• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak cipta buku elektronik (E-Book) ditijau dari undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hak cipta buku elektronik (E-Book) ditijau dari undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2014 DAN UUITE NO. 11 TAHUN 2016

A. Sejarah Hak Cipta di Indonesia

Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu yang berlaku saat ini Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah “hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (pasal 1 butir 1). Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep “hak ekonomi” dan “hak moral”.32

Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal 24–26 Undang-undang Hak Cipta.33

32

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta_di_Indonesia diakses pada tanggal 20-10-2016 jam 10.47

33

(2)

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 StaatsbladNomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.34 Ini merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, dan pada akhirnya dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang kini berlaku.

Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan antar negara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization– WTO), yang mencakup pulaAgreement on Trade Related Aspects of Intellectual Propertyrights -TRIPs (“Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual”). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga meratifikasiWorld Intellectual Property Organization Copyrights Treaty(“Perjanjian Hak Cipta WIPO”) melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1972.

34

(3)

Hak cipta (lambang internasional:©, Unicode: U+00A9) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk menyalin suatu ciptaan”.35 Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau “ciptaan”. Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.

Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya. Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan

35

(4)

salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh tikus secara umum.36

Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia telah ada sejak tahun 1840. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek tahun 1885, Undang-undang Paten tahun 1910, dan UU Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indiestelah menjadi anggotaParis Convention for the Protection of Industrial Propertysejak tahun 1888, anggotaMadrid Conventiondari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggotaBerne Convention for the Protection of Literaty and Artistic Workssejak tahun 1914. Pada zaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan Kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU Merek tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di Kantor Paten

36

(5)

yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan Paten tersebut harus dilakukan diOctrooiraadyang berada di Belanda.37

Perkembangan pengaturan hak cipta sebelum TRIP’s Agreementdi Indonesia Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa telah diberlakukan Konvensi Bern, yang ditujukan bagi perlindungan ciptaan-ciptaan di bidang sastra dan seni. Kecenderungan negara-negara Eropa Barat untuk menjadi peserta pada Konvensi ini, hal ini yang mendorong kerajaan Belanda untuk memperbaharui undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 1881.38 Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada saat diundangkannya Auteurswet (Wet van 23 September 1912, Staatblad 1912 Nomor 600), yang mulai berlaku 23 September 1912. dengan suatu undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun 1912, yang dikenal dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah pemeberlakuan undang-undang ini, kerajaan Belanda mengikatkan diri pada Konvensi Bern 1886.

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di

37

Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Ditjen HKI, 2006, hal. 9

38

(6)

Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 dan pada akhirnya dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 yang kini berlaku.

B. Keberadaan Buku Elektronik Sebagai Karya Cipta

Buku elektronik (disingkat Buku elektronik atau ebook) atau buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Buku elektronik diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku elektronik dapat dengan cepat dicari dan ditemukan.

Terdapat berbagai format buku elektronik yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, doc lit dan html. Masing-masing format memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan juga bergantung dari alat yang digunakan untuk membaca buku elektronik tersebut. Salah satu usaha untuk melestarikan literatur berbentuk buku yang banyak jumlahnya dan memerlukan biaya perawatan yang mahal adalah dengan melakukan transfer dari bentuk buku ke bentuk buku elektronik. Dalam hal ini akan banyak ruang dan juga upaya yang dihemat untuk merawat literatur-literatur tersebut.39

39

(7)

Amazon menjadi salah satu perusahaan yang mengembangkan Buku elektronik ini, mereka menggunakan buku elektronik semakin populer karena dapat dibaca kapan saja di mana saja denganKindle, salah satu tablet luncuran mereka. Buku elektronik dapat dibuka dengan berbagai macam software diantaranya Adobe Acrobat, Microsoft Word dan masih banyak lagi tergantung format yang dimiliki.40

Terdapat berbagai format buku elektronik yang banyak digunakan. Popularitas umumnya bergantung pada ketersediaan berbagai buku elektronik dalam format tersebut dan mudahnya piranti lunak yang digunakan untuk membaca jenis format tersebut diperoleh.

1. Teks Polos adalah format paling sederhana yang dapat dilihat hampir dalam setiap piranti lunak menggunakan komputer personal. Untuk beberapa devais mobil format dapat dibaca menggunakan piranti lunak yang harus lebih dahulu diinstal.

2. PDF memiliki kelebihan dalam hal format yang siap untuk dicetak. Bentuknya mirip dengan bentuk buku sebenarnya. Selain itu terdapat pula fitur pencarian, daftar isi, memuat gambar, pranala luar dan juga multimedia.

3. JPEG Seperti halnya format gambar lainnya, format JPEG memliki ukuran yang besar dibandingkan informasi teks yang dikandungnya, oleh karena itu format ini umumnya populer bukan untuk buku elektronik yang memilki banyak teks akan tetapi untuk jenis buku komik atau manga yang proporsinya lebih didominasi oleh gambar.

4. LIT Format LIT merupakan format dari Microsoft Reader yang memungkinkan teks dalam buku elektronik disesuaikan dengan lebar layar mobile device yang digunakan untuk mebacanya. Format ini memiliki kelebihan bentuk huruf yang nyaman untuk dibaca.

