen replacement mempunyai
peningkatan risiko yang signifikan untuk mengidap penyakit kanker
payuadara.
4. Gaya hidup yang tidak sehat
Jarang berolahraga atau kurang gerak, pola makan yang tidak sehat dan tidak
teratur, merokok serta mengkonsumsi alkohol akan meningkatkan resiko
kanker payudara.
Merupakan orang yang tidak merokok tetapi orang yang tidak sengaja
menghisap asap rokok yang dikeluarkan olehorang perokok sering kali
didengar perokok pasif terkena risiko dari bahaya asap rokok dibanding
perokok aktif. Menurut ahli dari California Enviromental Protection Agency
Perokok asif memiki hubungan erat dengan resiko terserang penyakit kanekr
payuadara, oleh karena itu jangan menjadi perokok aktif, hindarilah
orang-orang yang merokok di sekitar anda agar anda tidak menjadi perokok pasif.
6. Penggunaan kosmetik
Bahan-bahan kosmetik yang bersifat seperti hormon estrogen beresiko
menyebabkan peningkatan risiko mengalami penyakit kanker payudara,
sehingga berhati-hatilah dalam penggunaan alat kosmetik untuk kesehatan diri
kita.
7. Penggunaan