• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF : Penelitian Para Guru Pendidikan Jasmani Adaptif Sekolah Dasar Inklusif Kota Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF : Penelitian Para Guru Pendidikan Jasmani Adaptif Sekolah Dasar Inklusif Kota Surabaya."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ………...……….……….. i

Surat Pernyataan ………...……….……… iii

Abstrak ………...………….……… iv

Kata Pengantar ………...……….……… v

Ucapan Terimakasih ………...……… vii

Daftar isi ………...……… xi

Daftar Bagan ………..………...……… xiii

Daftar Tabel ……….……….……… xiii

Daftar Diagram……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A Latar Belakang Masalah ………...…….……… 1

B Focus Kajian dan Pertanyaan Penelitian ………. 7

C Tujuan Penelitian ………...………… 8

D Signifikansi dan Manfaat Penelitian ……….…… 9

E Definisi Konsep ………. 10

F Metode Penelitian ……….. 11

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH INKLUSIF ………..……… 13 A Strategi Pembelajaran ……… 13

B Anak Berkebutuhan Khusus ……….……… 20

C Pendidikan Jasmani Adaptif ………..……… 23

D Pendidikan Inklusif ……… 35

E Hasil Penelitian Yang Relevan ………...………... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……...……….. 49

A Pendekatan Penelitian ……… 49

B Teknik Pengumpulan Data ………..……….. 51

C Subjek Penelitian ………... 53

D Langkah dalam Penelitian ………. 55

E Teknik Analisis Data ………...………. 62

F Keabsahan Data ………...………. 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….………….………… 70

A Hasil Penelitian ……….………. 70

B Pembahasan ……….………. 112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….………. 150

(2)

B Saran ……… 155

DAFTAR PUSTAKA ……….. 159

LAMPIRAN-LAMPIRAN A Kisi Kisi Instrumen Penelitian………. 164

B Pedoman Wawancara……….. 165

C Surat Permohonan Pengisian Kuesioner……….. 169

D Pedoman Kuesioner……… 170

E Studi Pendahuluan……… 180

F Data Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Jawa Timur……… 189

G Reduksi hasil wawancara dan kuesioner……….. 196

H Validasi Instrument……….………. 238

I SK Pembimbing Tesis………..……… 239

J Surat Ijin Penelitian dari SPs UPI………...…………. 241

K Surat Ijin Peelitian dari BAKESBANGPOLINGMAS Jabar………... 142

L Surat Ijin Penelitan dari BAKESBANGPOLINMAS Jatim………...……. 243

M Surat Ijin Penelitian dari BAKESBANGPOLINMAS kota Surabaya……...….. 244

N Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya………..……... 245

(3)
(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jenis kelamin, usia, background pendidikan dan penerimaan guru

terhadap ABK……… 71

Tabel 4.2 Pengalaman Mengajar dan Penerimaan Guru Penjas terhadap ABK… 74 Tabel 4.3 Pelatihan Pendidikan Jasmani Adaptif yang Pernah Diikuti dan Penerimaan Guru Terhadap ABK……….. 79

Tabel 5.1 Permasalahan dan Solusi Permasalahan yang Dilaksanakan Guru dalam Pembelajaran………... 84

DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Proses Perijinan dalam Penelitian……….. 60

Bagan 3.2 Langkah dalam Penelitian……….. 63

Bagan 3.3 Proses Analisis Data Kualitatif……….………. 64

Bagan 3.4 Teknik Analisis Data………..………... 69

Bagan 4.1 Metode Pencapaian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif yang Ideal……. 117

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

WHO mengindikasikan pola hidup sadenter (kurang gerak) sebagai ancaman

kesehatan terbesar bagi penduduk dunia, resiko tersebut akan semakin besar

pengaruhnya bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Gaya hidup kurang aktif

yang disebabkan oleh kebutuhan khusus yang dialami seseorang menjadi

penghalang sekaligus akan semakin meningkatkan resiko dalam menurunkan

kapasitas gerak dan otonomi seorang yang mengalami kebutuhan khusus.

Penurunan performa fisik tersebut akan semakin luas dampaknya apabila tidak

segera mendapatkan penanganan khusus. Pendidikan jasmani yang telah di

modifikasi dan di sesuaikan merupakan alternatif solusi dalam menangani

permasalahan penurunan fungsi fisik akibat kurangnya bergerak bagi para

penyandang kebutuhan khusus. Marge (Donncha, Mac et al. 2006-2007).

Penurunan performa fisik akibat rutinitas yang kurang gerak merupakan

resiko setiap orang terutama orang berkebutuhan khusus yang memandang

kebutuhan khusus yang dialaminya sebagai penghambat dalam melakukan

berbagai beraktifitas. Setiap orang dengan aktifitas keseharian yang minim gerak

akan beresiko besar terhadap penurunan fungsi fisik yang berimplikasi besar

terhadap kesehatan. Kesehatan sangat diperlukan untuk dapat menjalankan

(6)

kesehatan untuk dapat mengikuti kegiatan belajar, kesehatan menjadi modal

utama untuk memulai dan meningkatkan produktifitas sehingga proses

pembelajaran dapat maksimal. Di sekolah, mata pelajaran yang menunjang dalam

hal ini adalah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Tarigan

(2009:29) Penjasorkes memiliki dampak berarti bagi tumbuh kembang siswa,

secara pertumbuhan olahraga teratur akan menjadikan siswa bugar dan terhindar

dari obesitas, dalam aspek perkembangan dapat dilihat melalui beberapa aspek

seperti perkembangan pengetahuan, kerjasama, penalaran, emosional, sikap

sportif, menghargai perbedaan, saling menolong, keterampilan, juga

perkembangan aspek intelegensi. Dengan demikian, keberadaan mata pelajaran

penjasorkes menjadi penunjang dalam proses belajar mengajar secara

keseluruhan, pencapaian optimal proses belajar mengajar membutuhkan peran

serta kesehatan siswa, siswa yang sehat memiliki daya tahan tubuh dan

konsentrasi berfikir yang lebih baik dari siswa yang sakit dan kesehatan dapat

diperoleh dari aktifitas fisik yang menunjang,

Materi tentang aktifitas fisik di sekolah yang terdapat pada mata pelajaran

penjasorkes merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan

yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional (Mahendra

3:2003). Tidak dapat dipungkiri batapa pentingnya peranan penjasorkes sebagai

aktifitas pembelajaran yang memiliki muatan dalam mendukung kesehatan siswa.

(7)

3

siswa berkebutuhan khusus. Semua siswa tidak terkecuali siswa ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus) dapat mempelajari pendidkan jasmani dan akan

mendapatkan manfaat dari kegiatan fisik yang dilaksanakannya secara rutin. Salah

satu faktor yang menunjuang keberhasilan pembelajaran penjas adaptif apabila

guru dapat memahami karakteristis siswa ABK dan dapat mengaplikasikan

pembelajaran secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan siswa. Dan guru

sekaligus merupakan pembimbing dan pengarah yang paling berwenang dalam

kegiatan pembelajaran.

Bentuk program penjasorkes yang sesuai bagi sekolah yang terdapat siswa

ABK, (anak yang memerlukan layanan dan pendidikan yang spesifik), adalah

penjasorkes yang telah di adaptasikan dan di modifikasikan sesuai dengan

kebutuhan khusus masing-masing siswa atau disebut penjas adaptif (pendidikan

jasmani adaptif).