5. Docx Format Docx merupakan format dari Microsoft Word yang sangat banyak ditemui sekarang dan tersebar di Internet, format ini sangat banyak

40

(8)

digunakan karena banyaknya pengguna MS Word dan file keluaran yang cukup kecil, selain itu huruf yang lebih variatif membuatnya sangat digemari. 6. HTML Dalam format HTML ini gambar dan teks dapat diakomodasi. Layout

tulisan dan gambar dapat diatur, akan tetapi hasil dalam layar kadang tidak sesuai apabila dicetak.

7. FormatOpen Electronic Book Package Format ini dikenal pula sebagai OPF FlipBook. OPF adalah suatu format buku elektronik yang berbasis pada XML yang dibuat oleh sistem buku elektronik. Buku elektronik dalam format ini dikenal saat FlipBooks sebagai piranti lunak penyaji menampilkan buku dalam format 3D yang bisa dibuka-buka (flipping). Terdapat suatu proyek yang sedang berjalan yang berupaya agar format OPF ini dapat dibaca menggunakan penjelajah Internet standar (semisal: Mozilla, Firefox, atau Microsoft Internet Explorer), tanpa perlu adanya perlengkapan (piranti lunak, plugin) tambahan. Saat ini untuk melihat buku elektronik dalam format OPF sehingga diperolehrasa benar-benar membuka buku(flipping experience) diperlukan piranti lunak penyaji pada sisi klien atau pengguna.41 Sebuah E-book, sebagaimana didefinisikan oleh Oxford Kamus bahasa Inggris, adalah “versi elektronik dari buku cetak yang dapat dibaca pada komputer pribadi atau perangkat genggam yang dirancang khusus untuk tujuan ini”. “E-Book adalah representasi elektronik dari sebuah buku yang biasanya diterbitkan dalam bentuk tercetak namun ini berbentuk digital”. E-Book memiliki dua sifat penting yaitu pertama, E-Book berbentuk digital. Kedua, E-Book membutuhkan alat baca khusus. E-book didedikasikan bagi mereka para pembaca media elektronik atau perangkat e-book baik melalui komputer atau bisa juga melalui ponsel yang dapat digunakan untuk membaca buku elekronik ini.42

Buku elektronik menawarkan kemungkinan kreasi untuk perluasan akses sebagai halnya dengan perubahan perilaku pembelajaran dan penelitian akademik.

41

https://id.wikipedia.org/wiki/Buku_elektronik di unduh pada tanggal 7 september 2016 pukul 13.07 wib

42

Diah T.K.N., Pelayanan Informasi pada Perpustakaan Badan Kepegawaian Negara (BKN),

(9)

Konten e-book dapat selalu diakses tanpa menghiraukan waktu dan tempat, dapat dibaca pada PC (personal computer) atau melalui alat baca buku yang mudah dibawa-bawa (portable).E-book memiliki kelebihan dalam hal accessibility, functionality, and cost-effectiveness. Oleh karena kelebihan yang ada pada e-book, maka tidak mengherankan jika saat ini banyak di kalangan kaum akademisi menjadikan e-book sebagai salah satu ke dalam pengalaman informasi dan kebiasaan penelitian mereka. Hal ini dibuktikan melalui survey yang dilakukan oleh pihak Springer pada tahun 2008 dilaporkan bahwa pengguna kebanyakan mengakses eBook untuk tujuan penelitian dan kajian dan jenis eBook yang sering digunakan adalah karya-karya rujukan (reference works) dan buku teks (textbooks). Dan kebanyakan pengguna mendapatkan eBook melalui mesin penelusuran umum seperti Google dan juga melalui catalog perpustakaan online. Di antara pengguna ada yang menyukai e-book, tetapi di sisi lain juga masih banyak pengguna yang lebih menyukai pemakaian buku tercetak (print books) karena memiliki kelebihan dalam kemudahan dan kenikmatan dalam membaca (ease and enjoyability of reading), di samping itu pengguna tidak memiliki keahlian.

(10)

dengan berbagai program pengolah kata. Tujuannya memang juga sederhana: menyediakan sebanyak mungkin teks digital kepada masyarakat umum. Buku

yang dibuat menjadi digital kepada katagori: (a) buku sastra “ringan฀ seperti

Alice in Wonderland, (b) buku sastra berat seperti karya-karya Shakespeare, dan

(c) buku-buku rujukan seperti almanak, ensiklopedia, dan kamus.

Setelah teknologi scanner berkembang, kepustakawanan dapat memesan replica dari buku-buku yang sudah tidak dicetak lagi (out-of-print). Beberapa perusahan penerbitan, seperti Replica Books dan Ingram’s Lighting Source lalu mulai menyediakan teks digital atau hasil scan dari halaman-halaman buku yang sudah tidak dicetak lagi. Sewaktu teknoogi CD- ROM telah stabil, maka semakin banyak tersedia teks digital dari keseluruhan buku. Produsen mulai memanfaatkan pula teknologi temu-kembali sehingga e-book memiliki kelebihan daripada buku cetak dalam hal kemudahan mencari kata tertentu atau berpindah- pindah halaman. Namun, antarmuka dari e-book ini tetap kurang menarik dan menyulitkan pembaca menikmati isi buku senikmat kalau mereka membaca buku tercetak. Ketika kecepatan transfer di Internet meningkat, maka e-books pun disebarkan lewat “jalur cepat฀ ini. Perkembangan teknologi e-books ini tentu saja memerlukan berbagai praktik baru dalam kepustakawanan. Walau bagaimanapun, pustakawan harus seksama memperhatikan perkembangan e-journal dan e-books agar dapat menyusun rencana antisipatif jika suatu saat kebutuhannya semakin meningkat.

