• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekularisme dan Kehidupan Politik di Neg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sekularisme dan Kehidupan Politik di Neg"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Aulia Fitriani (Program Studi Teknik Metalurgi dan Material, 1206262582, aulia.fitriani@gmail.com) Izzatunnisa Galih (Program Studi Indonesia, 1306415106, galihwidyas@gmail.com)

Abstrak

Penulisan jurnal ini bertujuan untuk menjabarkan tentang Sekularisme di negara Turki yang meliputi Mustafa Kemal Atatürk sebagai pendiri Turki modern, perubahan tatanan kehidupan di Turki, dan kehidupan politik di negara Turki modern tentang fase perubahan kehidupan politik Turki, sistem pemerintahan, partai politik di Turki, serta pengaruh kepolitikan AKP dan Erdoğan. Sekularisme merupakan ideologi tentang pemisahan agama dan politik dalam suatu institusi. Setelah kemerdekaan, Atatürk mengubah sistem politik menjadi negara yang sekular. Perubahan tersebut menyebabkan terjadi penyelarasan praktik pemerintahan dan ideologi yang dianut negara dengan menghlangkan atau menambahkan beberapa hal yang mengatur tentang politik, sistem pemerintahan, pendirian partai politik, dan keikutsertaan dalam pemilu. Dalam perkembangan politik Turki, terdapat berbagai usaha yang mengarah ke sistem multipartai.Klimaks periode transisi politik di Turki terjadi dengan dilaksanakannya pemilu pertama pada 14 Mei 1950. Hingga saat ini di bawah kepemimpinan Erdoğan, Turki dianggap memasuki era baru karena diperkirakan akan ada konstitusi baru yang bisa menstransformasi negera tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi pustaka dengan mengumpulkan berbagai literature yang berkaitan dengan sekularisme dan kehidupan politik di Negara Turki Modern dalam buku dan telaah pustaka lain, seperti artikel dan jurnal, yang berisikan tentang sejarah dan perkembangannya hingga saat ini. Pada kesimpulannya, paham sekularisme yang ditanamkan oleh Atatürk sampai saat ini pada praktiknya masih memiliki celah-celah yang dianggap melawan sekularisme itu sendiri.

Kata Kunci: sekularisme, politik, Turki Modern, Mustafa Kemal Atatürk, Recep Tayyip Erdoğan.

Pendahuluan

Pada 1922, kesultanan Ottoman dihapuskan dan tahun berikutnya yaitu pada 19 Oktober 1923, Negara Ottoman dideklarasikan sebagai Republik Turki sesuai dengan keputusan Majelis Nasional Agung. Setelah merdeka, walaupun negaranya merupakan negara republik dan Mustafa Kemal Atatürk merupakan presiden1 yang terpilih, sementara jabatan khalifah diduduki oleh Abdul Majid, masih terdapat kekacauan secara teori dan praktik.

Kekacauan yang terjadi pada saat itu menyebabkan diambilnya keputusan baru, yaitu penghapusan jabatan khalifah,2 pada 1924 yang melepaskan Republik Turki dari gambaran dualisme. Meski pun begitu kedaulatan negara belum memiliki gambaran tentang kedaulatan rakyat secara jelas.Hal ini disebabkan dalam konstitusi, Islam masih merupakan agama negara, artinya kedaulatannya adalah syariat, bukan di tangan rakyat.

1Guillermo O’Donnel et.al (ed), Transisi Menuju Demokrasi: Kasus Eropa Selatan (Cet. 1:Jakarta LP3ES, 1992), hlm. 268-269.

(2)

Pada 1928, Mustafa Kemal Atatürk memasukkan prinsip sekularisme ke dalam konstitusi negara sehingga agama tidak lagi berada dalam sistem pemerintahan.Republik Turki resmi menjadi negara sekular pada 1936.3 Mustafa Kemal Atatürk terlihat sangat antusias untuk mengubah Republik Turki menjadi negara sekular, sehingga walaupun belum menjadi negara sekular, Atatürk mulai menghilangkan institusi keagamaan dalam pemerintahan sebelum tahun peresmiannya.

Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui tentang perkembangan sekularisme dan Turki Modern, pengaruh Mustafa Kemal Atatürk sebagai pendiri Turki Modern, perubahan tatanan kehidupan yang terjadi pada Turki Modern, fase perubahan kehidupan politik di Turki, sistem pemerintahan yang dianut oleh Turki, partai politik yang ada dan berkuasa di Turki, serta pengaruh yang dibawa oleh Erdoğan dalam masa kepemimpinannya saat ini. Penulisan ini dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu mengumpulkan berbagai dokumen tentang sekularisme dan kehidupan politik dalam bentuk tertulis berupa buku dan telaah pustaka lain seperti artikel dan jurnal.

Sekularisme dan Turki Modern

Sekularisme merupakan suatu pemahaman atau ideologi bahwa sebuah institusi, badan, atau negara harus dipisahkan dari agama. Munculnya paham sekularisme dan penanamannya di Turki dipengaruhi oleh Mustafa Kemal Atatürk. Menurut pahamnya, sekularisme adalah kekuasaan negara yang didesain dapat mengontrol agama, tidak hanya memasukkan agama ke dalam ranah pribadi dan menyingkirkan agama dari ranah publik.4

Turki modern dipengaruhi oleh paradigma modernisasi abad kedua puluh yang ingin menghilangkan pengaruh Islam yang pernah tertanam dalam gerakan reformasi abad kesembilan belas. Sejarah sekularisasi Ottoman digabarkan dalam paradigma modernisasi ini sebagai proses dialektis ditandai dengan “perjuangan elit tercerahkan, yang terbuka untuk ide-ide Barat (birokrat Tanzimat, Utsmani Muda, Turki Muda, dan para Kemalis) dengan perwailan dari nilai-nilai tradisional, sebagian besar agama,” berpuncak pada Republik sekular.5

3Dankwart A. Rustow, “Political Parties in Turkey: An Overview", dalam Metin Heper dan Jacob M. Landau (Eds.), Political Parties and Democracy in Turkey (London: I.B. Tauris & Co Ltd., 1991), hlm. 13.

