DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ………...……….……….. i
Surat Pernyataan ………...……….……… iii
Abstrak ………...………….……… iv
Kata Pengantar ………...……….……… v
Ucapan Terimakasih ………...……… vii
Daftar isi ………...……… xi
Daftar Bagan ………..………...……… xiii
Daftar Tabel ……….……….……… xiii
Daftar Diagram……… xiii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A Latar Belakang Masalah ………...…….……… 1
B Focus Kajian dan Pertanyaan Penelitian ………. 7
C Tujuan Penelitian ………...………… 8
D Signifikansi dan Manfaat Penelitian ……….…… 9
E Definisi Konsep ………. 10
F Metode Penelitian ……….. 11
BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH INKLUSIF ………..……… 13 A Strategi Pembelajaran ……… 13
B Anak Berkebutuhan Khusus ……….……… 20
C Pendidikan Jasmani Adaptif ………..……… 23
D Pendidikan Inklusif ……… 35
E Hasil Penelitian Yang Relevan ………...………... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……...……….. 49
A Pendekatan Penelitian ……… 49
B Teknik Pengumpulan Data ………..……….. 51
C Subjek Penelitian ………... 53
D Langkah dalam Penelitian ………. 55
E Teknik Analisis Data ………...………. 62
F Keabsahan Data ………...………. 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….………….………… 70
A Hasil Penelitian ……….………. 70
B Pembahasan ……….………. 112
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….………. 150
B Saran ……… 155
DAFTAR PUSTAKA ……….. 159
LAMPIRAN-LAMPIRAN A Kisi Kisi Instrumen Penelitian………. 164
B Pedoman Wawancara……….. 165
C Surat Permohonan Pengisian Kuesioner……….. 169
D Pedoman Kuesioner……… 170
E Studi Pendahuluan……… 180
F Data Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Jawa Timur……… 189
G Reduksi hasil wawancara dan kuesioner……….. 196
H Validasi Instrument……….………. 238
I SK Pembimbing Tesis………..……… 239
J Surat Ijin Penelitian dari SPs UPI………...…………. 241
K Surat Ijin Peelitian dari BAKESBANGPOLINGMAS Jabar………... 142
L Surat Ijin Penelitan dari BAKESBANGPOLINMAS Jatim………...……. 243
M Surat Ijin Penelitian dari BAKESBANGPOLINMAS kota Surabaya……...….. 244
N Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya………..……... 245
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jenis kelamin, usia, background pendidikan dan penerimaan guru
terhadap ABK……… 71
Tabel 4.2 Pengalaman Mengajar dan Penerimaan Guru Penjas terhadap ABK… 74 Tabel 4.3 Pelatihan Pendidikan Jasmani Adaptif yang Pernah Diikuti dan Penerimaan Guru Terhadap ABK……….. 79
Tabel 5.1 Permasalahan dan Solusi Permasalahan yang Dilaksanakan Guru dalam Pembelajaran………... 84
DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Proses Perijinan dalam Penelitian……….. 60
Bagan 3.2 Langkah dalam Penelitian……….. 63
Bagan 3.3 Proses Analisis Data Kualitatif……….………. 64
Bagan 3.4 Teknik Analisis Data………..………... 69
Bagan 4.1 Metode Pencapaian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif yang Ideal……. 117
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
WHO mengindikasikan pola hidup sadenter (kurang gerak) sebagai ancaman
kesehatan terbesar bagi penduduk dunia, resiko tersebut akan semakin besar
pengaruhnya bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Gaya hidup kurang aktif
yang disebabkan oleh kebutuhan khusus yang dialami seseorang menjadi
penghalang sekaligus akan semakin meningkatkan resiko dalam menurunkan
kapasitas gerak dan otonomi seorang yang mengalami kebutuhan khusus.
Penurunan performa fisik tersebut akan semakin luas dampaknya apabila tidak
segera mendapatkan penanganan khusus. Pendidikan jasmani yang telah di
modifikasi dan di sesuaikan merupakan alternatif solusi dalam menangani
permasalahan penurunan fungsi fisik akibat kurangnya bergerak bagi para
penyandang kebutuhan khusus. Marge (Donncha, Mac et al. 2006-2007).
Penurunan performa fisik akibat rutinitas yang kurang gerak merupakan
resiko setiap orang terutama orang berkebutuhan khusus yang memandang
kebutuhan khusus yang dialaminya sebagai penghambat dalam melakukan
berbagai beraktifitas. Setiap orang dengan aktifitas keseharian yang minim gerak
akan beresiko besar terhadap penurunan fungsi fisik yang berimplikasi besar
terhadap kesehatan. Kesehatan sangat diperlukan untuk dapat menjalankan
kesehatan untuk dapat mengikuti kegiatan belajar, kesehatan menjadi modal
utama untuk memulai dan meningkatkan produktifitas sehingga proses
pembelajaran dapat maksimal. Di sekolah, mata pelajaran yang menunjang dalam
hal ini adalah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Tarigan
(2009:29) Penjasorkes memiliki dampak berarti bagi tumbuh kembang siswa,
secara pertumbuhan olahraga teratur akan menjadikan siswa bugar dan terhindar
dari obesitas, dalam aspek perkembangan dapat dilihat melalui beberapa aspek
seperti perkembangan pengetahuan, kerjasama, penalaran, emosional, sikap
sportif, menghargai perbedaan, saling menolong, keterampilan, juga
perkembangan aspek intelegensi. Dengan demikian, keberadaan mata pelajaran
penjasorkes menjadi penunjang dalam proses belajar mengajar secara
keseluruhan, pencapaian optimal proses belajar mengajar membutuhkan peran
serta kesehatan siswa, siswa yang sehat memiliki daya tahan tubuh dan
konsentrasi berfikir yang lebih baik dari siswa yang sakit dan kesehatan dapat
diperoleh dari aktifitas fisik yang menunjang,
Materi tentang aktifitas fisik di sekolah yang terdapat pada mata pelajaran
penjasorkes merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan
yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional (Mahendra
3:2003). Tidak dapat dipungkiri batapa pentingnya peranan penjasorkes sebagai
aktifitas pembelajaran yang memiliki muatan dalam mendukung kesehatan siswa.
3
siswa berkebutuhan khusus. Semua siswa tidak terkecuali siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) dapat mempelajari pendidkan jasmani dan akan
mendapatkan manfaat dari kegiatan fisik yang dilaksanakannya secara rutin. Salah
satu faktor yang menunjuang keberhasilan pembelajaran penjas adaptif apabila
guru dapat memahami karakteristis siswa ABK dan dapat mengaplikasikan
pembelajaran secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan siswa. Dan guru
sekaligus merupakan pembimbing dan pengarah yang paling berwenang dalam
kegiatan pembelajaran.
Bentuk program penjasorkes yang sesuai bagi sekolah yang terdapat siswa
ABK, (anak yang memerlukan layanan dan pendidikan yang spesifik), adalah
penjasorkes yang telah di adaptasikan dan di modifikasikan sesuai dengan
kebutuhan khusus masing-masing siswa atau disebut penjas adaptif (pendidikan
jasmani adaptif).
Pendidikan jasmani adaptif adalah pendidikan melalui program aktivitas jasmani yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dengan aman, sukses dan memperoleh kepuasan (Abdoellah, Arma 1996:3)
Dengan demikian pendidikan jasmani adaptif merupakan pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi ABK untuk dapat mengaktualisasikan aktifitas fisik
melalui kegiatan yang terarah dan terencana dalam program pembelajaran.