(11)

dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kreatif, dan kompetitif dalam peradaban berbasis pengetahuan. Tahap implementasinya antara lain lewat penguasaan pengetahuan, peningkatan kemampuan pengambil keputusan untuk menyerap pengetahuan, menambah anggaran pendidikan, meningkatkan kurikulum pro-pengetahuan, dan membangun sistem birokrasi yang merangsang masyarakat berkreasi dan berinovasi. Faktor-faktor yang mendukung harapan pemerintah tersebut mulai di tandai dengan banyaknya lembaga/instansi maupun perorangan yang muncul dengan menyediakan layanan sumber data untuk berbagai kebutuhan akan referensi ilmu pengetahuan, dalam hal ini berupa referensi ilmiah tentulah sangat membantu bagi siapa saja yang butuh akan suatu referensi untuk menambah pengetahuannya mengenai suatu hal.

Sumber buku elektronik yang sah di Indonesia, antara lain dirilis oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dibukanya Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE adalah buku elektronik sah dengan lisensi terbuka yang meliputi buku teks mulai dari tingkatan dasar sampai lanjut. Buku-buku di BSE telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah Indonesia melalui Depdiknas, sehingga bebas diunduh, direproduksi, direvisi serta diperjualbelikan tetapi dengan batas atas harga yang telah ditentukan. Lebih dari itu, seluruh buku ini telah dinilai dan lolos saringan dari penilai di Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(12)

Sarana ini telah dibuka dengan nama Buku elektronik. Selain untuk buku-buku ilmiah, buku elektronik juga ditujukan untuk buku 'pembelajaran ilmiah', seperti diktat, buku teks, dll. Di awal tahun 2000 ketika Raksasa teknologi Amerika, Microsoft mulai mengalihkan seluruh buku di Perpustakaan Kongres Amerika ke dalam bentuk digital. Perpustakaan terbesar di dunia ini memiliki 115 juta koleksi buku, majalah, jurnal, dalam 450 bahasa. Hal ini tentu saja menjadi terobosan yang membuat orang tak perlu berlelah-lelah menuju perpustakaan untuk mengkaji dan mencari referensi. Keputusan Microsoft ini cukup beralasan karena minat “membaca” buku, yang mempertemukan penerbit dan konsumen, kian membesar.43

Namun, disisi lain mendatangkan buku secara fisik selalu menjadi masalah. Misalnya, buku hilang, atau rusak. Tidak hanya itu penyebaran informasi dan pengetahuan yang berasal dari buku-buku dari belahan Eropa dan Amerika sering mengalami keterlambatan untuk tiba di negara-negara Asia dan Afrika. Microsoft sebenarnya bukanlah pemain pertama yang melansir buku elektronik. Sekitar akhir tahun sembilanpuluhan menjelang tahun 2000, ebookcentral.com, Nuvo Media, dan Soft Book Press sudah memulai bahkan menerbitkan perangkat Buku Elektronik. Tetapi karena pada saat itu banyak penerbit yang tidak tertarik membuat buku edisi digital membuat Nuvo Media dan Soft Book Press harus menjual Rocket Book yang menjadi perangkat pembaca Buku Elektronik seharga US$ 199 dari harga awalnya

43

(13)

US$ 300, tidak hanya itu keberadaan dua perusahaan tersebut terpaksa harus dibeli Gemstar International dari TV Guide.44

Pada perkembangan berikutnya, Adobe, yang terkenal dengan perangkat Fotosoft untuk mengatur tampilan foto, mengeluarkan Acrobat Reader. Perangkat baca ini bisa diperoleh di homepage-nya Adobe.com secara gratis. Adobe juga telah mengembangkan fitur tambahan bernama CoolType. Dengan fasilitas ini memungkinkan tampilan buku bisa dibaca pada layar LCD (liquid central display). Layar inilah yang kini digunakan banyak penyedia komputer genggam. Saat ini penggunaAndroid juga ikut dimanjakan dengan aplikasi untuk membaca buku yang bernama Aldiko Book Reader. Bahkan kini Aldiko telah mencapai versi ke 2. Pada Aldiko Book Reader 2.0, diperubahan dilakukan terutama di bagian user interface, dimana pengguna dapat dengan mudah melakukan akses ke buku-buku terbaru dan best-sellers, pilihan font yang lebih baik, rendering teks dan tipografi yang lebih baik,

dan masih banyak kenyaman yang diperoleh bagi pengguna android.45

Ada tiga catatan yang patut dibuka untuk melihat perkembangan Buku Elektronik di dunia, tidak hanya rintisan awal tetapi sejumlah keberhasilan yang telah dilakukan pada tiga tempat berikut ini: Project Gutenberg, merupakan layanan buku digital terbesar dan tertua yang mendukung free Buku Elektronik. Hingga saat ini terdapat lebih dari 25.000 buku digital yang dengan mudah ditemukan dalam katalog onlinenya. Lalu arXiV yang terdapat di Universitas Cornell. Fasilitas ini memberikan

44

http://www.buku-e.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1321295564&&1 di unduh pada tanggal 7 september 2016 pukul 13.27 wib