4M. Hamdan Basyar, Pertarungan dalam Berdemokrasi: Politik di Mesir, Turki, dan Israel, (Jakarta: UI Press, 2015), hlm. 54.

(3)

Mustafa Kemal Atatürk Sebagai Pendiri Turki Modern

Mustafa Kemal Atatürk lahir di Salonika, salah satu kota besar di Yunani,6 pada 1881, dan meninggal dunia pada 1938 di Istanbul. Ayahnya bernama Ali Reza, merupakan seorang pegawai pada salah satu instansi pemerintahan. Ibunya bernama Zubaede Khanin, merupakan seorang wanita yang memiliki perasaan yang halus dan rajin beribadah.Ibunya menginginkan Kemal menjadi orang yang taat beragama, mengikuti jejak keluarga, yaitu menjadi seorang

hafiz atau hoja.7

Orang tua Kemal memasukkannya ke sekolah madrasah, tetapi karena ia tidak senang bersekolah disana dan sering dianggap melawan guru, akhirnya ia pindah ke sekolah modern di Salonika. Selanjutnya ia masuk ke sekolah militer menengah dengan usahanya sendiri. Ia tamat sekolah pada usia 14 tahun dan melanjutkan ke sekolah latihan militer dan diberi pangkat kapten.8

Saat di Istanbul, Mustafa Kemal dan teman-temannya membentuk perkumpulan rahasia yang menerbitkan tulisan-tulisan tentang kritikan terhadap pemerintahan sultan. Kemudian ia dan teman-temannya ditangkap dan dipenjarakan dalam beberapa bulan. Setelah bebas, ia diasingkan ke Suria bersama Ali Fuad, bergabung dengan pasukan penumpas pemberontakan di Damaskus. Pada 1906, ia juga mendirikan kelompok oposisi dibawah tanah.

Setahun kemudian, Kemal dipindahkan ke Salonika dan membentuk perkumpulan persatuan. Dalam konferensi perkumpulan, ia menggabungkan diri dengan Ve Hunyet (Tanah Air dan Kemerdekaan) menjadi sebuah perkumpulan.9 Mustafa Kemal menyatakan bahwa agar konstitusi dan negara dapat dipertahankan maka diperlukan tentara kuat di satu pihak dan partai kuat di lain pihak, tetapi tidak dapat digabungkan. Perwira seharusnya lebih memilih untuk tinggal dalam tentara dan keluar dari partai atau tinggal dalam partai dan keluar dari tentara.

Pernyataan tersebut akhirnya membuat Mustafa Kemal dan Ali Fethi dibuang ke Sofia. Kemal ditugaskan sebagai atase militer. Pengalaman ini menjadi bekalnya, ia menjadi seseorang yang mengenal peradaban Barat dan belajar tentang pemerintahan parlementer

6Edward J. Erickson, Mustafa Kemal Atatürk, (London: Osprey Publishing, 2013), hlm. 9.

7H.A. R. Gibb, “Atatürk, Mustafa Kemal”, dalam The Encyclopedia of Islam, I, (Leiden: Koninklijke Brill, 1989), hlm.85.

8Harun Nasution, op. cit, hlm. 143.

(4)

secara langsung. Setelah perang dunia I, ia dinaikkan pangkatnya menjadi jendral ditambah gelar pasya10karena keberaniannya dan kecakapannya di perbatasan Kaukasus dan Gallipoli.

Pada 1919, Mustafa Kemal dan para pemberontak membentuk suatu kader militer tangguh untuk kekuatan tentara nasional yang ingin membentuk suatu negara nasional Turki merdeka. Pada 1920, Mustafa Kemal mendirikan National Assembly (Dewan Nasional) di Ankara. Ia menyatakan bahwa praktik kenegaraan paling mendasar adalah pemerintahan rakyat. Setahun berikutnya dalam law of fundamental organization, dikatakan bahwa penguasa merupakan perwakilan rakyat.

Mustafa Kemal dan teman-temannya bergerak secara terusmenerus dan perlahan-lahan mengetahui bahkan menguasai situasi. Kemal mengadakan serangkaian informasi radikal. Akhirnya sekutu dengan terpaksa mengakui keberadaan Kemal dan teman-temannya sebagai penguasa defacto dan dejure di Turki dengan penandatanganan perjanjian Lausanne

pada 1923. Saat itulah kemerdekaan Turki diakui secara internasional.

Mustafa Kemal menjadi presiden pertama Republik Turki. Ia ingin mengubah identitas Turki menjadi negara modern yang lebih maju dan dapat bersaing dengan negara Barat seperti negara-negara di Eropa dan Amerika. Ia mengubah semua tatanan politik, ekonomi dan sosial yang dapat membawa Turki menjadi negara modern.

