• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Pekerja Depot Air Minum Isi Ulang Dalam Menjaga Kualitas Air Minum Isi Ulang Kabupaten Dairi Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Pekerja Depot Air Minum Isi Ulang Dalam Menjaga Kualitas Air Minum Isi Ulang Kabupaten Dairi Tahun 2015"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Perilaku

Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya yang berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada suatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (rangsangan), dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Notoatmodjo (2012), juga berpendapat perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Dilihat dari respons terhadap stimulus tersebut, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respons yang terjadi dalam stimulus ini masih dibatasi perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain .

2. Perilaku Terbuka (overt behavior)

(2)

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2.1.1. Pengetahuan

(3)

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda

2.1.2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik - tidak-baik, dan sebagainya). Champell (1950) mendefenisikan sangat sederhana, yakni: ”An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object.” jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,perasaan, perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelakksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

.

2.1.3 Praktik atau Tindakan ( Practice )

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Agar terbentuknya suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

(4)

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2012).

Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah :

a. Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar.

b. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

c. Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Perilaku Kesehatan

Menurut Skinner (1908) dalam Notoatmodjo (2012), perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objeck yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan itu maka perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health mantanance)

Perilaku ini adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit atau usaha untuk menyembuhkan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

(5)

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelolah lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya.

Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini :

a. Perilaku hidup sehat (healthy life style) yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan atau pola/gaya hidup sehat. Yang mencakup antara lain :

1. Makan dengan menu seimbang (appropite diet). Menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang di perlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih)

2. Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kualitas dalam arti frekuensi dalam waktu yang digunakan untuk olahraga atau aktivitas fisik selain olahraga, tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan. 3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan

berbagai macam penyakit.

(6)

5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi oada siapa saja dan akibatnya

bermacam-macam bagi kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan atau mengelolah stres dengan kegiatan – kegiatan yang positif.

7. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya: tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (illness behavior), mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit , presepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior). Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Perilaku ini meliputi :

1. Tindakan memperoleh kesembuhan

2. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau saran pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak.

(7)

2.3. Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi:

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air

3. Air Kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat.

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2.3.1. Sumber Air Minum

(8)

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. c. Tidak berasa dan tidak berbau.

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan.

Air yang terdapat dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi :

1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan amonia.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan – badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3. Air Tanah

(9)

tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan serta persediaannya cukup di sepanjang tahun, walaupun saat musim kemarau. Tetapi air tanah juga mengandung zat – zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi seperti magnesium, kalsium, dan logam berat.

2.3.2. Syarat Kualitas Air Minum

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi standart, maka sering dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, meliputi :

1. Parameter wajib a. Persyaratan Fisik.

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara maksimum ± 3ºC, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU)

b. Persyaratan mikrobiologi.

Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri Escherichia coli

(10)

2. Parameter Tambahan a. Persyaratan Kimia.

Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan – bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.

b. Persyaratan Radioaktivitas.

Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh melabihi batas maksimum yang diperbolehkan.

2.4. Depot Air Minum

Air minum isi ulang adalah air yang telah melalui proses pengolahan yang berasal dari mata air dan telah melewati tahapan dalam membersihkan kandungan airnya dari segala mikroorganisme pathogen tanpa harus dimasak sehingga air tersebut dapat langsung diminum. Hal ini dapat dilakukan terus menerus menggunakan gallon yang tetap. DAM adalah industry yang melakukan proses pengolahan pada sumber air bak kemudian diolah menjadi air minum dan dijual secara langsung kepada konsumsen (Deprindag,2004).

2.4.1. Regulasi Kesehatan Depot Air Minum

Regulasi kesehatan DAM menurut permenkes RI No. 736/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, dalam permenkes ini telah diatur berupa parameter persyaratan kualitas fisik, kima, biologi, dan radioaktif untuk produk air minum isi ulang yang harus dipatuhi.

(11)

diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali, air yang siap dimasukkan ke dalam kemasan minimal satu sampel satu bulan sekali, serta air dalam kemasan minimal dua sampel minimal satu bulan sekali.

2.4.2. Regulasi Perdagangan Depot Air Minum

Regulasi perdagangan menurut keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.651/MPP/Kep/10/2004, DAM harus memiliki izin operasi DAM dilarang mengambil sumber air baku yang berasal dari PDAM dan harus berasal dari mata air pegunungan yang bebas dari kontaminasi. DAM wajib melakukan pemeriksaan kualitas air minum produknya minimal enam bulan sekali dan sesuai dengan Permenkes RI No.736/Menkes/Per/IV/2010, proses disinfektan DAM dilakukan menggunakan ozon atau peninaran UV (penggabungan kedua desifentak lebih baik digunakan) karyawan menggunakan pakaian kerja, peralatan pengelolahan dalam keadaan baik, konstruksi peralatan yang digunakan sesuai dengan standar nasional, sanitasi lokasi dan area DAM terjaga kebersihannya.

