• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN K"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MUTMAINNAH 13.01.072

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kusta (atau Morbus Hansen) adalah Penyakit infeksi kronis yang sebelumnya diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae (M leprae), hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri M leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra.(Kementrian Kesehatan, 2016)

Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2015, dalam 5 tahun tekahir terdapat 14 Negara melaporkan >1000 kasus kejadian kusta. Indoneisa termasuk 3 negara terbesar yang melaporkan kejadian kusta setelah India (127.326 kasus baru/60% kasus baru didunia) dan Brazil (26.395 kasus baru/13% kasus baru didunia) dengan 17.202 kasus baru/8% kasus baru didunia.(States, Advi-, & Membres, 2016)

(3)

jumlah kasus baru kusta dengan cacat tingkat 2 (Grade 2 Disability [G2D]) per 100.000 total populasi setidaknya 35% antara akhir 2010 dan akhir 2015. G2D telah diusulkan sebagai indicator, bukan sebagai prevalensi kusta karena kurang sensitif terhadap faktor-faktor operasional seperti keterlambatan deteksi dan penanda yang lebih kuat untuk pemetaan kasus kusta di suatu negara. WHO memperkirakan bahwa dengan menggunakan G2D sebagai indikator dan dengan berfokus intervensi pada pengurangan G2D, keterlambatan deteksi dan pengobatan penderita kusta juga akan berkurang dan begitu juga jumlah kasus kusta baru dalam populasi.(Alberts, Smith, Meima, Wang, & Hendrik, 2016)

Indonesia merupakan negara tropis dan termasuk salah satu daerah endemik kusta Data Profil Kesehatan Republik Indonesia mencatat angka penemuan

kasus baru kusta pada tahun 2013 sebanyak 16.856 kasus. Sebesar 83,4% kasus di antaranya merupakan tipe Multi Basiler dan 35,7% kasus berjenis kelamin perempuan. Terdapat 1.041 kasus baru kusta yang terdeteksi antara tahun 2006

hingga 2009 di Jakarta (Widodo,2012). Pada tahun 1991, World Health Assembly (WHA) membuat suatu resolusi mengenai eliminasi kusta pada tahun

(4)

target eliminasi nasional, tetapi 14 wilayah Indonesia terutama bagian timur masih merupakan daerah dengan beban kusta tinggi (angka penemuan kasus

baru ≥10 per 100.000) (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan rekapitulasi data profil Kabupaten / Kota Makassar tahun 2013 di laporkan jumlah kasus kusta yang tercatat Pausi Basilary (PB) sebesar 66 kasus dan Multi Basilary (MB) sebesar 1.067 kasus, jumlah penderita baru PB sebesar 137 penderita, MB sebesar 1.035 penderita, jumlah kasus baru kusta 0-14 tahun PB dan MB sebesar 70 penderita, adapun Angka Penemuan Kasus Baru NCDR (New Case Detection Rate) sebesar 11,86 Per 10.000 penduduk, G2D sebesar 9,39%, angka prevalensi penyakit kusta sebesar 1,15% per 10.000 penduduk. (Rachmat et al., 2014)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh di wilayah Kompleks Penderita Kusta Jongaya Makassar Kelurahan Balang Baru RW 04 terdapat 9 RT yaitu 658 kepala keluarga. Jumlah warga sebanyak 2.402 jiwa, yaitu laki-laki 1.212 jiwa dan perempuan 1.190 jiwa. Terdapat kurang lebih 380 jiwa yang menderita penyakit kusta dan 56 telah melakukan amputasi pada kakinya.(Kompleks Penderita Kusta Jongaya, 2017)

Permasalahan penyakit kusta yang sangat kompleks terkait dengan kehidupan klien kusta yang terjadi secara fisik, psikologis, dan sosial di

(5)

penyakit kusta terkait dengan lesi pada kulit dan kecacatan fisik. Permasalahan psikologis kusta akan mengakibatkan gangguan interaksi sosial pada

penderitanyaakibat pandangan yang negatif dari masyarakat terkait penyakit kusta. Permasalahan sosial muncul akibat ketakutan pada klien kusta di komunitas (leprophobia), kurangnya pengetahuan, sosialisasi kepada

masyarakat, dan adanya stigma, sehingga menyebabkan rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan kustadan setiap tahunnya masih terus

ditemukan penderita baru (Suryanada, 2007)

