• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF THE JOY OF MOVEMENT BAGI SISWA TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB DI SLB B-C YPLAB KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF THE JOY OF MOVEMENT BAGI SISWA TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB DI SLB B-C YPLAB KOTA BANDUNG."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

THE JOY OF MOVEMENT BAGI SISWA TUNAGRAHITA TINGKAT

SMALB DI SLB B-C YPLAB KOTA BANDUNG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Oleh

GENA DINIARTI

1103402

PRODI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

THE JOY OF MOVEMENT BAGI SISWA TUNAGRAHITA TINGKAT

SMALB DI SLB B-C YPLAB KOTA BANDUNG

Oleh Gena Daniarti S.Pd UPI , 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Gena Daniarti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

“PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF THE JOY OF MOVEMENT PADA SISWA TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB

DI SLB B-C YPLAB KOTA BANDUNG”

Gena Diniarti, S.Pd

1103402

Pendidikan Kebutuhan Khusus

ABSTRAK

(5)

Gena Daniarti, 2014

THE ADAPTIVE PHYSICAL EDUCATION PROGRAM OF THE JOY OF

MOVEMENT DEVELOPMENT ON SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT

WITH INTELLECTUAL DEFICIANCY IN YPLAB SPECIAL NEED SCHOOL BANDUNG

Gena Diniarti, S.Pd 1103402

Pendidikan Kebutuhan Khusus

ABSTRACT

The research concerning an adaptive physical learning program for student with intelectual deficiancy. The locatian of the study was in YPLAB BC Special Need School in Bandung city. It is involved intellectual deficiancies students at senior high level along with physical and classroom teachers. the aim of the study, was to achiebed an objective potrays of adaptive physical learning program of the joy

of movement on intelectual deficiancy senior high student of YPLAB BC Special

Need School pf Bandung city. the study applied qualitative approach. Interview, observation, and literature study conducted in order to collect the reseacrh data. FGD were applied for the prpgram development, as well as limited try out. The

joy of movement adaptive physical learning developmental program were

(6)
(7)

Gena Daniarti, 2014

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ………. 7

E. Struktur Organisasi Tesis ……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penjas Adaptif ………... 10

B. The Joy Of Movement ………. 14

C. Ketunagrahitaan ……… 20

D. Penelitian yang Relevan ……… 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ……….. 36

B. Tempat dan Subjek Penelitian ……….. 37

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ………... 38

D. Teknik Analisis dan Keabsahan Data ……… 50

E. Prosedur Penelitian ……… 54

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 59

B. Pembahasan ……… 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….. 111

B. Rekomendasi ……… 113

DAFTAR PUSTAKA ……… 115 LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan Pendidikan untuk semua dengan paradigma pendidikan

yang inklusif di Indonesia ini, telah mengalami kemajuan yang semakin

hari semakin membaik, walaupun masih terdapat problematika yang harus

diselesaikan. Guru yang bersentuhan secara langsung dengan siswa dalam

konsep pendidikan inklusif ini diharapkan dapat memberikan pelayanan

kepada semua siswa sesuai dengan kebutuhannya. Begitu pun dalam

pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus

disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ia miliki.

Pendidikan Jasmani Adaptif diperuntukkan bagi anak berkebutuhan

khusus agar dapat ikut serta dalam aktivitas jasmani. Sejalan dengan itu

dimana pengertian pendidikan jasmani adaptif menurut Hendrayana

(2007:7) menyatakan bahwa :

“Pendidikan jasmani adaptif adalah sebuah program yang bersifat

individual yang meliputi fisik/jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak dasar, keterampilan-keterampilan dalam aktivitas air, menari, permainan olahraga maupun beregu yang di desain bagi

penyandang cacat.”

Dari pengertian di atas tentang pendidikan jasmani inilah, kita

dapat memahami bahwa dalam pelaksanaannya siswa tidak diharuskan

(9)

setara dengan atlit. Pendidikan jasmani Adaptif ini bisa menjadi sebuah

program yang bersifat individual. Ketentuan pelaksanaan pendidikan

jasmani adaptif yang harusnya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pada

pelaksanaannya di lapangan tidak sedikit adalah lebih kepada pelatihan

untuk beberapa cabang olahraga tertentu bagi siswa. Dimana seharusnya

seluruh siswa harus aktif dalam mengikuti aktivitas jasmani. Suatu kritik

terhadap pelaksanaan pendidikan jasmani saat ini di sekolah-sekolah

adalah lekatnya ciri olahraga prestasi di sekolah. Pelaksanaan pendidikan

jasmani perlu berbasis human movement. Terlihat dari pembenaran

keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah adalah ketika guru pendidikan

jasmani mampu mengantarkan para siswanya menjuarai suatu perlombaan

atau pertandingan dan meraih kedudukan terhormat bagi alam individual

event atau multi event olahraga. (Abduljabar, 2012,a,b)