Pendidikan jasmani adaptif adalah pendidikan melalui program aktivitas jasmani yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dengan aman, sukses dan memperoleh kepuasan (Abdoellah, Arma 1996:3)

Dengan demikian pendidikan jasmani adaptif merupakan pendidikan yang

memberikan kesempatan bagi ABK untuk dapat mengaktualisasikan aktifitas fisik

melalui kegiatan yang terarah dan terencana dalam program pembelajaran.

Abdoellah (1996:4-5) juga menyatakan bahwa mayoritas siswa ABK memiliki

kapasitas mobilisasi yang rendah, dan performa fisik kurang, oleh karenanya ABK

memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak, sudah sewajarnya bila

(8)

siswa berkebutuhan khusus secara keseluruhan, karena menjadi dasar bagi

peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh semua ABK. Dan sudah

menjadi hak bagi setiap ABK untuk dapat memperoleh pelatihan yang penuh dan

efektif tanpa adanya diskriminasi, sebagaimana yang tercantum dalam konferensi

hak asasi manusia pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa:

first united nations world conference on human right: The world conference reaffirms the obligation of states to ensure that persons belonging to minorities may exercise fully and effectively all human rights and fundamental freedoms without any discrimation. (Sherril,C.1994)

Dalam deklarasi tersebut ditekankan adanya kewajiban negara untuk menjamin

setiap warga negaranya yang tergolong minoritas, termasuk diataranya ABK,

untuk mendapatkan hak dalam berlatih secara penuh dan efektif tanpa adanya

diskriminasi. Salah satu bentuk upaya pemerintah mengaplikasikan nilai tersebut

terhadap ABK adalah dengan diselenggarakannya sekolah-sekolah inklusif,

sekolah inklusif adalah sekolah yang mengakomodasi kebutuhan belajar semua

anak termasuk anak berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama-sama

dengan siswa lain yang tidak berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusif ABK

mendapatkan pelayanan pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan khusus

masing-masing siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan sumbangsih terhadap

keberhasilan aplikasi pendidkan inklusi melalui bidang yang lebih spesifik yakni

(9)

5

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, oleh karenanya, dalam penelitian ini

guru olahraga di sekolah inklusif menjadi sumber data (narasumber) utama untuk

mendapatkan gambaran kompleks tentang pelaksanaan pembelajaran penjas

adaptif di sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara

pendidikan inklusif.

Di lapangan, di sekolah dasar inklusif, masing-masing guru memiliki

strategi tersendiri yang berbeda-beda, untuk mengungkapkan tentang bagaimana

strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran penjas adaptif di

sekolah inklusif, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang di dasarkan

pada pengalaman guru penjasorkes dalam mengelola pembelajaran, atas dasar

pemikiran tersebut maka di lakukan penelitian dengan tema “strategi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif “

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui polling terhadap

33 orang guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang barusaja

ditetapkan sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada tahun

2010, diketahui mayoritas guru tidak setuju apabila sekolah tempatnya mengabdi

di tetapkan sebagai sekolah inklusif, kekhawatiran guru akan semakin banyaknya

beban dan kesulitan yang harus di tanggung guru dalam pembelajaran, serta

kurangnya kemampuan guru dalam mengajar dengan melibatkan ABK

menjadikan guru merasa tidak mampu dalam mengajar siswa ABK. Dua hal

tersebut menjadi alasan utama mengapa mayoritas guru penjas di sekolah-sekolah

(10)

inklusif. Keseluruhan narasumber dalam studi pendahuluan penulis tidak ada yang

pernah mengikuti pembekalan terkait pendidikan jasmani adaptif, tidak memiliki

buku panduan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif juga belum mengenal

istilah tentang pendidikan jasmani adaptif. Narasumber yang bersedia mengajar

dengan melibatkan ABK hanya 15 %, meskipun ada minoritas guru yang bersedia

mengajar dengan melibatkan ABK namun keseluruhan guru akan memilih untuk

mengajar di kelas regular bila dihadapkan pada pilihan antara mengajar di kelas

regular atau kelas inklusif.

Hasil studi pendahuluan tersebut memperkuat keingginan untuk memahami

lebih jauh pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk

kemudian dianalisis dan diharapkan memberikan sumbangsih berharga dalam

pelaksanaan pendidikan inklusif melalui pendidikan jasmani adaptif sehingga

peneliti memfokuskan penelitian pada strategi pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif di sekolah dasar inklusif. Penentuan tema tentang pendidikan jasmani

adaptif tidak hanya disebabkan oleh keingginan untuk memberikan sumbangsih

dalam keberhasilan aplikasi pendidikan inklusif dalam aspek pendidikan jasmani

adaptif. minat dan kepentingan peneliti terhadap permasalahan pendidikan

jasmani adaptif yang berkaitan dengan profesi sekaligus untuk pertimbangan

dalam pengambilan kebijakan penyusunan kurikulum pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif menjadi bagian dalam extra scientific criteria pada penentuan

judul tesis ini, disamping itu scientific criteria “strategi pembelajaran pendidikan

(11)

7

signifikansi dalam pengambilan kebijakan maupun pembelajaran penjas adaptif

dalam praktek di lapangan maupun dalam pelaksanaan pembekalan para calon

tenaga pengajar penjas adaptif.

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian

Mayoritas siswa ABK memiliki kapasitas mobilisasi yang rendah, dan

performa fisik kurang, melalui pemanfaatan aktifitas fisik pendidikan jasmani

bertujuan dalam perbaikan kesehatan fisik, mental maupun emosional siswa.

Pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah inklusif adalah pendidikan

jasmani adaptif.

Untuk dapat memberikan masukan berharga dalam aplikasi pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif yang lebih berkualitas maka perlu dipelajari

bagaimana aplikasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang selama ini

telah berjalan di sekolah-sekolah dasar yang telah terlebih dahulu ditetapkan

sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan terkait pelaksaan

pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif dan sebagai bahan masukan

dalam perbaikan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, maka

penelitian ini difokuskan pada “Bgaimana Strategi pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif yang diterapkan di sekolah dasar inklusif”

Untuk lebih dapat menemukan jawaban yang spesifik terhadap fokus

penelitian tersebut, secara khusus pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam

(12)

1. Bagaimana identitas guru, berapa lama pengalaman guru dalam mengajar dan

bagaimana pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di

sekolah dasar inklusif?

3. Strategi pembelajaran apa yang diterapkan guru dalam mengajar pendidikan

jasmani adaptif?

4. Apasaja modifikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani?

5. Bagaimana upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta

seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana strategi

pembelajaran penjasorkes yang diaplikasikan para guru pendidikan jasmani yang

sekolah tempatnya mengajar telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

1. Pengalaman mengajar (identitas) dan pemahaman guru terhadap ABK.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah

dasar inklusif.

3. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar pendidikan

(13)

9

4. Modifikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani. [sarana prasarana, kurikulum, media (modifikasi media pembelajaran

dalam bentuk,ukuran, pewarnaan, bahan, berat), evaluasi].

5. Upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta seluruh siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

upaya mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

yang terlaksana di sekolah dasar inklusif.

1. Secara operasional, penelitian ini dapat digunakan oleh para guru pendidikan

jasmani dan para guru pendamping anak berkebutuhan khusus yang terlibat

langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pendelegasian wakil sekolah dalam setiap

kegiatan pembinaan atau pembekalan guru.

3. Bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP);

Perguruan Tinggi (PT) sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam

permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak

melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi

(14)

pendidikan inklusif yang bertugas mempersiapkan guru, khususnya guru

pendidikan jasmani, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan guru

pembekalan guru dengan kemampuan dan praktek penanganan siswa yang

melibatkan siswa berkebutuhan khusus, sehingga para guru yang ditempatkan

di sekolah dengan status inklusi tidak mengalami banyak hambatan dalam

pelaksanaan pembelajarannya.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat membuka wawasan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan penelitian lebih lanjut

khususnya berkaitan dengan modifikasi, manfaat dan konsekwensi

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah inklusif yang

otomatis menuntut keterlibatan ABK secara aktif di dalamnya.

