BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Spinal anesthesia memblok system saraf simpatis yang selanjutnya akan memberikan efek-efek pada kardiovaskuler. System saraf simpatis mempersarafi jantung pada reseptor β dalam mempengaruhi denyut jantung dan kontratilitas dan mempengaruhi
pembuluh darah pada reseptor α. Tekanan darah adalah hasil kali dari cardiac output dan
tahanan perifer sistemik, dan cardiac output adalah banyaknya volume darah yang dipompakan jantung per menit (volume sekuncup x denyut jantung). Volume sekuncup dihasilkan dari preload, kontraktilitas jantung, dan after load. Maka bila saraf simpatis terblok akan terjadi penurunan denyut jantung, tahanan perifer sistemik, vasodilatasi sehingga tekanan darah menjadi turun.
Pemberian cairan awal (pre load) sebelum spinal anestesi merupakan hal yang lazim dilakukan untuk menghindari penurunan tekanan darah. Biasanya pemberian cairan pre load adalah cairan isotonis misalnya kristaloid atau koloid. Banyak nya cairan diberikan lebih kurang 10-20 ml per kg BB, tergantung ketinggian blok spinal anestesi. Hal ini bisa ditolerir oleh pasien sehat dewasa muda. Namun pada pasien dengan kelainan jantung, umur tua pemberian cairan harus dengan hati-hati. Bila cairan berlebihan bisa menyebabkan edema paru oleh karena fungsi jantung pada pasien geriatric sudah menurun (ventricular stiffness), demikian juga pada pasien kelainan jantung.
1,2
Infus cairan saline hipertonis meningkatkan osmolaliti plasma dan menyebabkan perpindahan cairan ke intravascular sehingga dapat memperbaiki hemodinamik dengan volume yang lebih sedikit disbanding kristaloid. Cairan saline hipertonis tidak mahal dan tidak beresiko terjadinya reaksi alergi seperti cairan plasma ekspander lainnya. Dan jarang beresiko berinfeksi disbanding plasma manusia (human plasma) misalnya albumin.
1,2
Cairan saline hipertonis bermacam-macam konsentrasinya (1,8%-7,5%) telah banyak penelitian sebelumnya cairan ini dapat digunakan untuk kasus-kasus hipovolemik karena perdarahan
3,5
6
, preloading spinal anestesi,14,15 luka bakar10, kardiogenik, terapi oedem serebral di ICU maupun operasi craniotomi7 dan resusitasi pasien-pasien sepsis di ICU.9
Pemberian cairan hipertonis melalui vena perifer haruslah menjadi perhatian. Osmolaritas yang dianjurkan untuk menghindari terjadinya thrombophlebitis adalah 1000 mOsm. Osmolaritas cairan NaCl 3% adalah 900 mOsm, sehingga pemberian masih bisa melalui vena perifer. Di Indonesia umumnya cairan saline hipertonis yang ada di pasaran adalan NaCl 3%, maka pada penelitian ini digunakan NaCl 3% oleh karena cairan tersebut lebih mudah didapat dan juha murah harganya dan menghindari terjadinya thrombophlebitis.
Semua sesuatu yang hidup terdiri dari sel. Membrane sel merupakan larutran konsentrat kimiawi dan garam yang mempertahankan gradient konsentrasi ion intraselluler dan extraselluler. Gradient ini yang menghasilkan perbedaan potensial listrik melewati membrane. Hal ini yang mempertahankan kehidupan sel. Dengan kata lain, tubuh mempunyai sifat kelistrikan, di mana tubuh merupakan suatu konduktor yang baik dan suatu sirkuit biologis.
Bioelectrical Impedance analisis adalah pengukuran seluruh tubuh dari tangan ke kaki dengan berdasarkan konduksi dan non konduksi dari berbagai jaringan tubuh. Umumnya massa tubuh yang bukan lemak adalah jaringan konduktif seperti otot, dan lemak merupakan jaringan non konduktif. Impedance adalah suatu ukuran bagaimana arus diperlambat atau diberhentikan ketika ia melalui suatu jaringan. Maka jarungan lemak mempunyai impedance diukur dengan memakai arus listrik yang kecil melalui dua elektroda dan menentukan perbedaan voltase dengan pasangan elektroda lain.
16
Bioelectrical impedance analisis (BIA) dapat digunakan untuk menentukan persentase body fat, lean body mass dan pesentase body water. Khususnya BIA digunakan untuk menentukan komposisi cairan tubuh termasuk penentuan volume cairan dalam masing-masing kompartemen (interselluler, dan interstitial). Dengan BIA dapat ditentukan berapa banyak cairan yang ditarik dari intraselluler ke dalam intravascular.
16,17
Dalam penelitian ini digunakan BIA untuk menentukan volume cairan masing-masing kompartemen. Bila dibandingkan dengan pengukuran central venous catheter (CVC) yang bersifat invasive, pengukuran BIA lebih menguntungkan oleh karena lebih aman dan bersifat non invasive.
16,17
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan efek volume intravascular preloading cairan hipertonis NaCl3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi
1.3. Hipotesa
Terdapat perbedaan efek volume intravascular preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi
1.4. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan dosis dan cairan preloading yang tepat pada tindakan spinal anestesi.
Tujuan Khusus :
a. Mengetahui efek volume intravascular preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi.
b. Mengetahui waktu tercapainya efek volume dengan preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi
c. Mengetahui distribusi cairan pada kompartemen tubuh (intravascular, interstitial, dan intraselluler) dengan preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi
d. Mengetahui efek pencegahan penurunan tekanan darah selama spinal anestesi dengan preloading cairan hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi. e. Mengetahui kenaikan jumlah natrium dalam darah dengan preloading cairan
hipertonis NaCl 3% dan NaCl 0,9% pada spinal anestesi. 1.5. Manfaat :
a. Mendapatkan cairan yang tepat untuk preloading spinal anestesi terutama untuk pasien-pasien geriatric dan kelainan jantung.
b. Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah kasus yang lebih besar.
c. Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis cairan yang berbeda misalnya koloid.