Dari pernyataan ini tidak sedikit guru atau sekolah yang beranggapan

bahwa pendidikan jasmani dikatakan berhasil jika banyak dari siswanya

dapat menjuarai suatu perlombaan atau pertandingan. Hal ini lah yang

telah menyebabkan pendidikan jasmani kehilangan esensi filosofis sebagai

upaya kependidikan dan mengarahkan siswanya belajar dari partisipasi

dalam aktifitas jasmani, permainan, dan olahraga. Tetapi ada juga dalam

pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dan ditemukan beberapa masalah

bahwa tidak semua siswa terlibat dalam pembelajaran pendidikan jasmani

(10)

yang guru berikan tidak sesuai apakah terlalu sulit, atau program tidak

membuat siswa tertarik dan masalah lainnya.

Kegiatan awal dalam kegiatan olahraga adalah warming up atau

pemanasan. Guru dalam mengajarkan pendidikan jasmani sebagian besar

untuk kegiatan warming up masih bersifat konvensional. Kegiatan

Pemanasan yang dilakukan yaitu menggerakkan seluruh anggota badan

dengan menghitung bersama-sama dimulai dari kepala hingga kaki.

Kegiatan warming up inilah yang menyebabkan tidak sedikit siswa yang

enggan untuk mengikuti pembelajaran olah raga ini. Selain itu tidak

sedikit pula guru yang berfokus pada prestasi siswanya dalam menguasai

salah satu cabang olahraga. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran

terkesan siswa dipersiapkan sebagai atlet suatu cabang olahraga.

Contoh kegiatan tersebut misalnya seluruh siswa diikutsertakan

pada kegiatan pembelajaran volley ball dengan bola yang besar dan keras

serta net yang tinggi. Sehingga beberapa siswa yang trauma ketika

memukul bola voli yang keras, dan tidak dapat melampaui net yang tinggi

akan tidak tertarik dengan pembelajaran yang selanjutnya. Oleh karena itu

dibutuhkan rancangan program yang sesuai agar seluruh siswa dapat

terakomodasi.

Pendidikan Jasmani adaptif yang menyenangkanlah sebenarnya

yang dibutuhkan siswa dan ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh para

ahli pendidikan jasmani adaptif di Indonesia, tetapi dalam pelaksanaannya

(11)

untuk bergerak dalam pembelajaran penjas adaptif. Pendidikan Jasmani

Adaptif yang menyenangkan inilah berangkat dari hasil pelatihan dan

pendampingan dari Respo International (Abduljabar, 2012) tentang The

joy of movement yang memberikan pencerahan terhadap pendidikan

jasmani untuk semua yang diberikan kepada para akademisi, mahasiswa

serta guru-guru di sekolah luar biasa. Pendampingan ini serta hasil diskusi

anatara mahasiswa Belanda dan dosen FPOK UPI serta guru SLB dapat

menghasilkan program pendidikan jasmani yang dirasa setidaknya berhasil

bagi siswa tunagrahita.

Setelah mendapatkan pendampingan dari pihak Respo

International, guru mencoba mengadaptasi konsep The joy of movement

dalam merancang program pembelajaran penjas adaptif di SLB BC

YPLAB. Terdapat beberapa perbedaan yang ditemui dari program The joy

of movement dan keadaan lingkungan nyata di sekolah, jika di Program

yang diberikan dalam beberapa aktifitas menggunakan beberapa fasilitas,

peralatan yang beragam dan menarik serta lengkap, karena keterbatasan

fasilitas tersebut di sekolah maka guru harus memiliki imajinasi yang

tinggi, serta iklim budaya yang cukup berbeda antara Belanda-Indonesia,

dan berdasar pada potensi, kebutuhan, serta kegemaran siswa yang

berbeda harus disesuaikan juga.