E. Definisi Konsep

1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala

tindakan yang dilaksanakan guru pendidikan jasmani di sekolah dasar inklusif

dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif mulai dari persiapan

hingga evaluasi pembelajaran.

2. Pendidikan Jasmani Adaptif (penjas adaptif)

Pendidikan jasmani adaptif dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani yang di adaptasikan dan di sesuaikan dengan

(15)

11

peralatan belajar yang menuntut peran serta seluruh siswa dalam pelaksanaan

pembelajarannya.

3. ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

Anak Berkebutuhan Khusus, ABK yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah anak yang memerlukan pendidikan atau layanan yang spesifik, layanan itu

berbeda dengan anak-anak pada umumnya, layanan tersebut di sesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing anak. Kebutuhan tersebut bisa bersifat temporer

maupun permanen.

4. Sekolah Inklusif

Sekolah inklusif merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan yang

mengakomodasi setiap kebutuhan khusus siswa untuk dapat belajar

bersama-sama di sekolah reguler serta tersedianya program pendidikan yang layak dan

disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi deskriptif pendekatan kualitatatif.

Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang tepat untuk mendapatkan data

tentang stategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif.

Teknik pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu: kuesioner dan

wawancara.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah non probability sampling model purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

(16)

penjasorkes yang dijadikan responden wawancara dalam penelitian ini, yakni guru

pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang telah ditetapkan sebagai

sekolah penyelengara pendidikan inklusif mulai atau sebelum tahun 2008.

Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara dan kuesioner

dengan validasi instrumen dilakukan berdasarkan expert judgement dari pakar

pendidikan jasmani adaptif. Untuk keabsahan data diperoleh melalui penentuan

kompetensi subjek riset, yakni mengambil subjek riset yang berasal dari guru

pendidikan jasmani yang telah mengaplikasikan pendidikan jasmani adaptif.

Keabsahan data juga ditempuh melalui trianggulasi metode, yakni dengan

mengkombinasikan jawaban yang sesuai antara hasil penelitian melalui metode

wawancara dan metode kuesioner. Lokasi penelitian pada sekolah dasar

(17)

49 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini akan diutarakan strategi pemecahan masalah yang berkaitan

dengan jenis atau format penelitian, metode, sumber dan alat pengumpulan data

serta strategi analisis data. Adapun sistematika penyajiannya akan dimulai dari

pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, subjek riset, langkah dalam

penelitian, teknik analisis data serta keabsahan data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif semi

ekplanasi. Pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi

mengenai strategi pembelajaran penjas adaptif di sekolah dasar inklusif, lebih

lanjut semi ekplanasi dimaksudkan untuk melihat adanya asosiasi antara beberapa

variabel dalam penelitian ini yang dimaksudkan untuk membangun dan

mengembangkan perbendaharaan teori yang berkaitan dengan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif khususnya di sekolah inklusif.

Penelitian ini dikategorikan semi eksplanasi karena tidak menggunakan

adanya hipotesis tapi mengarah pada adanya penelaahan hubungan antar berbagai

variabel penelitian, diharapkan hasil temuan penelitian ini dapat menjelaskan: (1)

keterkaitan antara identitas guru (jenis kelamin, usia, background pendidikan),

pengalaman guru dalam mengajar penjas dan pengalaman guru mengajar

(18)

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif; (3) strategi

pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif; (4) modifikasi yang dilaksanakan terkait dalam pelaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif, dan; (5) upaya guru dalam memotivasi dan

mengaktifkan peranserta seluruh siswa dalamkegiatan pembalajaran pendidikan

jasmani adaptif.

Dengan menggunakan metode diskriptif ini peneliti ingin mendeskripsikan

karakteristik dari guru pendidikan jasmani yang sekolah tempatnya mengajar telah

menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif lebih dari tiga tahun. Karena

bermaksud untuk menggambarkan karekteristik dari subjek riset adalah guru

pendidikan jasmani adaptif yang telah berpengalaman (ditinjau dari waktu

ditetapkannya sekolah sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif) maka

penentuan individu yang diteliti sebagai subjek penelitian berdasarkan dari data

yang diperoleh dari dinas pendidikan kota Surabaya dan dinas pendidikan propinsi

Jawa Timur, data yang diperoleh tentang sekolah-sekolah yang telah terlebih

dahulu ditentukan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif menjadi

bahan pertimbangan dalam pemilihan responden penelitian.

Penelitian ini berhubungan dengan pendidikan jasmani adaptif yang

diselenggarakan di sekolah dasar inklusif maka penelitian ini akan melibatkan

penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendidikan jasmani adaptif

dan penelitian yang terkait dengan pendidikan inklusif sebagai bahan analisis data

(19)

51 B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitan ini menggunakan metode

wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan karena peneliti ingin

memperoleh informasi langsung dari sumber pelaksana pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif yaitu guru pendidikan jasmani adaptif itu sendiri. Wawancara

dalam penelitian ini merupakan wawancara intensif (intensive interview) yang

berstruktur dengan tujuan mendapatkan data kualitatif yang mendalam dengan

teknik wawancara semistukture (semistucture interview) atau wawancara bebas

terpimpin. Teknik ini digunakan peneliti karena selain pedoman wawancara

secara tertulis peneliti juga memungkinkan untuk menanyakan

pertanyaan-pertanyaan lain secara bebas namun juga tetap terarah dengan tetap berada pada

pokok permasalahan yang inggin diketahui peneliti. Dengan metode ini peneliti

bermaksud untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi

sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, wawancara

digunakan agar subjek penelitian dapat berbagi cerita dari pengalaman mengajar

yang dialaminya, dan apabila ada pertanyaan tambahan maka dapat diutarakan

pada saat wawancara berlangsung supaya subjek penelitian menerangkan

maksudnya dan memberikan penjelasan lebih rinci. Wawancara dilaksanakan

secara lansung melalui pertemuan langsung di sekolah, dan beberapa kali peneliti

mengamati apa yang dilaksanakan guru penjas dalam pembelajaran sambil

menunggu waktu luang sumber penelitian, alokasi waktu tiap pelaksanaan wawan

(20)

kurang dari hasil wawancara lansung akan ditambah dengan data dari hasil

wawancara via telepon kepada narasumber.

Selain wawancara, pengumpulan data dalam penelitian ini juga

menggunakan teknik kuesioner. Tujuan penggunaan metode kuesioner

Kriyantono, R (20010:97) adalah “Mencari informasi yang lengkap mengenai

suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan”

kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket terbuka,

sehingga responden memiliki kebebasan untuk menjawab tanpa adanya alternatif

jawaban yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini sama dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti dalam wawancara dan diberikan

pada subjek yang sama (masing-masing subjek penelitian diwawancarai sekaligus

mengisi angket dengan pertanyaan yang sama dan waktu yang berbeda). Dan

waktu pelaksanaan pemberian kuesioner berbeda dengan waktu pelaksanaan

wawancara.

