• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pemberian diet oral dini dan diet oral tunda terhadap munculnya bising usus pasca bedah sesar dengan anestesi spinal Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan pemberian diet oral dini dan diet oral tunda terhadap munculnya bising usus pasca bedah sesar dengan anestesi spinal Chapter III VI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

25

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan uji klinis double blind randomized controlled trial.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat

Pengumpulan data penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

Malik Medan, Rumah Sakit USU Medan dan Rumah Sakit Umum Sundari

Medan.

3.2.2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang menjalani operasi sesar di Rumah

Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, Rumah Sakit USU Medan dan Rumah

Sakit Umum Sundari Medan dengan teknik anestesi spinal.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah populasi pasien yang akan menjalani operasi sesar

dengan menggunakan teknik anestesi spinal yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

3.3.3. Perhitungan Besar Sampel

Perhitungan besar sampel minimal dengan menggunakan rumus besar sampel

untuk uji hipotesis terhadap rata-rata dua populasi dalam dua kelompok

(2)

26

2

n = besar sampel

Z = 1,645 (adalah deviat baku pada  0,05)

Z = 1,282 (adalah deviat baku  0,10)

S = simpang baku, diambil dari kepustakaan sebesar 4,08

α = derajat kemaknaan = 0,05 (95%)  = power penelitian = 0,10 (90%)

X1-X2 = Perbedaan klinis yang dianggap bermakna (clinical judgment)= 4

Dari perhitungan dengan rumus diatas, maka diperoleh besar sampel :

n1=18 n2=18

Dengan mempertimbangkan kriteria putus uji 10 % maka n1= 20 n2=20,

sehingga keseluruhan sampel berjumlah 40 orang.

3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

a. Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi secara

random menjadi 2 kelompok intervensi (perlakuan),

b. Randomisasi dilakukan dengan cara randomisasi blok oleh relawan yang

telah dilatih, selanjutnya disebut relawan pertama. Kelompok perlakuan

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. Jumlah

kombinasi sekuens adalah 2 dapat dilihat di lembar lampiran. Dengan

mata tertutup jatuhkan pena di atas tabel random. Ambil angka dua digit,

angka yang ditunjuk oleh pena tadi merupakan nomor awal untuk

menentukan sekuens. Kemudian pilihlah angka ke bawah dari angka

pertama tadi sampai diperoleh jumlah sekuens yang sesuai dengan

besarnya sampel. Kemudian sekuens yang diperoleh disusun secara

berurutan sesuai dengan nomor amplop. Kemudian relawan kedua yang

sudah dilatih mengenai prosedur penelitian akan mengambil amplop untuk

menginformasikan intervensi apa yang akan dilakukan terhadap subjek

penelitian.

(3)

27

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia ikut dalam penelitian

b. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2

c. Pasien dengan kehamilan tunggal

d. Pasien yang direncanakan operasi sesar dengan anestesi spinal

3.4.2. Kriteria Eksklusi

a. Riwayat operasi saluran cerna

b. Pasien yang menerima terapi Mg2SO4

c. Adanya diagnosis prenatal dengan fetal anomali

3.4.3. Drop Out

a. Pasien yang mengalami komplikasi saluran cerna ataupun kandung kemih intra

operatif.

b. Perdarahan intraoperatif > 1000 cc

c. Lama operasi > 2 jam d. Gagal spinal

e. Pasien dalam masa intervensi dan observasi menyatakan mundur dari

penelitian/penarikan informed consent

e. Pasien tidak patuh terhadap protokol penelitian

3.5. Informed Consent

Setelah mendapat persetujuan dari komite etik penelitian bidang kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan,

subjek mendapatkan penjelasan tentang prosedur yang akan dijalani serta

menyatakan secara tertulis kesediaannya pada lembar informed consent.

3.6. Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat

a. Lembar observasi pasien

(4)

28

c. Alat tulis

d. Amplop

3.6.2 Bahan

a. Air mineral 240 cc dengan merk Aqua®

3.7. Cara Kerja

1. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat informed consent dan disetujui oleh komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data pasien hamil

yang menjalani bedah sesar dengan anestesi spinal dan dirawat di

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, Rumah Sakit

USU Medan dan Rumah Sakit Umum Sundari Medan kemudian

diamati secara prospektif.