Pengembangan Projek The joy of movement salah satunya telah

menghasilkan “Dalam hal, magang (Praktik Latihan Profesi Guru) atau

(12)

Opuoeding) Windesheim University the Netherland telah menimbulkan

bergesernya fenomena pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dari

kegiatan kecabangan olahraga menjadi partisipasi dalam aktivitas jasmaani

dan menimbulkan keriangan, keceriaan, kegembiraan, dan gairah belajar

siswa disabilitas. Selain itu dalam bentuk investasi pengetahuan telah juga

menumbuhkan kekayaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru

pendidikan jasmani adaptif terhadap pentingnya aktivitas jasmani dalam

kehidupan. (Abduljabar, 2012)

Program Pendidikan Jasmani Adaptif The joy of movement inilah

yang ingin peneliti kembangkan agar dapat di gunakan di SLB B-C

YPLAB khususnya dan Sekolah-Sekolah lainnya pada umumnya agar

siswa dengan merasa senang bergerak dalam pembelajaran Pendidikan

Jasmani. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian Pengembangan

Program pendidikan jasmani Adaptif The joy of movement Bagi siswa

tunagrahita SMALB SLB B-C YPLAB Kota Bandung.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah program Pendidikan jasmani

Adaptif The joy of movement Bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di

SLB B-C YPLAB Kota Bandung. Dari fokus penelitian ini peneliti

(13)

1. Aspek apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

program Pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa

tunagrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung?

2. Bagaimanakah rancangan pengembangan program pendidikan jasmani

adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di

SLB B-C YPLAB Kota Bandung?

3. Bagaimana Hasil Focus Grup Discuss terhadap program penjas adaptif

bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota

Bandung?

4. Bagaimanakah hasil uji terbatas program pendidikan jasmani adaptif

The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB

BC YPLAB Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan

gambaran yang objektif mengenai Pengembangan Program Pendidikan

jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat

SMALB SLB B-C YPLAB Kota Bandung, Adapun tujuan penelitian ini

secara khusus adalah untuk memperoleh:

1. Gambaran aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

program Pendidikan jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa

(14)

2. Rancangan pengembangan dalam pelaksanaan program pendidikan

jasmani adaptif The joy of movement bagi siswa SMALB di SLB B-C

YPLAB Kota Bandung

3. Hasil Focus Group Discuss terhadap pengembangan Program Penjas

Adaptif The joy of movement bagi siswa SMALB di SLB BC YPLAB

Kota Bandung

4. Hasil uji terbatas Pengembangan program pendidikan jasmani adaptif

The joy of movement bagi siswa SMALB di SLB B-C YPLAB Kota

Bandung

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan gambaran objektif pengembangan program

pendidikan penjas adaptif The joy of movement bagi siswa tunagrahita,

penelitian ini diharapkan mempunyai nilai guna sebagai berikut:

1. Guru

Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam pelaksanaan

Pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of

movement bagi siswa tungrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB

agar guru kreatif dalam mengembangkan kembali program penjas

adaptif ini agar bermanfaat bagi siswa tunagrahita.

(15)

Memberikan masukan kepada pihak SLB khususnya dalam

pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of

movement yang bersumber dari kebutuhan dan potensi peserta didik

khususnya siswa tunagrahita serta kerjasama dari seluruh guru kelas

untuk aktif sebagai pendamping siswa dalam pelaksanaan program

pembelajaran penjas adaptif yang menyumbangkan pemikiran dan

masukan dalam hal evaluasi pelaksanaan program. Serta pelaksanaan in

house training tentang pengembangan program pendidikan jasmani

adaptif The joy of movement.

3. Dinas

Dapat menjadi masukan agar mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru

guna meningkatkan profesionalisme dalam mengembangakan program

pendidikan jasmani adaptif bagi siswa tunagrahita.

E.

Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis berisi rincian tentang uutan penulisan dari

setiap bab dan bagian bab dalam tesis, mulai dari bab I hingga bab V.

Bab I berisi uraian tentang Pendahuluan dan merupakan bagian

awal dari tesis yang terdiri dari :

(16)

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

5. Struktur Organisasi Tesis

Bab II berisi uraian tentang kajian pustaka penelitian. Kajian

pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Kajian pustaka ini

berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menysuun pertanyaan penelitian,

tujuan penelitian. Bab II terdiri dari pembahasan teori-teori konsep dan

turunannya dalam bidang yang dikaji.