Abdoellah (1996:4-5) juga menyatakan bahwa mayoritas siswa ABK memiliki
kapasitas mobilisasi yang rendah, dan performa fisik kurang, oleh karenanya ABK
memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak, sudah sewajarnya bila
siswa berkebutuhan khusus secara keseluruhan, karena menjadi dasar bagi
peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh semua ABK. Dan sudah
menjadi hak bagi setiap ABK untuk dapat memperoleh pelatihan yang penuh dan
efektif tanpa adanya diskriminasi, sebagaimana yang tercantum dalam konferensi
hak asasi manusia pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa:
first united nations world conference on human right: The world conference reaffirms the obligation of states to ensure that persons belonging to minorities may exercise fully and effectively all human rights and fundamental freedoms without any discrimation. (Sherril,C.1994)
Dalam deklarasi tersebut ditekankan adanya kewajiban negara untuk menjamin
setiap warga negaranya yang tergolong minoritas, termasuk diataranya ABK,
untuk mendapatkan hak dalam berlatih secara penuh dan efektif tanpa adanya
diskriminasi. Salah satu bentuk upaya pemerintah mengaplikasikan nilai tersebut
terhadap ABK adalah dengan diselenggarakannya sekolah-sekolah inklusif,
sekolah inklusif adalah sekolah yang mengakomodasi kebutuhan belajar semua
anak termasuk anak berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama-sama
dengan siswa lain yang tidak berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusif ABK
mendapatkan pelayanan pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan khusus
masing-masing siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan sumbangsih terhadap
keberhasilan aplikasi pendidkan inklusi melalui bidang yang lebih spesifik yakni
5
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, oleh karenanya, dalam penelitian ini
guru olahraga di sekolah inklusif menjadi sumber data (narasumber) utama untuk
mendapatkan gambaran kompleks tentang pelaksanaan pembelajaran penjas
adaptif di sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif.
Di lapangan, di sekolah dasar inklusif, masing-masing guru memiliki
strategi tersendiri yang berbeda-beda, untuk mengungkapkan tentang bagaimana
strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran penjas adaptif di
sekolah inklusif, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang di dasarkan
pada pengalaman guru penjasorkes dalam mengelola pembelajaran, atas dasar
pemikiran tersebut maka di lakukan penelitian dengan tema “strategi
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif “
Dalam studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui polling terhadap
33 orang guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang barusaja
ditetapkan sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada tahun
2010, diketahui mayoritas guru tidak setuju apabila sekolah tempatnya mengabdi
di tetapkan sebagai sekolah inklusif, kekhawatiran guru akan semakin banyaknya
beban dan kesulitan yang harus di tanggung guru dalam pembelajaran, serta
kurangnya kemampuan guru dalam mengajar dengan melibatkan ABK
menjadikan guru merasa tidak mampu dalam mengajar siswa ABK. Dua hal
tersebut menjadi alasan utama mengapa mayoritas guru penjas di sekolah-sekolah
inklusif. Keseluruhan narasumber dalam studi pendahuluan penulis tidak ada yang
pernah mengikuti pembekalan terkait pendidikan jasmani adaptif, tidak memiliki
buku panduan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif juga belum mengenal
istilah tentang pendidikan jasmani adaptif. Narasumber yang bersedia mengajar
dengan melibatkan ABK hanya 15 %, meskipun ada minoritas guru yang bersedia
mengajar dengan melibatkan ABK namun keseluruhan guru akan memilih untuk
mengajar di kelas regular bila dihadapkan pada pilihan antara mengajar di kelas
regular atau kelas inklusif.
Hasil studi pendahuluan tersebut memperkuat keingginan untuk memahami
lebih jauh pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk
kemudian dianalisis dan diharapkan memberikan sumbangsih berharga dalam
pelaksanaan pendidikan inklusif melalui pendidikan jasmani adaptif sehingga
peneliti memfokuskan penelitian pada strategi pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif di sekolah dasar inklusif. Penentuan tema tentang pendidikan jasmani
adaptif tidak hanya disebabkan oleh keingginan untuk memberikan sumbangsih
dalam keberhasilan aplikasi pendidikan inklusif dalam aspek pendidikan jasmani
adaptif. minat dan kepentingan peneliti terhadap permasalahan pendidikan
jasmani adaptif yang berkaitan dengan profesi sekaligus untuk pertimbangan
dalam pengambilan kebijakan penyusunan kurikulum pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif menjadi bagian dalam extra scientific criteria pada penentuan
judul tesis ini, disamping itu scientific criteria “strategi pembelajaran pendidikan
7
signifikansi dalam pengambilan kebijakan maupun pembelajaran penjas adaptif
dalam praktek di lapangan maupun dalam pelaksanaan pembekalan para calon
tenaga pengajar penjas adaptif.
B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian
Mayoritas siswa ABK memiliki kapasitas mobilisasi yang rendah, dan
performa fisik kurang, melalui pemanfaatan aktifitas fisik pendidikan jasmani
bertujuan dalam perbaikan kesehatan fisik, mental maupun emosional siswa.
Pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah inklusif adalah pendidikan
jasmani adaptif.
Untuk dapat memberikan masukan berharga dalam aplikasi pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif yang lebih berkualitas maka perlu dipelajari
bagaimana aplikasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang selama ini
telah berjalan di sekolah-sekolah dasar yang telah terlebih dahulu ditetapkan
sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan terkait pelaksaan
pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif dan sebagai bahan masukan
dalam perbaikan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, maka
penelitian ini difokuskan pada “Bgaimana Strategi pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif yang diterapkan di sekolah dasar inklusif”
Untuk lebih dapat menemukan jawaban yang spesifik terhadap fokus
penelitian tersebut, secara khusus pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam
1. Bagaimana identitas guru, berapa lama pengalaman guru dalam mengajar dan
bagaimana pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di
sekolah dasar inklusif?
3. Strategi pembelajaran apa yang diterapkan guru dalam mengajar pendidikan
jasmani adaptif?
4. Apasaja modifikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani?
5. Bagaimana upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta
seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana strategi
pembelajaran penjasorkes yang diaplikasikan para guru pendidikan jasmani yang
sekolah tempatnya mengajar telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pengalaman mengajar (identitas) dan pemahaman guru terhadap ABK.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah
dasar inklusif.
3. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar pendidikan
9
4. Modifikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan
jasmani. [sarana prasarana, kurikulum, media (modifikasi media pembelajaran
dalam bentuk,ukuran, pewarnaan, bahan, berat), evaluasi].
5. Upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta seluruh siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
upaya mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
yang terlaksana di sekolah dasar inklusif.
1. Secara operasional, penelitian ini dapat digunakan oleh para guru pendidikan
jasmani dan para guru pendamping anak berkebutuhan khusus yang terlibat
langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.
2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pendelegasian wakil sekolah dalam setiap
kegiatan pembinaan atau pembekalan guru.
3. Bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP);
Perguruan Tinggi (PT) sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam
permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak
melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi
pendidikan inklusif yang bertugas mempersiapkan guru, khususnya guru
pendidikan jasmani, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan guru
pembekalan guru dengan kemampuan dan praktek penanganan siswa yang
melibatkan siswa berkebutuhan khusus, sehingga para guru yang ditempatkan
di sekolah dengan status inklusi tidak mengalami banyak hambatan dalam
pelaksanaan pembelajarannya.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat membuka wawasan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan penelitian lebih lanjut
khususnya berkaitan dengan modifikasi, manfaat dan konsekwensi
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah inklusif yang
otomatis menuntut keterlibatan ABK secara aktif di dalamnya.
E. Definisi Konsep
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala
tindakan yang dilaksanakan guru pendidikan jasmani di sekolah dasar inklusif
dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif mulai dari persiapan
hingga evaluasi pembelajaran.
2. Pendidikan Jasmani Adaptif (penjas adaptif)
Pendidikan jasmani adaptif dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani yang di adaptasikan dan di sesuaikan dengan
11
peralatan belajar yang menuntut peran serta seluruh siswa dalam pelaksanaan
pembelajarannya.
3. ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
Anak Berkebutuhan Khusus, ABK yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah anak yang memerlukan pendidikan atau layanan yang spesifik, layanan itu
berbeda dengan anak-anak pada umumnya, layanan tersebut di sesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing anak. Kebutuhan tersebut bisa bersifat temporer
maupun permanen.
4. Sekolah Inklusif
Sekolah inklusif merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan yang
mengakomodasi setiap kebutuhan khusus siswa untuk dapat belajar
bersama-sama di sekolah reguler serta tersedianya program pendidikan yang layak dan
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan strategi deskriptif pendekatan kualitatatif.
Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang tepat untuk mendapatkan data
tentang stategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif.
Teknik pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu: kuesioner dan
wawancara.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probability sampling model purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
penjasorkes yang dijadikan responden wawancara dalam penelitian ini, yakni guru
pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang telah ditetapkan sebagai
sekolah penyelengara pendidikan inklusif mulai atau sebelum tahun 2008.
Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara dan kuesioner
dengan validasi instrumen dilakukan berdasarkan expert judgement dari pakar
pendidikan jasmani adaptif. Untuk keabsahan data diperoleh melalui penentuan
kompetensi subjek riset, yakni mengambil subjek riset yang berasal dari guru
pendidikan jasmani yang telah mengaplikasikan pendidikan jasmani adaptif.
Keabsahan data juga ditempuh melalui trianggulasi metode, yakni dengan
mengkombinasikan jawaban yang sesuai antara hasil penelitian melalui metode
wawancara dan metode kuesioner. Lokasi penelitian pada sekolah dasar
49 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III ini akan diutarakan strategi pemecahan masalah yang berkaitan
dengan jenis atau format penelitian, metode, sumber dan alat pengumpulan data
serta strategi analisis data. Adapun sistematika penyajiannya akan dimulai dari
pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, subjek riset, langkah dalam
penelitian, teknik analisis data serta keabsahan data.
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif semi
ekplanasi. Pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai strategi pembelajaran penjas adaptif di sekolah dasar inklusif, lebih
lanjut semi ekplanasi dimaksudkan untuk melihat adanya asosiasi antara beberapa
variabel dalam penelitian ini yang dimaksudkan untuk membangun dan
mengembangkan perbendaharaan teori yang berkaitan dengan pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif khususnya di sekolah inklusif.
Penelitian ini dikategorikan semi eksplanasi karena tidak menggunakan
adanya hipotesis tapi mengarah pada adanya penelaahan hubungan antar berbagai
variabel penelitian, diharapkan hasil temuan penelitian ini dapat menjelaskan: (1)
keterkaitan antara identitas guru (jenis kelamin, usia, background pendidikan),
pengalaman guru dalam mengajar penjas dan pengalaman guru mengajar
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif; (3) strategi
pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif; (4) modifikasi yang dilaksanakan terkait dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif, dan; (5) upaya guru dalam memotivasi dan
mengaktifkan peranserta seluruh siswa dalamkegiatan pembalajaran pendidikan
jasmani adaptif.
Dengan menggunakan metode diskriptif ini peneliti ingin mendeskripsikan
karakteristik dari guru pendidikan jasmani yang sekolah tempatnya mengajar telah
menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif lebih dari tiga tahun. Karena
bermaksud untuk menggambarkan karekteristik dari subjek riset adalah guru
pendidikan jasmani adaptif yang telah berpengalaman (ditinjau dari waktu
ditetapkannya sekolah sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif) maka
penentuan individu yang diteliti sebagai subjek penelitian berdasarkan dari data
yang diperoleh dari dinas pendidikan kota Surabaya dan dinas pendidikan propinsi
Jawa Timur, data yang diperoleh tentang sekolah-sekolah yang telah terlebih
dahulu ditentukan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif menjadi
bahan pertimbangan dalam pemilihan responden penelitian.
Penelitian ini berhubungan dengan pendidikan jasmani adaptif yang
diselenggarakan di sekolah dasar inklusif maka penelitian ini akan melibatkan
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendidikan jasmani adaptif
dan penelitian yang terkait dengan pendidikan inklusif sebagai bahan analisis data
51 B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitan ini menggunakan metode
wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan karena peneliti ingin
memperoleh informasi langsung dari sumber pelaksana pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif yaitu guru pendidikan jasmani adaptif itu sendiri. Wawancara
dalam penelitian ini merupakan wawancara intensif (intensive interview) yang
berstruktur dengan tujuan mendapatkan data kualitatif yang mendalam dengan
teknik wawancara semistukture (semistucture interview) atau wawancara bebas
terpimpin. Teknik ini digunakan peneliti karena selain pedoman wawancara
secara tertulis peneliti juga memungkinkan untuk menanyakan
pertanyaan-pertanyaan lain secara bebas namun juga tetap terarah dengan tetap berada pada
pokok permasalahan yang inggin diketahui peneliti. Dengan metode ini peneliti
bermaksud untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi
sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, wawancara
digunakan agar subjek penelitian dapat berbagi cerita dari pengalaman mengajar
yang dialaminya, dan apabila ada pertanyaan tambahan maka dapat diutarakan
pada saat wawancara berlangsung supaya subjek penelitian menerangkan
maksudnya dan memberikan penjelasan lebih rinci. Wawancara dilaksanakan
secara lansung melalui pertemuan langsung di sekolah, dan beberapa kali peneliti
mengamati apa yang dilaksanakan guru penjas dalam pembelajaran sambil
menunggu waktu luang sumber penelitian, alokasi waktu tiap pelaksanaan wawan
kurang dari hasil wawancara lansung akan ditambah dengan data dari hasil
wawancara via telepon kepada narasumber.
Selain wawancara, pengumpulan data dalam penelitian ini juga
menggunakan teknik kuesioner. Tujuan penggunaan metode kuesioner
Kriyantono, R (20010:97) adalah “Mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan”
kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket terbuka,
sehingga responden memiliki kebebasan untuk menjawab tanpa adanya alternatif
jawaban yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini sama dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti dalam wawancara dan diberikan
pada subjek yang sama (masing-masing subjek penelitian diwawancarai sekaligus
mengisi angket dengan pertanyaan yang sama dan waktu yang berbeda). Dan
waktu pelaksanaan pemberian kuesioner berbeda dengan waktu pelaksanaan
wawancara.