Penggunaan dua metode dalam pengumpulan data yakni wawancara dan

kuesioner dimaksudkan peneliti sebagai bahan pertimbangan dan bahan untuk

trianggulasi data. Sehingga data yang diperoleh bisa lebih objektif sesuai dengan

fakta yang ada di lapangan. Kekurangan teknik wawancara dapat di cover oleh

metode kuesioner, dan kekurangan metode kuesioner dapat tercover melalui

(21)

53 C. Subjek Penelitian

Penentuan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada teknik purposive

sampling, jadi subjek penelitian ditetapkan secara sengaja dengan berdasarkan

kriteria: sekolah tempat mengajar subjek penelitian adalah sekolah yang

ditetapkan sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada tahun

2008 atau sebelumnya.

Penggunaan teknik purposive sampling ini dipilih dikarenakan peneliti

menentukan kriteria bagi subjek penelitian, asumsi peneliti bahwa guru-guru

pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang telah terlebih dahulu

ditetapkan sebagai sekolah dasar inklusif akan memiliki wawasan dan opini yang

lebih mendalam terhadap pendidikan jasmani adaptif, sehingga dengan penentuan

kriteria subjek penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian akan mendukung

tujuan dari pelaksanaan penelitian ini.

Semula peneliti menggunakan kriteria pengalaman minimal guru dalam

mengajar pendidikan jasmani adaptif (pengalaman minimal guru dalam mengajar

penjas dengan melibatkan ABK), namun karena tidak tersedianya data dari

pengalaman mengajar masing-masing guru pendidikan jasmani yang berada di

dinas menjadikan, sehingga akhirnya peneliti menggunakan kriteria waktu

penetapan sekolah inklusif sebagai kriteria (sekolah yang telah terlebih dahulu

ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inkusif). Penetapan kriteria

(22)

identitas dan pengalaman guru yang beragam dalam pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif.

Asumsi penentuan kriteria subjek penelitian tersebut juga didasarkan atas

pertimbangan dari studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti terhadap

sejumlah 33 guru pendidikan jasmani dari sekolah-sekolah yang baru ditetapkan

sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, hasil dari studi pendahuluan

tersebut mendiskripsikan tentang mayoritas guru penjas memiliki penerimaan

negatif terhadap ABK, minimnya pengetahuan, pengalaman dan pembekalan guru

terhadap pendidikan jasmani adaptif. Sehingga berdasarkan hasil studi

pendahuluan tersebut peneliti menetapkan kriteria lamanya sekolah ditetapkan

menjadi sekolah inklusif sebagai acuan dalam pemilihan subjek penelitian dengan

asumsi bahwa guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut lebih

berpengalaman dan akan memiliki opini serta penjelasan yang lebih mendalam

untuk menjawab pertanyaan peneltian ini.

Penentuan jumlah subjek penelitian dalam riset ini berubah menurut

ketersediaan data di lapangan/saturasi “saturasi/saturation, yaitu periset dapat

mengakhiri kegiatan pencarian data jika ia merasa bahwa tidak ada lagi informasi

baru yang ia peroleh dari kegiatan mencari data” Bieber, H & Leavy 2006

(Kriyantono, R.2010:165). Pelaksanaan penelitian ini berjalan mengalir terhadap

sejumlah subjek penelitian, pada awalnya peneliti mewawancarai dan memberikan

(23)

55

tidak ada lagi informasi yang dianggap baru maka peneliti mengakhiri wawancara

dan pemberian kuesioner pada subjek penelitian yang ke tigabelas. Dan peneliti

sudah merasa cukup dengan hasil dari tiga belas narasumber tersebut.

Dalam studi semiotic, framing ataupun analisis wacana dikenal dengan istilah korpus. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsure yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama & karena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan, meskipun tidak secara langsung bisa menghasilkan generalisasi. (Kriyantono, R.2010:165)

Subjek penelitian ini merupakan guru pendidikan jasmani yang mengajar di

sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif mulai tahun 2008 atau sebelumnya.. Jumlah keseluruhan responden

adalah 13 orang dengan komposisi empat orang guru perempuan dan sembilan

orang guru laki-laki.

D. Langkah dalam Penelitian

1. Pemilihan dan analisis masalah yang akan diteliti

Berdiskusi dengan dosen pembimbing dengan berbekal pada hasil

proposal penelitian, menentukan permaslahan penelitian dengan berdasarkan

pertimbangan minat dan kepentingan peneliti terhadap permasalahan

pendidikan jasmani adaptif berrkaitan dengan profesi peneliti adalah bagian

dari extra scientific criteria , selain alasan scientific criteria bahwa tema

tentang “strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif” adalah tema yang

secara ilmiah dapat ditelaah/researchable dengan metodologis yang layak

(24)

pembelajaran penjas adaptif dalam praktek di lapangan maupun dalam

pelaksanaan pembekalan para calon tenaga pengajar penjas adaptif

2. Collecting referensi studi kepustakaan tekait masalah penelitian.

Peneliti mengumpulkan berbagai macam sumber yang berkaitan dengan

pendidikan jasmani adaptif dan juga pendidikan inklusif, karena fokus

penelitian ini adalah pada strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

yang dilaksanakan di sekolah dasar inklusif maka peneliti mengumpulkan

materi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penjas adaptif dan

pendidikan inklusif diantaranya: hasil-hasil penelitian terdahulu, sumber dari

jurnal, dari buku, dari internet, dari publikasi departemen, dokumen dan dari

makalah.

3. Menentukan fokus penelitian

Setelah disepakati topik permasalahan yang akan diteliti maka selanjutnya

penulis menetukan focus penelitian/research question yaitu pertanyaan

tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya tentang penelitian dengan tema

pendidikan jasmani adaptif tersebut.

4. Menentukan setting dan subjek penelitian

Setting penelitian dalam penelitan kualitatif merupakan hal yang penting

dan telah ditentukan ketika menentukan focus penelitian, setting penelitian ini

adalah para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar inklusif yang sekolah

tempatnya bekerja dijadikan/ditunjuk sebagai sekolah penyeleggara

(25)

57 5. Studi pendahuluan

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan penjajakan awal

melalui pelaksanaan studi pendahuluan terhadap sejumlah narasumber yang

berasal dari para guru olahraga yang mengajar di sekolah yang baru saja

ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah polling terhadap guru penjas di

sekolah dasar yang sekolahnya baru ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara

pendidikan inklusif sebagai sumber studi pendahuluan.

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui polling terhadap

33 orang guru pendidikan jasmani tersebut, diketahui mayoritas guru tidak

setuju apabila sekolah tempatnya mengabdi di tetapkan sebagai sekolah

inklusif, kekhawatiran guru akan semakin banyaknya beban dan kesulitan

yang harus di tanggung guru dalam pembelajaran, serta kurangnya

kemampuan guru dalam mengajar dengan melibatkan ABK menjadikan guru

merasa tidak mampu dalam mengajar siswa ABK. Dua hal tersebut menjadi

alasan utama mengapa mayoritas guru penjas di sekolah-sekolah inklusif yang

baru tersebut tidak setuju mengajar di sekolah yang berstatus inklusif.

Keseluruhan narasumber dalam studi pendahuluan penulis tidak ada yang

pernah mengikuti pembekalan terkait pendidikan jasmani adaptif, tidak

memiliki buku panduan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif juga belum

mengenal istilah tentang pendidikan jasmani adaptif. Narasumber yang

bersedia mengajar dengan melibatkan ABK hanya 15 %, meskipun ada

(26)

keseluruhan guru akan memilih untuk mengajar di kelas regular bila

dihadapkan pada pilihan antara mengajar di kelas regular atau kelas inklusif.