Perubahan radikal terjadi setelah Turki menjadi negara sekular. Islam tetap diakui sebagai agama mayoritas penduduknya, tetapi jelas-jelas dipisahkan dengan negara. Negara bukan agama.11 Pemahaman tersebut membawa beberapa perubahan yang terjadi di Turki. Mustafa Kemal diberi gelar Atatürk pada 1934. Setahun setelahnya, ditetapkan enam prinsip Kemalisme12 yaitu republikanisme, populisme, nasionalisme, sekularisme, reformisme, dan statisme.13

Republikanisme Kemalis merupakan paham tentang penghapusan sistem pemerintahan monarki kekhalifan Ottoman dan menggantinya dengan asas negara hukum, pemerintahan tertinggi (eksekutif), dan kebaikan sipil. Untuk melindungi asas tersebut maka ditanamkan realisasi identitas nasional Turki modern pada rakyat. Kemalisme hanya mengakui rezim Republik untuk Turki. Kemalisme percaya bahwa hanya rezim republik yang terbaik dapat mewakili keinginan rakyat.14

10Ibid., hlm. 145.

11Justin McCarthy, “Who are The Turks? (A Manual for Teachers)”, (The American Forum for Global Education, 2003), hlm. 6.

12Niyazi Berkes, Development of Secularism in Turkey (MC. Gill University Press, 1964), hlm. 463.

13A. Baran Dural, His Story: Mustafa Kemal and Turkish Revolution (Lincoln: iUniverse, 2007), hlm. 147.

(5)

Populisme merupakan pilar kedua di Republik Turki. Paham ini merupakan revolusi social, yang dipimpin oleh para elit, ditujukan untuk memindahkan kekuatan politik kepada kewarganegaraan. Reformasi Kemalis membawa perubahan revolusioner dalam status perempuan melalui penerapan kode Western hokum di Turki, khusunya KUH Perdata Swiss. Selain itu, perempuan menerima hak untuk memilih pada 1934. Atas nama Populisme, Atatürk menyatakan bahwa para penguasa Turki dahulunya adalah rakyat biasa. Rasa bangga dikaikan dengan kewarganegaraan ini akan memicu psikologis yang dibutuhkan agar rakyat lebih bekerja keras untuk mencapai rasa persatuan dan identitas nasional.15

Nasionalisme Kemalis tidak rasis. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemerdekaan Republik Turki dan membantu perkembangan politik Turki. Atatürk menyatakan bahwa ideologi tertinggi yang harus dipegang oleh bangsa Turki adalah administrasi dan pertahanan bangsa, kesatuan nasional, kesadaran nasional, dan budaya nasional. Pernyataan ini menguatkan posisi Nasionalisme Kemalis.16

Sekularisme Kemalis tidak hanya berarti pemisahan negara dan agama, tetapi juga pemisahan agama dari urusan pendidikan, budaya, dan hukum. Kemerdekaan pikiran dan independensi institusi juga dipisahkan dari dominasi pemikiran agama. Dengan demikian, revolusi Kemalis juga revolusi sekular. Prinsip sekularisme Kemalis tidak menganjurkan ateisme. Prinsip ini berlawanan dengan Islam yang menghambat perkembangan suatu Negara menurut Atatürk.17

Reformisme atau Revolusionisme adalah prinsip modernisasi dengan mengganti lembaga tradisional dengan lembaga-lembaga modern. Semua harus berlangsung secara modern, sehingga paham tradisional tersingkirkan. Prinsip ini menyokong perubahan sosial menuju masyarakat modern.18

Statisme Kemalis memiliki arti bahwa negara harus mengatur aktivitas ekonomi secara umum dan memanfaatkan bidang-bidang yang belum diambil oleh perusahaan-perusahaan swasta untuk dikelola jika dibutuhkan. Dengan penerapan prinsip statisme, negara tidak hanya sebagai sumber prinsip kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai pemilik kegiatan industri utama negara.19

15Ibid., hlm. 155.

16Ibid., hlm. 151.

17Ibid., hlm. 159.

18Ibid., hlm. 163.

(6)

Perubahan Tatanan Kehidupan di Turki

Setelah Turki merdeka dan Mustafa Kemal Atatürk berkeinginan mengubah Turki menjadi negara modern, perubahan terdapat di segala bidang terutama politik, ekonomi, dan sosial. Setahun setelah kemerdekaan, Mustafa Kemal Atatürk melihat bahwa politik tradisional Turki terletak di tangan Tuhan yang dijalankan oleh khalifah atau sultan. Selain itu, ia mengusulkan fungsi spiritual dan fungsi temporal dipisahkan. Hal ini berarti Mustafa Kemal tidak menginginkan adanya keagamaan yang ikut campur dalam urusan ketatanegaraan. Oleh karena itu, pada 3 Maret 1924, terjadi penghapusan jabatan khalifah dari sistem pemerintahan.

Bidang pendidikan juga merupakan hal yang mendasar dan sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada 1924 juga terdapat pengalihan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan agama ke dalam kementerian pendidikan. Pada tahun yang sama, ia menghapus sekolah-sekolah dan perguruan tinggi agama dan membuka fakultas agama di Universitas Istanbul. Ia juga membuka sekolah-sekolah persiapan untuk menjadi imam dan khatib.20 Pendidikan yang diinginkan oleh Mustafa Kemal adalah pendidikan yang bebas dari pengaruh tradisional.

