• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

1. Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:

(2)

dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

 Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.

 Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

1. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptifdalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:

(3)

2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.

3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.

4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.

6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.

7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

1. Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif

Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:

 ABK yang memilik masalah dalam sensoris

 ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya

 ABK yang memiliki masalah dalam belajar

 ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

(4)

1. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani. 2. Modifikasi keterampilan dan tekniknya.

3. Modifikasi teknik mengajarnya.

4. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

2.2 Pengertian dan Kerakteristik Tunagrahita 2.2.1 Pengertian

Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut: 1. Lemah fikiran ( feeble-minded)

2. Terbelakang mental (Mentally Retarded); 3. Bodoh atau dungu (Idiot);

(5)

5. Tolol (moron);

6. Oligofrenia (Oligophrenia); 7. Mampu Didik (Educable); 8. Mampu Latih (Trainable);

9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat; 10. Mental Subnormal;

11. Defisit Mental 12. Defisit Kognitif; 13. Cacat Mental; 14. Defisiensi Mental; 15. Gangguan Intelektual

(6)

mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.

Ada beberapa pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli.

 Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengan sebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental impairment. Kata impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage Dictionary,1982: 644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).

 Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda (http//.panti.tripod.com/2-10-07). Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda.

Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulai dari segi akademik, pribadi dan sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka.

(7)

Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididikdan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.

1. Tunagrahita Sedang

Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab. Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.

1. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita berat.

Dengan demikian, seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu:

1.

(8)

2. Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif

3. Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.

Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).

1. Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55 2. Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40 3. Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 – 25 4. Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25

Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi: 1. Tunagrahita ringan IQnya 50 – 70 2. Tunagrahita Sedang IQnya 30 – 50

3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

2.3 Pembelajaran Pendidikan Jasmani Tuna Grahita di Bhakti Luhur Khususnya Kelas 6 SD

Rencana pembelajaran Pendidikan Jasmani yang bisa dilaksanakan yaitu:

(9)

Melakukan berbagai gerak dasar permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi. Dan nilai-nilai yang tergantung didalamnya.

 Melakukan gerak dasar salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi dan kontrol yang baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.

 Melakukan koordinasi gerak dasar dalam teknik lari, lempar, dan lompat dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai semangat, sportifitas, percaya diri, dan kejujuran.

Melakukan kombinasi senam lantai dan senam ketangkasan dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

 Melakukan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitas senam.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji terbatas Pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi Siswa Tunagrahita Tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat keterlaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus (penjas adaptif) di Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani adaptif pada dasarnya merupakan suatu program kegiatan belajar mengajar olahraga yang dirancang khusus untuk anak kebutuhan khusus yang memiliki

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani adaptif anak tunagrahita berlangsung bersama dengan siswa regular dengan materi yang sama dalam

Siedentop (1991), seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model

Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Secara Daring Pada Siswa Tunagrahita Kelas V Di SLB Negeri Pelambuan Banjarmasin”

Dari hasil validasi, ahli materi memberikan rekomendasi bahwa media video senam irama dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada siswa tunagrahita kelas VI SDLB

Dalam mengenal setiap alat dan media pengajaran pendidikan jasmani bagi anak luar biasa maka harus dikenali tentang kegunaaa dari alat dan media tersebut, untuk anak