• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan Kolonial Belanda Di Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan Kolonial Belanda Di Kota Medan Chapter III V"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Data berupa hasil observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian

yaitu bangunan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini untuk mengetahui bentuk

adaptasi arsitektur Nieuwe Bouwen pada fasad bangunan kolonial Belanda di

Kota Medan adalah atap, bukaan, dinding luar, dan material.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah batasan dari objek yang akan diteliti, mempunyai

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti (Sinulingga, 2012). Di

Indonesia, termasuk kota Medan, bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi

oleh arsitektur Nieuwe Bouwen adalah rumah kelas menengah, pabrik, kantor,

restoran, bioskop, dan fasilitas umum (Kras, 1983; Kusno, 2009). Yang menjadi

populasi pada penelitian ini adalah bangunan Nieuwe Bouwen yang ada di Kota

Medan, yaitu restoran. Rotonde yang sekarang menjadi kantor PD Pasar Medan,

beberapa ruko yang ada di jalan Sutomo (kompas, 2001), bioskop Cathay Pasifik

(2)

48

Restoran Ria, kolam renang Paradiso, bank Mandiri jalan Balai Kota (Bappeda,

2013), Bank Mandiri jl. Pulau Pinang (Leushuis, 2011), Kantor Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara tingkat I Medan, Stasiun Kereta Api

lama, kantor PLN Medan (Loderichs, 1997), dan Bioskop Olympia Medan

(Segaar-Höweler, 1998).

1. Rumah

Gambar 3.1 Beberapa Ruko di jl. Sutomo (Sumber : Pribadi)

2. Kantor

Gambar 3.2 Kantor PLN dan dinas pariwisata dan kebudayaan provinsi Sumatera Utara tingkat I Medan

(Sumber : Tropenmuseum dan Wikipedia)

(3)

49

3. Restoran

Gambar 3.4 Restoran Rotonde (Sumber : Pribadi)

4. Bioskop

Gambar 3.5 Bioskop Ria, Bioskop Olympia, dan Bioskop Cathay (Sumber : Alumni-sma6-medan, Tropenmuseum, dan Pribadi)

5. Fasilitas Umum

Gambar 3.6 Kolam Renang Paradiso dan Stasiun Kereta Api (Sumber : Pribadi dan alumni-sma6-medan)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang tidak menggunakan semua data

untuk diambil melainkan hanya perwakilan dari populasi (Sinulingga, 2012).

Alasan penggunaan sampel dalam mempelajari karakteristik adalah untuk

(4)

50

dilakukan adalah purpose sampling karena purpose sampling adalah pengambilan

sampel penelitian secara sengaja.

1. Rumah

Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, ruko-ruko yang ada di jalan

Sutomo tidak dapat dijadikan objek penelitian karena tidak adanya data

seperti foto lama ruko-ruko tersebut sehingga tidak mengetahui ada atau

tidak adanya perubahan bentuk bangunan tersebut.

2. Kantor

Berdasarkan hasil survey dan srudi literatur, diantara keempat bangunan

tersebut yang dijadikan objek penelitian adalah Bank Mandiri KC Medan

Balaikota karena bangunan ini memiliki data dan foto lama, sehingga

mengetahui ada atau tidak adanya perubahan bentuk bangunan dan

ternyata Bank Mandiri KC Medan Balaikota belum mengalami perubahan

bentuk. Sedangkan bangunan lainnya sudah mengalami perubahan bentuk

dan ada yang sudah diteliti sebelumnya dengan tujuan penelitian yaitu

mengetahui adanya pengaruh arsitektur Amsterdam School pada bangunan

tersebut yang mana Amsterdam School merupakan bagian dari arsitektur

Nieuwe Bouwen.

3. Restoran

Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, Restoran Rotonde Medan

memiliki data dan foto lama, sehingga mengetahui ada atau tidak adanya

(5)

51

mengalami perubahan bentuk. Oleh karena itu, dapat dijadikan objek

penelitian.

4. Bioskop

Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, ketiga bioskop tersebut tidak

dapat dijadikan objek penelitian karena tidak sudah mengalami perubahan

pada bangunan (Bioskop Ria yang sudah berubah menjadi restoran Ria

dan Bioskop Olympia yang sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan

Olympia) dan tidak adanya data dan foto lama bangunan sehingga tidak

mengetahui ada atau tidak adanya perubahan pada bangunan tersebut.

5. Fasilitas Umum

Berdasarkan hasil survey dan studi literatur, diantara dua bangunan

tersebut yang menjadi objek penelitian adalah Kolam Renang Paradiso

karena bangunan tersebut belum mengalami perubahan bentuk, sedangkan

stasiun kereta api sudah mengalami perubahan bentuk.

Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sampel penelitian adalah

kantor PD Pasar Medan, kolam renang Paradiso, dan Bank Mandiri jalan

Balai Kota. Hal ini dikarenakan ketiga bangunan ini tidak banyak

mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat melihat bentuk adaptasi

arsitektur Nieuwe Bouwen pada fasad bangunan kolonial Belanda di Kota

(6)

52

Gambar 3.7 Kantor PD Pasar Medan, kolam renang Paradiso, dan bank Mandiri KC Medan Balai kota (dari kiri ke kanan).

(Sumber : Tropenmuseum, Pribadi, dan Google)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu :

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dengan melakukan pengamatan terhadap

objek penelitian dan wawancara mengenai bangunan-bangunan tersebut.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis Nieuwe Bouwen apa objek

penelitian tersebut dan mengetahui bentuk adaptasi arsitektur Nieuwe

Bouwen pada objek penelitian tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa literatur yang telah disediakan pihak tertentu

terkait topik penelitian. Data akan dikumpulkan dari beberapa literatur,

seperti : buku yang mendukung penelitian, arsip, artikel dari surat kabar,

artikel online dan jurnal penelitian yang sudah pernah dilaksanakan

(7)

53

3.5 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di kantor PD Pasar, kolam renang Paradiso, dan bank

Mandiri. Ketiga lokasi penelitian ini merupakan bangunan kolonial Belanda yang

bergaya arsitektur Nieuwe Bouwen.

3.5.1 Kantor PD Pasar Medan

Kantor PD Pasar berada di jalan Sutomo, kecamatan Medan Kota, Medan,

Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 3.8 Lokasi bangunan Gambar 3.9 Bangunan kantor PD Pasar Medan kantor PD Pasar Medan (Sumber: Pribadi)

(Sumber: Google Earth)

3.5.2 Kolam Renang Paradiso

Kolam renang Paradiso berada di jalan SM.Raja, kecamatan Medan Maimun,

(8)

54

Gambar 3.10 Lokasi kolam renang Paradiso Gambar 3.11 Kolam Renang Paradiso (Sumber: Google Earth) (Sumber: Pribadi)

3.5.3 Bank Mandiri KC Medan Balaikota

Bank Mandiri berada di jalan Balai Kota, kecamatan Medan Kota, Medan,

Sumatera Utara, Indonesia.

Gambar 3.12 Lokasi Bank Mandiri KC Medan Gambar 3.13 Bank Mandiri KC Medan Balaikota Balaikota

(9)

55

3.6 Sejarah Lokasi Penelitian

3.6.1 Kantor PD Pasar Medan

Kantor ini terletak di jalan Sutomo Medan yang dulunya bernama jalan

Wilhelminastraat. Awalnya kantor ini adalah sebuah restoran yang bernama De

Rotonde. Restoran ini dirancang oleh arsitek asal Belanda yang bernama J.H Valk

didirikan pada tahun 1930 dan berada di kawasan Pusat Pasar yang dibangun

untuk masyarakat golongan menengah sebagai kawasan pasar tradisional. J.H

Valk tidak hanya merancang restoran De Rotonde. Dia juga merancang kawasan

pusat pasar ini.