6. Perizinan

Proses perijinan yang harus ditempuh dalam penelitian ini cukup panjang,

dimulai dari pengurusan perijinan di tingkat kampus di SPS UPI kemudian

dilanjutkan ke Bakesbangpollinmas propinsi Jawa Barat, dari

bakesbangpollinmas propinsi Jawa Barat di lanjutkan ke

Bakesbangpollingmas propinsi Jawa Timur. Sampai pada akhirnya

diterbitkannya surat perijinan dan akses penelitian pada sekolah-sekolah yang

berlabel inklusif. Bagan dibawah ini adalah gambaran proses perijinan yang

harus di tempuh dalam penyusunan penelitian ini. Proses perijinan ini

ditempuh penulis untuk mendapatkan data tentang sekolah inklusif yang ada

di jawa timur dan kota Surabaya serta beberapa data tambahan yang

disampaikan oleh pegawai dinas pendidikan tentang penyelengaraan

(27)

59 Bagan 3.1

Proses perijinan dalam penelitian.

7. Metode penelitian

Penetapan metode penelitian mengacu pada masalah dan fokus penelitian

yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah setting dan subjek

penelitian. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif

semi ekplanasi tipe pendekatan survei dengan unit penelitian individu dan

metode pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner.

8. Penyusunan instrumen pengumpulan data

Setelah metode penelitian sudah ditentukan maka tahapan selanjutnya

adalah penyusunan instrumen penelitian sebagai peralatan untuk Perijinan dari

direktur SPS UPI

BAKESBANG POLLINGMAS JAWA BARAT BAGIAN DIKDAS (PENDIDIKAN DASAR) BAKESBANGPOLLINMA S JAWA TIMUR

BAKESBANG POLLINGMAS KOTA SURABAYA

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

BAGIAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN KLK

BAGIAN DIKDAS DINAS PENDIDIKAN JATIM

BAGIAN PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN KLK

(28)

mengumpulkan data dilapangan maka dilaksanakan penyusunan instrumen

penelitian. Kisi-kisi instrumen pertanyaan yang ada dalam wawancara sama

dengan kisi-kisi instrument yang ada dalam kuesioner. (kisi-kisi instrument

penelitian dapat dilihat pada lampiran)

9. Validasi instrument penelitian

Untuk menghasilkan penelitian yang valid maka alat ukur dalam

pengambilan data/instrument penelitiannya juga harus dapat mengkover

tujuan penelitian yang telah tercantum dalam fokus penelitian. Validasi

instrument dilakukan dengan mensharingkan rancangan instrument dengan

ahli yang kompeten di bidang pendidikan jasmani adaptif, pada penelitian ini

peneliti melakukan validasi instrument pada praktisi pendidikan jasmani

adaptif yang telah berpengalaman dalam pembelajaran pendidikan jasmani

adaptif. (keterangan validasi instrumen penelitian disertakan dalam lampiran)

10. Pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data

Pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama

proses penelitian, setiap kali selesai wawancara peneliti langsung

mentranskripkan inti hasil wawancara tersebut dan melakukan pengolahan dan

analisis data dari hasil transkrip dan kuesioner. mengedit (editing) dan

memberikan kode (coding) termasuk dalam proses pengolahan data (data

processing). Editing data dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah

tekumpul, apabila ada data dari narasumber yang dirasa kurang lengkap maka

(29)

61

melalui telepon. Sedangkan dalam proses coding peneliti memberikan

kode-kode tertentu untuk memudahkan proses analisis data hasil penelitian.

Pada saat menganalisis data ketika data yang telah ada dinilai kurang

memadai peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data

kembali dan sampai dengan subjek ke 13 peneliti merasa cukup dengan data

yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengklarifikasi atau

mengkategorikan data berdasarkan lima macam pokok bahasan sebagaimana

yang tercantum dalam focus kajian dan pertanyaan penelitian.

Setelah pengolahan data peneliti melakukan analisis dan

menginterpretasikan data yang akhirnya diinterpretasikan atau disimpulkan,

penyimpulan dalam penelitian ini menggunakan cara penyimpulan terhadap

masing-masing masalah.

11. Keabsahan data

Metode pengumpulan data dengan wawancara mengandung banyak

kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, dan sumber data kualitatif yang

kurang kredibel akan memperngaruhi hasil akurasi penelitian oleh karena itu

dibutuhkan beberapa cara dalam menentukan keabsahan data, prosedur untuk

keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode: (1) Kopetensi

subjek riset, subjek riset adalah guru penjas/praktisi pendidikan jasmani

adaptif di sekolah dasar inklusif dan; (2) Analisis triangulasi. Trianggulasi

(30)

Lebih lengkapnya langkah dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan

berikut:

Bagan 3.2

Langkah dalam Penelitian

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif digunakan karena data yang terkumpul dalam

penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa kalimat-kalimat yang diperolah Pemilihan

dan Analisis Masalah

Collecting Referensi

Instrument Metode Peneltian

Keabsahan Data Studi

Pendahuluan Setting dan Subjek Penelitian Focus Penelitian

Analisis dan Interpretasi Pengelolaan Data

Pengumpulan Data

(31)

63

berfikir induktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus

(fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep)” (Kriyantono.

R,2010:196). Karena itu secara garis besar teknik analisis datanya dapat

digambarkan sebagai berikut :

Fakta empiris Tataran konseptual

Bagan 3.3

Proses analisis data kualitatif (Kriyantono. R,2010:197)

Gambar diatas menjelaskan analisis data kualitatif dimulai dari analisis

berbagai data yang dikumpulkan dalam proses wawancara dan kuesioner terhadap

para guru penjas adaptif yang telah ditetapkan sebagai responden penelitian.

Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam lima kategori berdasarkan

cirri-ciri umum dengan mempertimbangkan kesahihan data, selanjutnya dilaksanakan

tahapan pemaknaan data berdasarkan cirri-ciri umum didukung dengan teori dan

kontekstual yang sesuai dengan penelitian. Berbagai data

dilapangan

Analisis/ klasifikasi data/ kategorisasi ciri-ciri umum

Pemaknaan atau

interpretasi ciri-ciri umum

Kesahihan data:

• Kompetensi subjek

• Authenticity dan triangulasi • Intersubjectivity agreement

[image:31.595.109.562.243.618.2]
(32)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis modifikasi dari

data model teknik komparatif konstan Glesser &Starauss, Lincoln & Guba

(Kriyantono. R,2010:198)dengan tahapan sebagai berikut :

Tahapan-tahapan analisis dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menempatkan kejadian-kejadian (data) kedalam kategori-kategori.

Kategori-kategori tersebut harus dapat diperbandingkan antara satu dan

yang lain.

2. Memperluas kategori sehingga didapatkan kategori data yang murni dan

tidak tumpang tindih satu dengan yang lainnya.

3. Mencari hubungan antar kategori.

4. Menyederhanakan dan mengintegrasikan data kedalam struktur teoretid

yang koheren (masuk akal, saling berlengketan atau bertalian secara

logis)

Lebih detailnya tahapan teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dari hasil wawancara dan hasil kuesioner

2. Data dari hasil wawancara yang masih berupa suara dari tape recorder

dipindahkan kedalam bentuk tertulis menjadi transkrip data hasil wawancara.