Perubahan juga terjadi pada bidang kebudayaan dan adat istiadat.Pemakaian turban dan fez dilarang dan diganti menggunakan pakaian ala Barat.21 Perempuan diberikan suara dan dipilih menjadi parlemen. Bahasa Turki ditulis dalam huruf latin, tidak menggunakan huruf Arab seperti sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan kebutaan terhadap huruflatin dan penulisannya, sehingga di setiap tempat umum terdapat huruf-huruf baru yang dapat dipelajari oleh masyarakat. Dalam waktu yang singkat, Turki berubah menjadi Barat di bawah Mustafa Kemal. Sebagai symbol perubahan, pemerintahan Mustafa Kemal membutuhkan semua masyarakat Turki untuk mengubah kebiasaan seperti mengadopsi nama keluarga, seperti di Barat. Mustafa Kemal diberi nama “Atatürk” yang artinya “bapak Turki” sebagai nama keluarganya.

Pada 1926, Turki membuat Hukum Kriminal seperti Italia dan Hukum Sipil seperti Swiss. Dengan itu, hukum negara tidak berkaitan dengan hukum syariat Islam. Dua tahun kemudian, terdapat penghapusan agama Islam sebagai agama dari konstitusi negara. Penghapusan tersebut, secara otomatis, mendeklarasikan Turki sebagai negara sekular.22 Atatürk juga mengontrol ulama dan tarikat Sufi dengan menetapkan undang-undang

20Harun Nasution, op. cit., hlm. 152.

21Justin McCarthy, op. cit., hlm. 6.

(7)

mengenai sistem pendidikan agama dan umum, dilarang menggunakan pakaian keagamaan, tidak boleh menggunakan gelar keagamaan seperti “syeikh” atau “alim”, serta dilarang adanya pelajaran mengenai bahasa Arab atau Persia. Hal-hal tersebut dilakukan oleh Atatürk bertujuan untuk pemutusan hubungan kultural Dinasti Ottoman dengan Turki modern. Ulama dianggap sebagai penghambat kemajuan masyarakat Turki modern. Peran ulama sangat terbatas, hanya di masjid dan lembaga keagamaan.Bahkan lembaga tersebut diawasi oleh negara, sehingga peran ulama menjadi sangat lumpuh.23

Dari perubahan-perubahan tersebut dapat terlihat bahwa perubahan tersebut terjadi secara paksa agar sesuai dengan keinginan Atatürk, tanpa memperdulikan pendapat dari masyarakat. Penghapusan simbol-simbol lama menjadi langkah penting untuk membentuk Turki yang independen. Atatürk menganggap bahwa reformasi berfungsi sebagai perlindungan terhadap agama Islam yang bersih dan tidak dapat dicampurkan dengan politik yang kotor.24

Setelah kemenangan kemerdekaan, Mustafa Kemal yang dijuluki sebagai “penyelamat” dan “bapak” oleh bangsa Turki, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk menggambarkan dirinya sebagai sosok yang pemurah, suci, dan sangat berkuasa. Kritikan-kritikan yang ditujukan kepada Mustafa Kemal Atatürk dianggap sebagai penghambat kemajuan bangsa, sehingga para kritikus dibungkam dan diasingkan agar tidak mengganggu kebijakan Atatürk.25

Kehidupan Politik di Negara Turki Modern

Dengan perubahan yang terjadi dari masa Dinasti Ottoman hingga saat ini, kehidupan politik di Turki mengalami banyak penyesuaian. Untuk menyelaraskan praktik pemerintahan dengan ideologi yang dianut negara, beberapa hal dihilangkan dan ditambahkan dalam peraturan yang mengatur tentang politik, sistem pemerintahan, pendirian partai politik dan keikutsertaannya dalam pemilu.

Militer dan Politik

Pengambilalihan militer 1980 menyebabkan banyak pengamat, baik asing maupun Turki, menekan peran yang dimainkan oleh tentara dalam politik dan sejarah Turki. Penekanan pada peran militer dalam sejarah Turki dan politik, dari zaman Ottoman hingga

23Ibid.,hlm. 54.

24Ibid., hlm 55.

(8)

saat ini, menunjukkan kontinuitas yang dapat mengarah pada asumsi bahwa tentara adalah sebuah lembaga yang tidak pernah mengubah pandangan dunianya, yang berdiri di atas masyarakat dan bertindak secara independen.26

Salah satu peristiwa besar dalam sejarah Turki modern adalah dinetralkannya rezim lama militer dari politik dan kontradiksi antara pemerintah dan militernya telah dihapus. Kedua lembaga telah jatuh ke tangan dari kelas yang sama, kelas menengah Turki, dan karena itu keduanya mampu mendukung reformasi untuk pertama kalinya.

Setelah Republik Turki diproklamasikan pada 29 Oktober 1923 dan Mustafa Kemal

Atatürk menjadi presiden pertama, ia merasa posisinya masih belum aman. Ada beberapa pihak yang dianggap sebagai saingan yang harus disingkirkan, terutama dari pihak militer yang mampu menimbulkan ancaman serius. Pada 1926, ancaman ini telah dieliminasi dengan dipensiunkannya beberapa jenderal, seperti Kazim Karabekir, Ali Fuad Cebesoy, dan Refet Bele. Mereka dipaksa untuk meninggalkan militer dan didiskualifikasi dari politik selama masa kepemimpinan Atatürk.27

Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan di Turki

Semenjak gagasan negara Islam dimentahkan oleh Mustafa Kemal Atatürk dan para pendukungnya karena dianggap mengabadikan keterbelakangan Turki, mereka terus megusahakan Turki berubah menjadi negara modern yang, dalam kata-kata Mustafa Kemal Atatürk, akan 'hidup sebagai bangsa yang maju dan beradab di tengah-tengah peradaban kontemporer'. Bangsa tersebut haruslah menjadi sekular dan rasional, menekankan ilmu pengetahuan dan pendidikan modern untuk menciptakan ekonomi industri modern. Untuk mewujudkan Turki yang modern seperti gambaran para Kemalis, kekuasaan politik harus disita dari tangan reaksionerdan konservatif.