Pembangunan selesai pada tahun 1931, kemudian pada tahun 1933 secara

resmi digunakan. Bangunan ini diserahkan kepada pemerintah kota Medan oleh

pemerintah Belanda (Gemeente) dan beralihfungsi menjadi kantor Djawatan

Penerangan Sumatera Utara, kemudian pada tahun 1993 difungsikan menjadi

kantor PD Pasar Medan.

Gambar 3.14 Restoran De Rotonde Gambar 3.15 Kantor Djawatan Penerangan (Sumber : Tropenmuseum) Sumatera Utara

(10)

56

Gambar 3.16 Kantor PD Pasar (Sumber : Tropenmuseum )

3.6.2 Kolam renang Paradiso

Bangunan ini merupakan kolam renang pertama di kota Medan yang

dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.M. (Hans) Groeneowegen dan

dibangun pada tahun 1939. Bangunan ini terletak di jl. SM Raja yang dulunya

bernama Radjastraat. Pada masa pendudukan Inggris, pernah dijadikan sebagai

pos pengamanan oleh tentara sekutu. Namun, bangunan ini kembali lagi berfungsi

sebagai kolam renang sampai pada saat ini.

Tujuan pembangunan kolam ini untuk melengkapi sarana rekreasi di

Medan. Kola mini selalu ramai dikunjungi oleh warga terutama orang Eropa yang

membutuhkan sarana rekreasi pada saat itu. Sementara orang Indonesia jarang

datang ke tempat ini. Walaupun demikian, kehadiran kolam ini telah melengkapi

sarana rekreasi publik di Medan saat itu karena dalam bangunan ini juga terdapat

(11)

57

Gambar 3.17 Kolam Renang Paradiso Sesudah Tahun 1939 (Sumber : Semedan dan Kaskus )

Gambar 3.18 Kolam Renang Paradiso Saat Ini (Sumber : Pribadi)

3.6.3 Bank Mandiri KC Medan Balaikota

Bangunan ini merupakan bank Mandiri yang terletak di jalan Balaikota

Medan yang dulunya bernama jalan Cremerweg. Pada awalnya, bangunan ini

berfungsi sebagai Netherland Indische Handelsbank, yang merupakan perusahaan

dari Netherland Handels Maatschappij (NHM) yang banyak membiayai

pembangunan kantor di kota Medan. Bangunan ini dirancang oleh arsitek asal

Belanda yang bernama Van Oywend dengan menerapkan gaya arsitektur Modern

dan dibangun pada tahun 1929. Setelah kemerdekaan, bangunan ini diambil alih

oleh bank Bumi Daya dan kemudian dikuasai oleh bank Mandiri sampai pada saat

(12)

58

Gambar 3.19 Bank Mandiri Zaman Dulu dan Saat Ini (Sumber : Tropenmuseum dan Wikipedia )

3.7 Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan dalam pembahasan dalam penyelesaian rumusan

masalah yang ada untuk mendapatkan hasil penelitian atau temuan dalam

kesimpulan. Dalam penelitian ini, metode analisa data yang dilakukan adalah

metode deskriptif dan komparatif. Menurut Sinulingga (2012), metode deskriptif

adalah suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan situasi objek penelitian apa adanya tanpa bermaksud mengambil

kesimpulan tertentu berdasarkan semua data yang telah terkumpul ,tujuannya

untuk memberikan pemahaman tentang situasi yang terjadi atau berlaku pada

objek penelitian. Metode ini dilakukan untuk menentuksn jenis Nieuwe Bouwen

apa bangunan yang merupakan objek penelitian.

Sedangkan metode komparatif adalah metode yang dilakukan dengan cara

membandingkan dua hal atau lebih. Dalam penelitian ini, metode komparatif yang

digunakan adalah metode komparatif deskriptif, yaitu membandingkan variabel

yang sama untuk sampel yang berbeda (Silalahi, 2005). Pada penelitian ini,

(13)

59

pada bangunan Nieuwe Bouwen yang ada di Belanda dengan bangunan Nieuwe

Bouwen yang ada di Medan. Dengan demikian, dapat mengetahui bentuk adaptasi

arsitektur Nieuwe Bouwen pada fasad bangunan kolonial di Kota Medan.

3.8 Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu

mengumpulkan data primer dengan melakukan observasi dan wawancara untuk

mengetahui sejarah dan kondisi bangunan yang menjadi objek penelitian, serta

mengumpulkan data sekunder dengan melakukan studi literatur. Setelah

mengumpulkan data, peneliti menganalisa data primer dengan menghubungkan

dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil

(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Menentukan Jenis Nieuwe Bouwen pada Bangunan Kolonial Belanda

di Kota Medan

4.1.1 Kantor PD Pasar Medan

Bangunan PD Pasar ini berbentuk setengah lingkaran dan terdapat bentuk

yang melengkung pada sisi kiri bangunan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh

aliran ekspresionis pada bangunan ini yang mana bangunan yang melengkung

merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et al, 2014;

Wertheimer, 2004). Selain itu, adanya ornamen dan ventilasi pada bangunan yang

memiliki bentuk yang ekspresif dan tidak kaku.

Gambar 4.1 Bentuk bangunan (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.2 Bentuk bangunan yang melengkung, ventilasi Pada Fasad yang memiliki bentuk yang ekspresif, dan adanya ornamen pada fasad bangunan

(Sumber : Tropenmuseum, pribadi, dan pribadi )

Pada bangunan ini terdapat menara yang terbuat dari material bata yang

(15)

61

penyusunnya merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme. Selain itu, pada fasad

bangunan terdapat elemen yang tidak berfungsi sebagai struktur, melainkan hanya

sebagai penghias pada bangunan.

Gambar 4.3 Adanya elemen penghias pada fasad Gambar 4.4 Adanya menara dan ventilasi (Sumber : Pribadi ) yang ekspresif pada fasad

(Sumber : Pribadi)

Pada bangunan ini, material yang digunakan sama seperti bangunan pada

arsitektur Nieuwe Bouwen, yaitu : kaca, baja, dan beton. Dapat dilihat

penggunaan material yang mendominasi pada fasad adalah kaca yang mana

bingkai kaca terbuat dari baja, sedangkan struktur bangunan menggunakan beton

bertulang.

Gambar 4.5 Penggunaan beton bertulang, bingkai jendela dan ventilasi yang terbuat dari baja (Sumber : Pribadi)

Banyaknya bukaan pada fasad, sehingga udara dan cahaya dapat masuk ke

dalam ruang yang dapat menghidupkan ruangan yang ada di dalam bangunan,

karena suatu ruangan sesungguhnya dihidupkan oleh cahaya yang mana sumber

(16)

62

sangat memperhatikan slogan utama dari arsitektur Nieuwe Bouwen, yaitu udara,

cahaya, dan ruang.

Gambar 4.6 Suasana ruang yang menunjukkan pencahayaan alami pada Kantor PD Pasar Medan (Sumber : Pribadi)

Dari hasil analisa berikut, dapat disimpulkan bahwa kantor PD Pasar

Medan merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi arsitektur

Nieuwe Bouwen Ekspresionisme.

4.1.2 Kolam Renang Paradiso

Bentuk Kolam renang ini terdiri dari bentuk kubus pada fasad depannya dan

bentuk yang melengkung pada fasad samping kiri dan belakangnya. Hal ini

menunjukkan adanya pengaruh aliran ekspresionis pada bangunan ini yang mana

bangunan yang melengkung merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme

(Bogdanovic. et al, 2014; Wertheimer, 2004).