45

(14)

akses secara terbuka terhadap 368.128 referensi elektronik dalam bidang fisika, matematika, sains komputer dan biologi kuantitatif. Hal ini didasarkan pada niat sejumlah ilmuwan yang peduli dengan penyebaran ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum secara bebas. Dahulu para ilmuwan tersebut menyajikan karyanya dalam jurnal elektronik bergengsi dan berbayar, namun kini telah digratiskan begitu juga dengan buku-buku hasil terbitan para ilmuwan tersebut. Kemudian adanya proyek sejuta buku atau yang dikenal dengan The Million Book Project. Proyek ini dikembangkan oleh Universal Library, yang merupakan sebuah perpustaaan digital dengan dipelopori olehUniversitas Carnegie Mellon di Amerika Serikat, universitas Zhejiang di China, Institut Sains di India, dan perpustakaan Alexandria di Mesir. Proyek ini memuat referensi dalam 16 bahasa dan koleksi bukunya sudah ada sejak terbitan abad 16.46

Hingga saat ini industri buku elektronik di seluruh penjuru dunia belumlah semapan buku konvensional walaupun penjualan Buku Elektronik di Amerika Serikat menunjukkan keunggulan di bandingkan buku cetak. Tren positif ini ternyata mampu membawa jaringan penerbit dan penyedia jasa buku elektronik yang dulunya seringkali kurang responsif terhadap pembeli kini mulai menunjukkan keseriusannya.

C. Perbandingan Buku Elektronik Dengan buku Cetak dan perlindungan hukumnya

Buku Elektronik adalah buku yang biasa anda download dan dibaca lewat perangkat elektronik. Berupa file *.pdf, *.doc, *.txt dll. Buku Cetak (Printed Book)

46

(15)

atau buku cetak adalah buku yang biasa anda jumpai di toko buku dan dicetak pada bahan kertas. Keunggulan Buku Elektronik.

1. Buku Elektronik

a. Gratis (atau murah). Ini yang utama, anda tinggal search di google dengan keyword ‘pdf gratis’, ‘Buku Elektronik gratis’, ‘free pdf’ dll atau search di media share seperti mediafire, 4shared dll. Sementara kita lupakan dulu hak cipta, yang penting kita senang dan untung..

b. Mudah dan cepat didapat. Dengan mengetik keyword di Search Engine, dalam hitungan detik muncul file yang anda cari. Tidak perlu pergi ke toko buku, parkir, naik eskalator atau nanya kecustomer service.

c. Hemat Tempat. Ratusan buku dengan tebal ratusan halaman bisa muat dalam sebuah flash disk seukuran jempol (bahkan kelingking) anda. Jika dicetak buku – buku tersebut memerlukan lemari dan ruangan yang luas. d. Ramah Lingkungan. File Buku Elektronik tidak memerlukan kertas yang

notabene diolah dari pohon sebagai bahan bakunya. Dengan demikian Buku Elektronik mengurangi resiko global warming.

e. Cepat dikirim. Dengan sekali klik mouse maka dalam beberapa menit file Buku Elektronik sampai ke penerima. Jika mengirim buku cetak harus berhari-hari karena menggunakan jasa pengiriman pos / expedisi.

f. Tidak akan kehabisan. Jika anda cari di toko buku bisa jadi buku tersebut sudah habis (out of stock) atau tidak dijual lagi (discontinue).

g. Mudah di copy / duplikasi. File Buku Elektronik mudah dibackup ke harddisk, CD atau media sharing di Internet. Tidak seperti buku yang jika di fotocopy akan turun kualitasnya.

h. Semakin Mobile. Dengan perkembangan teknologi gadget seperti Smartphone, Tablet atau Notebook yang semakin memanjakan mata dan mudah dibawa (mobile) karena ukurannya seperti buku.

i. Lebih Tahan Lama. Tentu saja hal ini berlaku jika anda rajin membackup file, merawathardwaredan menjaga system operasi dari serangan virus. j. Quick Search. Ini yang menjadi keunggulan utama buku elektronik,

dengan fitur Search anda dapat menemukan kata – kata yang anda cari pada halaman tertentu dalam beberapa detik saka.

k. Bookmark &Highlight. Fitur penanda halaman (bookmark) dan memberi tanda pada kata / kalimat penting, bisa juga dilakukan seperti halnya buku cetak.

l. Multimedia. Ini yang paling canggih, Buku Elektronik bisa disisipkan file audio dan video. Semakin tipis batas antara baca buku atau nonton film. m. Self Publishing. Jika anda penulis yang kurang beruntung karena naskah

(16)

n. Bisa dikonversi. Buku format dijital bisa dikonversi ke bahasa lain lewat bantuan Google Translate. Bisa juga dikonversi ke format *.doc, *.html, *.swf dll sehingga lebih terbacasearch engine.47

2. Buku Cetak

a. Bisa dibaca kapan, dimana, bagaimana dan siapa saja. Buku cetak bisa dibaca tanpa memerlukan peralatan dan pengetahuan khusus, ini yang menjadi keunggulan buku sehingga tetap eksis sampai saat ini.

b. Mata tetap Sehat. Membaca buku cetak tidak melelahkan mata karena buku cetak tidak memancarkan cahaya. Namun tetap saja tidak baik membaca terlalu dekat dan di ruangan terlalu gelap.