Salah satu cara yang ditempuh Atatürk adalah dengan mengontrol ulama dan tarekat sufi melalui berbagai cara. Misalnya, Atatürk menetapkan undang-undang mengenai sistem pendidikan yang akhirnya menjadi landasan penutuan madrasah dan pelimpahan urusan pendidikan pada kekuasaan kementerian pendidikan.

Atatürk berusaha membentuk negara Turki modern sebagai sebuah negara demokrasi. Tetapi sampai 1945 Atatürk tidak mau berhadapan dengan kelompok atau partai oposisi.28 Oleh karena itu, politik Atatürk lebih mengarah pada kekuasaan tunggal. Satu-satunya partai

26 Ahmad, Feroz, The Making of Modern Turkey, (London: Routledge, 1993), hlm. 3.

27Ibid., hlm. 8-9.

(9)

yang memonopoli kekuasaan politik di Turki adalah Partai Rakyat Republik atau Cumruhiyet Halk Partisi (CHP).

Dalam perkembangan politik Turki, terdapat berbagai usaha yang mengarah ke sistem multipartai.29 Pada Juli 1945 Nuri Demirag, seorang industrialis terkemuka di Istanbul, mendirikan Partai Pembangunan Nasional atau Milli Kalkinma Partisi (MKP) yang resmi terdaftar pada 5 September 1945. Kemudian ada pula Partai Demokrat atau Demokrat Parti (DP) yang didirikan pada 7 Januari 1946. Kemunculan dua partai oposisi ini mendiring CHP melakukan kongres luar biasa pada Mei 1946 yang menghasilkan persetujuan adanya pemilu langsung dan penghapusan jabatan ketua partai permanen serta gelar Mili Sef (pimpinan nasional).

Klimaks periode transisi politik di Turki terjadi dengan dilaksanakannya pemilu 14 Mei 1950. Pemilu pertama dengan sistem multipartai tersebut dimenangkan oleh pimpinan dan pendiri DP, Adnan Menderes dengan perolehan 53,3% suara. Menderes menjabat sebagai PM sampai 1960, ketika pihak militer Turki melakukan kudeta dan menguasai pemerintahan.

Kudeta militer pada 1960 itu disusul dengan kudeta-kudeta selanjutnya pada 1971, 1980, dan 1997. Kudeta militer didasari oleh tanggung jawab kalangan militer sebagai “penjaga sekularisme” di Turki yang merasa perlu turun tangan untuk menyelamatkan ajaran Kemalisme Atatürk. 30 Kalangan militer memang mendapat keistimewaan berdasarkan hasil referendum November 1982. Mereka dapat membubarkan pemerintahan jika perlu, demi menjada sekularisme di Turki.

Konstitusi Turki 1982 merupakan payung politik dan hukum bagi militer Turki untuk menguasai semua lembaga negara. Menurut Konstitusi tersebut, Kepala Negara adalah seorang presiden yang menjabat selama 7 tahun dan dipilih oleh parlemen. Sedangkan Kepala Pemerintahan adalah seorang perdana menteri yang menjabat selama 5 tahun.

Konstitusi tersebut kembali direferendum pada 2007, dengan perubahan yang menyatakan presiden dipilih langsung oleh rakyat dan masa jabatannya dipotong menjadi hanya 5 tahun namun dapat dipilih kembali pada masa jabatan kedua, pemilu diadakan setiap 4 tahun sekali, dan kuorum yang diperlukan di parlemen untuk memutuskan suatu undang-undang dikurangi menjadi 184 anggota parlemen.

29 M.Hamdan Basyar, Demokrasi dan Fundamentalisme Islam di Turki, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2015), hlm. 113.

(10)

Pada 2010, tepatnya 12 September 2010, Konstitusi Turki kembali direferendum, dengan 57,88% rakyat Turki menyatakan persetujuannya. Hal yang perlu digarisbawahi dari amandemen ini adalah pembatasan kekuasaan pengadilan militer dan penghapusan kekebalan hukum para pemimpin kudeta 1980. Amandemen ini juga menjamin persamaan gender dan perlindungan anak-anak, orang tua, serta penyandang difabel.

Amandemen konstitusi ini mendapat kecaman dari tokoh oposisi dari CHP, Berhan Simsek, karena dianggap merusak tatanan sekular di Turki. Dia menyebutnya racun yang dibalut dengan coklat.

“Ini malah akan menjadikan semua cabang pemerintahan berada dalam satu tangan. Berarti Turki akan dikuasai oleh satu orang, seperti Saddam Husein, atau Hitler.”

Namun hal tersebut dibantah oleh Erdoğan, perdana menteri Turki pada saat itu, ia mengatakan bahwa amandemen akan memberikan lebih banyak lagi kebebasan dan demokrasi.31

Partai Politik di Turki

Semenjak menganut sistem multipartai, seseorang dapat mendirikan partai politik secara bebas, tanpa izin dari instansi tertentu. Partai politik dapat didirikan dengan tanda tangan sedikitnya 30 warga negara Turki dan dapat melakukan kiprah mereka sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Konstitusi dan UU. Hal-hal yang berkaitan dengan partai politik diatur dalam Konstitusi Turki, Pasal 68. Dalam pasal tersebut disebutkan batas usia minimal warga negara Turki yang dapat ikut aktif dalam partai politik adalah 18 tahun.

