• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari „‟socious’’ yang artinya kawan atau teman. Dalam

hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas,

teman sekampung dan sebagainnya. Maksud kawan disini adalah mereka

(orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu

dan mempunyai sifat saling mempengaruhi (Wahyuni,1986:60).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002;1454.), kata sosial

berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosial

menurut departemen sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan

dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti,

sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol yang

berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur

tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota

suatu masyarakat sehingga dengan demikian, sosial harus lah mencakup lebih dari

seorang individu yang terkait pada kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang

individu yang saling berfungsi satu dengan yang lainnya.

Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah

(2)

menjadi lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari (Hamid Hasan,2008:336)).

Menurut istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002:379),

ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan

pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan, dan

perindustrian).

Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada

yang keadaan sosial ekonomi nya tinggi, sedang, dan rendah. Sosial ekonomi

menurut abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan,

tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.

Menurut Soerjono (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam

masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,

prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan

sumberdaya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi

diartikan sebagai sesuatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan

memantapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat sebagai

segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara

lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Kehidupan ekonomi seharusnya dipandang sebagai sistem sosial, yaitu

(3)

kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan

manusia yang hidup dalam suatu pergaulan (Soleman,1986:9). Oleh karena itu

kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:

1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua atau

lebih.

2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang

cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan

pengorganisasian prilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan

(kelompok).

3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4. Suatu kehidupan sistem bersama.

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi

Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lorenzia (2003),

diketahui bahwa proporsi pendapatan, persepsi pendidikan dan jumlah

tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan anak, maka

dalam kajian penelitian ini akan dibatasi enam faktor yang melatar belakangi

kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani yang berpengaruh terhadap tingkat

pendidikan anak yaitu latar belakang pendidikan orang tua, Usia/umur orang tua,

pendapatan pokok, pengeluaran keluarga, tempat tinggal, tabungan.

1. Kondisi Sosial Keluarga

a. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua

(4)

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2003 pasal 1).

b. Usia orang tua

Umur adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat

yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Lebih lanjut menurut Weliono dalam Fandi (2012), umur atau

usia adalah waktu yang mengukur waktu berdasarkan satu benda atau makhluk

hidup maupun mati, misalnya umur manusia dikatakan 15 tahun diukur sejak dia

lahir sehingga waktu umur itu dihitung, oleh karena itu umur itu diukur dari mulai

dia lahir sampai sekarang ini.

2. Kondisi Ekonomi Keluarga

a. Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan adalah jumlah penerimaan berupa uang atau barang

yang dihasilkan oleh segenap orang yang merupakan balas jasa untuk faktor

-faktor produksi (BPS, 2006 ). Ada 3 sumber penerimaan rumah tangga yaitu:

1. Pendapatan dari gaji dan upah yaitu balas jasa terhadap kesediaan orang

menjadi tenaga kerja

2. Pendapatan dari dari aset produktif yaitu aset yang memberikan

(5)

3. Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan

yang diterima bukan sebagai balas jasa atau input yang diberikan

Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Pendapatan pokok

Pendapatan pokok yaitu pendapatan yang tiap bulan yang diharapkan

diterima, pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin.

2) Pendapatan sampingan

Pendapatan sampingan yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di

luar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pekerjaan sampingan.

3) Pendapatan lain- lain

Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang berasal dari pemberian pihak

lain, baik bentuk barang maupun uang, pendapatan bukan dari usaha.

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa barang maupun uang

baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai dengan

sejumlah uang atau harga yang berlaku saat itu. Uang atau barang tidak langsung

kita terima sebagai pendapatan tanpa kita melakukan suatu pekerjaan baik itu

barupa jasa ataupun produksi. Pendapatan ini digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, setiap orang

harus bekerja demi kelangsungan hidupnya dan tanggung jawabnya seperti istri

(6)

b. Pengeluaran Pokok

Pengeluaram konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi 2 yaitu

pengeluaran berupa makanan dan bukan makanan. Pengeluaran konsumsi rumah

tangga yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain:

1) Pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan, seperti: padi-padian,

umbi-umbian, daging, ikan laut, ikan tawar/tambak, kacang-kacangan,

bumbu-bumbuan, lemak dan miyak.