Bab III berisi Penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian

yang terdiri dari :

1. Pendekatan Penelitian

2. Tempat dan Subjek Penelitian

3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

4. Teknik Analisis dan Keabsahan Data

5. Prosedur Penelitian

Bab IV berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri

dari :

1. Hasil Penelitian

2. Pembahasan

Bab V menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

(17)

1. Kesimpulan

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

1) Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih

menggunakan penelitian kualitatif sesuai dengan pendapat Strauss dan Corbin

(Basrowi& Suwardi, 2008:1 ) ’penelitian kualitatif dapat digunakan untuk

meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi

organisasi, gerakan sosial atau hubungan kekerabatan.

Sedangkan Bogdan dan Taylor (Basrowi & Suwardi, 2008:1)

menyatakan bahwa ’penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku

orang-orang yang diamati.’

Kesimpulan dari beberapa pengertian penelitian kualitatif menurut

para ahli, maka penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang

mempunyai tujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui

proses berpikir induktif. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengenali

subjek, dapat merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

dengan metode deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2008: 4),

(19)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati’.

Pendekatan kualitatif ini digunakan karena masalah yang diteliti

merupakan fenomena yang terjadi di sekolah mengenai program pendidikan

jasmani adaptif ada dan pelaksanaannya yang tentunya perlu digambarkan

secara deskriptif, dan data mengenai program pendidikan jasmani adaptif di

sekolah tersebut akan digabungkan dengan teori untuk merumuskan

pengembangan programnya yang kemudian akan divalidasi secara konsesual

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Denzim dan Lincoln (Moleong,

2008: 5) bahwa ‘penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB BC YPLAB (Yayasan Pendidikan dan

Latihan Anak Berkelainan) Kota Bandung. Alasan peneliti melaksanakan

penelitian di SLB ini adalah karena telah mendapatkan pendampingan dari

Respo International tentang Penjas Adaptif The Joy Of Movement.

(20)

Adapun Subjek penelitian ini adalah Siswa Tunagrahita tingkat SMALB,

guru kelas tingkat SMALB, Guru Olah Raga SMALB.

C.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Menurut Lofland (Moleong,

2004:112) ‘Sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan

lain-lain.’

a. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian

terhadap informasi atau interpretasiyang diperoleh sebelumnya. Data

yang dikumpulkan melalui wawancara yang bersifat verbal, hasil

wawancara yang direkam dengan menggunakan kamera digital atau

dengan handphone agar memudahkan peneliti dalam mengumpulkan

berbagai informasi yang disampaikan responden.

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara tidak

berstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas di mana pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan.

(21)

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi ini dilakukan karena sejumlah besar fakta

dan data itu tersimpan di dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Alasan lain peneliti melakukan studi dokumentasi sesuai dengan

pendapat Nasution (1996:85) menjelaskan bahwa :

Data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari

sumber manusia (human resources) melalui wawancara dan

observasi. Namun terdapat pula data yang bersumber bukan dari

manusia (non human resources), diantaranya dokumen, foto dan

bahan statistik. Dokumen sendiri terdiri dari tulisan pribadi seperti

buku harian, surat-surat dan dokumentasi resmi.

Kesimpulan dari penjelasan Nasution di atas adalah meskipun

data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif sebagian besar berasal

dari manusia, tetapi terdapat pula data yang berasal bukan dari manusia

yang tidak dapat diabaikan dan dianggap penting untuk dapat

mengungkap permasalahan yang ada di lapangan.

Melalui studi dokumentasi, peneliti bermaksud menelaah

dokumen-dokumen yang telah ada. Data yang akan peneliti kumpulkan

adalah dokumen Analisis SKKD, dokumen program tahunan

pendidikan jasmani adaptif, Program Semester pendidikan jasmani

adaptif, Silabus pendidikan jasmani adaptif, RPP pendidikan jasmani

(22)

c. Observasi

Informasi yang dapat diperoleh dari hasil observasi adalah

tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,

waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah

untuk menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian untuk

menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia

dan untuk melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu.

Peneliti melakukan observasi untuk melihat proses

pembelajaran siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB,

evaluasi yang dilakukan guru terhadap hasil pembelajaran penjas

adaptif the joy of movement siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB

BC YPLAB Kota Bandung.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian Kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Hal ini berarti peneliti merupakan perencana,

pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya

menjadi pelopor hasil penelitiannya, keberadaan peneliti sebagai

(23)

mengemukakan bahwa “Hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat

berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan hanya manusialah

yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.”