Hakim, jaksa, anggota lembaga peradilan yang lebih tinggi, PNS, anggota angkatan bersenjata dan mahasiswa yang belum lulus di lembaga pendidikan tinggi tidak boleh menjadi anggota partai politik. Sedangkan staf pengajar atau dosen diatur sendiri dalam UU. Pada prinsipnya peraturan itu mencegah terjadinya dualitas atau loyalitas ganda yang mengganggu tanggung jawabnya terhadap negara.32

Selain itu dibahas pula ketentuan yang mengikat partai-partai di Turki seperti statuta, program dan kegiatan partai politik tidak boleh bertentangan dengan kemerdekaan negara, integritas wilayah dan bangsa, hak asasi manusia, prinsip-prinsip kesetaraan dan penegakan hukum, kedaulatan bangsa, prinsip-prinsip republik demokratis dan sekular. Partai politik

31Pipiet Tri Noorastuti dan Denny Armandhanu, “Turki Amandemen Sistem Peradilan”, viva.co.id, diakses dari http://dunia.news.viva.co.id/news/read/177302-turki-amandemen-sistem-peradilan, pada tanggal 25 Mei 2016 pukul 16:56 WIB.

(11)

tidak boleh bertujuan untuk melindungi atau membangun kediktatoran dan menghasut warga untuk berbuat kejahatan.

Partai politik dilarang terlibat bisnis dan menerima sumbangan dari lembaga swasta atau pemerintah daerah. Satu-satunya pemasukan partai politik adalah dari iuran anggota, sumbangan perusahaan atau badan hukum dalam batas yang dicantumkan dalam UU Partai Politik, dan dari bantuan pemerintah pusat.33

Setiap partai politik yang terbentuk akan diuji dalam pemilu, apakah akan terus bertahan atau harus gugur. Secara sederhana partai politik di Turki dapat dikelompokkan menjadi beberapa spektrum, yaitu Partai Kiri Tengah, Partai Kanan Tengah, Partai Ultra Kanan, Partai “Islam”, dan Partai Lain-lain. Partai yang termasuk Partai Kiri Tengah adalah Partai Rakyat Republik (CHP), Partai Sosial Demokrat (SHP), Partai Demokrat Kiri (DSP). Dalam spektrum Partai Kanan Tengah terdapat Partai Keadilan (AP), Partai Tanah Air (ANAP), Partai Jalan Sejati (DYP), Partai Demokrat (DP). Sedangkan partai yang digolongkan ke dalam Partai Ultra Kanan adalah Partai Gerakan Nasionalis (MHP).34

Sebetulnya tidak ada partai yang benar-benar mengakui bahwa partainya merupakan Partai Islam. Namun, beberapa partai yang sering dianggap masyarakat sebagai Partai Islam adalah Partai Kesejahteraan/Refah (RP), Saadet Partisi (SP) yang sebenarnya merupakan tangan kanan Partai Refah, dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).

Selain partai-partai yang disebutkan di atas, ada beberapa partai lain yang merupakan partai-partai kecil di Turki yang memisahkan diri dari partai-partai besar di atas. Beberapa di antaranya yaitu Partai Persatuan dan Perdamaian (Birlik ve Baris), Partai Kebebasan dan Buruh (OZEP), dan Partai Buruh Nasional (Milliytci Calisma Partisi).

Partai politik di Turki memang mudah berubah nama dan bentuk, serta tidak semua partai politik dapat mengirimkan wakilnya di Parlemen Turki. Partai yang dapat mengirimkan wakilnya di parlemen hanya partai yang sudah mengikuti pemilu dan memperoleh minimal 10% suara sah nasional. Pemilu anggota parlemen diikuti oleh calon dari partai politik atau calon independen. Meski pun seperti itu, keberadaan partai-partai itu tetap dijamin selama tidak dianggap melanggar ketentuan alinea keempat Pasal 68 pada Konstitusi Turki. Bila Mahkamah Konstitusi menganggap suatu partai politik melanggar ketentuan itu, maka partai yang bersangkutan dapat dibubarkan secara permanen. 35

Kepolitikan AKP di Turki

33Ibid.

34Ibid.

(12)

Adalet ve Kalkýnma Partisi dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai

Justice and Development Party (JDP) dan juga sering disingkat AKP. Namun, partai ini secara resmi menyebut dirinya AK Parti. Ak dalam Bahasa Turki berarti cahaya, murni, putih, bersih, dan tidak terkontaminasi.

AKP menolak klaim pihak lain yang menyebutnya sebagai partai politik atau menyimpan agenda politik Islamis. AKP mengklaim dirinya sebagai partai demokrat-konservatif (muhafazakarlar demokrat) yang menekankan nilai-nilai tradisional Turki yang religius. Strategi ini didasari oleh kecenderungan masyarakat yang semakin konservatif, karena dominasi politik sayap kanan dalam waktu yang cukup lama, terutama sejak era Turgut Özal.36

Selain itu, AKP memperlunak identitas dan agenda Islam setelah berkuasa karena tekanan dari militer dan birokrasi Kemalis. Partai ini harus mematuhi pedoman yang ketat rezim sekuler untuk menjalankan kekuasaan dalam rangka mempertahankan status hukumnya. 37

Kehadiran AKP sesungguhnya juga merupakan konsekuensi perjumpaan beberapa dekade antara Islam dan negara. Kendati menegaskan dirinya demokrat-konservatif, justru kalangan Islamis dan sekuleris menuduhnya sebagai kamuflase (takiye). Kalangan Islamis khawatir kalau AKP semata-mata agen politik Barat. Tetapi, sebaliknya kalangan sekuler khawatir AKP menyimpan agenda hendak mendirikan negara Islam seperti Iran.