Gambar 4.7 Fasad depan kolam renang Paradiso

(17)

63

Gambar 4.8 Lengkungan pada sisi samping dan belakang kolam renang Paradiso (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.9 Bentuk bangunan (Sumber : Pribadi)

Pada fasad depan bangunan dapat dilihat adanya komposisi geometris

yang dinamis. Terdapat permainaan bentukan massa yang mana adanya dinding

fasad yang maju – mundur dan atap bangunan tidak rata. Konsep ini diterapkan

pada salah satu contoh bangunan Nieuwe Bouwen Ekspresionisme yaitu Town

Hall Hilversum oleh W.M Dudok. Pada bangunan ini juga menerapkan konsep

komposisi geometris yang dinamis.

Gambar 4.10 Town Hall Hilversum

(18)

64

Terdapat elemen penghias pada fasad samping dan ornamen berbentuk

geometris pada fasad depan bangunan. Selain itu, pada dinding samping dan

belakang sebagian terdiri dari material bata yang tidak diplester serta pada

bangunan ini terdapat menara yang memiliki bentuk yang ekspresif.

Gambar 4.11 Ornamen dan elemen penghias pada fasad dan menara memiliki bentuk yang ekspresif

(Sumber : Pribadi)

Gambar 4.12 Adanya ornamen pada fasad depan dan bata tidak diplester pada dinding samping (Sumber : Semedan dan Pribadi)

Kolam renang ini merupakan kolam renang outdoor, sehingga udara dan

cahaya dapat memenuhi ruang yang ada di dalam bangunan ini. Pada bangunan ini

terdapat beton bertulang dan pagar pembatas terbuat dari material baja. Selain itu,

bangunan ini juga menggunakan kolom concrete mushroom sebagai elemen

strukturnya. Pada salah satu contoh bangunan Nieuwe Bouwen, yaitu : Pabrik Van

(19)

65

Gambar 4.13 Kolom concrete mushroom pada kolam renang Paradiso dan pabrik Van Nelle (Sumber : Pribadi dan facilitaire-info)

Pada bangunan terdapat courtyard yang menjadi ruang terbuka di dalam

bangunan dan dapat menjadi area hijau yang mana area hijau merupakan salah

satu aspek penting dalam arsitektur Nieuwe Bouwen (Dietz,et al., 1995).

Gambar 4.14 Suasana courtyard yang ada di dalam bangunan (Sumber : Pribadi )

Selain itu, menurut Segaar-Höweler (1998), kolam renang ini merupakan

contoh bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe

Bouwen.

(20)

66

Dari hasil analisa berikut, dapat disimpulkan bahwa kolam renang

Paradiso merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi arsitektur

Nieuwe Bouwen Ekspresionisme.

4.1.3 Bank Mandiri KC Medan Balaikota

Bangunan ini memiliki bentuk yang kaku yang terdiri dari bentuk kubus

dan balok. Elemen vertikal dan horizontal terlihat jelas pada fasad. Hal ini juga

diterapkan pada salah satu contoh bangunan Nieuwe Bouwen ekspresionisme,

yaitu Townhall Hilversum. Selain itu, bangunan ini memiliki balkon pada bagian

depan dan samping bangunan, sehingga dapat menjadi ruang peralihan antara

ruang luar dan ruang dalam, serta dinding luar dan dinding dalam tidak menyatu.

Hal ini merupakan konsep dari aliran kubisme yang mana aliran ini diterapkan

pada arsitektur Nieuwe Bouwen (Sumalyo, 1997).

Gambar 4.16 Pengunaan balkon pada sisi samping kanan bangunan, adanya elemen penghias pada dinding lantai 1 dan di bawah balkon, dan adanya ornamen geometris pada kolom bangunan.

(Sumber : Pribadi)

Banyaknya bukaan pada fasad bangunan dan penggunaan material

(21)

67

Gambar 4.17 Penggunaan material kaca pada pintu dan material baja pada railing tangga (Sumber : Pribadi )

Selain penggunaan material modern, pada bangunan ini terdapat elemen

penghias yang menonjol pada dinding lantai 1 dan di bawah balkon lantai 2,

adanya ornamen geometris pada kolom bangunan (Gambar 4.16), serta terdapat

menara yang memiliki bentuk yang ekspresif, dan hampir setiap sudut bangunan

dilekukkan, sehingga terlihat seperti melengkung yang mana dapat dilihat pada

balkon, menara bangunan, dan sudut pada dinding fasad. Hal ini menunjukkan

adanya pengaruh arsitektur ekspresionisme pada bangunan tersebut.

Gambar 4.18 Bentuk menara yang ekspresif dan sudut yang dilekukkan pada dinding fasad bangunan

(Sumber : Pribadi)

Berdasarkan hasil analisa berikut, dapat disimpulkan bahwa bank Mandiri

merupakan bangunan kolonial Belanda yang dipengaruhi oleh arsitektur Nieuwe

(22)

68

Tabel 4.1 Pengaruh Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan Kolonial Belanda di Kota Medan

Nieuwe Bouwen Ekspresionisme Kantor PD Pasar Medan Kolam Renang Paradiso Medan Bank Mandiri KC Medan Balaikota

Bentuk ekspresif

(bentuk yang tidak umum, adanya bentuk yang melengkung)

 Bentuk bangunan setengah lingkaran dan adanya bentuk melengkung pada sisi kiri fasad bangunan, sehingga memberikan bentuk yang ekspresif pada bangunan karena bangunan yang melengkung merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et al, 2014; Wertheimer, 2004) bentuk bangunan melengkung yang mana bangunan yang melengkung merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et al, 2014; Wertheimer, 2004) dan adanya pergeseran dinding fasad depan ke depan dan belakang dan naik – turun pada atap bangunan (komposisi geometris yang dinamis)

 Adanya menara yang memiliki bentuk yang dilekukkan sehingga menyerupai bentuk yang melengkung. Hal ini memberikan bentuk yang ekspresif pada menara dan balkon pada bangunan ini karena bangunan yang melengkung merupakan ciri dari arsitektur ekspresionisme (Bogdanovic. et al, 2014; Wertheimer, 2004)

(Sumber : Pribadi)

(23)

69

Ornamen dan elemen hias

( elemen yang tidak memiliki fungsi struktur, hanya sebagai penghias )

 Adanya ornamen pada fasad kanan bangunan dan elemen hias pada ventilasi pada fasad sebelah kiri.

(Sumber : Pribadi)

 Adanya elemen hias baik pada fasad sebelah kanan maupun pada fasad sebelah kiri bangunan.

(Sumber : Pribadi)

 Adanya ornamen geometris pada fasad depan

(Sumber : Pribadi dan Semedan)

 Adanya ornamen geometris pada kolom bangunan fasad depan, dan elemen penghias pada fasad samping.

(Sumber : Pribadi)

 Adanya ornamen geometris pada kolom dan terdapat elemen penghias yang menonjol pada dinding fasad lantai 1 dan di bawah balkon lantai 2.

(Sumber : Pribadi)

 Adanya ornamen geometris yang berbentuk segitiga pada menara.

(24)

70

4.2 Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen pada Bangunan Kolonial di Kota

Medan.

Iklim di Kota Medan

Iklim tropis lembab merupakan iklim yang mana memiliki kelembapan

udara, curah hujan, dan temperatur udara yang tinggi yang mana hampir tidak ada

perbedaan antar musim hujan dan musim kemarau. Letak perbedaan hanya pada

curah hujannya saja (Hardiman, 2013). Kota Medan memiliki iklim tropis lembab

karena menurut Badan Meteorologi dan Klimatologi, kota Medan memiliki

kelembapan udara yang tinggi dengan rata-rata 78% dan dapat mencapai 92%.

Untuk curah hujan di Kota Medan tinggi, terutama pada musim hujan dan

temperatur udara juga tinggi sekitar 29 °C dandapat meningkat lagi di saat musim

kemarau terjadi. Kecepatan angin rata-rata 2-5 km/jam (kecepatan angin rendah)

yang dapat meningkat sampai 20km/jam saat musim peralihan.