3. Semua sampel dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

4. Sampel dibagi secara random menjadi dua kelompok yaitu kelompok

yang menerima diet oral cair 2 jam pasca operasi sesar (kelompok A)

dan kelompok yang menerima diet oral cair 8 jam pasca operasi

sesar (kelompok B).

5. Pasien yang menjalani operasi bedah sesar tanpa komplikasi

diberikan preloading cairan kristalloid 20 cc/kgBB sebelum operasi.

6. Pasien mendapatkan tindakan anestesi spinal dengan Bupivacaine

0,5% dengan dosis 12,5 mg tanpa adjuvan.

7. Setelah dilakukan teknik anestesi spinal, tinggi blok diatur setinggi

Thorakal 4-6 dan bila pasien mengalami hipotensi (Mean Arterial

Pressure (MAP) < 65 mmHg) pasien diberikan ephedrine 5 – 10 mg bolus intravena.

8. Setelah pasien ditransfer ke ruang pemulihan, vital sign pasien

dicatat dan penghitungan waktu dimulai untuk mengelompokkan

(5)

29

ditentukan. Pasien menerima intervensi berupa pemberian diet oral

cair berupa air putih 240 cc dengan suhu ruangan yang diberikan

sesuai kelompok yang telah dirandomisasi. Kelompok A menerima

intervensi 2 jam setelah luka operasi ditutup dan kelompok B

menerima intervensi 8 jam setelah luka operasi ditutup.

9. Dua jam setelah luka operasi ditutup, skala bromage dinilai pada

kedua kelompok. Kemudian kedua kelompok dilakukan pemeriksaan

bising usus dengan menggunakan stetoskop Littmann pada 4

kuadran selama masing-masing 15 detik.

10. Pemeriksaan dilakukan oleh 2 orang residen anestesi sebagai

relawan yang sudah mendapatkan penjelasan tentang penelitian dan

pengarahan tentang cara pemeriksaan yang akan dilakukan serta

interpretasinya. Hasil pemeriksaan dicatat pada lembar observasi

dengan laporan +/- bising usus. Relawan tidak mengetahui intervensi

yang diterima pasien dan kelompok penelitian. Pemeriksaan dan

penilaian diulangi setiap 2 jam hingga jam ke-12. Pemeriksaan

bising usus saat pemberian intervensi dilakukan sesaat (1 menit) setelah intervensi diberikan.

11. Observasi dilakukan terhadap keluhan mual, muntah dan perut

kembung pada subjek penelitian setiap 2 jam bersamaan dengan

pemeriksaan bising usus.

12. Subjek yang setelah mendapat intervensi tidak mengalami keluhan

gastrointestinal ataupun komplikasi lainnya, dapat meneruskan diet

dengan bahan yang lebih padat.

13. Subjek penelitian mendapatkan analgetik pasca operasi dengan

injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam intravena dan/atau Paracetamol 1 gr/

8 jam intravena/oral.

14. Subjek yang mengalami keluhan mual atau muntah diberikan terapi

Metoclopramide 10 mg intravena. Subjek dengan keluhan kembung

dan adanya distensi abdomen pemberian diet dihentikan sementara

(6)

30

Diet oral cair jernih 240 cc 2 jam pasca bedah sesar

Kelompok B

Diet oral cair jernih 240 cc 8 jam pasca bedah sesar

Diulangi setiap 2 jam selama 12 jam

T0

T1

Bedah sesar dengan Anestesi Spinal

Gambar 3.1. Kerangka kerja

3.9. Identifikasi Variabel 3.9.1. Variabel bebas

a. Diet oral dini pasca bedah sesar

b. Diet oral ditunda pasca bedah sesar

3.9.2. Variabel tergantung Bising usus

3.10. Definisi Operasional

a. Diet oral dini adalah diet oral berupa pemberian air putih (clear liquid)

yang diberikan 2 jam pasca bedah sesar.