3. Selanjutnya adalah reduksi data, dari transkrip hasil wawancara dan data hasil

kuesioner kemudian dirangkum, diikhtisarkan/diseleksi kemudian dibuat

kategori-kategori umum untuk menjawab pertanyaan penelitian, kategori

(33)

65

diterapkan; (4) modifikasi dalam pembelajaran; (5) upaya guru memotivasi

serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

4. Setelah lima pokok bahasan tersusun maka disusun kembali sub pokok

bahasan untuk memperluas kategori yang lebih mendetai dari kelima pokok

bahasan, kemudian peneliti hasil transkip dan hasil kuesioner ke dalam

masing-masing kategori sub pokok bahasan dibawah ini agar hasil wawancara

dan kuesioner lebih spesifik:

a. Identitas pengalaman dan pemahaman guru

1) Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan guru)

2) Pengalaman mengajar

3) Pemahaman terhadap penjas adaptif

b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

1) Persiapan dalam pembelajaran

2) Pembukaan

3) Sumber materi pembelajaran

4) Permasalahan yang dihadapi dan solusi

c. Strategi pembelajaran yang diterapkan

1) Strategi pembelajaran

2) Sumber belajar yang tersedia

3) Ketuntasan dan target pencapaian materi

d. Modifikasi dalam pembelajaran

1) Sarana prasarana

(34)

3) Media pembelajaran

4) Penilaian/evaluasi

e. Upaya guru memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa

dalam kegiatan pembelajaran

1) Metode guru untuk memotivai siswa

2) Partisipasi ABK dalam pembelajaran

3) Partisipasi dan penerimaan siswa regular terhadap keberadaan ABK

5. Peneliti mencari apakah terdapat hubungan antar kategori dan dalam

penelitian ini diketahui terdapa beberapa variabel sub pokok bahassan yang

memiliki keterkaitan diantaranya :

a. Identitas yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, dan background

pendidikan dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK.

b. Pengalaman mengajar guru dan pengalaman mengajar guru melibatkan

ABK dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK

c. Pemahaman guru dari aspek pelatihan yang pernah diikuti guru

dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK

d. Intensitas interaksi guru dengan ABK dihubungkan dengan pandangan

positif guru terhadap ABK

e. Pandangan positif guru dihubungkan dengan optimism guru terhadap

kemampuannya dalam mengajar ABK

6. Proses selanjutnya adalah display data, untuk memudahkan pembacaan hasil

(35)

67

untuk memudahkan pengonstruksian didalam rangka menuturkan,

menyimpulkan, dan menginterpretasikan data. Juga berfungsi sebagai daftar

yang secara ringkas/cepat menunjukkan cakupan data yang telah

dikumpulkan.

7. Selanjutnya peneliti menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke dalam

struktur teorid yang koheran. Dengan memadukan hasil studi pustaka dan

hasil dari penelitian yang terdahulu tentang pendidikan jasmani adaptif

maupun tentang pendidikan inklusif (dalam bab II) untuk digabungkan dalam

pembahasan yang menyatu dan dituankan dala bab IV dalam penelitian ini.

Deskripsi dan penuturan hasil penelitian tentang pendidikan jasmani adaptif di

sekolah dasar inklusif yang berhasil dimengerti olah penulis Sehingga hasil

penelitian tersebut menjadi pembahasan hasil penelitian.

8. Dari pembahasan hasil penelitian tersebut diketahui adanya pendapat-pendapat

peneliti yang didasarkan dari hasil pembahasan terhadap temuan penelitian

dan hasil analisis terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu.

9. Disusunlah kesimpulan hasil penelitian dan dari kesimpulan hasil penelitian

(36)

Berikut gambaran lengkap dalam bentuk bagan tentang teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini:

Bagan 3.4

Teknik Analisis Data

F. Keabsahan Data

Metode pengumpulan data dengan wawancara mengandung banyak

kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, dan sumber data kualitatif yang Display data

Memperluas kategori

Reduksi data

Transkrip data

Pengumpulan data

wawancara

kuesioner Hubungan antar

kategori

Saran penelitian Hasil penelitian Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke

dalam struktur teorid yang keheren

(37)

69

dibutuhkan beberapa cara dalam menentukan keabsahan data, prosedur untuk

keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode:

1. Kopetensi subjek riset

Subjek riset harus kredibel, keseluruhan subjek riset merupakan praktisi, guru

pendidikan jasmani, di sekolah dasar negeri inklusif. Keseluruhan subjek riset

pernah menangani pembelajaran pendidikan jasmani adaptif bersama ABK.

Sehingga kredibilitas subjek riset tidak diragukan terhadap kempetensinya

dalam mengajar pendidikan jasmani.

2. Analisis triangulasi

Teknik trianggulasi digunakan untuk menganalisis jawaban subjek dengan

meneliti kebenarannya dengan data empiris dari sumber lainnya yang tersedia.

Dwijowinoto (Kriyantono. S,2010:72) ada beberapa macam trianggulasi.

Dalam penelitian ini trianggulasi yang digunakan adalah model trianggulasi

metode. Dimana peneliti berusaha mengecek keabsahan data atau mengecek

temuan riset dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui

wawancara dan kuesioner dengan daftar pertanyaan yang sama, penggunaan

kedua teknik ini untuk di cari kesesuaian antara jawaban dalam wawancara

dan kuesioner sehingga untuk mencari hasil penelitin yang paling mendekati

fakta adalah dengan cara mengambil data yang sesuai antara pernyataan dalam

(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti

dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :

A. Simpulan

1. Identitas, pengalaman dan pemahaman guru.

a. Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan) tidak

berkaitan dengan pandangan positif guru pendidikan jasmani terhadap

siswa ABK. (indikasi pandangan positif guru terhadap ABK adalah:

guru melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran, tidak menganggap

siswa ABK sebagai siswa dengan kemampuan motorik yang rendah)

b. Pengalaman guru dalam mengajar pendidikan jasmani (lamanya waktu

guru mengajar penjas, dalam hitungan tahun) tidak berkaitan secara

langsung terhadap pandangan positif guru terhadap ABK

c. Pengalaman mengajar guru melibatkan ABK (intensitas interaksi guru

terhadap ABK) berkaitan dengan pandangan positif guru terhadap

ABK, dengan demikian program pendidikan inklusif harus terus

digulirkan karena dengan berjalannya waktu dan terjadinya interaksi

dengan ABK akan memperbaiki pandangan positif terhadap keberadaan

(39)

151

e. Guru yang memiliki pandangan positif terhadap ABK lebih cenderung

untuk memiliki optimisme terhadap kemampuannya dalam mengajar

ABK.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

a. Persiapan dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah membuat

RPP, hanya sebagian kecil yang menyertakan persiapan alat, tempat

dan alternatif materi sebagai bagian dari persiapan pembelajaran.

b. Materi pembukaan dilaksanakan dengan kegiatan lari berkeliling,

senam dengan atau tanpa musik, permainan tradisional atau permainan

kecil tanpa alat.

c. Sumber materi pembelajaran berasal dari buku regular sesuai dengan

kelas. Tidak ada buku materi tentang pendidikan jasmani adaptif yang

diperuntukkan bagi guru penjas yang mengajar di sekolah dasar inklusif

sehingga guru tidak memiliki pedoman dalam pembelajaran, dalam

menyususn modifikasi RPP, juga dalam membuat PPI.

d. Permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru pendidikan jasmani

adaptif:

1) Permasalahan terkait partisipasi ABK (partisipasi yang dikarenakan

ABK tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi

tertentu yang membutuhkan ketangkasan fisik, maupun ABK tidak

mengikuti kegiatan pembelajaran dan beraktifitas diluar program

(40)

2) Kesulitan penganganan siswa (siswa tantrum, babbling, echolalia,

individualisme, hiperaktif, emosi tak terkendali)

3) Kesulitan komunikasi (kesulitan guru dalam menyampaikan materi

dan meberikan pengarahan pada siswa, terutama terhadap siswa

ADHD, Autis, Tunagrahita sedang dan berat juga siswa Tunarungu)