2.5. Higiene Sanitasi Depot Air Minum

(12)

Higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum pada DAM (Depkes, 2006). Faktor - faktor yang dimaksud adalah cemaran fisik, kimia, dan mikrobiologi. Contoh cemaran fisik seperti benda mati, getaran, atau suhu yang dapat mempengaruhi kualitas air minum. Cemaran kimia seperti bahan organik dan non-organik pada proses pengelolahan AMIU (air minum isi ulang). Cemaran mikrobiologi seperti bakteri pathogen, virus, kapang atau jamur yang dapat menimbulkan penyakit.

Sanitasi adalah membuat dan memelihara kondisi sehat higinenis. Sanitasi dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit bawaan air dan untuk meminimisasi cacat pada produk akibat kontaminasi. Sanitasi efektif mengacu pada semua prsedur yang membantu untuk tercapainya tujuan itu (Gravani & Marriot, 2006).

Hygiene sanitasi depot air minum meliputi (Depkes RI, 2006): 1. Lokasi

a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan

b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air.

2. Bangunan

(13)

• Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :

• Ruangan proses pengolahan.

• Ruangan tempat penyimpanan.

• Ruangan tempat pembagian/penyediaan.

• Ruang tunggu pengunjung

• Lantai

Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

• Bahan kedap air.

• Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah

dibersihkan.

• Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan.

• Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

• Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

• Bahan kedap air.

• Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan.

• Warna dinding terang dan cerah.

• Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian

tergantung.

• Atas dan langit-langit

• Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan

(14)

• Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).

• Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu.

• Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.

• Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.

f. Pintu

• Bahan pintu harus kuat, tahan lama.

• Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.

• Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.

g. Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

h. Ventilasi

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapatmenjaga suhu yang nyaman dengan cara :

• Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.

• Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum.

• Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan.

3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut :

(15)

b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan). c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.

d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air.

4. Sarana Pengolahan Air Minum

a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti :

• Pipa pengisian air baku

• Tandon air baku

• Pompa penghisap dan penyedot

• Filter

• Mikro filter

• Kran pengisian air minum curah

• Kran pencucian/pembilasan botol

• Kran penghubung (hose)

• Peralatan sterilisasi

Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

(16)

5. Air Baku

a. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air.

b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.

c. Untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

6. Air Minum

a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku.

c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

7. Pelayanan Konsumen

a. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.

b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola air Depot Air Minum.

c. Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter. d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan,

(17)

8. Pekerja

a. Pekerja harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran.

c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun). d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.

e. Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.

f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung, telinga atau gigi pada waktu melayani konsumen.

g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum.

9. Pekarangan

a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan. b. Selalu dijaga kebersihannya.

c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya. 10.Pemeliharaan

a. Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggungjawabnya.

b. Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi :

• Tugas dan kewajiban karyawan.

(18)

• Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan

pembuktian).

(19)

Gambar Zona Pendekatan Monitoring Lingkungan

Gambar 2.1. Zona Pendekatan Monitoring Lingkungan 2.6. Proses Produksi Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan- bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :

Pekerja

Kontaminasi saluran pernafasan (batuk/bersin)

Kontaminasi kulit dan rambut

Kontaminasi saluran pencernaan (feses) atau

tangan

Penyimpanan produk

Konsumsi produk

(20)

a. Tangki khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi. Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

3. Desinfeksi

(21)

pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537°A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm².

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85°C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

b. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

2.7. Pengaruh Air terhadap Kesehatan

(22)

penyakit/agent. B eberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya:

a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri vibrio Cholera. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi, dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.

b. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.

c. TypHus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan penyebabnya adalah Salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang terus-menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu setelah infeksi.

(23)
(24)

2.9. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kerangka konsep di atas dapat dilihat bahwa yang mempengaruhi perilaku pekerja dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di pengaruhi oleh dua faktor yaitu :

a. Faktor internal yang terdiri dari umur,jenis kelamin dan pendidikan pekerja b. Faktor eksternal yang terdiri dari sumber informasi, pembinaan yang

dilakukan oleh dinas kesehatan dan penyuluhan dilakukan oleh petugas puskesmas.

Faktor Internal : - Umur - Pendidikan

Faktor Eksternal : - Sumber Informasi - Pembinaan - Penyuluhan

Pengetahuan Sikap Tindakan

Perilaku Dalam Menjaga Kualitas

Gambar

Gambar Zona Pendekatan Monitoring Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Kendati kata demokrasi memiliki beragam arti, namun yang paling nampak penunjukan maknanya adalah dalam persoalan politik yang kerap digunakan dalam bahasa serta

i.OV dan PliRDON (1984) menyatakan bahwa pada teknik ginogenesis se-baiknya kejutan panas diiakukan pada waktu yang tepat setelah pembuahan, yang bertujuan untuk

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kehidupan dan

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2004) dan Yudianto (2005), yang menyatakan bahwa secara simultan penerapan akuntansi keuangan

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi promosi yang dijalankan oleh Butik Keika, mengetahui peningkatan volume penjualan Butik Keika, dan untuk mengetahui peran