2) Pengeluaran rumah tangga untuk makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau seperti makanan jadi, bahan minuman/minuman tidak

berakohol, tembakau dan minuman berakohol.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga bukan makanan yang dimaksud

dalam penelitian ini antara lain:

1) Pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar seperti: sewa

rumah, kontrak rumah, semen, cat, air minuman atau PAM, listrik, kipas

angin, gas elpiji, sabun cuci, dan lain-lain.

2) Pengeluaran sandang, seperti: kemeja, celana, pembalut wanita, emas

perhiasan yang sifatnya bukan investasi.

3) Pengeluaran konsumsi kesehatan, seperti: obat batuk, biaya dokter, pasta

gigi, sabun mandi, sampo, biaya gunting rambut, dan lain-lain.

4) Pengeluaran konsumsi pendidikan, rekreasi, dan olahraga seperti: uang

sekolah, buku tulis, penggaris, koran, majalah, bioskop, sepeda anak, TV,

(7)

5) Pengeluaran konsumsi transportasi dan komunikasi, seperti sepeda motor,

mobil, bensin, solar, ban, Handpohone, dan lain-lain (BPS, pedoman

Pencacahan Survei Penyempurnaan Diagram Timbang Nilai Tukar Petani

2012)

c. Pemilik Kekayaan

Menurut Maftukhah (2007), untuk mengukur tingkat sosial ekonomi

seseorang dari rumahnya dapat dilihat dari:

a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

b. Kondisi fisik bangunan dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.

c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada

umumnya semakin tinggi tingkat ekonomi.

d. Tabungan

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,

dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan.

2.2 Keluarga

2.2.1 Pengertian keluarga

Pengertian keluarga berdasarkan asal usul yang dikemukakan oleh Ki

Hajar Dewantara (1994:30), bahwa keluarga berasal dari bahasa jawa yang

(8)

kawula berarti hamba dan warga Artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan

bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota

dari kawula merasakan sebagai kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya

dan dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya secara keseluruhan.

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki

hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang

yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan

sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum

menikah disebut keluarga batih. (Soerjono, 2004:).

Keluarga merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan

seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenan dengan

keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Walaupun sulit untuk menentukan atau

mencari persamaan-persamaan dan ciri-ciri pada semua keluarga, paling tidak kita

dapat menentukan ciri-ciri keluarga secara umum dan khusus, yang akan terdapat

pada keluarga dalam bentuk dan tipe apapun (Kahiruddin, 1997:5).

Untuk itu, ciri-ciri keluarga dapat digolongkan yaitu sebagai berikut.

a. Ciri-ciri Umum

Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac

Iver dan Page dalam Khairuddin,1997:6 yaitu:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan

(9)

3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota

kelompok mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi

yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun, tidak mungkin terjadi terpisah terhadap kelompok

keluarga.

b. Ciri-ciri Khusus

Disamping memiliki ciri-ciri umum sebagai suatu organisasi lazimnya,

keluarga juga memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1. Kebersamaan.

2. Dasar-dasar emosional.

3. Pengaruh perkembangan.

4. Ukuran yang terbatas.

5. Posisi inti dalam struktur sosial.

6. Mempunyai tipe masyarakat patriakal.

7. Tanggung jawab para anggota

8. Aturan masyarakat

(10)

2.2.2 Tipe-tipe Keluarga

Dwi dan Bagong,(2004;211), memberikan tipe-tipe keluarga yaitu sebagai

berikut:

1) Conjugal Family, didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari

seorang suami, seorang istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin.

2) Consanguine Familiy, hubungan kerabat sedarah atau tidak didasarkan

pada pertalian kehidupan suami-istri, melainkan pada pertalian darah atau

ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri dari

hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam pada suatu

rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan.