Elite AKP selalu menolak pandangan-pandangan demikian. Dalam sebuah wawancara, Abdullah Gül misalnya, menggambarkan keunikan Turki yang tidak saja jembatan antara Eropa, Asia, Timur Tengah dan Kaukasus, tetapi juga mayoritas Muslimnya yang mengedepankan “demokrasi, hak asasi manusia, dan ekonomi pasar bebas”.38

Masa Kepemimpinan Erdoğan

Selain pada strategi, daya tarik AKP terletak pada wajah-wajah baru yang moderat dan profesional.39 Selain Gül, yang paling menonjol adalah Recep Tayyip Erdoğan. Erdoğan memiliki latar belakang dan kiprah politik yang jelas: ia pernah menjabat Ketua RP Istanbul,

36Çarkoglu, Ali dan Ersin Kalaycýoglu, The Rising Tide of Conservatism in Turkey, (New York: Palgrave Macmillan, 2009), hlm. 15.

37Alfian, M. Alfan. 2012. “Fenomena Recep Tayyip Erdoğan dan Kepolitikan AKP di Turki”. Kajian Khusus.

http://www.akbartandjunginstitute.org/images/pdf. 07 Juni 2016.

38Ibid.

(13)

setelah berkarir sebagai ketua RP di Distrik Beyoglu sejak 1984. Pada 1991, Erdoğan terpilih sebagai anggota parlemen, tetapi tidak dapat menempati kursinya.

Namun, karir politiknya segera melejit setelah RP memenangkan pemilu lokal 27 Maret 1994 (25,19% suara). Kemenangan partai yang dipimpin Necmettin Erbakan itu, mengantarkannya menjadi Walikota Istanbul, kota paling besar dan bergengsi di Turki. Erdoğan memiliki kesempatan emas untuk membuktikan bahwa dirinya mampu memimpin Istanbul. Erdoğan melakukan sejumlah terobosan yang penting dalam merespons kebutuhan perkotaan sehari-hari seperti kelangkaan air, polusi, dan kemacetan.

Permasalahan krisis air dipecahkan dengan menempatkan ribuan kilometer pipa baru. Masalah sampah dipecahkan dengan membangun fasilitas daur ulang. Polusi udara dikurangi dengan pemanfaatan gas alam sebagai sumber energi dan mengganti bus publik yang ramah lingkungan. Kepadatan dan kemacetan lalulintas dipecahkan dengan membangun lima puluh jembatan, waduk, dan jalan raya. Erdoğan melarang penjualan alkohol di fasilitas-fasilitas yang dimiliki kota, mencegah korupsi dengan menjamin dana kota digunakan dengan bijaksana, dan membayar kembali sebagian besar dari dua miliar US Dolar utang Kota Istanbul dan mendatangkan investasi empat miliar US Dolar.40 Ia dikenal sebagai walikota yang sukses.

Pada 1997, karena terlibat dalam protes pembubaran RP, Erdoğan ditangkap dan diadili. Erdoğan divonis sepuluh bulan penjara atas tuduhan menjalankan aktivitas antisekuler, karena membacakan puisi Ziya Gökalp. Petikan puisi tersebut,

“Masjid-masjid adalah barak-barak kami, menara-menara bayonet kami dan iman tentara-tentara kami”

Erdoğan berdalih puisi itu telah memperoleh persetujuan Kementerian Pendidikan karena telah dipublikasikan dalam buku-buku teks pelajaran sekolah, aneh jika ia dituduh antisekuler. Peristiwa itu membuatnya tidak saja kehilangan jabatan walikota, tetapi juga harus mematuhi larangan berpolitik sampai 24 Juli 1999. Namun, drama pengadilan tersebut justru membuat popularitas Erdoğan melejit. Pada Juli 2000, setahun sebelum AKP berdiri,

Ankara Social Research Center (ANAR) merilis hasil jajak pendapat, apabila pemilu dilakukan saat itu juga, “partai yang hendak didirikan oleh Erdoğan” mendapatkan dukungan suara tertinggi (30,8%).41

40Ibid., hlm. 95.

(14)

Setelah empat bulan di penjara, Erdoğan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada 14 Agustus 2001. Keberhasilan AKP pun tidak pernah lepas dari usaha dan kepribadian pendirinya tersebut. Dari tahun pertama, AKP menjadi gerakan politik terbesar yang didukung publik di Turki. Pada pemilihan umum 2002, AKP memenangkan dua pertiga kursi di parlemen, membentuk pemerintahan partai tunggal setelah 11 tahun.

Pada 10 A gustus 2014, Turki menggelar pemilihan presiden secara langsung, benar-benar dipilih oleh rakyat, untuk pertama kalinya setelah 91 tahun. Setelah selama ini, Presiden Turki dipilih oleh parlemen. Terdapat tiga calon yang maju dalam pemilihan presiden Turki 2014 ini. Perdana Menteri Turki Erdoğan turut maju dalam pilpres. Dua calon lainnya adalah Ekmeleddin İhsanoğlu, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam sejak 2005,dan Selahattin Demirtas, politisi etnis Kurdi di Turki.

Erdoğan memenangi pemilihan presiden pada 10 Agustus2014 dengan perolehan 52% mengalahkan dua pesaingnya. Pada 28 Agustus 2014, Erdoğan resmi dilantik menjadi Presiden Turki ke-12. Pelantikannya mengantarkan Turki pada era baru karena diperkirakan ia akan mendesak dibuatnya konstitusi baru yang bisa menstransformasi negeri itu. Pengganti Erdoğan pada kursi perdana menteri adalah Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoğlu.