Karena peneliti secara langsung sebagai instrumen maka peneliti

harus memiliki kesiapan ketika melakukan penelitian, mulai dari tahap

persiapan sebelum ke lokasi penelitian dan segala sesuatu yang dibutuhkan

ketika kegiatan penelitian akan dilakukan. Sebagai pedoman dalam

melakukan penelitian maka digunakan:

1) Pedoman wawancara

Yaitu sebagai acuan yang digunakan ketika melakukan

wawancara, yang berisi pokok-pokok masalah yang akan menjadi

bahan pembicaraan dan menetapkan pihak-pihak yang akan

diwawancarai. Pedoman wawancara ini disusun sebelum

melaksanakan wawancara.

2) Pedoman observasi

Yaitu sebagai acuan dalam melakukan observasi atau

pengamatan langsung terhadap kasus, sehingga akan diperoleh

aspek-aspek yang diteliti secara langsung berdasarkan kepada pedoman

observasi yang telah dipersiapkan.

3) Pedoman Dokumentasi

Yaitu sebagai acuan yang digunakan ketika melakukan studi

(24)
(25)

Tabel 3.1

KISI-KISI PEDOMAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF THE JOY OF MOVEMENT BAGI SISWA TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB DI SLB B-C YPLAB KOTA BANDUNG

Pertanyaan Penelitian Aspek yang akan diungkap Indikator Bentuk

Instrumen perlu diperhatikan dalam pengembangan program

c. Kemampuan teknik dasar kecabangan

d. Aspek kognitif dan sikap

(26)

2) dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.

3) dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

(27)

SMALB di SLB B-C YPLAB Kota Bandung?

b.Pengembangan Draf Program

1) Analisis dan menyusun Standar Kompetensi Pendidikan Jasmani adaptif The joy of movement Bagi Siswa Tunagrahita SMALB

2) Analisis dan menyusun Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani adaptif The joy of

movement Bagi Siswa

Tunagrahita SMALB

(28)

of movement berkesinambungan f. Belajar sepanjang hayat g. Seimbang antara

kepentingan nasional dan kepentingan daerah

(1) (2) (3) (4) (5)

b. Kesesuaian dengan tujuan penjas adaptif

the joy of movement

1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan

pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih

Diskusi Guru SMALB,

(29)

fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 5. Mengembangkan sikap sportif,

jujur, disiplin,

bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 6. Mengembangkan keterampilan

untuk menjaga keselamatan

(30)

7. diri sendiri, orang lain dan lingkungan

8. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. 9. Mengekspresikan potensi

(31)

(1) (2) (3) (4) (5) 4. Bagaimanakah hasil uji

terbatas Pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy of

movement bagi Siswa pendidikan jasmani adaptif

the joy of movement bagi

siswa tunagrahita tingkat SMALB

a. Kesesuaian

pengembangan program pendidikan jasmani adaptif terhadap tujuan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani adaptif the joy of movement

1) Potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya 2) Beragam dan terpadu

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5) Menyeluruh dan

berkesinambungan 6) Belajar sepanjang hayat

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah pengelolaan diri dalam upaya

(32)

movement terhadap respon

dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran penjas adapatif

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani

2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

Observasi Siswa tunagrahita

(1) (2) (3) (4) (5)

3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan

5) Mengembangkan sikap sportif,

jujur, disiplin,

bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis

(33)

sendiri, orang lain dan lingkungan

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

(1) (2) (3) (4) (5)

(34)

D. Teknik Analisis dan Keabsahan Data

1. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Aktivitas dalam

analisis data, peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Basrowi dan Suwandi,

2008:209-210) yang mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:

Komponen dalam analisis data (flow model) Sugiyono (2009:91)

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses

ini berlangsung selama penelitian dilakukan dari awal sampai akhir

penelitian.

(35)

b. Penyajian Data

Display data adalah penyusunan secara sistematis hasil reduksi agar

diketahui tema dan polanya dengan menentukan bagaimana data

disajikan antara lain dengan mengklasifikasikan data sesuai dengan

pokok masalah. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk catatan

sebagai temuan penelitian. Pembahasan hasil display data dilakukan

dengan bertitik tolak pada hasil wawancara dan observasi serta studi

dokumentasi secara objektif dengan ditunjang oleh landasan teori yang

ada.

c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang

terkait dengan ciri logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian,

kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap

data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan proposisi

yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil

penelitian lengkap, dengan ‘temuan baru’ yang berbeda dengan temuan

yang sudah ada.

2. Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek

(36)

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian” (Moleong,

2004:330).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda (Nasution, 1996:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen.

Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi

juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap

data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Maka untuk keabsahan data pada penelitian ini, peneliti akan

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi

Sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber . Sedangkan triangulasi teknik

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Selain itu akan dilakukan diskusi dengan orang lain yaitu

membicarakan masalah dengan orang banyak untuk mengetahui hal-hal

yang diteliti. Diskusi dengan orang lain itu adalah Focus Group Discussion

(FGD), dimana FGD ini disebut juga grup interview yang tergolong dalam

(37)

Minichiello (1990:10) dalam Sugiyono. (2009) “ mengemukakan

wawancara jenis ini menggunakan panduan diskusi tersusun dari beberapa

topic tetapi urutan pertanyaanya tidak disusun secara kaku, melainkan lebih

fleksibel”. FGD menurut Hoed (1995:1) dalam Sugiyono (2009),”

dirancang dengan tujuan mengungkapkan persepsi kelompok mengenai

suatu gejala budaya .Setelah itu Mengadakan audit dengan dosen

pembimbing, hal ini bertujuan untuk memeriksa kelengkapan dan ketelitian

yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa yang diperoleh adalah

tepat mencapai kebenaran yang diharapkan”.

Dalam pelaksanaan FGD menurut Krueger dan Hoed (Sugiyono, 2009:165)

menyatakan bahwa “pelaksanaan FGD tidak bertujuan mencari “consensus”, tidak

mencari pemecahan masalah, dan tidak bertujuan memberikan rekomendasi atau

membuat keputusan. Penelitian kualitatif di sini lebih kepada proses.”

Bahan diskusi yang akan dipergunakan pada saat FGD dicatat dalam

transkrip yang lengkap, semua percakapan dicatat sebagaimana adanya, termasuk

komentar, dan kejadian-kejadian khusus saat diskusi. Transkrip FGD dibuat

berdasarkan kronologis pembicaraan agar memudahkan analisis bagi peneliti

nantina. Setelah itu tahapan analisis dilakukan peneliti berdasarkan transkrip FGD

yang telah dibuat.

Pada tahap analisis, FGD memiliki kesamaan dengan analisis isi, sejalan

dengan pendapat Sugiyono. (2009: 168) dalam arti metode ini memiliki

(38)

a) Melakukan coding terhadap sikap, pendapat peserta yang memiliki kesamaan

b) Menentukan kesamaan sikap dan pendapat berdasarkan konteks yang berbeda

c) Menentukan persamaan istilah yang digunakan, termasuk perbedaaan

pendapat terhadap istilah yang sama

d) Melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap sikap dan pendapat peserta

e) Mencari hubungan di antara masing-masing kategorisasi yang ada untuk

menentukan bentuk bangunan hasil diskusi atau sikap dan pendapat kelompok

terhadap masalah yang didiskusikan (fokus diskusi)

f) Menyiapkan draf laporan FGD untuk didiskusikan pada kelompok yang lebih

besar untuk mendapat masukan lebih luas, sebelum diseminarkan dalam

forum ilmiah.

A. Prosedur Penelitian

Urutan langkah dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga langkah utama yaitu yang pertama studi pendahuluan, perencanaan, dan pengembangan program, serta uji coba lapangan yang terbatas. Secara rinci langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Studi Pendahuluan

Tahap Studi Pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan pengembangan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji bebrapa literature serta survey lapangan yang berhubungan dengan fokus masalah yang ada dalam penelitian.

Pada pengkajian :

a. Literatur, peneliti mengkaji teori-teori pendidikan jasmani adaptif, The

(39)

penelitian.

b. Suvei lapangan, peneliti melakukan pra survey ke sekolah untuk mendapatkan gambaran umum tentang program pendidikan jasmani adaptif bagi siswa tunagrahita SMALB.

Perencanaan dan Pengembangan Program

Tahap Perencanaan dan Pengembagan Program merupakan tahap kedua, Setelah melaksanakan perencanaan Program maka selanjutkan adalah Penyusunan Program, dan akan dilakukan FGD sebagai proses validasi.