2.2.3 Fungsi Keluarga

a. Fungsi Pengaturan Keturunan

Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan

seks dapat dipuasakan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan

berbagai cara, misalnya kontrasepsi, abortus dan teknik lainnya. Meskipun

sebagian masyarakat tidak membatasi kehidupan seks pada situasi perkawinan,

tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga akan menjamin reproduksi karena

fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan

sebagai dasar kehidupan sosial manusia bukan hanya sekedar kebutuhan biologis

saja.

b. Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan

Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai

(11)

bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasikan oleh

orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

c. Fungsi Ekonomi dan Unit Produksi

Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan

keluarga sebagai unit-unit produksi yang sering kali dengan mengadakan

pembagian kerja di antara anggota-anggotanya.

d. Fungsi pelindung

Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai

bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini

banyak diambil alih oleh instansi negara.

e. Fungsi Penentuan Status

Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka

keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu

sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.

f. Fungsi Pemeliharaan

Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota-anggota

yang sakit, menderita, atau tua. fungsi pemeliharan ini pada setiap masyarakat

berbeda-beda, akan tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan

pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka bergantung pada

masyarakat.

g. Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang

(12)

serius adalah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan

perhatian atau rasa kasih sayang (Dwi dan Bagong,2004;214).

2.2.4 Faktor-Faktor Keluarga Terhadap Perkembangan Anak

Menurut Abu Ahmad, (1990;247), terdapat 5 (lima) faktor keluarga

terhadap perkembangan anak yaitu:

1. Perimbangan Perhatian

Disini yang dimaksud ialah perimbangan perhatian orang tua atas

tugas-tugasnya, terhadap tugas-tugas ini pun harus menyeluruh. Masing-masing tugas

menuntut perhatian yang penuh sesuai dengan porsinya.

2. Kebutuhan Keluarga

Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan

anggota-anggota keluarga ialah: ayah, ibu dan anak-anak. Sebaliknya keluarga yang pecah

atau Broken Home terjadi dimana tidak hadirnya salah satu orang tua karena

kematian atau perceraian, atau tidak hadirnya kedua-keduanya. Keluarga yang

utuh dan yang pecah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan

anak. Keluarga yang utuh tidak sekedar utuh dalam arti berkumpulnya ayah dan

ibu tetapi utuh dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu disamping utuh dalam fisik

juga utuh dalam psikologis.

3. Status Sosial

Status sosial orang tua mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku dan

pengalaman anak-anaknya. Yang dimaksud dengan status sosial ialah kedudukan

(13)

4. Besar Kecilnya Keluarga

Besar kecilnya keluarga mempengaruhi perkembangan sosial anak,

keluarga yang besar memiliki beberapa anak, sedangkan keluarga kecil, anggota

keluarganya juga sedikit.

5. Keluarga Kaya/Miskin

Keluarga yang kaya mampu menyediakan keperluan materil bagi

anak-anaknya. Keperluan materil ini diperlukan oleh anak dari alat permainan sampai

ke alat-alat sekolah dan pakaian yang mahal-mahal. Sebaliknya anak yang lahir

dalam keluarga yang miskin. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tidak materil

tidak terpenuhi kalaupun terpenuhi hanya secara minimal.

2.3 Buruh

2.3.1 Pengertian Buruh

Buruh menurut kamus kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang

bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah. Buruh adalah setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 1 pekerja/buruh

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau

masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha badan

hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar

(14)

1. Bentuk-bentuk buruh

Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai

suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan

sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung

dari kesepakatan yang disetujui.

Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu:

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.

b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan fisiknya karena tidak mempunyai

keahlian dibidang tertentu.

c. Buruh musiman, buruh yang hanya bekerja pada musim-musim tertentu

(misalnya buruh tebang tebu dll).

d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja dipabrik.

e. Buruh tambang, buruh yang bekerja dipertambangan.

f. Buruh tani, buruh yag menerima upah dengan bekerja dikebun atau

disawah orang lain.