4.2.1 Kantor PD Pasar Medan

Adaptasi Terhadap Iklim

1. Atap

Atap yang digunakan pada bangunan ini adalah atap datar (Gambar 4.19).

Menurut Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar dapat sesuai dengan daerah

beriklim tropis, jika memiliki konstruksi yang bagus. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Pak Bonar, pegawai kantor yang mengatakan bahwa atap

bangunan ini tidak pernah mengalami kebocoran. Hal ini menunjukkan bahwa

(25)

71

Pada atap bangunan tidak terdapat overhang atau elemen yang menonjol

(Gambar 4.19), sehingga dinding luar bangunan kurang terlindungi dari pengaruh

cuaca, karena elemen menonjol atau overhang pada atap dapat melindungi fasad

dari pengaruh cuaca (Krier, 2001).

Gambar 4.19 Perspektif dan Fasad Depan Kantor PD Pasar Medan (Sumber : Tropenmuseum dan Pribadi)

2. Bukaan

 Ventilasi

Terdapat ventilasi di atas dinding kaca pada lantai 1 (Gambar 4.20) dan di

atas jendela pada lantai 1 yang berukuran kecil dan memiliki pola seperti tepas

(Gambar 4.20), sehingga udara yang masuk ke dalam ruangan di lantai 1 melalui

ventilasi ini terbatas. Dengan kata lain, ventilasi ini mengatur kecepatan angin.

(26)

72

Gambar 4.21 Ventilasi yang ada di atas jendela lantai 1 (Sumber : Pribadi)

Penggunaan kaca pada dinding bagian kiri fasad yang lebih maju tidak

terlalu banyak. Penggunaan ventilasi lebih dominan (Gambar 4.22). Hal ini

dikarenakan dinding pada bagian kiri fasad lebih maju dan menghadap ke arah

barat, sehingga intensitas cahaya yang masuk akan lebih banyak. Selain itu,

menerapkan sistem ventilasi silang pada sisi kiri bangunan, sehingga udara yang

masuk dapat mengalir dan berganti (Gambar 4.22).

Gambar 4.22 Ventilasi Pada Dinding Fasad Depan Sebelah Kiri (Sumber : Pribadi)

Selain pada dinding fasad sebelah kiri, dinding fasad sebelah kanan juga

memiliki ventilasi yang bukaannya tidak besar, sehingga udara dan cahaya yang

(27)

73

sehingga udara yang masuk dapat mengalir dan berganti. Ventilasi terletak pada

lantai 3 (Gambar 4.23).

Gambar 4.23 Dinding Sebelah Kanan Pada Fasad Bangunan (Sumber : Pribadi)

 Jendela

Banyaknya jendela baik jendela mati maupun jendela hidup pada lantai 2

dan 3 dan memiliki ukuran yang besar sekitar 50 x 150 cm, sehingga udara dan

cahaya dapat memenuhi ruang yang ada di lantai 2 dan 3. Pada lantai 1 terdapat

jendela mati yang berukuran besar sekitar 70 x 150 cm, sehingga cahaya dapat

masuk ke dalam ruangan, tetapi udara tidak dapat masuk melalui jendela ini.

(Gambar 4.24)

Adanya overhang di atas jendela lantai 1 dan dinding kaca yang ada di

lantai 1 yang bersifat permanen. Hal ini dikarenakan iklim tropis memiliki

intensitas cahaya dan panas yang lebih besar dibandingkan negara beriklim

subtropis seperti Belanda, sehingga overhang dapat selalu menjadi shading/

pembayang dan dapat melindungi jendela dari cahaya matahari langsung dan air

(28)

74

Dengan kata lain tidak rata dengan dinding bangunan. Hal ini juga dapat menjadi

shading/ pembayang yang dapat melindungi jendela dari cahaya matahari

langsung dan melindungi dari air hujan. Namun, jendela mati pada lantai 1 maju

ke depan. Hal ini berfungsi untuk melindungi ventilasi yang ada di atasnya dari air

hujan. Walaupun jendela tersebut maju ke depan, intensitas cahaya yang masuk

tidak terlalu banyak karena adanya overhang di atas jendela yang berfungsi

sebagai shading .

Gambar 4.24 Jendela Pada Lantai 1, 2, dan 3 bangunan (Sumber : Pribadi)

Tidak hanya bukaan jendela yang besar dapat memberikan suasana yang

sejuk dalam bangunan ini. Hal ini juga didukung dengan jarak antara lantai dan

dak beton yang cukup jauh sekitar 3-3,5m pada lantai 2 dan 3, sedangkan pada

lantai 1 jarak antara dak beton dan lantai sekitar 3,5-4m. Hal ini dapat

memberikan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.

 Pintu

Adanya pintu dengan 2 daun pintu, sehingga bukaan pintu lebih besar. Hal

ini dapat menyebabkan banyaknya udara dan cahaya dapat masuk melalui pintu

(29)

75

Gambar 4.25 Pintu utama Kantor PD pasar (Sumber : Pribadi)

3. Dinding Luar

 Material Dinding

Dinding luar dominan terbuat dari batu bata. Namun ada juga yang terbuat

dari beton. Pada bangunan ini kedua material diplester, sehingga dapat menjaga

agar dinding tidak lembab karena menurut Lippsmeier (1980), plester dapat

melindungi dinding dari air hujan dan jamur yang muncul di daerah yang lembab.

Selain itu, plesteran memiliki daya pantul terhadap sinar matahari cukup tinggi

dan merupakan konduktor panas yang buruk, sehingga mencegah agar udara

panas tidak masuk ke dalam ruangan.

Tidak hanya material bata dan beton saja yang digunakan pada dinding

bangunan ini. Pada dinding lantai 1 juga menggunakan material kaca yang mana

menurut Lippsmeier (1980), kaca memilki daya salur sekitar 80% yang dapat

memanasi ruangan dalam bangunan. Untuk itu diperlukan adanya overhang

sebagai pembayang agar dinding tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini

dapat menjaga agar udara di dalam bangunan tetap sejuk. Pada lantai 1 material

dinding terbuat dari kaca dan terdapat overhang di atas dinding, sehingga dinding

(30)

76

 Warna Dinding

Dinding luar berwarna putih, sehingga dapat mengurangi masuknya udara

panas karena warna yang terang dapat memantulkan panas.

Gambar 4.26 Kantor PD Pasar Medan (Sumber : Tropenmuseum)

Adaptasi Teknologi Setempat

1. Bahan Bangunan (material)

Material yang digunakan pada bangunan ini adalah kaca pada dinding

lantai 1 dan jendela. Material baja digunakan pada kusen dan bingkai jendela,

railing pada tangga, dan ventilasi (Gambar 4.28). Beton digunakan pada atap,

overhang, kolom, lantai (Gambar 4.27) dan ventilasi (Gambar 4.22). Material

kayu digunakan pada daun dan kusen pintu (Gambar 4.25). Sedangkan batu

(31)

77

Gambar 4.27 Kolom, lantai dan railing pada tangga (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.28 Jendela lantai 2, ventilasi di lantai 1, dan railing tangga (Sumber : Pribadi )

Bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat ditandai dengan tidak

menerapkan brick expressionism seperti yang diterapkan pada bangunan Nieuwe

Bouwen ekspressionisme di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu

tidak ada keahlian yang tinggi dalam menerapkan brick expressionism.

4.2.2 Kolam Renang Paradiso

1. Atap

Atap yang digunakan pada bangunan ini adalah atap datar. Menurut

Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar dapat sesuai dengan daerah beriklim

(32)

78

dengan Pak Zulham yang merupakan pegawai di Paradiso mengatakan bahwa atap

bangunan ini secara keseluruhan tidak pernah mengalami kebocoran. Hal ini

menunjukkan bahwa atap bangunan ini memiliki desain dan konstruksi yang

bagus.