4) Keterbatasan sarana dan prasarana (aksesibilitas, media pembajaran

yang dimodifikasi, termasuk ketersediaan buku ajar pendidikan

jasmani adaptif)

5) Kesulitan guru melaksanakan evaluasi pembelajaran (guru

kesululitan mengadakan evaluasi terhadap siswa yang secara fisik

hadir namun pada saat pembelajaran siswa beraktifitas diluar

ketentuan program pembelajaran)

6) Pengalaman guru yang masih minim (sebagian guru tidak pernah

mendapatkan pelatihan, guru juga mengeluhkan belum seberapa

faham dalam penanganan terhadap kasus-kasus siswa ABK dan

guru masih kebingungan bagaimana memberikan penanganan yang

tepat pada siswa ABK).

e. Guru pendidikan jasmani cenderung merasa kesulitan mengajar siswa

dengan permasalahan hiperaktifitas dan permasalahan gangguan

emosional (autis, ADHD) dan merasa lebih mudah mengajar siswa

dengan tanpa permasalahan fisik (slowleaner, anak berkesulitan belajar,

(41)

153 3. Strategi pembelajaran yang diterapkan

a. Strategi pembelajaran yang telah diterapkan guru penjas adalah dengan

melakukan pendekatan psikologis, memperbanyak porsi praktek

daripada teori, penyampaian teori dengan cara yang sederhana dan

mudah dipahami, dan memperhatikan kebutuhan khusus karakteristik

siswa ABK.

b. Sumber belajar yang tersedia: buku pendidikan jasmani regular, teman

sebaya siswa dan guru pendamping khusus/guru shadow. Optimalisasi

pusat sumber dan guru kunjung masih minim.

c. Ketuntasan dan target pencapaian materi, disadari guru bahwa tidak

memungkinkan bagi ABK untuk dapat sampai pada ketuntasan materi

pembelajaran penjas kecuali bagi siswa tanpa hambatan fisik dan

gangguan emosi/perilaku. Target penilaian guru didasarkan pada KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal).

4. Modifikasi dalam pembelajaran (sarana prasarana, kurikulum, media,

evaluasi)

a. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran pendidikan

jasmani tidak banyak yang berubah, sebagian sekolah hanya

menambahhkan bangunan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa

ABK.

b. Kurikulum yang dilaksanakan guru berdasarkan KTSP, dan tidak ada

guru pendidikan jasmani yang membuat PPI dalam pembelajaran,

(42)

mayoritas guru telah menerapkan pembelajaran yang dimodifikasi

meskipun tidak melakukan modifikasi dalam RPP, dan hanya sebagian

kecil guru yang tidak melaksanakan modifikasi dalam pelaksanaan

pembelajaran. Hanya sedikit guru yang telah menyusun RPP modifikasi

dan penyusunan tersebut didasarkan pada perkiraan dan perasaan guru

tentang kemampuan siswa ABK, pembuatan RPP tidak disasarkan pada

hasil assessmen ataupun berangkat dari hasil diagnosa ahli, guru juga

tidak memiliki catatan tertulis/ rekaman tentang aktifitas siswa yang

memungkinkan dijadikan pedoman dalam menyusun program

pembelajaran yang sesuai bagi siswa.

c. Media pembelajaran yang digunakan guru adalah media pembelajaran

yang umum, sedikit guru yang membuat modifikasi dalam media

pembelajaran dan modifikasi yang dilakukan oleh sebagian guru

tersebut tidak sampai pada modifikasi yang diperuntukkan bagi

kebutuhan khusus ABK, modifikasi yang dilakukan guru masih bersifat

umum, dan juga diperuntukkan bagi semua siswa.

d. Evaluasi yang dilakukan guru terhadap ABK dengan penurunan beban

praktek dan atau penurunan kriteria penilaian, mayoritas guru telah

memodifikasi penilaian/evaluasi dengan mempertimbangankan:

1) Teknik pelaksanaan bukan berorientasi pada hasil akhir.

2) Pencapaian dan kemajuan yang diraih masing-masing siswa

(43)

155 4) Perilaku baik/itikad baik siswa.

5. Upaya guru untuk memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa

dalam kegiatan pembelajaran.

a. Metode guru untuk memotivasi siswa: mayoritas guru telah

memperlakukan siswa secara adil tanpa diskriminasi, memberikan

apresiasi baik kepada ABK maupun siswa reguler yang berprestasi,

sebagian guru melibatkan ABK sebagai supporter untuk pembelajaran

yang tidak memungkinkan diikuti siswa, guru juga meminimalisir

bantuan yang diberikan pada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya

diri ABK terhadap kemampuan yang dimilikinya, sebagian guru

memotivasi siswa melalui pendekatan psikologis dan berusaha

mengenali dan menggali bakat dan potensi siswa.

b. Partisipasi siswa ABK dalam pembelajaran secara umum baik, dari segi

absensi maupun keaktifan dalam kegiatan pembelajaran, hanya

partisipasi siswa autis dan ADHD yang dinilai kurang oleh guru.

c. Partisipasi siswa regular dalam pembelajaran baik dan penerimaan

siswa regular pada teman-temanya ABK juga baik.

B. Saran

1. Saran bagi guru pendidikan jasmani.

a. Berperan aktif melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif, (mencari jalan keluar agar semua ABK dapat

(44)

b. Mempergunakan landasan hasil assessment atau diagnosa ahli dalam

menyusun rencara pembelajaran yang tepat sehigga tidak menyusun

RPP/PPI berdasarkan perkiraan atau perasaan guru tentang kemampuan

siswa.

c. Membuat pencatatan yang teratur dan lebih spesifik untuk masing-masing

siswa, (ntuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik siswa,

keterbatasan dan kemampuan siswa) catatan/ dokumentasi guru tersebut

sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai alat assessment terhadap

kemampuan siswa sehingga pelaksanaan program yang diperuntukkan

bagi siswa berkebutuhan khusus dapat lebih tepat.

d. Berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan media-media

pembelajaran yang membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran dan

menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi semua siswa.

2. Saran bagi Kepala Sekolah

a. Mengoptimalkan peran dan fungsi pusat sumber dan guru kunjung dalam

upaya memajukan pendidikan inklusif di sekolah (dengan lebih aktif

berdiskusi/sharing dengan guru kunjung).

b. Melaksanakan assessment terhadap keseluruhan siswa. Bekerjasama

dengan tenaga ahli atau pakar yang tepat dalam perencanaan peningkatan

mutu pendidikan inklusif di sekolah. Dan menggunakan hasil tersebut

(45)

157

c. Pendelegasian dalam setiap kegiatan kepada wakil/guru yang tepat,

sehingga tujuan dari setiap pelaksanaan pelatihan atau pembekalan dapat

sesuai sasaran.

3. Saran bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Perguruan Tinggi (PT)

P4TK, LPMP, dan PT sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam

permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak

melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi

pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara

pendidikan inklusif.

a. Guru olahraga yang mengajar di sekolah-sekolah inklusi hendaknya

dibekali materi tentang: (1) metode penanganan siswa berkebutuhan

khusus; (2) metode berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus; (3)

modifikasi media dalam pembelajaran; (4) metode evaluasi bagi siswa

berkebutuhan khusus; (5) metode perencanaan pembelajaran secara

individu/ cara menyusun PPI / modifikasi RPP; (6) metode pelaksanaan

assessment atau pendokumentasian aktifitas siswa.

b. Memperjelas kriteria peserta dalam setiap kali pelatihan atau pembekalan

yang berkaitan tentang pendikan jasmani adaptif, yaitu guru olahraga.

c. Pengadaan buku modul pendidikan jasmani adaptif bagi sekolah

(46)

sekolah inklusif lebih mudah mengaplikasikan pembelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik siswa, dan mempermudah

guru dalam mengaplikasikan modifikasi RPP/ PPI sebagai persiapan

dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Saran Bagi Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Menenuhi tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta didik serta

memperhatikan aksesibilitas dan/alat alat sesuai kebutuhan peserta didik

sebagaimana permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 11 dan peraturan

gubernur Jawa Timur no 6 tahun 2011 pasal 7.