Kalangan buruh itu terdiri dari dua jenis:

1. Pekerja merdeka, yaitu orang-orang yang bekerja dengan bayaran khusus.

Mereka itu seperti pengelola industri kerajinan yang memiliki tempat

khusus, juga pemilik bisnis atau profesi yang memiliki kantor sendiri.

2. Para pekerja sekunder (lapisan Kedua), yaitu orang-orang yang bekerja

untuk memperoleh upah atau gaji tertentu, seperti para buruh dilahan

(15)

lainnya, apakah pekerjaan itu untuk pribadi-pribadi tertentu atau untuk

Negara.

2.3.2 Buruh Harian Lepas (BHL)

Buruh harian lepas adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari

hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja,

atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut

buruh harian lepas karena (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada

kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh

tetap. Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mempekerjakan

pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.

Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja

lepas dibidang pertanian karena mereka hanya bekerja disektor pertanian.

Sehingga mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian

yang sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang

mengambil upah untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah.

Sebagian besar dari mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan lepas dari

hari ke hari. Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu

juga melakukan perdagangan kecil-kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil

pertanian secara kecil-kecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan

kadang-kadang ada juga dari mereka yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan

perajinan (Sajoyo, 1995:112).

Sajoyo memberikan ciri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian

(16)

Kegiatan Ekonomi

a. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji

sebagai pekerja harian.

b. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami

tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan sebelum tanah ditanami

oleh para pemilik lahan atau tuan tanah.

c. Diwaktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh tani

melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira

sama besarnya dengan gaji mereka.

Kedudukan Sosial

1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat.

Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak

mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan maupun yang akan

hilang.

2. Buruh tani hidup menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau

orang yang menjamin kehidupan mereka dimasa depan. Kenyataan ini

mempunyai implikasi penting terhadap rencana-rencana pembangunan

yang telah dipertimbangkan sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh

tani.

3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang

kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman pertanian. Mereka telah

(17)

sedikit mengenai pekerjaan pertanian seperti mencangkul, menanam,

menyiangi, dan memanen.

4. Buruh tani sebagai kelompok sama sekali tidak terikat kepada desa

mereka. Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan kalau telah

datang waktunya mereka berpindah ketempat yang baru dimana mereka

berharap menemukan kesempatan untuk berhasil atau mendapatkan gaji

yang lebih besar dan kerja yang lebih ringan (Sajoyo, 1995:113-114).

2. 4 Pendidikan

2.4.1 Pengertian Pendidikan

Menurut Hamalik (2001), pendidikan merupakan bagian integral dalam

pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses

pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk

mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor

ekonomi, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan

berbarengan.

Sementara menurut Sagala (2009), pendidikan dapat dimaknai sebagai

proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang

mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam

sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup

pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses

pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi

(18)

2.4.2 Jalur, Jenis dan Jenjang/Tingkat Pendidikan

Ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang atau tingkatan pendidikan telah

dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003,

dalam Bab VI Pasal 13,14,15,dan 16.

1. Jalur Pendidikan

Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003, dijelaskan jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal yang

saling melengkapi dan memperkaya.

Menurut Enouch dan Jumain (2010), jalur pendidikan formal yaitu

pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode

tertentu dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Contoh dari pendidikan

formal antara lain, untuk bidang pendidikan umum, yakni: SD selama 6 tahun,

SMP selama 3 tahun dan SMA/SMK selama 3 tahun, serta perguruan tinggi.