Uji Coba Terbatas

Uji coba pada program yang telah dikembangkan akan dilakukan dengan cara Observasi terhadap pelaksanaan program pada satu siswa kelas 2 SMALB, dan Wawancara kepada guru. Uji coba yang dilakukan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kebermanfaatan program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement yang telah dikembangkan. Dimana dua aspek besar dari kebermanfaat pengembangan program pendidikan jasmani the joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung adalah :

a. Kesesuaian pengembangan program pendidikan jasani adaptif the joy of movement terhadap tujuan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani adaptif

b. Kesesuaian pengembangan program pendidikan jasmani adaptif the joy of movement terjadap respond an kebutuhan siswa dalam pembelajaran penjas adaptif

(40)

Bagan 3. 2

Alur Pelaksanaan Penelitian

PERENCANAAN dan PENGEMBANGAN PROGRAM

Perencanaan Program :

1. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa Tunagrahita dalam pembelajaran Pendidikan

Jasmani Adaptif The Joy of Movement

Pengembangan Draf Pengembangan Program

1. Menganalisis hasil asesmen

2. Menyusun Program Pendidikan Jasmani Adaptif dengan kebutuhan dan potensi siswa

VALIDASI melalui FGD

REVISI

DRAF PENGEMBANGAN PROGRAM

UJI COBA TERBATAS

PROGRAM HASIL UJI COBA TERBATAS

STUDI PENDAHULUAN Studi Pustaka :

1. Kajian teori

2. Hasil penelitian yang relevan

Survei Lapangan :

1. Program pendidikan Jasmani Adaptif yang digunakan di sekolah saat ini

(41)
(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari Hasil Penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa aspek yang

perlu diperhatikan dalam pengembangan program Pendidikan jasmani adaptif

The joy of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB B-C

YPLAB Kota Bandung yang pertama adalah Kebutuhan siswa tunagrahita

dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. Dimana aspek pertama ini

terdiri dari kebugaran jasmani, keterampilan gerak dasar, kemampuan teknik

dasar kecabangan, aspek kognitif dan sikap, dan asepek perkembangan

mental, emosional dan keterampilan sosial. Aspek kedua adalah sesuai

dengan ciri pendidikan jasmani adaptif. ciri pendidikan jasmani adaptif

adalah kesesuaian dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa, dapat

membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa, dan dapat

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani adaptif. Aspek yang

ketiga adalah Makna The Joy Of Movement yang terdiri dari filosofis gerak,

fisiologis gerak, psikologis gerak, sosiologis gerak.

Rancangan pengembangan program pendidikan jasmani adaptif The joy

of movement bagi siswa tunagrahita tingkat SMALB di SLB B-C YPLAB

Kota Bandung dilakukan dengan memperhatikan ketiga aspek besar yaitu

Kebutuhan siswa tunagrahita dalam pembelajaran, ciri pendidikan jasmani

(43)

menyusun asesmen pendidikan jasmani adaptif. Pengembangan Program

dilakukan dari hasil asesmen tahap 1 dan tahap 2, peneliti dapat menyusun

analisis skkd, RPP, kegiatan pemanasan yang menyenangkan dan kegiatan

pendinginan yang menyenangkan.

Hasil Focus Grup Discuss terhadap pengembangan Program Penjas Adaptif bagi siswa Tunagrahita tingkat SMALB di SLB BC YPLAB Kota Bandung pertama di dapatkan revisi agar program lebih baik dan didapat beberapa rekomendasi. Pada aspek potensi, perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya adalah dalam pengembangan program yang telah dirancang ini harus lebih disesuaikan lagi dengan kemampuan anak. perlu dikembangkan ke pengelolaan diri sendiri agar tercapainya pola hidup sehat dari aktifitas olahraga tersebut. hal yang pertama adalah Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah dengan masukan SKJ yang sudah dikenal secara nasional di gabung permainan dari daerah, Agar tercapai antara kepentingan nasional dan daerah untuk selamanya. FGD kedua adalah member check kepada dua anggota FGD mengenai Program yang telah diperbaiki berdasarkan rekomendasi yang diberikan saat FGD, dan dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan perbaikan, para anggota FGD menyatakan program pembelajaran pendidikan jasmanai adaptif yang telah diperbaiki sudah jauh lebih baik dari sebelumnya dan sudah dapat diujicobakan.

(44)

B. Rekomendasi

Sehubungan dengan hasil penelitian, maka dikemukakan

rekomendasi kepada pihak guru, sekolah dan Dinas yang dipandang perlu

sebagai masukan dan tindak lanjut dari penelitian ini.

1. Guru

Diharapkan pihak guru melaksanakan asesemen Pendidikan

jasmani adaptif lebih mendalam lagi dan tidak hanya secara praktek saja

tetapi terdapat dokumen asesmen secara tertulis, sehingga dapat

menjadi rujukan bagi guru pendidikan jasmani selanjutnya untuk

meningkatkan potensi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif.