Penelitian yang dilakukan di Ethiopia pada tahun 2013, sebanyak 513 kasus dalam kunjungan Rumah Sakit selama 3 tahun (11 September 2010-10 September 2013) terdapat 328 kasus (63.9%) pada laki-laki dan 185 kasus (36.1%) pada perempuan. Dari total 513 pasien, 338 kasus (65,9%) mengalami kecacatan. Dua ratus enam kasus(40.2%) mengalami cacat Tingkat 1 (Grade 1 Disability/G1D) dan 132 (25.7%) mengalami cacat tingkat 2 (Grade 2 Disability/G2D). (Shumet, Demissie, & Bekele, 2015)

(6)

klinis [lepromatous leprosy (aOR: 4.87, 95% CI: 2.86 to 16.08)]. (Santos et al., 2015)

Penelitian lain yang dilakukan di Etiophia, dari total 513 pasien, 338 (65,9%) mengalami kecacatan (G1D 206 kasus [40.2%], G2D 132 kasus [25.7%]). Prevalensi antara kategori baru adalah 62,8% (39,1% G1D dan 23,7% G2D). Mereka yang berumur di atas 30 tahun, dengan durasi gejala 6-12 bulan dan >24 bulan, dengan gangguan sensorik, kerusakan saraf dan reaksi reversal lebih mungkin untuk mengalami cacat pada kusta. (Shumet et al., 2015)

Pada tahun 2009, 38.215 kasus baru kusta didiagnosis di Brazil. Pada Desember 2012, 32.374 selesai dari pengobatan dan dianggap sembuh. Dari jumlah tersebut kasus diberhentikan, 22.585 (69.8%) telah dikaji mengalami dari analisis kecacatan. Tiga puluh persen dari sampel, tidak termasuk dalam analisis. Hasil yang didapatkan dari faktor tipe kusta, tingkat pengetahuan, reaksi kusta dan keteraturan pengobatan yaitu kasus MB 2.48 kali lebih beresiko dari pada kasus PB, kasus dengan tidak sekolah 1.26 kali lebih tinggi dari pada kasus dengan tingkat pengetahuan tinggi, dan kasus kusta dengan reaksi 1.41 kali lebih tinggi dari pada kasus kusta tanpa reaksi.(Costa, Cortela, Soares, & Ignotti, 2015)

(7)

mengangkat judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Cacat pada Kusta di RS. Dr. Tajuddin Chalid Makassar”.

B. Rumusan Masalah

(8)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan profesi keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Medikal Bedah.

2. Manfaat Institusi

Sebagai sumbangan pemikiran atau bahan bacaan yang berkaitan dengan cacat pada kusta bagi mahasiswa pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar.

3. Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang menyebabkan anak terisolir pada usia 4-5 tahun di TK Barunawati pontianak adalah pola asuh orang tua, sifat pendiam dan manja serta ketergantungan yang tinggi

PENGART]H PERTAMBANGAN GALIAN GUNUNG KUDA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KTRUSAKAN LINGKUNGAN SERTA MOTIVASI KERJA DI KOPERASI PONDOK PESANTREN AL.ISHLAH BOBOS

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kualitas Pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Kepuasan konsumen adalah suatu

Karkas domba, dan sapi disiapkan untuk diperdagangkan adalah merupakan bagian tubuh yang tertinggal setelah darah, kepala, kaki, kulit, pencernaan, intestinum, kantung urine,

Hasil dari proses drilling yang pertama digunakan sebagai tempat untuk memasang nut yang selanjutnya akan berhubungan dengan roda, sedangkan hasil dari proses drilling

Penunjukan kapal atau kapal-kapal dalam perjanjian di mana buruh mengikatkan diri akan melakukan dinas dapat juga dilakukan dengan menentukan, bahwa ia

1. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan mineral fosfor dalam pakan ikan lele yang dapat memberikan pertumbuhan tertinggi.