Gambar 4.29 Fasad Depan Paradiso (Sumber: Pribadi)

Pada fasad bangunan sebelah kanan terdapat overhang pada atap (Gambar

4.29), sehingga fasad kanan bangunan terlindungi dari pengaruh cuaca, karena

elemen yang menonjol atau overhang pada atap dapat melindungi fasad dari

pengaruh cuaca (Krier, 2001).

(33)

79

2. Bukaan

 Ventilasi

Terdapat banyak ventilasi pada fasad bangunan. Hampir setiap dinding

pada fasad memiliki ventilasi, sehingga banyak udara yang masuk ke dalam

ruangan. Selain itu, bangunan ini juga menerapkan ventilasi silang (cross

ventilation). Adanya penerapan ventilasi silang (cross ventilation) membuat udara

yang masuk dapat mengalir dan berganti.

Gambar 4.31 Ventilasi pada dinding luar bangunan (Sumber : Pribadi)

Terdapat overhang di atas ventilasi agar air hujan tidak masuk ke dalam

ruangan dan berfungsi sebagai shading/ pembayang. Dengan adanya overhang,

dinding dan bukaan terhindar dari sinar matahari langsung yang mana sinar

matahari langsung dapat membuat ruang dalam bangunan menjadi lebih panas

karena menurut Hardiman (2013), radiasi sinar matahari langsung menyinari

dinding atau jendela tanpa adanya overhang, maka panas yang masuk ke dalam

ruangan 2-3 kali lebih panas dibandingkan jika dinding tidak terkena sinar

matahari langsung karena adanya pembayang. Sedangkan overhang yang ada di

(34)

80

melalui ventilasi tersebut. Selain itu, dapat menjadi shading / pembayang untuk

dinding yang ada di bawahnya.

Overhang tidak hanya ada di fasad bangunan, tetapi di bagian dalam juga

terdapat overhang karena bangunan ini memiliki courtyard yang mana courtyard

merupakan ruang terbuka yang berada di dalam bangunan, sehingga udara dan

cahaya dapat memenuhi courtyard tersebut. Atap pada bagian dalam bangunan

memiliki overhang, sehingga dapat menjadi shading / pembayang. Selain itu, juga

terdapat beberapa pohon di dekat ruangan-ruangan yang mengelilingi courtyard,

sehingga dapat menjadi pembayang untuk ruangan-ruangan tersebut. Dengan

demikian, suhu di dalam ruangan menjadi tidak panas. Tidak hanya suhu di

ruangan yang tidak panas, pada bagian courtyard yang ditumbuhi pohon pun akan

terasa sejuk karena pohon juga dapat berfungsi sebagai peneduh.

Gambar 4.32 Ventilasi, jendela, dan overhang pada dinding dalam bangunan (Sumber : Pribadi)

(35)

81

 Jendela

Penggunaan jendela pada fasad bangunan tidak terlalu diterapkan. Pada

fasad depan hanya satu sisi dinding saja yang memiliki jendela yang berukuran

tidak terlalu besar sekitar 30 x 60 cm dan ada yang berukuran sekitar 60 x 20 cm.

Hal ini dikarenakan fasad depan menghadap ke timur laut yang mengakibatkan

banyaknya intensitas panas matahari yang masuk ke dalam ruangan jika banyak

jendela pada fasad depan. Selain itu, adanya overhang di atas dan di bawah

jendela yang bersifat permanen. Hal ini dikarenakan iklim tropis memiliki

intensitas cahaya dan panas yang lebih besar dibandingkan negara beriklim

subtropis seperti Belanda, sehingga dengan adanya overhang yang permanen

dapat selalu menjadi shading/ pembayang pada dinding dan jendela, sehingga

ruang dalam dan dinding yang ada di bawahnya terhindar dari cahaya matahari

langsung. Selain itu, dapat melindungi jendela dari air hujan. Selain overhang,

jendela pada bangunan ini menjorok ke dalam tetapi tidak cukup dalam, sehingga

kurang memberikan pengaruh dalam melindungi ruangan dari air hujan dan sinar

matahari yang berlebih.

Tidak terdapat jendela pada lantai 1 bangunan ini, sehingga ruangan yang

ada di dalamnya kurang mendapatkan cahaya matahari. Hal ini juga menyebabkan

(36)

82

Gambar 4.34 Jendela di luar dan di dalam bangunan yang menjorok ke dalam (Sumber : Pribadi)

Tidak hanya karena adanya bukaan berupa jendela dan ventilasi yang dapat

memberikan suasana yang sejuk dalam bangunan ini. Hal ini juga didukung

dengan jarak antara lantai dan dak beton yang cukup jauh sekitar 3-3,5m pada

lantai 2, sedangkan pada area entrance jarak antara dak beton dan lantai sekitar

3,5-4m. Hal ini dapat memberikan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.

Gambar 4.35 Jarak antara lantai ke plafon pada bangunan Paradiso (Sumber: Pribadi)

 Pintu

Pintu utama bangunan ini memiliki bukaan yang sangat besar, sehingga

banyaknya udara yang dapat masuk melalui pintu ini. Adanya teras dan atap teras

memiliki overhang sekitar 1 m, sehingga dapat terhindar dari cahaya matahari

langsung dan terlindung dari air hujan.

(37)

83

Gambar 4.36 Pintu utama bangunan (Sumber : Pribadi)

3. Dinding Luar

 Material Dinding

Sebagian dinding luar terbuat dari batu bata pasangan 1 bata yang tidak

diplester, sehingga ruangan di dalamnya lembab. Hal ini menyebabkan lantai 1

pada bangunan ini tidak dapat digunakan lagi. Lantai 1 pada bangunan ini dulunya

basement dan tempat penyimpanan, namun dinding dalam berhubungan langsung

dengan tanah, sehingga hal ini juga menyebabkan terjadi kelembapan pada

dinding lantai 1. Sedangkan dinding pada lantai 2 bangunan juga terbuat dari batu

bata pasangan 1 bata namun diplester, sehingga air hujan tidak dapat diserap oleh

material dinding sehingga tidak menciptakan kelembapan pada dinding bangunan

lantai 2.

(38)

84

 Warna Dinding

Dinding luar dominan berwarna putih dan ada juga yang berwarna biru,

sehingga dapat menghindari udara panas yang masuk karena warna yang terang

dapat memantulkan panas.

Adaptasi Teknologi Setempat

 Bahan Bangunan (material)

Material yang digunakan pada bangunan ini adalah beton bertulang pada

overhang, kolom, dan atap bangunan. Sedangkan ventilasi dominan terbuat dari

beton, kaca digunakan pada jendela, kayu digunakan pada bingkai jendela, dan

baja digunakan pada railing tangga dan pagar pembatas di samping kolam renang.

Batu bata digunakan pada dinding bangunan.

Gambar 4.38 Kolom pada bangunan (Sumber : Pribadi)

Bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat ditandai dengan tidak

menerapkan brick expressionism seperti yang diterapkan pada bangunan Nieuwe

Bouwen ekspressionisme di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu

(39)

85

pada bangunan ini menggunakan bata ekspose, namun penggunaan bata tidak

seperti pada bangunan Nieuwe Bouwen ekspresionisme.

Sebagai salah satu contoh pada bangunan Het Schip karya Michael Kerk.

Pada bangunan ini banyak menerapkan brick expressionism, seperti adanya

elemen hias yang terbuat dari batu bata yang dibentuk / dipahat pada dinding luar

(gambar 4.39), batu bata pada fasad disusun hingga membentuk pola (gambar

4.40), serta ukuran dan warna bata yang digunakan pun beranekaragam (gambar

4.39 dan 4.41).

