• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyinaran Radioterapi Terhadap Nilai Hemoglobin dan Limfosit Pada Karsinoma Nasofaring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyinaran Radioterapi Terhadap Nilai Hemoglobin dan Limfosit Pada Karsinoma Nasofaring"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi

sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.Kadar hemoglobin

dapat dipakai salah satu indicator penurunan status gizi seseorang. Molekul

hemoglobin terdiri dari globin, dengan satu atom besi. apoprotein dan empat

gugus heme, suatu moleku organik (Kurniada,2009). Kandungan zat besi yang

terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarnah merah.

Hemoglobin atau Hb merupakan gabungan dari 2 kata yaitu heme (besi)

dan globin (protein).warna darah di sebabkan karena adanya hemoglobin. Kadar

Hb dalam darah manusia dewasa, pria : 13 – 18 g/dl, wanita 12 – 16 g/dl keadaan

dimana kadar Hb kurang dari nilai normal disebut sebagai anemia.Kadar

hemoglobin pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah mendapat

radioterapi hal ini akan berpengaruh juga pada asupan makan dan gizi pasien yang

mendapat radioterapi penelitian pengaruh penyinaran radioterapi terhadap pasien

karsinoma nasofaring dapat mengetahui sejauh mana radioterapi berefek pada

kadar hemoglobin pasien. Penelitian lebih lanjut akan mengarah pada kadar

hemoglobin pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi.

(Hilman,2005).

Radioterapi merupakan pengobatan penyakit dengan radiasi pingion atau

disebut juga penyinaran dan dipilih sebagai salah satu metode pengobatan pada

pasien karsinoma nasofaring. Radioterapi dapat mengakibatkan penurunan status

gizi pada pasien kanker nasofaring, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan

adanya analisis efek perubahan jumlah hemoglobin (HB) pasien radioterapi.

Dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas dengan

frekwensi tertinggi sedangkan di daerah Rosenmuller pada nasofaring yang

merupakan daerah trassisional dimana epitelkuboid berubah menjadi epitel

skuamosa. Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih

merupakan suatu problem,hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala

(2)

13

dini yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembuyi, sehinggah diagnosis

sering terlambat.

Pada stadium dini radioterapi masih merupakan pengobatan pilihan yang

dapat diberikan secarah tunggal dan memberikan angka kesembuahan yang cukup

tinggi. Pada stadium lanjut, diperlukan terapi tambahan kemoterapi yang

dikombinasi dengan radioterapi.oleh karena itu diagnose dini merupakan salah

satu tindakan yang di lakukan untuk mengetahui lebih awal dan bagaimana

penanggulangannya.( Demizu,2006).

Limfosit adalah jenis sel darah putih, yang merupakan bagian penting dari

sistem kekebalan tubuh. Limfosit dapat mempertahankan tubuh terhadap infeksi

karena mereka bisa membedakan sel-sel tubuh sendiri dari sel-sel asing. Setelah

mereka mengenali bahan asing dalam tubuh, mereka memproduksi bahan kimia

untuk menghancurkan sel asing terebut.Sebuah diagram yang menunjukkan

berbagai jenis sel darah putih, termasuk limfosit. Ada dua jenis limfosit yang

diproduksi di sumsum tulang sebelum kelahiran. Limfosit B, juga disebut sel B,

ada di dalam sumsum tulang sampai mereka dewasa. Setelah matang, mereka

menyebar ke seluruh tubuh dan berkonsentrasi dalam limpa dan kelenjar getah

bening. Limfosit T, atau sel T, meninggalkan sumsum tulang dan matang dalam

timus, kelenjar yang ditemukan didada dan Hanya limfosit dewasa dapat

melakukan respon imun. Semua limfosit mampu memproduksi bahan kimia untuk

melawan molekul asing. Setiap molekul yang di deteksi oleh tubuh sebagai benda

asing disebut antigen. setiap limfosit, apakah B atau T, spesifik hanya untuk satu

jenis antigen.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana analisis pengaruh radiotrapi pada karsinoma nasofaring terhadap nilai

hemoglobin dan limfosit.

(3)

14

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui dosis penyinaran pada pasien karsinoma nasofaring.

2. Untuk mengetahui efek pemberian dosis radioterapi terhadap hemoglobin dan

limfosit pada penderita karsinoma nasofaring.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi bahwa penyinaran radioterapi dapat

mempengaruhi nilai hemoglobin dan limfosit.

2. Untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang faktor resiko terjadinya

karsinoma nasofaring.

3. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat di manfaatkan oleh pasien karena

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai eduksi pada pasien tentang

penyakit ini agar dapat berobat lebih awal.

4. Dapat di gunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dengan pengaruh penyinaran terhadap nilai hemoglobin dan

limfosit pada karsinoma nasopharing.

1.6 Sistematika penulisan

Sistematik penulisan skripsi ini terdiri dari bab bab yang memuat beberapa sub

bab. Untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman maka skripsi ini di bagi

menjadi beberapa bab yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuktikan pengaruh PFTH menghambat efek radioterapi pada masing-masing variabel (monosit, lim- fosit, TNF- , IFN- dan IL-2), maka dilakukan uji per- bandingan data delta

Pada pasien KNF pasca radioterapi, penyebab terjadinya OME dapat dikaitkan dengan kerusakan langsung yang disebabkan oleh efek radiasi, berupa timbulnya jaringan parut

Memberikan informasi terhadap pihak rumah sakit tentang ada tidaknya perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring yang. mendapat pengobatan utama yakni

1) Mukositis: reaksi mukosa akut terhadap radioterapi akibat dari kematian mitosis sel epitel yang melapisi daerah rongga mulut dan faring. Waktu siklus sel epitel basal

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan ekspresi protein p53 ( wild type ) dan Hsp70 pada sel punca KNF yang resisten terhadap radioterapi.. Terungkapnya mekanisme

waktu pemeriksaan, dibandingkan dengan nilai MEV rata-rata praradioterapi terdapat perubahan nilai yang sangat bermakna (p<0,001), kecuali nilai MEV rata-rata

Hasil pengukuran OAE menunjukkan bahwa serta diperlukan penelitian lebih lanjut untuk pemberian radioterapi mengakibatkan gangguan menentukan apakah sifat gangguan

pengobatan radioterapi area kepala dan leher di Unit Radioterapi RSUP Dr. Data yang dikumpulkan adalah data primer berupa skala rasio yang ditentukan dari hasil pengukuran