Semenjak awal kemimpinannya, sudah ada ketakutan dari pihak oposisinya bahwa Erdoğan akan mengubah sistem pemerintahan di Turki dari sistem parlementer menjadi sistem presidensial. Erdoğan sendiri mengakui hal tersebut dalam beberapa wawancaranya dengan media massa baik nasional maupun internasional.Ia dan perdana menterinya, Ahmet Davutoğlu, sepakat Turki harus menjauh dari sistem parlementer. Hal ini diperlukan agar struktur pemerintahan Turki menjadi lebih ramping.

Putusan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), menganggap situasi saat ini adalah peluang bagi Turki merubah sistem parlementer menjadi presidensial. Namun manuver ini dikutuk oleh partai-partai oposisi yang menuduh upaya ini akan membuat Erdoğan terlalu banyak kekuasaan dan akan membuat lebih mudah baginya untuk membuat aturan oleh dirinya sendiri.42

Kesimpulan

Sejak menjadi Republik Turki pada 19 Oktober 1923, negara ini terus berkembang dan mengalami perubahan di berbagai bidang. Perubahan-perubahan tersebut diikuti dengan

(15)

penyesuaian melalui peraturan-peraturan tergantung pada sang pemimpin pada masa itu. Dalam perkembangannya, salah satu tokoh yang paling berpengaruh adalah Mustafa Kemal Atatürk. Sesuai dengan namanya Atatürk adalah bapak Turki modern, yang sampai sekarang paling pengikut pahamnya, The Kemalist, tersebar di Turki dan bahkan negara lain.

Pengaruh yang amat besar tersebut masih dapat dirasakan sampai saat ini. Perubahan yang dibuat semasa pemerintahan Atatürk masih dapat dilihat sampai sekarang seperti penggunaan huruf latin, peraturan hukum yang dianut dan pemisahan negara dan agama. Meskipun begitu negara Turki yang sering disebut sekular pada praktiknya masih memiliki celah-celah yang dianggap melawan sekularisme itu sendiri. Hal ini didukung pula oleh perubahan-perubahan peraturan yang dilakukan oleh Recep Tayyip Erdoğan, yang semakin menunjukkan bahwa Turki masih belum atau bukanlah sebuah negara sekular.

Daftar Acuan

Ahmad, Feroz. 1993. The Making of Modern Turkey. London: Routledge.

Alfian, M. Alfan. 2012. “Fenomena Recep Tayyip Erdoğan dan Kepolitikan AKP di Turki”. Kajian Khusus. http://www.akbartandjunginstitute.org/images/pdf. 07 Juni 2016. Azak, Umut. 2010. Islam dan Secularism in Turkey. London: I.B. Tauris & Co Ltd.

Basyar, M. Hamdan. 2015. Pertarungan dalam Berdemokrasi: Politik di Mesir, Turki, dan Israel. Jakarta: UI Press.

———. 2015. Demokrasi dan Fundamentalisme Islam di Turki. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Berkez, Niyazi. 1964. Development of Secularism in Turkey. Montreal: MC. Gill University

Press.

Çarkoglu, Ali dan Ersin Kalaycýoglu. 2009. The Rising Tide of Conservatism in Turkey. New York: Palgrave Macmillan

Dural, A. Baran. 2007. His Story: Mustafa Kemal and Turkish Revolution. Lincoln: iUniverse.

Erickson, Edward J. 2013. Mustafa Kemal Atatürk. London: Osprey Publishing.

Gibb, H.A.R. 1989. “Atatürk, Mustafa Kemal”, dalam The Encyclopedia of Islam. Leiden: Koninklijke Brill.

(16)

McCharthy, Justin. 2003. Who are The Turks? (A Manual for Teachers). New York: The American Forum for Global Education.

Nasution, Harun. 1992. Pembaruan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.

Noorastuti, Pipiet Tri dan Denny Armandhanu. “Turki Amandemen Sistem Peradilan”.25 Mei 2016. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/177302-turki-amandemen-sistem-peradilan.

O’Donnel, Guilllermo. 1992. Transisi Menujju Demokrasi: Kasus Eropa Selatan. Jakarta LP3ES.

Rustow, Dankwart A. 1991. “Political Parties in Turkey: An Overview”, dalam Political Parties and Democracy in Turkey. London: I.B. Tauris & Co Ltd.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengenalan pola adalah suatu proses untuk mengenali sebuah obyek dengan berbagai metode, dan dalam proses pengenalannya harus memiliki tingkat

RADEN INTAN LAMPUNG 1440 H/ 2019 H.. Aktifitas kegiatan pendidikan dapat efektif apabila individu dan kelompok kerja lainnya dapat menciptakan hubungan kerja saling mendukung

Pandangan remaja pelaku pernikahan dini dengan tingkat pendidikan tinggi dan ekonomi menengah kebawah menikah atas dasar dorongan dari diri sendiri dan sebagai ke- butuhan

Secara historis, Aristoteles dalam bukunya “Ethika Nichomacheia” menguraikan bagaimana tata pergaulan, dan penghargaan seseorang manusia kepada manusia yang lainnya, yang

 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah dengan intensitas sedang sering terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu.(Obstetri Willson.2006.hal:1424)  Hiperemesis

gelombang dengan memperhatikan keselamatan kerja. Peserta didik mampu menerapkan peristiwa pemantulan gelombang pada kegiatan eksperimen dengan memperhatikan

 799 Menembak,berburu dan memancing sebagai olah

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh grafik hubungan antara suhu dan waktu reaksi terhadap viskositas biodiesel dan dapat dilihat pada Gambar 3