Gambar 4.39 Pahatan Gambar 4.40 Bata yang membentuk Gambar 4.41 Ukuran bata bervariasi dari bata pola (Sumber : Het Schip) (Sumber : Het Schip) (Sumber : Het Schip)

Sedangkan pada kolam renang Paradiso, bata tidak berekspresi karena

hanya disusun seperti susunan bata pada umumnya, ukuran yang digunakan tidak

bervariasi, dan tidak terdapat bentukan yang ekspresif serta elemen hias pada

dinding bangunan yang terbuat dari bata.

4.2.3 Bank Mandiri KC Medan Balaikota

1. Atap

Atap yang digunakan pada bangunan ini adalah atap datar. Menurut

(40)

86

tropis, jika atap memiliki konstruksi yang bagus. Menurut Pak Heri, seorang

satpam pada bank Mandiri mengatakan bahwa atap pernah mengalami kebocoran,

namun hal itu terjadi hanya sekali sejak bangunan itu didirikan. Hal ini

menunjukkan bahwa konstruksi atap cukup bagus.

Gambar 4.42 Tampak samping bank Mandiri (Sumber : Pribadi)

Terdapat overhang mengelilingi atap bangunan, sehingga fasad bangunan

terlindungi dari pengaruh cuaca, karena elemen menonjol atau overhang pada atap

dapat melindungi fasad dari pengaruh cuaca (Krier, 2001).

2. Bukaan

 Ventilasi

Pada atap tidak terdapat ventilasi. Ventilasi terdapat hampir di atas semua

jendela lantai 2, 3 dan di dinding fasad lantai 4. Pada bangunan ini menerapkan

ventilasi silang. Adanya penerapan ventilasi silang membuat udara yang masuk

dapat mengalir dan berganti, sehingga hawa panas yang ada dalam ruangan dapat

(41)

87

Gambar 4.43 Ventilasi di fasad samping bangunan dan belakang bangunan (Sumber : Pribadi)

Gambar 4.44 Ventilasi pada dinding lantai 4 (Sumber : Pribadi)

Tidak hanya atap, pada lantai 1 juga tidak terdapat ventilasi, sehingga

tidak selalu terjadi sirkulasi udara dalam lantai 1 karena yang hanya ada jendela.

 Jendela

Pada setiap sisi dinding fasad terdapat jendela yang memanjang ke bawah

dan dominan berukuran besar sekitar 80 x 120 cm. Namun, terdapat balkon pada

fasad depan dan samping kanan bangunan, sehingga jendela dapat terlindungi dari

air hujan dan sinar matahari langsung. Selain itu, bentuk balkon maju ke depan,

sehingga dinding, jendela, dan ruangan pada lantai 1 dan lantai 2 dapat semakin

terlindungi dari air hujan dan sinar matahari langsung karena dapat menjadi

(42)

88

Gambar 4.45 Balkon yang dapat menjadi pembayang (Sumber : Pribadi)

Selain itu, terdapat jendela hidup dan mati pada bagian dinding lantai 1

dan letaknya menjorok ke dalam, sehingga terlindungi dari air hujan dan sinar

matahari langsung. Namun, ukuran jendela kecil. Menurut Pak Heri, jendela tidak

pernah dibuka, sehingga udara yang masuk sangat sedikit dan cahaya yang masuk

ke dalam pun sangat terbatas. Hal ini menyebabkan terjadi kelembapan di dalam

ruangan. Dulu jendela masih dibuka sehingga terjadi pertukaran udara karena

menerapkan sistem ventilasi silang yaitu sisi depan dan belakang bangunan.

Namun, jendela memiliki ukuran yang kecil, sehingga udara dan cahaya yang

masuk pun terbatas. Hal ini menyebabkan hanya sedikit udara dan cahaya

matahari yang memenuhi ruangan lantai 1.

(43)

89

Selain itu, jendela dominan terdiri dari dua lapis, yang mana lapisan

terluar merupakan jendela krepyak yang dapat berfungsi mengurangi intensitas

cahaya yang masuk dan mengurangi kecepatan angin yang masuk dalam

bangunan.

Gambar 4.47 Jendela pada lantai 2 (Sumber : Pribadi)

Tidak hanya bukaan jendela yang besar dapat memberikan suasana yang

sejuk dalam bangunan ini. Hal ini juga didukung dengan jarak antara lantai dan

plafon yang cukup jauh sekitar 3,5 - 4m pada lantai 2 dan 3. Hal ini dapat

memberikan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.

 Pintu

Pintu utama memilki 2 daun pintu. Dengan kata lain memiliki bukaan yang cukup

besar, namun di depan pintu terdapat tangga yang mana overhang pada atap

tangga cukup panjang, sekitar 1,5 m -2m. Dengan adanya teras dan atap di atas

tangga masuk yang memiliki overhang sekitar 1.5m-2m, sehingga dinding dan

pintu dapat terhindar dari cahaya matahari langsung dan terlindung dari air hujan.

(44)

90

krepyak yang dapat berfungsi mengurangi intensitas cahaya yang masuk dan

mengurangi kecepatan angin yang masuk dalam bangunan.

Gambar 4.48 Pintu utama (Sumber : Pribadi) 3.Dinding Luar

 Material Dinding

Dinding luar terbuat dari batu bata pasangan 2 bata yang diplester,

sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dinding dalam bangunan. Sedangkan

dinding pada bagian bawah dilapisi dengan material yang bertekstur kasar dan

padat, sehingga air hujan tidak dapat merembes ke dinding dalam yang dapat

menyebabkan material dinding menjadi lembab.

 Warna Dinding

Dinding luar dicat berwarna putih, sehingga dapat memantulkan cahaya

dan panas matahari. Hal ini dapat mengurangi hawa panas masuk. Sedangkan

dinding luar lantai 1 dicat berwarna hitam, sehingga dapat menyerap panas

matahari. Hal ini menyebabkan terjadi kelembapan dalam ruangan karena ruangan

dipenuhi hawa panas, namun tidak selalu terjadi pertukaran udara dan kurangnya

(45)

91

Gambar 4.49 Fasad depan dan dinding luar lantai 1 (Sumber : Pribadi)

Adaptasi Teknologi Setempat

1. Bahan Bangunan (material)

Material yang digunakan pada bangunan ini adalah beton pada overhang,

kolom, dan atap bangunan. Kaca digunakan pada daun pintu dan jendela. Kayu

digunakan pada bingkai dan kusen jendela dan pintu, serta lapisan terluar jendela

dan pintu yang berupa jendela dan pintu krepyak. Sedangkan baja digunakan pada

railing tangga dan jerjak pintu. Batu bata digunakan pada dinding bangunan.

Gambar 4.50 Railing tangga dan jerjak pintu (Sumber : Pribadi)

Bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat ditandai dengan tidak

menerapkan brick expressionism seperti yang diterapkan pada bangunan Nieuwe

Bouwen ekspressionisme di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu

(46)

92

 Adaptasi Terhadap Iklim

Tabel 4.2. Bentuk Adaptasi Arsitektur Nieuwe Bouwen Pada Bangunan KolonialBelanda di Kota Medan

Variabel

Bangunan Nieuwe Bouwen Ekspresionisme di

Belanda Kantor PD Pasar Medan Kolam Renang Paradiso Bank mandiri KC Medan Balaikota

Atap

Dominan menggunakan atap datar yang mana cocok untuk daerah beriklim subtropis yang memiliki curah hujan dan intensitas cahaya dan panas yang rendah.

Dominan tidak menggunakan overhang pada atap.