2. Jenis Pendidikan

Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003, dijelaskan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan Umum, Kejuruan,

Akademik, Profesi, Vokasi, Keagamaan dan Khusus (luar biasa). Jenis pendidikan

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal, dimana

sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal melaksanakan tugas

pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan anak atau peserta didik

(19)

3. Jenjang/Tingkatan Pendidikan

Pada pasal 17 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

(1) pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah, (2) pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidayah (MI) dan bentuk yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan bentuk lain yang sederajat,

dan (3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksudkan dalam

ayat 1 dan 2 diatur peraturan pemerintah.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, pasal 18, dinyatakan bahwa: a) Pendidikan menengah merupakan lanjutan

pendidikan dasar; b) pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah

umum dan pendidikan menengah kejuruan; c) pendidikan menengah berbentuk

Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) , Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang

sederajat; dan d) ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana

disebutkan dalam ayat 1, 2 dan 3 diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Kemudian pasal 19 dipertegas lagi dalam pasal 20 dinyatakan bahwa: a)

Perguruan tinggi dapat berbentuk Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institute

atau Universitas; b) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan

penelitian, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; c) Perguruan Tinggi

dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau vokasi; dan d)

(20)

Dari uraian diatas tingkat/jenjang pendidikan formal terdiri atas: a)

Tingkat pendidikan dasar meliputi: SD, SMP/MTs dan program kejar paket A

yang sederajat dengan SMP; b) tingkat pendidikan menengah meliputi: Sekolah

Menengah Umum (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Menengah

Keagamaan (SMK), dan Sekolah Menengah Kedinasan dan Sekolah Menengah

luar biasa ; dan c) tingkat pendidikan tinggi yaitu meliputi jenjang pendidikan

diatas pendidikan menengah.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan Anak

Baik atau tidaknya pendidikan itu tergantung pada bermacam-macam

faktor yang mempengaruhinya. Menurut Purwanto (2007), adapun faktor-faktor

yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan anak dapat dibedakan

menjadi dua bagian yaitu faktor individual dan faktor sosial.

a. Faktor individual

Faktor individual yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri anak,

meliputi: faktor kesehatan, faktor inteligensi, bakat, minat, motivasi dan faktor

kepribadian.

b. Faktor Sosial

Faktor sosial yaitu semua faktor yang berada diluar diri anak. Misalnya,

faktor tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak,

(21)

2.5 Penelitian Terdahulu

Berikut ini terdapat beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang

dijadikan referensi-referensi dan pembanding oleh penulis dalam melakukan

penelitian ini:

1. Oktama (2013) dengan judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap

Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan Di Kelurahan Sugihwaras

Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Penelitian ini

bertujuan, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kondisi

sosial terhadap tingkat pendidikan anak, mengetahui apakah terdapat

pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak,

mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap

tingkat pendidikan anak keluarga nelayan di kelurahan sugih waras.

Menggunakan teknik analisis Deskriptif persentase (DP) dan Analisis

regresi berganda yang diolah menggunakan model SPSS 16. Hasil

penelitian menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial

keluarga dengan tingkat pendidikan anak dengan t hitung sebesar 2.240.

2. Cahyawati (2013) dengan judul Analisis Pendapatam Petani Kelapa Sawit

Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak di Desa Air putih. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani dalam meningkatan

pendidikan anak di Desa Air Putih Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu

Raya. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan

(22)

pendidikan anak di Desa Air Putih Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu

Raya.

3. Nasirotun (2013) dengan judul Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi dan

Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan ke

Perguruan Tinggi pada Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh antara kondisi sosial ekonomi dan pendidikan orang tua terhadap

motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa SMK

Kartika Aqasa Bhakti Semarang. Metode analisis yang digunakan

pengujian validitas, uji reliabilitas, analisis regresi berganda, pengujian

hipotesis t -test, uji F test dan uji determinasi. Kesimpulan dari penelitian

ini bahwa ada pengaruh antara kondisi sosial ekonomi orang tua dan

pendidikan orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi pada siswa SMK Kartika Aqasa Bhakti Semarang.

4. Widayati (2014) dengan judul Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang

Tua, Pendidikan, Pengelolaan Keuangan Keluarga, dan Pembelajaran di

Perguruan Tinggi Terhadap Literasi Finansial Mahasiswa. Tujuan

penelitian ini untuk mengkaji pengaruh langsung maupun tidak langsung

status sosial ekonomi orang tua, pendidikan pengelolaan keuangan

keluarga, dan pembelajaran di perguruan tinggi terhadap literasi finansial.