Diharapkan guru memberikan kepercayaan kepada siswa dalam

menyelesaikan tugas pada saat pelaksanaan pembelajaran.untuk dapat

lebih mandiri dan bertanggung jawab.

Pemanfaatan waktu secara optimal dengan meningkatkan

kedisiplinan anak, yaitu tidak terlambat datang pada saat jam pelajaran

dimulai dan siswa menggunakan pakaian olahraga dengan

menggunakan reward dan punishment.

Mengajarkan pra syarat pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif yang mudah dahulu sebelum masuk ke tahap aktivitas jasmani

yang lebih sulit. Menyusun program semenarik mungkin serta dalam

pelaksanaan dapat mengekplorasi dengan menggunakan peralatan yang

(45)

2. Sekolah.

Dari pihak sekolah diharapkan kerjasama dari seluruh guru kelas

untuk aktif sebagai pendamping siswa dalam pelaksanaan program

pembelajaran penjas adaptif yang menyumbangkan pemikiran dan

masukan dalam hal evaluasi pelaksanaan program.

Sekolah mengadakan in house training tentang pengembangan

program pendidikan jasmani adaptif The joy of movement.

3. Dinas

Kepada pihak dinas agar mengadakan pelatihan-pelatihan bagi

guru guna meningkatkan profesionalisme dalam mengembangakan

(46)

Abduljabar, Bambang. (2012). The Joy Of Movement.Bandung: Rizqi Press.

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Astati. (2011). Pendidikan Anak Tunagrahita, Bandung: Amanah Offset.

Bahagia, Yoyo. (2003). Pembelajaran Atletik Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Hendrayana, Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah Bekerjasama dengan Direktori Jenderal Olahraga.

Meimulyani, Yani & Tiswara, Acep. (2013).Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Luxima Metro Media

Moleong, Lexy J.(2004) Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 1996. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Payne, J.S. and James R.P. (1981). Mental Retardation, Columbus: a Bell and Howell Company

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suntoda, Andi.(2007). Pedoman dan Instrumen Praktikum Tes dan Pengukuran Olahraga.Bandung : Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Supartini, Endang.(2012). Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup bagi

Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Daerah Istimewa Yogyakarta. Tersedia:

[online].

http://jasianakku-sampel.blogspot.com/2012/01/pengembangan-model-pendidikan-kecakapan.html.(30 maret 2012).

(47)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.

Widya, Mamad. ( ). Modifikasi Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani

Adaptif.Tersedia:[online].http:// file .upi. edu/Direktori /FIP/ JUR PEND._LUAR_BIASA/195208231978031-MAMAD_WIDYA/

KONSEP_DASAR_PENDIDIKAN_JASMANI_ ADAPTIF. pdf . (3 April 2012).

Wrightslaw.(2004). Physical Education (PE) & Adapted Physical Education (APE). Tersedia: [online]. http: //www .wrightslaw .com /info/pe.index.html. ( 3 April 2012 )

Yus S Yusakarim .(2012). telah melakukan penelitian The Implementation of Adaptive

Physical Education (APE) at SPLB Suryakanti (School with mental retarded students) in Bandung Indonesia. Bangi: Fakulti Pendidikan Universiti

Gambar

Tabel 3.1 KISI-KISI PEDOMAN PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan aglomerasi diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan wilayah, namun disisi lain aglomerasi juga menimbulkan dampak negatif yaitu

Hubungan Power Tungkai Terhadap Hasil Tendangan D epan (Gejlig) D an Tendangan Belakang Pada Cabang Olahraga Pencak Silat.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang menerapkan keseimbangan antara aspek ekonomis dan aspek sosial serta lingkungan. Dimana aspek ekonomis

Yang mempengaruhi keputusan nasabah menggunakan ATM dengan metode CHAID menggunakan taraf nyata 0,05 atau 5% yaitu Transaksi melalui ATM BNI memiliki keamanan yang tinggi,

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang menerapkan keseimbangan antara aspek ekonomis dan aspek sosial serta lingkungan. Dimana aspek ekonomis

Klasifikasi keputusan nasabah untuk menggunakan ATM dengan metode Chi-Square Automatic Interaction Detection (CHAID).. Universitas Pendidikan Indonesia

Komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dengan memperhatikan aspek finansial atau ekonomi, sosial, dan lingkungan itulah yang menjadi isu

Restoran McDonalds sebagai perusahaan makanan siap saji, saat ini cukup bersaing ketat dengan perusahaan lain sehingga penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat kepuasan