(Sumber : Het schip)

(Sumber : Mimoa, panoramio)

 Menggunakan atap datar. Menurut Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar cocok di daerah tropis, jika atap memiliki konstruksi yang bagus. Konstruksi atap bagus karena tidak pernah mengalami kebocoran. Hal ini menunjukkan penerapan atap datar yang bagus pada daerah tropis lembab.

 Tidak ada overhang di atap. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan iklim setempat.

(Sumber : Tropenmuseum)

 Menggunakan atap datar. Menurut Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar cocok di daerah tropis, jika atap memiliki konstruksi yang bagus. Atap pada bangunan ini memiliki konstruksi yang bagus ditandai dengan atap bangunan tidak pernah mengalami kebocoran. Hal ini menunjukkan penerapan atap datar yang bagus pada daerah tropis lembab.

 Adanya overhang pada atap bangunan. Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

(Sumber : Kaskus)

 Menggunakan atap datar. Menurut Lippsmeier (1980), penggunaan atap datar cocok di daerah tropis, jika atap memiliki konstruksi yang bagus. Pada bangunan ini konstruksi atap cukup bagus. Dikatakan cukup bagus karena pernah mengalami kebocoran, namun hanya sekali. Hal ini menunjukkan penerapan atap datar yang cukup bagus pada daerah tropis lembab.

 Adanya overhang pada atap bangunan. Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

(Sumber : Tropenmuseum dan pribadi)

Bukaan

Ventilasi

Bangunan dominan tidak memiliki ventilasi. Namun ada bangunan yang memiliki ventilasi di menara seperti pada bangunan Townhall Hilversum karya Willem Dudok.

Adanya ventilasi pada bangunan dan menerapkan sistem ventilasi silang, sehingga terjadi pergantian udara di dalam bangunan. Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

Banyaknya menggunakan ventilasi pada fasad bangunan, baik yang menghadap ke jalan maupun yang menghadap ke courtyard serta menerapkan sistem ventilasi silang yang mana menurut Lippsmeier (1980), pada daerah tropis lembab sebaiknya menggunakan ventilasi silang agar terjadi pergerakan udara dalam bangunan yang dapat menciptakan penguapan dan mengurangi kelembapan dalam ruangan karena pada daerah beriklim tropis lembab proses penguapan sedikit dan kelembapan tinggi.Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat

(47)

93

(Sumber: Pinterest) (Sumber : Pribadi)

(Sumber : Pribadi) memiliki ukuran jendela yang besar, sehingga cahaya dan udara bebas masuk ke dalam ruangan.

(Sumber : Het Schip)

(Sumber : Commons.wikimedia dan Panoramio) Dominan jendela tidak menjorok ke dalam dan tidak menggunakan overhang di atas jendela, walaupun ada juga bangunan yang

 Banyaknya menggunakan jendela berukuran besar.

 Terdapat overhang serta jendela menjorok ke dalam, sehingga dapat menjadi pembayang/shading. Dengan demikian, dapat terlindungi dari sinar matahari langsung dan air hujan. Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

(Sumber : Pribadi)

 Kurangnya menggunakan jendela pada fasad depan bangunan karena bangunan menghadap timur laut, sehingga dapat mengakibatkan banyaknya sinar matahari yangmasuk ke dalam ruangan jika terdapat banyak jendela pada fasad depan.

(Sumber : Kaskus)

 Adanya penggunaan overhang sebagai pembayang/shading sehingga jendela tidak terkena sinar matahari langsung dan terlindung dari air hujan.

Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat berupa overhang dan

 Pada setiap sisi dinding terdapat jendela yang memanjang ke bawah dan berukuran besar. Adanya balkon pada fasad depan dan samping bangunan sehingga jendela dapat terlindungi dari air hujan dan sinar matahari langsung.

(48)

94

menjorok ke dalam, seperti Townhall Hilversum, Willem Dudok.

(Sumber : Greatbuildings)

(Sumber : Commons.wikimedia)

Overhang ada yang bersifat permanen, namun ada juga yang tidak bersifat permanen, sehingga digunakan saat cahaya matahari yang masuk terlalu berlebih.

(Sumber : Commons.wikimedia)

Selain itu, dominan jendela tidak menjorok ke dalam. daun pintu dan pintu putar.

Pintu menjorok ke dalam dan ada juga yang menggunakan overhang di atas pintu.

(Sumber : vvv)

 Menggunakan pintu utama dengan 2 daun pintu, sehingga banyaknya udara dan cahaya yang dapat masuk ke dalam bangunan melalui pintu ini.

 Adanya overhang di atas pintu.

Hal ini menunjukkan letak dan bukaan pintu sama dengan bangunan nieuwe bouwen ekspresionisme Belanda dan penggunaannya sesuai dengan iklim setempat

 Pintu utama bangunan ini memiliki bukaan yang besar, sehingga banyaknya udara yang dapat masuk melalui pintu ini.

 Adanya teras dan atap teras memiliki overhang sekitar 1 m, sehingga dapat terhindar dari cahaya matahari langsung dan terlindung dari air hujan.

Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

 Pintu utama bangunan ini memiliki 2 daun pintu (bukaan yang cukup besar), sehingga banyaknya udara yang dapat masuk melalui pintu ini.

 Adanya teras dan atap teras memiliki overhang sekitar 1,5-2 m, sehingga dapat terhindar dari cahaya matahari langsung dan terlindung dari air hujan..

 Adanya pintu krepyak yang mengurangi intensitas cahaya yang masuk dan mengurangi kecepatan angin yang masuk dalam bangunan.

(49)

95

(Sumber : rijksmonumenten dan het schip)

(Sumber : Pribadi)

(Sumber : Het schip dan denhaagfm)

Dinding dominan terbuat dari batu bata yang diplester yang mana plester dapat melindungi dinding dari air hujan dan jamur yang muncul di daerah yang lembab. Selain itu, plesteran memiliki daya pantul terhadap sinar matahari cukup tinggi dan merupakan konduktor panas yang buruk, sehingga mencegah agar udara panas tidak masuk ke dalam ruangan (Lippsmeier,1980). Dengan diplesternya material, maka dinding tidak terkena sinar matahari langsung dan mengantisipasi terhadap hawa panas yang di luar bangunan. Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

Adanya dinding bata yang tidak diplester, sehingga ruangan di dalamnya lembab. Namun, pada dinding lantai 2 diplester dan dicat, sehingga ruangan menjadi tidak lembab. Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi terhadap iklim setempat.

(Sumber : Pribadi)

Dinding terbuat dari batu bata pasangan 2 batu dan diplester, sehingga mengantisipasi terhadap hawa panas yang di luar bangunan dan melindungi material dinding dari air hujan karena adanya plesteran. Hal ini menunjukkan adanya adaptasi bangunan terhadap iklim setempat.

(Sumber : Pribadi)

Warna Dinding

Dinding luar dominan berwarna orange (warna dari material dinding, yaitu batu bata).

(Sumber : Commons.wikimedia)

(Sumber : Het schip dan Panoramio)

Dinding dicat berwarna putih yang mana warna putih memiliki daya pantul sebesar 80-90% (Lippsmeier, 1980). Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi bangunan terhadap iklim setempat.

(Sumber : Tropenmuseum)

Dinding dominan dicat berwarna putih yang mana warna putih memiliki daya pantul sebesar 80-90% (Lippsmeier, 1980). Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi bangunan terhadap iklim setempat.

(Sumber : Kaskus)

Dinding dominan dicat berwarna putih yang mana warna putih memiliki daya pantul sebesar 80-90% (Lippsmeier, 1980). Hal ini menunjukkan adanya bentuk adaptasi bangunan terhadap iklim setempat.

(50)

96

Variabel Bangunan Nieuwe Bouwen Ekspresionisme di Belanda Kantor PD Pasar Medan Kolam Renang Paradiso Bank Mandiri KC Medan Balaikota

Material (Bahan Bangunan)

Menggunakan material bata yang tidak diplester dan dominan menerapkanbrick expressionism.