Penggunaan dua metode dalam pengumpulan data yakni wawancara dan
kuesioner dimaksudkan peneliti sebagai bahan pertimbangan dan bahan untuk
trianggulasi data. Sehingga data yang diperoleh bisa lebih objektif sesuai dengan
fakta yang ada di lapangan. Kekurangan teknik wawancara dapat di cover oleh
metode kuesioner, dan kekurangan metode kuesioner dapat tercover melalui
53 C. Subjek Penelitian
Penentuan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada teknik purposive
sampling, jadi subjek penelitian ditetapkan secara sengaja dengan berdasarkan
kriteria: sekolah tempat mengajar subjek penelitian adalah sekolah yang
ditetapkan sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada tahun
2008 atau sebelumnya.
Penggunaan teknik purposive sampling ini dipilih dikarenakan peneliti
menentukan kriteria bagi subjek penelitian, asumsi peneliti bahwa guru-guru
pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang telah terlebih dahulu
ditetapkan sebagai sekolah dasar inklusif akan memiliki wawasan dan opini yang
lebih mendalam terhadap pendidikan jasmani adaptif, sehingga dengan penentuan
kriteria subjek penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian akan mendukung
tujuan dari pelaksanaan penelitian ini.
Semula peneliti menggunakan kriteria pengalaman minimal guru dalam
mengajar pendidikan jasmani adaptif (pengalaman minimal guru dalam mengajar
penjas dengan melibatkan ABK), namun karena tidak tersedianya data dari
pengalaman mengajar masing-masing guru pendidikan jasmani yang berada di
dinas menjadikan, sehingga akhirnya peneliti menggunakan kriteria waktu
penetapan sekolah inklusif sebagai kriteria (sekolah yang telah terlebih dahulu
ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inkusif). Penetapan kriteria
identitas dan pengalaman guru yang beragam dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif.
Asumsi penentuan kriteria subjek penelitian tersebut juga didasarkan atas
pertimbangan dari studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti terhadap
sejumlah 33 guru pendidikan jasmani dari sekolah-sekolah yang baru ditetapkan
sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, hasil dari studi pendahuluan
tersebut mendiskripsikan tentang mayoritas guru penjas memiliki penerimaan
negatif terhadap ABK, minimnya pengetahuan, pengalaman dan pembekalan guru
terhadap pendidikan jasmani adaptif. Sehingga berdasarkan hasil studi
pendahuluan tersebut peneliti menetapkan kriteria lamanya sekolah ditetapkan
menjadi sekolah inklusif sebagai acuan dalam pemilihan subjek penelitian dengan
asumsi bahwa guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut lebih
berpengalaman dan akan memiliki opini serta penjelasan yang lebih mendalam
untuk menjawab pertanyaan peneltian ini.
Penentuan jumlah subjek penelitian dalam riset ini berubah menurut
ketersediaan data di lapangan/saturasi “saturasi/saturation, yaitu periset dapat
mengakhiri kegiatan pencarian data jika ia merasa bahwa tidak ada lagi informasi
baru yang ia peroleh dari kegiatan mencari data” Bieber, H & Leavy 2006
(Kriyantono, R.2010:165). Pelaksanaan penelitian ini berjalan mengalir terhadap
sejumlah subjek penelitian, pada awalnya peneliti mewawancarai dan memberikan
55
tidak ada lagi informasi yang dianggap baru maka peneliti mengakhiri wawancara
dan pemberian kuesioner pada subjek penelitian yang ke tigabelas. Dan peneliti
sudah merasa cukup dengan hasil dari tiga belas narasumber tersebut.
Dalam studi semiotic, framing ataupun analisis wacana dikenal dengan istilah korpus. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsure yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama & karena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan, meskipun tidak secara langsung bisa menghasilkan generalisasi. (Kriyantono, R.2010:165)
Subjek penelitian ini merupakan guru pendidikan jasmani yang mengajar di
sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif mulai tahun 2008 atau sebelumnya.. Jumlah keseluruhan responden
adalah 13 orang dengan komposisi empat orang guru perempuan dan sembilan
orang guru laki-laki.
D. Langkah dalam Penelitian
1. Pemilihan dan analisis masalah yang akan diteliti
Berdiskusi dengan dosen pembimbing dengan berbekal pada hasil
proposal penelitian, menentukan permaslahan penelitian dengan berdasarkan
pertimbangan minat dan kepentingan peneliti terhadap permasalahan
pendidikan jasmani adaptif berrkaitan dengan profesi peneliti adalah bagian
dari extra scientific criteria , selain alasan scientific criteria bahwa tema
tentang “strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif” adalah tema yang
secara ilmiah dapat ditelaah/researchable dengan metodologis yang layak
pembelajaran penjas adaptif dalam praktek di lapangan maupun dalam
pelaksanaan pembekalan para calon tenaga pengajar penjas adaptif
2. Collecting referensi studi kepustakaan tekait masalah penelitian.
Peneliti mengumpulkan berbagai macam sumber yang berkaitan dengan
pendidikan jasmani adaptif dan juga pendidikan inklusif, karena fokus
penelitian ini adalah pada strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
yang dilaksanakan di sekolah dasar inklusif maka peneliti mengumpulkan
materi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penjas adaptif dan
pendidikan inklusif diantaranya: hasil-hasil penelitian terdahulu, sumber dari
jurnal, dari buku, dari internet, dari publikasi departemen, dokumen dan dari
makalah.
3. Menentukan fokus penelitian
Setelah disepakati topik permasalahan yang akan diteliti maka selanjutnya
penulis menetukan focus penelitian/research question yaitu pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya tentang penelitian dengan tema
pendidikan jasmani adaptif tersebut.
4. Menentukan setting dan subjek penelitian
Setting penelitian dalam penelitan kualitatif merupakan hal yang penting
dan telah ditentukan ketika menentukan focus penelitian, setting penelitian ini
adalah para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar inklusif yang sekolah
tempatnya bekerja dijadikan/ditunjuk sebagai sekolah penyeleggara
57 5. Studi pendahuluan
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan penjajakan awal
melalui pelaksanaan studi pendahuluan terhadap sejumlah narasumber yang
berasal dari para guru olahraga yang mengajar di sekolah yang baru saja
ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah polling terhadap guru penjas di
sekolah dasar yang sekolahnya baru ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif sebagai sumber studi pendahuluan.
Dalam studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui polling terhadap
33 orang guru pendidikan jasmani tersebut, diketahui mayoritas guru tidak
setuju apabila sekolah tempatnya mengabdi di tetapkan sebagai sekolah
inklusif, kekhawatiran guru akan semakin banyaknya beban dan kesulitan
yang harus di tanggung guru dalam pembelajaran, serta kurangnya
kemampuan guru dalam mengajar dengan melibatkan ABK menjadikan guru
merasa tidak mampu dalam mengajar siswa ABK. Dua hal tersebut menjadi
alasan utama mengapa mayoritas guru penjas di sekolah-sekolah inklusif yang
baru tersebut tidak setuju mengajar di sekolah yang berstatus inklusif.