5. Saran bagi peneliti selanjutnya

a. Diperlukan penelitian jangka panjang tentang manfaat dan konsekuensi

pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif sehingga dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan optimalisasi fungsi

pendidikan jasmani adaptif bagi semua pihak di sekolah dasar iniklusif.

b. Melakukan follow up terhadap hasil-hasil penelitian ini, dengan

melakukan kajian lebih mendalam tentang strategi pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk

diimplementasikan pada pengembangan model pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif yang tepat untuk diaplikasikan di sekolah-sekolah

(47)

159

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Aminawa, O. (2006). Sikap Kepala Sekolah dan Guru Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Terhadap Kepala Sekolah dan Guru di SD Regular yang Telah Melaksanakan Pendidikan Inklusif di Propinsi Jawa Barat). Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Avramidis, E., et al. (2002). “A Survey into Mainstream Teacher’s Attitudes Toward the Incussion of Children with Special Education Needs in the Ordinary School in One Local Education Authority”. Journal Education

Psycology. 20,(2),1991-211 [Online] Tersedia:

http://www.enothe.hva.nl/project/tuning/fpypdee/curiculum/docs/a survey of mainstream teachers. Pdf [14 Agustus 2011]

Auxter, D., et al. (2001). Principles and Methods of Adapted Physical Education and Recreation-Ninth Edition. New York: Mc graw Hill.

Bunch, G., & Finnegan, K.(2000). Values Teachers Find in Inclusive Education. International Special Education Congress 2000 (ISEC 2000), University of

Manchester, 24th-28th July 2000. [Online]. Tersedia:

http://www.isec2000.org.uk/abstracts/papers b/ bunch 1.htm. [18 April 2010]

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Kompetisi Supervisi Akademik-Pengawas Sekolah Pendidkan Menengah. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Donncha, Mac., Shafat, Amir. & Hafeez, Nasir.R. (2006-2007). Physical Activity Patterns Of Adolescents With Mild Learning Difficulties: Department of Physical Education and Sports Sciences. University of Limerick.

Dyah, S.(2008). Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah undangan/Dyah%20S Pengkajian%20Pendidikan%20Inklusi.pdf [20 April 2010]

(48)

Galis, S.A., & Tanner, C.K. (1995). Inclussion in Elementary School: A Survey and Policy Analysis, Education Analysis Archieve. 3, (15), 1-24. [Online]. Tersedia: http://epaa.asu.edu//epaa/v3n15.html. [12 November 2010]

Haider, S.I.(2008). Pakistani Teachers’ Attitudes Towards Inclussion of Student With Special Education Needs. Pakistan journal of medical science

quarterly. (24),4,632-636. [Online]. Tersedia:

http://pjms.com.pk/issues/julsep08/article/bc2.html. [20 april 2010]

Hendrayana, Y. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif (Adapted Physical Education and Sport). A Program Report by Visiting Foreign Research Fellows. University of Tsukuba, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat. (2009). “Model dan Strategi Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusif” makalah pada workshop Pengenalan & Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus (ABK) & Strategi Pembelajarannya, 25 oktober 2009, Balikpapan.

Kriyantono, Rahmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Rawamangun, Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah direktorat pendidikan luar biasa. Bagian proyek pendidikan jasmani Pendidikan Luar Biasa.

Mangunsong, F. (2006). The Implementation of Inclusive Education for Student With Vidual Impairment nn Three Schools in Jakarta. Universiti of Indonesia: Departemen of Educational Psycology Faculty of Psycology. [Online]. Tersedia: http://www.icwvi.org/publication/icevi wc 2006/09 inclusive education practices/paper/ea 057 frieda%20mangunsong.pdf. (20 November 2010)

Millenium development goals. Goal 2: Achieve Universal Primary Education

Targets. [Online].

Tersedia:http://www.unmillenniumproject.org/reports/tf_education.htm. [19 Desember 2010]

(49)

161

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Jawatimur: Kelompok kerja inklusi jawa timur.

Peraturan Gubernur Jawa Timur No 6 Tahun 2001. (2011). Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur: Gubernur Jawa Timur

Reid, Greg. (1982). Physical Education for The Learning Disabled Student. Dalam Learning Disability Quarterly [Online], Vol. 5(2), 5 halaman. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/1510581 [21 Juni 2009]

Sanapiah, Faisal. (2008). Format-Format Penelitian Sosial. (Dasar-Dasar dan Aplikasi). Kelapa Gading Permai, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Saishoji, H & Nakata, H. (1994).” Endurance Training with an Adapted Device in the Visual Impaired”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Sherrill, Claudine. (1994). “Adapted Physical Activity Pedagogy: Principle, Practice, and creativity”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Smith, Andrew & Green, Ken. (2004). Including People with Special Education Needs in Secondary School Physical Education: A Sociological Analysis of Teachers’ View. Dalam British Journal of Sociology of Education [Online], Vol 25 (5). Halaman 593-607. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/4128704 [21 Juni 2009]

Specht, J. (2009). Inclusion Defined: INCLUSION. [Online]. Tersedia: http://www.edu.uwo.ca/inclusve education/inclusion.asp. [23 maret 2010]

Stubbs, Sue. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources (alih bahasa Susi Septiana Rahmawati diedit oleh Didi Tarsidi) The Atlas Alliance Global Support to Disabled People.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan

Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://www.Akhmadsudrajat.wordpress.com//2008/09/12/pendekatan-strategi-dan-model-pembelajaran/ [21 Desember 2010]

Sugioyono. (2006). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA

Sutardin, A.M. (2006). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi

Siswa Tunadaksa di Sekolah Dasar dalam Setting Inklusi (studi kasus tentang

(50)

di kota Makassar propinsi Sulawesi). Tesis Maste

Gambar

Tabel 4.1 Jenis kelamin, usia, background pendidikan dan penerimaan guru terhadap ABK…………………………………………………………
Gambar diatas menjelaskan analisis data kualitatif dimulai dari analisis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian ini yaitu, Mengetahui kesiapan Guru Penjas dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan

Dwi Agus Supriyanto, 2009 Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Daerah Binaan

telah dilakukan pada tahun 2000 oleh Tarigan (2012, hlm.91) menjelaskan bahwa: “ Menunjukan 95% guru pendidikan jasmani adaptif yang mengajar di Sekolah Luar Biasa, bukan

Sistem pembinaan, sarana prasarana, pendidikan latihan secara langsung dan tidak berpengaruh terhadap kinerja guru pendidikan jasmani melalui kompetensi, namun secara

Tajuk pembuka ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan bagi kita, melalui hasil penulisan karya ilmiah berupa tesis yang berjudul “Kurikulum Adaptif Dalam

Kesimpulan proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di setiap sekolahan memiliki ciri khas masing-masing, metode guru dalam mengajar penjas dapat dikatakan guru

Secara sosial guru-guru di SD B juga menunjukkan keterbukaan pada semua masyarakat sekolah. Para guru dan siswa saling menyapa dengan penuh kehangatan. Guru-guru di SD B

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bagian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru-guru penjas SD mempunyai pemahaman