(Sumber : Het Schip)

(Sumber : Denhaagfm dan Greatbuildings)

Ada juga yang menggunakan keramik sebagai pelapis dinding.

(Sumber : Tichelaar)

Beton digunakan pada kolom, atap, dan dinding. Baja digunakan pada kolom, bingkai dan kusen kaca, serta pintu. Namun, ada juga yang menggunakan material kayu pada pintu. Material kaca digunakan pada jendela, pintu, dan dinding bangunan.

(Sumber : Pinterest dan lifeinthehague)

 Material yang digunakan pada

bangunan ini adalah kaca pada dinding lantai 1 dan jendela, material baja digunakan pada kusen dan bingkai jendela, railing pada tangga, dan ventilasi. Beton digunakan pada atap, overhang, kolom, lantai dan ventilasi. Sedangkan material kayu digunakan pada daun dan kusen pintu, dan menggunakan batu bata pada dinding bangunan.

 Adanya bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat, yaitu tidak menerapkan konsep brick

expressionism pada bangunan. Hal

itu menunjukkan saat itu tidak ada keahlian yang tinggi dalam membuat brick expressionism pada fasad bangunan.

 Material yang digunakan pada

bangunan ini adalah beton bertulang pada overhang, kolom, dan atap bangunan. Sedangkan ventilasi dominan terbuat dari beton, kaca digunakan pada jendela, kayu digunakan pada bingkai jendela, baja digunakan pada railing tangga dan pagar pembatas di samping kolam renang, dan batu bata digunakan pada dinding bangunan. Pada bangunan ini menerapkan bata expose (bata yang tidak diplester seperti bangunan Nieuwe Bouwen ekspresionisme di Belanda.

 Adanya bentuk adaptasi terhadap teknologi setempat, yaitu tidak menerapkan konsep brick

expressionism pada bangunan.

Hal itu menunjukkan saat itu bangunan. Kaca digunakan pada jendela dan daun pintu. Kayu digunakan pada bingkai dan kusen jendela dan pintu, serta lapisan terluar jendela dan pintu yang berupa jendela dan pintu krepyak. Batu bata digunakan pada dinding bangunan.

 Adanya bentuk adaptasi terhadap

teknologi setempat, yaitu tidak menerapkan konsep brick

expressionism pada bangunan.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Arsitektur Nieuwe Bouwen merupakan arsitektur modern di Belanda yang

berarti arsitektur baru. Arsitektur ini terdiri dari tiga jenis, yaitu: Nieuwe Bouwen

Ekspresionisme, Nieuwe Bouwen Fungsionalisme, dan Nieuwe Bouwen Lokal.

Bangunan kolonial Belanda yang ada di Medan dipengaruhi oleh arsitektur

Nieuwe Bouwen Ekspresionisme.

 Bentuk ekspresionisme pada bangunan Kantor PD Pasar Medan ada pada

bentuk bangunannya yang melengkung, unik, dan adanya bentuk ventilasi

yang ekspresif. Selain itu, terdapat ornamen dan elemen hias pada fasad

bangunan.

 Bentuk ekspresionisme pada bangunan Kolam Renang Paradiso ada pada

bentuk bangunan yang melengkung. Selain itu terdapat ornamen geometris

dan elemen hias yang tidak berfungsi sebagai struktur pada fasad

bangunan dan menara.

 Bentuk ekspresionisme pada Bank Mandiri KC Medan Balaikota ada pada

ornamen geometris, elemen hias yang tidak berfungsi sebagai elemen

struktur, dan adanya bentuk yang ekspresif pada balkon dan menara.

Terdapat dua jenis adaptasi pada objek penelitian, yaitu adaptasi terhadap

iklim dan adaptasi terhadap teknologi setempat. Bentuk adaptasi terhadap iklim

(52)

98

 Pada bangunan PD Pasar Medan bentuk adaptasi berupa penggunaan

ventilasi, jendela yang menjorok ke dalam dan terdapat overhang di atas

jendela, material dinding yang diplester, dan warna dinding berwarna

putih.

 Pada bangunan Kolam Renang Paradiso bentuk adaptasinya berupa

penggunaan overhang pada atap, terdapat ventilasi pada fasad, terdapat

overhang di atas jendela, bukaan pintu yang berukuran sangat besar dan

terdapat teras di depannya, serta dinding dominan diplester dan berwarna

putih.

 Bank Mandiri KC Medan Balaikota bentuk adaptasi berupa penggunaan

overhang di atap, terdapat ventilasi di atas jendela, adanya penggunaan

balkon di depan jendela, dan pada jendela serta pintu terdiri dari dua lapis,

lapis terluar berupa jendela krepyak dan pintu krepyak. Material dinding

diplester dan warna dinding yang berwarna putih.

Pada ketiga bangunan menerapkan material yang juga digunakan pada

bangunan Nieuwe Bouwen ekspresionisme, yaitu kaca, beton, besi, dan batu bata.

Adaptasi terhadap terknologi setempat ditandai dengan tidak menerapkan brick

expressionism pada fasad bangunan seperti yang diterapkan pada bangunan

Nieuwe Bouwen ekspresionisme di Belanda. Hal itu menunjukkan saat itu tidak

ada keahlian yang tinggi dalam membuat brick expressionism pada fasad

(53)

99

5.2 Saran

Penulis mengharapkan agar pemerintah dan masyarakat ikut serta dalam merawat

dan melestarikan bangunan kolonial Belanda yang ada di Kota Medan, seperti

Kolam Renang Paradiso, Bank Mandiri KC Medan Balaikota, terutama Kantor

PD Pasar Medan. Hal ini dikarenakan dari ketiga objek penelitian tersebut, Kantor

PD Pasar adalah bangunan yang kondisinya paling tidak terawat. Banyak

masyarakat yang tidak mengetahui bahwa bangunan tersebut adalah bangunan

Gambar

Gambar 3.5 Bioskop Ria, Bioskop Olympia, dan Bioskop Cathay (Sumber : Alumni-sma6-medan, Tropenmuseum, dan Pribadi)
Gambar 3.16 Kantor PD Pasar
Gambar 3.17 Kolam Renang Paradiso Sesudah Tahun 1939 (Sumber : Semedan dan Kaskus )
Gambar 4.1 Bentuk bangunan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari dapur ini terdapat pintu ke ruang makan (sebelah selatannya) di bagian paling belakang bangunan utama. Dari dapur ini terdapat pintu keluar menghadap ke timur menuju

Adaptasi bentuk fisik bangunan kolonial di Kawasan Kota Lama Semarang terhadap kondisi klimatologi inilah yang nantinya akan terlihat pada perubahan kondisi fasad

Kesimpulan dari hasil data di atas , bahwa bangunan kolonial yang berfungsi awal kantor di Jalan Mpu Tantular dan sekitar Tugu Muda bentukan atapnya adalah

bangunan terpilih masih dalam kondisi asli, atau jika sudah berubah, perubahan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga karakter visual yang asli tetap terjaga;

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap obyek penelitian yaitu melakukan pengamatan terhadap bangunan kolonial yang difungsikan sebagai hunian berdasarkan

Penerapan arsitektur tropis pada bangunan ini dengan menerapkan ventilasi silang, pilotis, dan bukaan yang besar untuk memanfaatkan angin, pemilihan bentuk massa

perkantoran yang akan kami jadikan objek studi kasus berdasarkan letak fasad depan bangunan dengan empat arah orientasi mata angin yang berbeda dikarenakan untuk mengetahui

Karena bangunan ini masih menggunakan metoda membangun seperti di Belanda, namun sudah mengupayakan untuk memikirkan perma- salahan masuknya sinar matahari ke dalam bangunan