Keseluruhan narasumber dalam studi pendahuluan penulis tidak ada yang
pernah mengikuti pembekalan terkait pendidikan jasmani adaptif, tidak
memiliki buku panduan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif juga belum
mengenal istilah tentang pendidikan jasmani adaptif. Narasumber yang
bersedia mengajar dengan melibatkan ABK hanya 15 %, meskipun ada
keseluruhan guru akan memilih untuk mengajar di kelas regular bila
dihadapkan pada pilihan antara mengajar di kelas regular atau kelas inklusif.
6. Perizinan
Proses perijinan yang harus ditempuh dalam penelitian ini cukup panjang,
dimulai dari pengurusan perijinan di tingkat kampus di SPS UPI kemudian
dilanjutkan ke Bakesbangpollinmas propinsi Jawa Barat, dari
bakesbangpollinmas propinsi Jawa Barat di lanjutkan ke
Bakesbangpollingmas propinsi Jawa Timur. Sampai pada akhirnya
diterbitkannya surat perijinan dan akses penelitian pada sekolah-sekolah yang
berlabel inklusif. Bagan dibawah ini adalah gambaran proses perijinan yang
harus di tempuh dalam penyusunan penelitian ini. Proses perijinan ini
ditempuh penulis untuk mendapatkan data tentang sekolah inklusif yang ada
di jawa timur dan kota Surabaya serta beberapa data tambahan yang
disampaikan oleh pegawai dinas pendidikan tentang penyelengaraan
59 Bagan 3.1
Proses perijinan dalam penelitian.
7. Metode penelitian
Penetapan metode penelitian mengacu pada masalah dan fokus penelitian
yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah setting dan subjek
penelitian. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
semi ekplanasi tipe pendekatan survei dengan unit penelitian individu dan
metode pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner.
8. Penyusunan instrumen pengumpulan data
Setelah metode penelitian sudah ditentukan maka tahapan selanjutnya
adalah penyusunan instrumen penelitian sebagai peralatan untuk Perijinan dari
direktur SPS UPI
BAKESBANG POLLINGMAS JAWA BARAT BAGIAN DIKDAS (PENDIDIKAN DASAR) BAKESBANGPOLLINMA S JAWA TIMUR
BAKESBANG POLLINGMAS KOTA SURABAYA
DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR
DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA
BAGIAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN KLK
BAGIAN DIKDAS DINAS PENDIDIKAN JATIM
BAGIAN PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN KLK
mengumpulkan data dilapangan maka dilaksanakan penyusunan instrumen
penelitian. Kisi-kisi instrumen pertanyaan yang ada dalam wawancara sama
dengan kisi-kisi instrument yang ada dalam kuesioner. (kisi-kisi instrument
penelitian dapat dilihat pada lampiran)
9. Validasi instrument penelitian
Untuk menghasilkan penelitian yang valid maka alat ukur dalam
pengambilan data/instrument penelitiannya juga harus dapat mengkover
tujuan penelitian yang telah tercantum dalam fokus penelitian. Validasi
instrument dilakukan dengan mensharingkan rancangan instrument dengan
ahli yang kompeten di bidang pendidikan jasmani adaptif, pada penelitian ini
peneliti melakukan validasi instrument pada praktisi pendidikan jasmani
adaptif yang telah berpengalaman dalam pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif. (keterangan validasi instrumen penelitian disertakan dalam lampiran)
10. Pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data
Pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama
proses penelitian, setiap kali selesai wawancara peneliti langsung
mentranskripkan inti hasil wawancara tersebut dan melakukan pengolahan dan
analisis data dari hasil transkrip dan kuesioner. mengedit (editing) dan
memberikan kode (coding) termasuk dalam proses pengolahan data (data
processing). Editing data dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah
tekumpul, apabila ada data dari narasumber yang dirasa kurang lengkap maka
61
melalui telepon. Sedangkan dalam proses coding peneliti memberikan
kode-kode tertentu untuk memudahkan proses analisis data hasil penelitian.
Pada saat menganalisis data ketika data yang telah ada dinilai kurang
memadai peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data
kembali dan sampai dengan subjek ke 13 peneliti merasa cukup dengan data
yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengklarifikasi atau
mengkategorikan data berdasarkan lima macam pokok bahasan sebagaimana
yang tercantum dalam focus kajian dan pertanyaan penelitian.
Setelah pengolahan data peneliti melakukan analisis dan
menginterpretasikan data yang akhirnya diinterpretasikan atau disimpulkan,
penyimpulan dalam penelitian ini menggunakan cara penyimpulan terhadap
masing-masing masalah.
11. Keabsahan data
Metode pengumpulan data dengan wawancara mengandung banyak
kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, dan sumber data kualitatif yang
kurang kredibel akan memperngaruhi hasil akurasi penelitian oleh karena itu
dibutuhkan beberapa cara dalam menentukan keabsahan data, prosedur untuk
keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode: (1) Kopetensi
subjek riset, subjek riset adalah guru penjas/praktisi pendidikan jasmani
adaptif di sekolah dasar inklusif dan; (2) Analisis triangulasi. Trianggulasi
Lebih lengkapnya langkah dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan
berikut:
Bagan 3.2
Langkah dalam Penelitian
E. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif digunakan karena data yang terkumpul dalam
penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa kalimat-kalimat yang diperolah Pemilihan
dan Analisis Masalah
Collecting Referensi
Instrument Metode Peneltian
Keabsahan Data Studi
Pendahuluan Setting dan Subjek Penelitian Focus Penelitian
Analisis dan Interpretasi Pengelolaan Data
Pengumpulan Data
63
berfikir induktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus
(fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep)” (Kriyantono.
R,2010:196). Karena itu secara garis besar teknik analisis datanya dapat
digambarkan sebagai berikut :
Fakta empiris Tataran konseptual
Bagan 3.3
Proses analisis data kualitatif (Kriyantono. R,2010:197)
Gambar diatas menjelaskan analisis data kualitatif dimulai dari analisis
berbagai data yang dikumpulkan dalam proses wawancara dan kuesioner terhadap
para guru penjas adaptif yang telah ditetapkan sebagai responden penelitian.
Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam lima kategori berdasarkan
cirri-ciri umum dengan mempertimbangkan kesahihan data, selanjutnya dilaksanakan
tahapan pemaknaan data berdasarkan cirri-ciri umum didukung dengan teori dan
kontekstual yang sesuai dengan penelitian. Berbagai data
dilapangan
Analisis/ klasifikasi data/ kategorisasi ciri-ciri umum
Pemaknaan atau
interpretasi ciri-ciri umum
Kesahihan data:
• Kompetensi subjek
• Authenticity dan triangulasi • Intersubjectivity agreement
[image:31.595.109.562.243.618.2]Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis modifikasi dari
data model teknik komparatif konstan Glesser &Starauss, Lincoln & Guba
(Kriyantono. R,2010:198)dengan tahapan sebagai berikut :
Tahapan-tahapan analisis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menempatkan kejadian-kejadian (data) kedalam kategori-kategori.
Kategori-kategori tersebut harus dapat diperbandingkan antara satu dan
yang lain.
2. Memperluas kategori sehingga didapatkan kategori data yang murni dan
tidak tumpang tindih satu dengan yang lainnya.
3. Mencari hubungan antar kategori.
4. Menyederhanakan dan mengintegrasikan data kedalam struktur teoretid
yang koheren (masuk akal, saling berlengketan atau bertalian secara
logis)
Lebih detailnya tahapan teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dari hasil wawancara dan hasil kuesioner
2. Data dari hasil wawancara yang masih berupa suara dari tape recorder
dipindahkan kedalam bentuk tertulis menjadi transkrip data hasil wawancara.