Teknik analisis yang digunakan analisis jalur dan analisis regresi dengan

uji selisih mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

(23)

pendidikan pengelolaan keuangan keluarga, dan pembelajaran di

perguruan tinggi terhadap literasi finansial.

2.6 Kerangka Konseptual

Pendidikan adalah milik semua dari semua manusia dengan pendidikan

seseorang mempunyai pengetahuan atau wawasan. Pendidikan merubah dari

kepribadian dan akhlak tidak baik menuju akhlak yang baik. Menjadikan

kehidupan kurang baik menuju kehidupan yang memadai/layak serta dapat

meningkatkan kebutuhan/lingkungan sosial menjadi lebih baik. karena dalam

kehidupan sosial semua orang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan ekonomi

ataupun pemenuhan kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, rumah dan lain

sebagainnya.

Dengan demikian keluarga adalah wadah yang pertama untuk bertanggung

jawab bagi pendidikan anak-anaknya. Keluarga mempunyai banyak fungsi, salah

satunya adalah fungsi ekonomi. Dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang

diperlukan oleh anak-anaknya adalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan

sekolah karena tanpa dana yang mencukupi maka berbagai alat-alat atau biaya

administrasi anak tidak dapat terpenuhi.

Pada kenyataannya sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting

terhadap tingkat pendidikan anak. Kondisi sosial keluarga yang baik akan mampu

menciptakan dan mendorong pendidikan anak dalam mencapai cita-cita yang di

inginkan anak-anaknya karena pendidikan orang tua yang cenderung tinggi akan

biasanya lebih berhasil dalam mendidik anak, selain itu usia orang tua juga

(24)

dengan usia yang lebih tua mampu mengarahkan dan mengajarkan anaknya

tentang pola kehidupan dan pengalaman hidup yang dialami orang tua nya tentang

baik dan buruk dalam kehidupan.

Disamping itu, faktor ekonomi keluarga sangat berperan dalam pendidikan

anak dikarenakan dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari materi/biaya untuk

keperluan pendidikan. Orang tua dengan ekonomi yang mapan/baik akan mampu

memenuhi berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh anaknya dalam mengenyam

pendidikan dan memfasilitasi segala kebutuhan/alat yang diperlukan oleh anaknya

dalam menggali potensi dan bakat anaknya. Namun sebaliknya anak yang berasal

dari orang tua/ keluarga yang ekonominya rendah maka kemungkinan dalam

proses pendidikan bisa terhambat. Hal ini disebabkan kekurangan dalam hal

pemenuhan fasilitas yang diperlukan oleh anaknya selama menjalani pendidikan.

Jadi ada kemungkinan hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga

terhadap tingkat pendidikan anak. Tetapi bisa jadi sosial ekonomi keluarga bukan

lah faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan suatu anak. Dengan

demikian diduga terdapat pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap

tingkat pendidikan anak. Selanjutnya kerangka konseptual diatas dituangkan

(25)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan kerangka konseptual, dan hasil-hasil penelitian terdahulu,

maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut:

1. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak

keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam

Kabupaten Aceh Tenggara.

Ha: Ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak

(26)

2. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan

anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima kecamatan Bukit Tusam

Kabupaten Aceh Tenggara.

Ha: Ada Pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak

keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Walikota Semarang Nomor 875.1/2 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Perijinan dan Non Perijinan kepada Kepala Badan Pelayanan.. Perijinan Terpadu

governance ) yang baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, semua pelayanan medis yang dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit dilakukan atas.. penugasan klinis

Based on the statement above, one of the advantages of playing online games is increasing one's ability in English language, because in playing online games, inadvertently we

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

Saya berjanji bahwa jika sampai dengan 15 Maret 2017 pihak beasiswa belum membayarkan BP tersebut kepada Universitas Indonesia, maka saya akan membayarkan 50% dari

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2014

SURAT PERMOHONAN CUTI AKADEMIK.