c. Sensasi Indra sentuhan dan pencium. Bahan buku berasal dari pohon. Maka secara psikologi anda dan buku adalah sesama mahluk hidup. Harum kertas dan kasarnya kertas menimbukan sensasi yang tiada duanya. Selain itu buku baru dan buku lama mempunyai bau dan kesan berbeda sehingga menimbulkan pengalaman / sensasi tersendiri ketika membacanya.

d. Terpercaya. Karena semua buku yang dijual di toko buku besar memiliki ISBN (International Serial Book Number), maka buku cetak bisa menjadi acuan para akademisi untuk menjadi literatur yang akan dicantumkan pada daftar pustaka. Jika ada kesalahan pada buku anda bisa hubungi toko buku, penerbit atau penulisnya.

e. Meningkatkan pendapatan negara dan dunia usaha. Hal ini tidak dirasakan para pembeli dan pembaca buku cetak. Dengan menginvestasikan uang anda di buku, berarti anda telah menghidupi jutaan orang yang terlibat seperti penulis, penerbit, toko buku, percetakan, toko kertas, desainer grafis dll.48

Hukum berfungsi sebagai alat perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia itu terlindungi, sehingga hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga dapat terjadi karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hukum yang telah dilanggar itu

47

https://hendihen.wordpress.com/2013/11/17/buku-dijital-e-book-vs-buku-cetak/ di unduh pada tanggal 7 september 2016 pukul 13.43

48 https://hendihen.wordpress.com/2013/11/17/buku-dijital-e-book-vs-buku-cetak/

(17)

harus ditegakkan, melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.49 Perlindungan hukum terhadap hak cipta sesungguhnya merupakan pengakuan terhadap hak eksklusif, yaitu hak untuk menikmati sendiri manfaat ekonomi pada ciptaan, dengan mengecualikan orang lain yang tanpa persetujuannya untuk turut menikmatinya. Hukum melindungi monopoli serupa itu dan mencegah orang lain mengambil manfaat dari ciptaannya secara tidak adil. Pencipta dapat menikmati sendiri hasil jerih payahnya tanpa gangguan apapun yang dapat merugikan kepentingannya dengan monopoli. Kekuatan proteksi monopoli itu yang diharapkan menjadi insentif untuk memacu kreativitas dan berkembangnya daya inovasi masyarakat, sehingga dapat melahirkan ciptaan-ciptaan baru yang lebih banyak dan beragam. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa begitu pentingnya bagi seluruh pihak di Indonesia untuk memberi perhatian serius terhadap hak cipta, yaitu:50

1. Hak cipta mengandung budaya berpikir rasional, budaya berpikir kreatif, budaya bekerja dan berkarya, dan budaya menghormati karya atau jerih payah orang lain. Macam-macam budaya itu sangat diperlukan jika ingin membangun masyarakat atau negara maju.

2. Perkembangan dunia telah memasuki babak baru bahwa barang-barang ber HKI umumnya dan ber-hak cipta khususnya sudah menjadi komoditi yang bernilai tinggi secara ekonomi. Semakin banyak negara menghasilkan barang ber-hak cipta semakin besar peluang meningkatkan devisa negara. Pada masa sekarang maupun yang akan datang, Indonesia tidak dapat lagi hanya mengandalkan komoditi ekspor yang bersumber dari (hasil) alam. Sumber daya alam itu terbatas dan suatu saat akan habis.

3. Lahirnya WTO yang diikuti dengan TRIPs merupakan genderang persaingan bebas, bahkan pertarungan satu lawan satu antarnegara, dan secara riil adalah persaingan antarmanusia. Kecerdasan, kreativitas, dan kecepatan bertindak manusia adalah kunci memenangkan persaingan. Apabila bangsa kita tetap

49

Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society, Bandung: PT. Alumni, 2008, hal. 250.

50

(18)

tidak concern dengan budaya hak cipta, selamanya budaya mencipta (yang membutuhkan kecerdasan, kreativitas, dan kecepatan bertindak) tidak akan berkembang di Indonesia. Jika budaya mencipta tidak berkembang, seterusnya bangsa kita hanya menjadi pembeli atau konsumen produk-produk asing (Eropa, Amerika, Jepang, Korea, dan lain-lain) seperti selama ini.

Munculnya UUHC 2014 merupakan suatu penyempurnaan yang dilakukan terhadap undang-undang sebelumnya. Tujuan dari penyempurnaan ini tentunya diarahkan pada perlindungan yang lebih baik yang diberikan terhadap pencipta dan ciptaannya. Perkembangan yang semakin pesat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra menimbulkan kebutuhan akan adanya peningkatan perlindungan dan jaminan kepastian hukum bagi pencipta, pemegang hak cipta, dan juga pemilik hak terkait. Turut sertanya Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional di bidang hak cipta dan hak terkait juga mendorong Indonesia untuk mengaplikasikannya secara lebih lanjut dalam sistem hukum nasional, agar para pencipta dan kreator nasional mampu berkompetisi dalam jangkauan internasional. Hal ini juga termasuk dalam beberapa latar belakang lahirnya UUHC 2014 menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tujuan dari lahirnya undang-undang tersebut secara nyata adalah untuk memberi perlindungan yang lebih baik terhadap pencipta. Hal ini dapat dilihat dari pasal-pasal dalam undang-undang tersebut yang menunjukkan keseriusan perlindungan yang diberikan terhadap pencipta, pemegang hak cipta dan pemilik hak terkait.