b. Diet oral ditunda adalah diet oral berupa pemberian air putih (clear

(7)

31

c. Bising usus adalah suara yang berasal dari abdomen yang ditimbulkan

oleh kontraksi otot dari peristaltik usus, yang mana proses ini

menggerakkan isi lambung dan usus menuju ke anal.

d. Mual adalah sensasi tidak enak yang bersifat subjektif yang

berhubungan dengan keinginan untuk muntah.

e. Muntah adalah ekspulsi ataupun pengeluaran dengan tenaga penuh dari

isi gaster.

f. Kembung adalah keluhan berupa perut membesar karena berisi gas

hasil fermentasi yang tidak dapat dikeluarkan melalui saluran cerna.

3.11. Analisis Data

a. Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, data tersebut diperiksa

kembali tentang kelengkapannya sebelum ditabulasi dan diolah. Lalu

data tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 19.

b. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai p > 0,05 setelah dianalisa

dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

c. Membandingkan beda nilai rata-rata antara 2 kelompok dilakukan dengan uji statistik T-test jika data terdistribusi normal dan

Mann-Whitney jika data tidak terdistribusi normal.

d. Data kemudian dianalisa dengan menggunakan Uji Chi-Square.

e. Batas kemaknaan yang diambil p < 0.05 dengan interval kepercayaan

95%.

(8)

฀2

Penelitian ini diikuti oleh 40 subyek pasien wanita dengan kehamilan yang direncanakan untuk tindakan bedah sesar serta telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok dengan jumlah kelompok masing-masing 20 orang. Kelompok pertama disebut sebagai kelompok A yaitu kelompok subyek yang diberikan diet oral cair 2 jam setelah operasi bedah sesar dan kelompok kedua disebut sebagai kelompok B yaitu kelompok subyek yang diberikan diet oral cair 8 jam setelah operasi bedah sesar. Karakteristik subyek penelitian disajikan dalam tabel 4.1.

(9)

฀฀

Rerata usia pada kelompok A adalah ฀0,4 tahun dan pada kelompok B adalah ฀0,6 tahun. Suku terbanyak yang menjadi subyek penelitian ini adalah suku Jawa sebanyak 19 orang (47,5 %). Pada kelompok A, suku terbanyak yang menjadi subyek penelitan adalah suku Jawa sebanyak 1฀ orang (฀2,5%) sedangkan pada kelompok B suku terbanyak yang menjadi subyek penelitian adalah suku Batak yang berjumlah 8 orang (20%). Pendidikan subyek penelitian yang terbanyak pada kedua kelompok adalah SMA, dimana subyek penelitian pada kelompok A dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 15 orang (฀7,5%) dan pada kelompok B jumlah subyek dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 9 orang (22,5%). Pekerjaan terbanyak juga sama pada kedua kelompok, dimana subyek penelitian yang bekerja sebagai ibu rumah tangga pada kelompok A adalah sebanyak 15 orang (฀7,5%) dan pada kelompok B sebanyak 12 orang (฀0%). Dari keseluruhan karakteristik demografi subyek penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok penelitian.

4.2. Perbedaan Waktu Munculnya ฀ising Usus Tabel 4.2. Perbedaan Waktu Munculnya ฀ising Usus

Bising Usus (n %) Kelompok A Kelompok B P value

(10)

฀4

aChi Square, bUji Mann-Whitney

Berdasarkan hasil pengamatan pada kedua kelompok, didapati perbedaan yang signifikan munculnya bising usus antara kedua kelompok pada pengamatan T0. Kemudian tidak didapati adanya perbedaan yang signifikan munculnya bising usus pada kedua kelompok dari mulai T1 hingga akhir pengamatan. Bising usus telah muncul pada semua subyek dikedua kelompok pada pengamatan T฀-T6. Rerata munculnya bising usus pada kelompok A adalah 2,10 ± 0,44 jam dan pada kelompok B adalah 2,60 ± 1,142 jam. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan untuk rerata waktu munculnya bising usus antara kelompok A dan kelompok B (p < 0,077).