3. Selanjutnya adalah reduksi data, dari transkrip hasil wawancara dan data hasil
kuesioner kemudian dirangkum, diikhtisarkan/diseleksi kemudian dibuat
kategori-kategori umum untuk menjawab pertanyaan penelitian, kategori
65
diterapkan; (4) modifikasi dalam pembelajaran; (5) upaya guru memotivasi
serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
4. Setelah lima pokok bahasan tersusun maka disusun kembali sub pokok
bahasan untuk memperluas kategori yang lebih mendetai dari kelima pokok
bahasan, kemudian peneliti hasil transkip dan hasil kuesioner ke dalam
masing-masing kategori sub pokok bahasan dibawah ini agar hasil wawancara
dan kuesioner lebih spesifik:
a. Identitas pengalaman dan pemahaman guru
1) Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan guru)
2) Pengalaman mengajar
3) Pemahaman terhadap penjas adaptif
b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
1) Persiapan dalam pembelajaran
2) Pembukaan
3) Sumber materi pembelajaran
4) Permasalahan yang dihadapi dan solusi
c. Strategi pembelajaran yang diterapkan
1) Strategi pembelajaran
2) Sumber belajar yang tersedia
3) Ketuntasan dan target pencapaian materi
d. Modifikasi dalam pembelajaran
1) Sarana prasarana
3) Media pembelajaran
4) Penilaian/evaluasi
e. Upaya guru memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa
dalam kegiatan pembelajaran
1) Metode guru untuk memotivai siswa
2) Partisipasi ABK dalam pembelajaran
3) Partisipasi dan penerimaan siswa regular terhadap keberadaan ABK
5. Peneliti mencari apakah terdapat hubungan antar kategori dan dalam
penelitian ini diketahui terdapa beberapa variabel sub pokok bahassan yang
memiliki keterkaitan diantaranya :
a. Identitas yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, dan background
pendidikan dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK.
b. Pengalaman mengajar guru dan pengalaman mengajar guru melibatkan
ABK dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK
c. Pemahaman guru dari aspek pelatihan yang pernah diikuti guru
dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK
d. Intensitas interaksi guru dengan ABK dihubungkan dengan pandangan
positif guru terhadap ABK
e. Pandangan positif guru dihubungkan dengan optimism guru terhadap
kemampuannya dalam mengajar ABK
6. Proses selanjutnya adalah display data, untuk memudahkan pembacaan hasil
67
untuk memudahkan pengonstruksian didalam rangka menuturkan,
menyimpulkan, dan menginterpretasikan data. Juga berfungsi sebagai daftar
yang secara ringkas/cepat menunjukkan cakupan data yang telah
dikumpulkan.
7. Selanjutnya peneliti menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke dalam
struktur teorid yang koheran. Dengan memadukan hasil studi pustaka dan
hasil dari penelitian yang terdahulu tentang pendidikan jasmani adaptif
maupun tentang pendidikan inklusif (dalam bab II) untuk digabungkan dalam
pembahasan yang menyatu dan dituankan dala bab IV dalam penelitian ini.
Deskripsi dan penuturan hasil penelitian tentang pendidikan jasmani adaptif di
sekolah dasar inklusif yang berhasil dimengerti olah penulis Sehingga hasil
penelitian tersebut menjadi pembahasan hasil penelitian.
8. Dari pembahasan hasil penelitian tersebut diketahui adanya pendapat-pendapat
peneliti yang didasarkan dari hasil pembahasan terhadap temuan penelitian
dan hasil analisis terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu.
9. Disusunlah kesimpulan hasil penelitian dan dari kesimpulan hasil penelitian
Berikut gambaran lengkap dalam bentuk bagan tentang teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini:
Bagan 3.4
Teknik Analisis Data
F. Keabsahan Data
Metode pengumpulan data dengan wawancara mengandung banyak
kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, dan sumber data kualitatif yang Display data
Memperluas kategori
Reduksi data
Transkrip data
Pengumpulan data
wawancara
kuesioner Hubungan antar
kategori
Saran penelitian Hasil penelitian Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke
dalam struktur teorid yang keheren
69
dibutuhkan beberapa cara dalam menentukan keabsahan data, prosedur untuk
keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode:
1. Kopetensi subjek riset
Subjek riset harus kredibel, keseluruhan subjek riset merupakan praktisi, guru
pendidikan jasmani, di sekolah dasar negeri inklusif. Keseluruhan subjek riset
pernah menangani pembelajaran pendidikan jasmani adaptif bersama ABK.
Sehingga kredibilitas subjek riset tidak diragukan terhadap kempetensinya
dalam mengajar pendidikan jasmani.
2. Analisis triangulasi
Teknik trianggulasi digunakan untuk menganalisis jawaban subjek dengan
meneliti kebenarannya dengan data empiris dari sumber lainnya yang tersedia.
Dwijowinoto (Kriyantono. S,2010:72) ada beberapa macam trianggulasi.
Dalam penelitian ini trianggulasi yang digunakan adalah model trianggulasi
metode. Dimana peneliti berusaha mengecek keabsahan data atau mengecek
temuan riset dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara dan kuesioner dengan daftar pertanyaan yang sama, penggunaan
kedua teknik ini untuk di cari kesesuaian antara jawaban dalam wawancara
dan kuesioner sehingga untuk mencari hasil penelitin yang paling mendekati
fakta adalah dengan cara mengambil data yang sesuai antara pernyataan dalam
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti
dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :
A. Simpulan
1. Identitas, pengalaman dan pemahaman guru.
a. Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan) tidak
berkaitan dengan pandangan positif guru pendidikan jasmani terhadap
siswa ABK. (indikasi pandangan positif guru terhadap ABK adalah:
guru melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran, tidak menganggap
siswa ABK sebagai siswa dengan kemampuan motorik yang rendah)
b. Pengalaman guru dalam mengajar pendidikan jasmani (lamanya waktu
guru mengajar penjas, dalam hitungan tahun) tidak berkaitan secara
langsung terhadap pandangan positif guru terhadap ABK
c. Pengalaman mengajar guru melibatkan ABK (intensitas interaksi guru
terhadap ABK) berkaitan dengan pandangan positif guru terhadap
ABK, dengan demikian program pendidikan inklusif harus terus
digulirkan karena dengan berjalannya waktu dan terjadinya interaksi
dengan ABK akan memperbaiki pandangan positif terhadap keberadaan
151
e. Guru yang memiliki pandangan positif terhadap ABK lebih cenderung
untuk memiliki optimisme terhadap kemampuannya dalam mengajar
ABK.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
a. Persiapan dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah membuat
RPP, hanya sebagian kecil yang menyertakan persiapan alat, tempat
dan alternatif materi sebagai bagian dari persiapan pembelajaran.
b. Materi pembukaan dilaksanakan dengan kegiatan lari berkeliling,
senam dengan atau tanpa musik, permainan tradisional atau permainan
kecil tanpa alat.
c. Sumber materi pembelajaran berasal dari buku regular sesuai dengan
kelas. Tidak ada buku materi tentang pendidikan jasmani adaptif yang
diperuntukkan bagi guru penjas yang mengajar di sekolah dasar inklusif
sehingga guru tidak memiliki pedoman dalam pembelajaran, dalam
menyususn modifikasi RPP, juga dalam membuat PPI.
d. Permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru pendidikan jasmani
adaptif:
1) Permasalahan terkait partisipasi ABK (partisipasi yang dikarenakan
ABK tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi
tertentu yang membutuhkan ketangkasan fisik, maupun ABK tidak
mengikuti kegiatan pembelajaran dan beraktifitas diluar program
2) Kesulitan penganganan siswa (siswa tantrum, babbling, echolalia,
individualisme, hiperaktif, emosi tak terkendali)
3) Kesulitan komunikasi (kesulitan guru dalam menyampaikan materi
dan meberikan pengarahan pada siswa, terutama terhadap siswa
ADHD, Autis, Tunagrahita sedang dan berat juga siswa Tunarungu)
4) Keterbatasan sarana dan prasarana (aksesibilitas, media pembajaran
yang dimodifikasi, termasuk ketersediaan buku ajar pendidikan
jasmani adaptif)
5) Kesulitan guru melaksanakan evaluasi pembelajaran (guru
kesululitan mengadakan evaluasi terhadap siswa yang secara fisik
hadir namun pada saat pembelajaran siswa beraktifitas diluar
ketentuan program pembelajaran)
6) Pengalaman guru yang masih minim (sebagian guru tidak pernah
mendapatkan pelatihan, guru juga mengeluhkan belum seberapa
faham dalam penanganan terhadap kasus-kasus siswa ABK dan
guru masih kebingungan bagaimana memberikan penanganan yang
tepat pada siswa ABK).
e. Guru pendidikan jasmani cenderung merasa kesulitan mengajar siswa
dengan permasalahan hiperaktifitas dan permasalahan gangguan
emosional (autis, ADHD) dan merasa lebih mudah mengajar siswa
dengan tanpa permasalahan fisik (slowleaner, anak berkesulitan belajar,
153 3. Strategi pembelajaran yang diterapkan
a. Strategi pembelajaran yang telah diterapkan guru penjas adalah dengan
melakukan pendekatan psikologis, memperbanyak porsi praktek
daripada teori, penyampaian teori dengan cara yang sederhana dan
mudah dipahami, dan memperhatikan kebutuhan khusus karakteristik
siswa ABK.
b. Sumber belajar yang tersedia: buku pendidikan jasmani regular, teman
sebaya siswa dan guru pendamping khusus/guru shadow. Optimalisasi
pusat sumber dan guru kunjung masih minim.
c. Ketuntasan dan target pencapaian materi, disadari guru bahwa tidak
memungkinkan bagi ABK untuk dapat sampai pada ketuntasan materi
pembelajaran penjas kecuali bagi siswa tanpa hambatan fisik dan
gangguan emosi/perilaku. Target penilaian guru didasarkan pada KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal).
4. Modifikasi dalam pembelajaran (sarana prasarana, kurikulum, media,
evaluasi)
a. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran pendidikan
jasmani tidak banyak yang berubah, sebagian sekolah hanya
menambahhkan bangunan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa
ABK.
b. Kurikulum yang dilaksanakan guru berdasarkan KTSP, dan tidak ada
guru pendidikan jasmani yang membuat PPI dalam pembelajaran,
mayoritas guru telah menerapkan pembelajaran yang dimodifikasi
meskipun tidak melakukan modifikasi dalam RPP, dan hanya sebagian
kecil guru yang tidak melaksanakan modifikasi dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hanya sedikit guru yang telah menyusun RPP modifikasi
dan penyusunan tersebut didasarkan pada perkiraan dan perasaan guru
tentang kemampuan siswa ABK, pembuatan RPP tidak disasarkan pada
hasil assessmen ataupun berangkat dari hasil diagnosa ahli, guru juga
tidak memiliki catatan tertulis/ rekaman tentang aktifitas siswa yang
memungkinkan dijadikan pedoman dalam menyusun program
pembelajaran yang sesuai bagi siswa.
c. Media pembelajaran yang digunakan guru adalah media pembelajaran
yang umum, sedikit guru yang membuat modifikasi dalam media
pembelajaran dan modifikasi yang dilakukan oleh sebagian guru
tersebut tidak sampai pada modifikasi yang diperuntukkan bagi
kebutuhan khusus ABK, modifikasi yang dilakukan guru masih bersifat
umum, dan juga diperuntukkan bagi semua siswa.
d. Evaluasi yang dilakukan guru terhadap ABK dengan penurunan beban
praktek dan atau penurunan kriteria penilaian, mayoritas guru telah
memodifikasi penilaian/evaluasi dengan mempertimbangankan:
1) Teknik pelaksanaan bukan berorientasi pada hasil akhir.
2) Pencapaian dan kemajuan yang diraih masing-masing siswa
155 4) Perilaku baik/itikad baik siswa.
5. Upaya guru untuk memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
a. Metode guru untuk memotivasi siswa: mayoritas guru telah
memperlakukan siswa secara adil tanpa diskriminasi, memberikan
apresiasi baik kepada ABK maupun siswa reguler yang berprestasi,
sebagian guru melibatkan ABK sebagai supporter untuk pembelajaran
yang tidak memungkinkan diikuti siswa, guru juga meminimalisir
bantuan yang diberikan pada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya
diri ABK terhadap kemampuan yang dimilikinya, sebagian guru
memotivasi siswa melalui pendekatan psikologis dan berusaha
mengenali dan menggali bakat dan potensi siswa.
b. Partisipasi siswa ABK dalam pembelajaran secara umum baik, dari segi
absensi maupun keaktifan dalam kegiatan pembelajaran, hanya
partisipasi siswa autis dan ADHD yang dinilai kurang oleh guru.
c. Partisipasi siswa regular dalam pembelajaran baik dan penerimaan
siswa regular pada teman-temanya ABK juga baik.
B. Saran
1. Saran bagi guru pendidikan jasmani.
a. Berperan aktif melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif, (mencari jalan keluar agar semua ABK dapat
b. Mempergunakan landasan hasil assessment atau diagnosa ahli dalam
menyusun rencara pembelajaran yang tepat sehigga tidak menyusun
RPP/PPI berdasarkan perkiraan atau perasaan guru tentang kemampuan
siswa.
c. Membuat pencatatan yang teratur dan lebih spesifik untuk masing-masing
siswa, (ntuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik siswa,
keterbatasan dan kemampuan siswa) catatan/ dokumentasi guru tersebut
sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai alat assessment terhadap
kemampuan siswa sehingga pelaksanaan program yang diperuntukkan
bagi siswa berkebutuhan khusus dapat lebih tepat.
d. Berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan media-media
pembelajaran yang membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi semua siswa.
2. Saran bagi Kepala Sekolah
a. Mengoptimalkan peran dan fungsi pusat sumber dan guru kunjung dalam
upaya memajukan pendidikan inklusif di sekolah (dengan lebih aktif
berdiskusi/sharing dengan guru kunjung).
b. Melaksanakan assessment terhadap keseluruhan siswa. Bekerjasama
dengan tenaga ahli atau pakar yang tepat dalam perencanaan peningkatan
mutu pendidikan inklusif di sekolah. Dan menggunakan hasil tersebut
157
c. Pendelegasian dalam setiap kegiatan kepada wakil/guru yang tepat,
sehingga tujuan dari setiap pelaksanaan pelatihan atau pembekalan dapat
sesuai sasaran.