(19)

baru diberlakukan sejak akhir tahun 2014. Namun secara teori dapat dilihat gambaran dari pemberlakuan undang-undang ini dalam melindungi hak-hak para pihak dalam hak cipta di Indonesia. Terdapat beberapa perubahan dalam UUHC 2014 antara lain adanya perlindungan hak ekonomi dan hukum pencipta serta industri teknologi informasi dan komunikasi, dimana pada undang-undang terdahulu masalah hak ekonomi diletakan pada bagian umum penjelasan. Sedang dalam UUHC 2014 ini, hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta diatur dalam pasal khusus yakni Pasal 8-11 UUHC 2014, hak ekonomi atas potret dalam Pasal 12-15 UUHC 2014 yang pengalihannya diatur dalam Pasal 16-19 UUHC 2014. Demikian dalam jangka perlindungan, juga mengalami perubahan yang signifikan dimana dalam UUHC 2014 diberikan seumur hidup dan 70 tahun sesudah meninggal, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta hanya diberikan tambahan selama 50 tahun setelah meninggal.51Implementasi dari pasal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi pencipta, dimana pencipta lebih dihargai dengan adanya perpanjangan waktu perlindungan. Sehingga baik pencipta maupun keturunannya nanti masih dapat menikmati hak-hak atas ciptaannya.

Pendaftaran ciptaan yang dulunya diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta kini diatur dalam UUHC 2014 dengan istilah pencatatan. Dalam hal ini setiap ciptaan sudah dilindungi secara otomatis, namun penting bagi para pencipta atau pemegang hak cipta untuk mencatatkan ciptaannya,

51

(20)

agar memiliki bukti yang sah jika dikemudian hari terjadi permasalahan atau sengketa menyangkut hak cipta tersebut. Tata cara pencatatan hak cipta diatur dalam Pasal 66 sampai Pasal 73 UUHC 2014. Selain mengenai pencatatan diatur juga mengenai hapusnya kekuatan hukum pencatatan dalam UUHC 2014. Dalam Pasal 74 UUHC 2014 disebutkan sebab-sebab terjadinya penghapusan kekuatan hukum pencatatan ciptaan dan hak terkait, yaitu:52

1. permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait;

2. lampaunya waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 61;

3. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait;

4. melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, atau peraturan per undang-undangan yang penghapusannya dilakukan oleh menteri.

Undang-undang hak cipta ini juga melindungi pencipta dalam hal terjadi jual putus (sold flat) yaitu dalam Pasal 18 UUHC 2014. Ciptaan buku, dan/atau semua hasil karya tulis lainnya, lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan dalam perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak ciptanya beralih kembali kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka waktu 25 tahun. Hal tersebut juga berlaku bagi karya pelaku pertunjukan berupa lagu dan/atau musik yang dialihkan dan/atau dijual hak ekonominya, hak ekonomi tersebut beralih kembali kepada pelaku pertunjukan setelah jangka waktu 25 tahun, yang diatur dalam Pasal 30. Pemberlakuan dari pasal ini memberi jaminan perlindungan

52

(21)

bagi pencipta yang menjual ciptaannya untuk memperoleh kembali hak ciptanya secara otomatis setelah 25 tahun.

Bentuk perlindungan lainnya dapat dilihat dalam hal penyelesaian sengketa hak cipta. Dalam BAB XIV tentang Penyelesaian Sengketa, Pasal 95 (ayat) 1 UUHC 2014 disebutkan bahwa: “Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan”. Berdasarkan pada Pasal 95 (ayat) 1 UUHC 2014 tersebut, bahwa upaya penyelesaian sengketa hak cipta bisa dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa dan arbritase sebelum ke pengadilan. Pasal ini merupakan terobosan baru didalam UUHC 2014. Selain itu juga bahwa untuk penyelesaian hak cipta yang salah satu pihaknya berada di luar negeri, diakomodir ketentuan penyelesainnya didalam Pasal 95 (ayat) 4 UUHC 2014, yang berbunyi: “Selain pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait dalam bentuk pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana”.

(22)

diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta atau produk hak terkait”. Selain itu juga pencipta, pemilik hak cipta dan pemegang hak terkait juga bisa bisa mengajukan putusan sela kepada pengadilan niaga.53

Masyarakat Indonesia sendiri pun masih sangat rendah pemahamannya terhadap hak cipta khususnya dan HKI umumnya, terbukti bahwa kebanyakan orang tidak merasa bersalah menjual maupun membeli produk hasil bajakan. Penjual buku bajakan, kaset atau CD bajakan mungkin banyak yang sadar bahwa perbuatannya dilarang hukum. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan para pembeli karena memang undang-undang tidak spesifik melarang orang membeli barang bajakan. Hanya saja, langsung atau tidak langsung, banyaknya peminat barang bajakan itulah yang membuat maraknya produksi dan penjualan barang bajakan. Kalau saja masyarakat sadar nilai sebuah ciptaan sehingga merasa bersalah jika membeli barang bajakan, hal itu sangat efektif menekan bahkan mungkin menghentikan eksploitasi ciptaan orang lain oleh orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri.54

Masyarakat seringkali mengalaskan kurangnya kemampuan ekonomi yang mengharuskan mereka menjual dan membeli barang bajakan. Hal ini dikarenakan harga barang bajakan jauh berada dibawah harga barang asli. Bahwa perbaikan ekonomi rakyat harus dilakukan oleh pemerintah dan perekonomian rakyat yang sulit

53

News Detail, “Ketentuan Pidana Dan Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Menurut Uu Hak Cipta No. 28 Tahun 2014”, Acemark Intellectual property, http://acemarkip.com/id/news_detail.aspx?ID=116&URLView=default.aspx (diakses tanggal 2 agustus 2016).

54

(23)

mempengaruhi meningkatnya tingkat kejahatan, itu benar. Pemimpin pemimpin pemerintahan memang perlu menyadari bahwa dengan himbauan saja supaya rakyat menaati hukum, sementara kepedulian mereka terhadap kehidupan ekonomi rakyat yang sangat rendah, tidak ada artinya. Penegakan hukum yang konsisten haruslah sejalan dengan pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat.55

Hal yang juga menjadi persoalan pokok menyangkut pelaksanaan hukum hak cipta adalah kultur dan paradigma masyarakat. Dalam pandangan kultur atau budaya, dalam pandangan tradisional yang sampai sekarang belum sepenuhnya pupus adalah bahwa suatu ciptaan oleh masyarakat dianggap sebagai milik bersama dan kalaupun ada pengakuan individu terhadap ciptaan, tetapi bentuknya lebih menonjolkan segi moral hak cipta daripada nilai ekonomisnya. Selain itu ada juga realitas yang menunjukkan dimana masyarakat kita umumnya tidak memandang kejahatan hak cipta sebagai kejahatan, atau dianggap tidak terlalu jahat. Sangat berbeda misalnya dalam pandangan masyarakat tentang kejahatan pencurian jika dibandingkan dengan kejahatan hak cipta. Penegakan hukum dalam perlindungan hak cipta ini sangat diperlukan. Oleh sebab itu, agar hukum ditegakkan sebagaimana mestinya, sosialisasi yang mendasar dan sistematis harus dilakukan dalam dua tahap:

1. Pengetahuan hak cipta perlu masuk dalam kurikulum sekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi;

2. Sosialisasi hak cipta kepada segenap aparat penegak hukum, mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan advokat perlu dilakukan secara intensif. Kalau pemerintah 55

(24)

memiliki kemauan politik yang kuat untuk menegakkan hukum hak cipta, langkah-langkah pembaharuan tidak dapat sekadar mengutak-atik rumusan undang-undang atau melakukan razia secara insidentil. Yang lebih penting adalah, melakukan upaya sistematis untuk mengubah budaya dan paradigma berpikir masyarakat dan penegak hukum.56

D. Pengaturan Perlindungan Buku Elektronik dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 tahun 2014 dan UU ITE

Sebelum masuk pada pembahasan lebih dalam, buku elektronik tidak diatur secara tegas, namun menurut Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (“UUHC 2014”) sementara perlindungannya hanya bisa dilakukan menginterprestasikan beberapa ketentuan yang dianggap terkait dengan buku elektronik sebagaimana akan diuraikan dibawah ini:57

f. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

g. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

h. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; i. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

j. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

k. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

l. Karya seni terapan; m. Karya arsitektur; n. Peta;

o. Karya seni batik atau seni motif lain; p. Karya fotografi;

(25)

s. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

t. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

u. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

v. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

w. Permainan video; dan x. Program Komputer.

Melihat pada uraian mengenai apa saja yang termasuk Ciptaan sebagaimana disebut di atas, dapat dilihat bahwa buku merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi, begitupula adaptasi. Dalam bagian penjelasan Pasal 40 ayat (1) huruf n UUHC 2014 disebutkan yang dimaksud dengan “adaptasi” adalah mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain.

Oleh karena itu, e-book juga merupakan Ciptaan yang dilindungi karena merupakan adaptasi dari ciptaan awal berbentuk buku yang masing-masing memiliki hak cipta sendiri setelah diwujudkan dalam bentuk nyata. Hal ini juga sebagaimana disebutkan dalam Pasal 40 ayat (2) UUHC 2014 yang menyatakan: Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf “n” dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.

(26)

realita perlindungan hak cipta atas karya digital dilakukan dengan pendekatan perlindungan hak cipta melalui perlindungan hukum atas perlindungan teknis / teknologi pengaman. Dalam bidang teknologi informasi teknologi pengaman dikenal dengan istilahDigital Right Management (DRMs).Teknologi tersebut dapat dijadikan sarana perlindungan kekayaan intelektual di internet, termasuk karya digital di dalamnya.

Buku elektronik atauE-Book juga tidak di atur secara jelas di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2016 Tentang Perubahan Undang-Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Teknologi, melainkan yang di atur hanyalah karya tulis lainnya seperti di dalam pasal 1 ayat 4 di UU ITE tentang tentang informasi dan transaksi elektronik yang berbunyi “dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”58Dapat diambil kesimpulan bahwa buku elektronik atauE-Book itu sendiri juga dilindungi di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2016 Tentang Perubahan Undang Undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang

58

(27)

Informasi Dan Transaksi Teknologi walaupun tidak secara langsung di tegaskan di dalam UU ITE tersebut.