3. Saran bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Perguruan Tinggi (PT)
P4TK, LPMP, dan PT sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam
permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak
melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi
pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan inklusif.
a. Guru olahraga yang mengajar di sekolah-sekolah inklusi hendaknya
dibekali materi tentang: (1) metode penanganan siswa berkebutuhan
khusus; (2) metode berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus; (3)
modifikasi media dalam pembelajaran; (4) metode evaluasi bagi siswa
berkebutuhan khusus; (5) metode perencanaan pembelajaran secara
individu/ cara menyusun PPI / modifikasi RPP; (6) metode pelaksanaan
assessment atau pendokumentasian aktifitas siswa.
b. Memperjelas kriteria peserta dalam setiap kali pelatihan atau pembekalan
yang berkaitan tentang pendikan jasmani adaptif, yaitu guru olahraga.
c. Pengadaan buku modul pendidikan jasmani adaptif bagi sekolah
sekolah inklusif lebih mudah mengaplikasikan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik siswa, dan mempermudah
guru dalam mengaplikasikan modifikasi RPP/ PPI sebagai persiapan
dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Saran Bagi Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Menenuhi tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta didik serta
memperhatikan aksesibilitas dan/alat alat sesuai kebutuhan peserta didik
sebagaimana permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 11 dan peraturan
gubernur Jawa Timur no 6 tahun 2011 pasal 7.
5. Saran bagi peneliti selanjutnya
a. Diperlukan penelitian jangka panjang tentang manfaat dan konsekuensi
pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan optimalisasi fungsi
pendidikan jasmani adaptif bagi semua pihak di sekolah dasar iniklusif.
b. Melakukan follow up terhadap hasil-hasil penelitian ini, dengan
melakukan kajian lebih mendalam tentang strategi pembelajaran
pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk
diimplementasikan pada pengembangan model pembelajaran pendidikan
jasmani adaptif yang tepat untuk diaplikasikan di sekolah-sekolah
159
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, Arma. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Aminawa, O. (2006). Sikap Kepala Sekolah dan Guru Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Terhadap Kepala Sekolah dan Guru di SD Regular yang Telah Melaksanakan Pendidikan Inklusif di Propinsi Jawa Barat). Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Avramidis, E., et al. (2002). “A Survey into Mainstream Teacher’s Attitudes Toward the Incussion of Children with Special Education Needs in the Ordinary School in One Local Education Authority”. Journal Education
Psycology. 20,(2),1991-211 [Online] Tersedia:
http://www.enothe.hva.nl/project/tuning/fpypdee/curiculum/docs/a survey of mainstream teachers. Pdf [14 Agustus 2011]
Auxter, D., et al. (2001). Principles and Methods of Adapted Physical Education and Recreation-Ninth Edition. New York: Mc graw Hill.
Bunch, G., & Finnegan, K.(2000). Values Teachers Find in Inclusive Education. International Special Education Congress 2000 (ISEC 2000), University of
Manchester, 24th-28th July 2000. [Online]. Tersedia:
http://www.isec2000.org.uk/abstracts/papers b/ bunch 1.htm. [18 April 2010]
Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Kompetisi Supervisi Akademik-Pengawas Sekolah Pendidkan Menengah. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Donncha, Mac., Shafat, Amir. & Hafeez, Nasir.R. (2006-2007). Physical Activity Patterns Of Adolescents With Mild Learning Difficulties: Department of Physical Education and Sports Sciences. University of Limerick.
Dyah, S.(2008). Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah undangan/Dyah%20S Pengkajian%20Pendidikan%20Inklusi.pdf [20 April 2010]
Galis, S.A., & Tanner, C.K. (1995). Inclussion in Elementary School: A Survey and Policy Analysis, Education Analysis Archieve. 3, (15), 1-24. [Online]. Tersedia: http://epaa.asu.edu//epaa/v3n15.html. [12 November 2010]
Haider, S.I.(2008). Pakistani Teachers’ Attitudes Towards Inclussion of Student With Special Education Needs. Pakistan journal of medical science
quarterly. (24),4,632-636. [Online]. Tersedia:
http://pjms.com.pk/issues/julsep08/article/bc2.html. [20 april 2010]
Hendrayana, Y. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif (Adapted Physical Education and Sport). A Program Report by Visiting Foreign Research Fellows. University of Tsukuba, Universitas Pendidikan Indonesia.
Hidayat. (2009). “Model dan Strategi Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusif” makalah pada workshop Pengenalan & Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus (ABK) & Strategi Pembelajarannya, 25 oktober 2009, Balikpapan.
Kriyantono, Rahmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Rawamangun, Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.
Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah direktorat pendidikan luar biasa. Bagian proyek pendidikan jasmani Pendidikan Luar Biasa.
Mangunsong, F. (2006). The Implementation of Inclusive Education for Student With Vidual Impairment nn Three Schools in Jakarta. Universiti of Indonesia: Departemen of Educational Psycology Faculty of Psycology. [Online]. Tersedia: http://www.icwvi.org/publication/icevi wc 2006/09 inclusive education practices/paper/ea 057 frieda%20mangunsong.pdf. (20 November 2010)
Millenium development goals. Goal 2: Achieve Universal Primary Education
Targets. [Online].
Tersedia:http://www.unmillenniumproject.org/reports/tf_education.htm. [19 Desember 2010]
161
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Jawatimur: Kelompok kerja inklusi jawa timur.
Peraturan Gubernur Jawa Timur No 6 Tahun 2001. (2011). Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur: Gubernur Jawa Timur
Reid, Greg. (1982). Physical Education for The Learning Disabled Student. Dalam Learning Disability Quarterly [Online], Vol. 5(2), 5 halaman. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/1510581 [21 Juni 2009]
Sanapiah, Faisal. (2008). Format-Format Penelitian Sosial. (Dasar-Dasar dan Aplikasi). Kelapa Gading Permai, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Saishoji, H & Nakata, H. (1994).” Endurance Training with an Adapted Device in the Visual Impaired”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.
Sherrill, Claudine. (1994). “Adapted Physical Activity Pedagogy: Principle, Practice, and creativity”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.
Smith, Andrew & Green, Ken. (2004). Including People with Special Education Needs in Secondary School Physical Education: A Sociological Analysis of Teachers’ View. Dalam British Journal of Sociology of Education [Online], Vol 25 (5). Halaman 593-607. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/4128704 [21 Juni 2009]
Specht, J. (2009). Inclusion Defined: INCLUSION. [Online]. Tersedia: http://www.edu.uwo.ca/inclusve education/inclusion.asp. [23 maret 2010]
Stubbs, Sue. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources (alih bahasa Susi Septiana Rahmawati diedit oleh Didi Tarsidi) The Atlas Alliance Global Support to Disabled People.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan
Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://www.Akhmadsudrajat.wordpress.com//2008/09/12/pendekatan-strategi-dan-model-pembelajaran/ [21 Desember 2010]
Sugioyono. (2006). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA
Sutardin, A.M. (2006). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi
Siswa Tunadaksa di Sekolah Dasar dalam Setting Inklusi (studi kasus tentang
di kota Makassar propinsi Sulawesi). Tesis Maste