Penegakan hukum sebagai usaha menjalankan hukum dapat mempunyai arti sempit, arti luas dan arti yang tidak terbatas. Dalam arti sempit penegakan hukum adalah menjalankan hukum oleh polisi, sebagaimana pengertian orang awam tentang hukum. Dalam arti luas, penegakan hukum adalah menjalankan hukum oleh alat-alat perlengkapan negara, yakni kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. Pengertian hukum yang tidak terbatas adalah tugas dari pembentuk undang-undang, hakim, jaksa, pengacara, aparat pemerintah, pamong praja, lembaga pemasyarakatan dan aparat eksekusi, serta setiap orang ynag menjalankan hukum yaitu badan resmi dan setiap orang yang bersangkutan dengan proses berjalannya hukum.59 Penegakan hukum menurut Mahadi sebagai hal menegakkan atau mempertahankan hukum oleh penegak hukum apabila telah terjadi pelanggaran hukum atau diduga hukum akan atau mungkin dilanggar. Banyak hambatan yang dihadapi oleh aparat penegak hukum dalam menegakkan Undang-undang yang dalam hal ini UUHC.60

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, ada beberapa alasan yang menyebabkan sulitnya penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta :

1. Pelanggaran hak cipta yang dilakukan sudah banyak terjadi namun belum atau sulit diketahui sumber dari pelanggaran tersebut.

59

Bambang Poernomo,Orientasi Hukum Acara Pidana, Yogyakarta: Amarta Buku, 1984, hal. 119

60

(28)

2. Terkait dengan masalah pembuktian atas adanya perbanyakan dari suatu karya cipta dan pemahaman yang berbeda tentang perbanyakan karya cipta.

3. Adanya kesulitan untuk bekerja sama antara aparat penegak hukum dengan asosiasi yang berkepentingan karena aparat penegak hukum kurang memahami mengenai HKI sehingga hasil penanganannya kurang memuaskan dan masyarakat yang kurang memahami masalah mutu dari suatu karya yang dihasilkan.

Dalam konteks hukum perdata berdasarkan KUH Perdata, bahwa pihak pencipta buku dapat mengajukan gugatannya berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Hal ini disebabkan karena adanya suatu perbuatan pelanggaran hak subjektif orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pembuat sendiri.61

Perlindungan hak cipta atas teknologi pengaman harus dinormakan dengan baik. Penormaan hak cipta atas teknologi pengaman salah satunya sangat ditentukan oleh pengadopsian doktrin perlindungan hak cipta. ”Saya menyarankan semua undang-undang yang mengatur teknologi pengaman itu sebaiknya untuk mengadopsi doktrin yang perlindungan hak cipta yang tepat”, ujar Budi Agus Riswandi. saat ujian terbuka di Gedung 1 Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM). Konsultaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Digital : Studi Pengadopsian Doktrin Perlindungan Hak Cipta terhadap Teknologi Pengaman dalam

61

(29)

Perundang-undangan Hak Cipta Indonesia”. Di Indonesia, pengadopsian doktrin perlindungan hak cipta tidak hanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta), namun juga diatur di dalam beberapa undang-undang lainnya. Penormaan perlindungan hak cipta yang diatur di berbagai undang-undang itu nyatanya mengadopsi doktrin perlindungan hak cipta yang berbeda-beda, sehingga berpeluang menimbulkan perbedaan norma. “Hal tersebut berpotensi dapat menimbulkan ketegangan sosial dan ekonomi”, tandas Agus Budi Riswandi.62

Undang- undang mengatur mengenai pelanggaran atas hak cipta. Di dalam UU No. 28 tahun 2014 ditegaskan bahwa suatu perbuatan dianggap pelanggaran hak cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang merupakan hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya ciptanya. Sehingga berdasarkan ketentuan undang- undang ini, maka pihak yang melanggar dapat digugat secara keperdataan ke pengadilan niaga. Hal ini sebagaimana dibunyikan pada ketentuan Pasal 56 ayat (1), (2), dan (3) sebagai berikut:

a. Secara perdata

Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu. Pemegang

62

(30)

Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta. Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatanPengumuman dan/atau Perbanyakan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.

b. Secara pidana

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku moralis Indonesia yang membiarkan lautnya dieksplorasi serta fakta bahwa laut Indonesia memiliki potensi sedemikian besar dinilai telah membuat Amerika Serikat

Hasil penelitian yaitu (1) indeks ketahanan pangan rumah tangga miskin di Desa Tanjang dan Desa Kosekan termasuk kategori rumah tangga tahan pangan dan (2)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Utami dkk (2013) yang berjudul “ Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di Sman 1 Kahu

Kelompok bahan makanan pada bulan Maret 2016 mengalami deflasi sebesar -0,32 persen atau terjadi penurunan indeks dari 117,82 pada bulan Februari 2016 menjadi 117,44 pada bulan

menurut pengalaman bujukan yang paling cepat untuk mereka terima adalah bujukan dari teman pergaulannya. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan pengawasan lebih dari

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena “...data penelitian berupa angka- angka yang diolah menggunakan metode statistik...” (Sutedi, 2011, hlm. Penelitian

Perhatikan gambar organ pemapasan berikutl Proses yang terj adi pada organ x adalah ..... penyerapan oksigen dari

Variabel Credit Risk (CR) atau yang biasa disebut dengan rasio Non Performing Financing (NPF), variabel ini memiliki nilai koefisien 0.0843 dengan nilai t-Stat