4.3. Perbedaan Keluhan Gastrointestinal Tabel 4.3. Perbedaan Keluhan Mual

Mual, n(%) Kelompok A Kelompok B P value

Ya Tidak

4(20) 2 (10) 0,661

16 (80) 18 (90)

Fisher’s exact

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok diet oral dini dan diet oral tunda terhadap munculnya keluhan mual (p > 0,05). Pada kelompok diet oral dini menunjukkan sebanyak 4 subyek (20%) mengalami keluhan mual sedangkan pada kelompok diet oral tunda menunjukkan sebanyak 2 subyek (10%) mengalami keluhan mual. Hasil analisis dengan menggunakan Fisher’s Exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan keluhan mual yang signifikan antara kedua kelompok (p = 0,661).

Gambar 4.1. Grafik ฀atang Perbedaan Keluhan Mual Antara Kelompok Diet Oral Dini dan Diet Oral Tunda

Tabel 4.4. Perbedaan Keluhan Muntah

Muntah, n(%) Kelompok A Kelompok B P value

(11)

฀5

Tidak

19 (95,5) 20 (100)

Fisher’s Exact

Pada kelompok diet oral dini menunjukkan sebanyak 1 subyek (5%) mengalami kejadian muntah sedangkan pada kelompok diet oral tunda tidak ada subyek yang mengalami kejadian muntah. Hasil analisis dengan menggunakan Fisher’s Exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan keluhan mual yang signifikan antara kedua kelompok (p = 1,00).

Gambar 4.2. Grafik ฀atang Perbedaan Keluhan Muntah Antara Kelompok Diet Oral Dini dan Diet Oral Tunda

Tabel 4.5. Perbedaan Keluhan Kembung

Kembung, n(%) Kelompok A Kelompok B P value

Ya Tidak

฀(15) 2 (10) 1,00

17 (85) 18 (90)

Fisher’s Exact

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok diet oral dini dan diet oral tunda terhadap munculnya keluhan kembung (p > 0,05). Pada kelompok diet oral dini sebanyak ฀ subyek (15%) mengalami keluhan kembung sedangkan pada kelompok diet oral tunda menunjukkan sebanyak 2 subyek (10%) yang mengalami keluhan kembung. Hasil analisis dengan menggunakan Fisher’s Exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan keluhan kembung yang signifikan antara kedua kelompok (p = 1,00).

(12)

37

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan selama periode bulan April 2017 hingga Mei 2017

pada 40 subyek penelitian. Pada penelitian ini subyek dibagi menjadi 2 kelompok

(20 sampel per kelompok) yaitu kelompok A yang mendapatkan diet oral cair 2

jam pasca bedah sesar dan kelompok B yang mendapatkan diet oral cair 8 jam

pasca bedah sesar dengan anestesi spinal. Diet oral cair yang diberikan berupa air

mineral sebanyak 240 ml.

Berdasarkan hasil penelitian ini, subyek pada kelompok A yang didapati

munculnya bising usus pada pengamatan T1 adalah sebanyak 19 orang (95%)

sementara pada kelompok B sebanyak 15 orang (75%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mohammed bahwa pasien yang menerima diet

lebih awal pasca operasi menunjukkan munculnya bising usus yang lebih cepat

dibandingkan dengan yang menerima diet yang ditunda, walaupun pada penelitian

ini secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05)

(Mohammed, 2016).

Kemudian dijumpai pada kelompok A nilai rerata munculnya bising usus

adalah 2,10 ± 0,44 jam dan pada kelompok B rerata munculnya bising usus adalah

2,60 ± 1,14 jam. Sehingga berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji

Mann-Whitney didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal

rerata munculnya bising usus antara kelompok A dan kelompok B (p > 0,05),

walaupun pada kelompok A menunjukkan rerata munculnya bising usus sedikit

lebih cepat dibandingkan dengan kelompok B. Hasil ini secara statistik berbeda

dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian yang dilakukan oleh Mulayim

dan Jalilian yang membandingkan pemberian diet oral dini dan diet oral tunda

terhadap munculnya bising usus menunjukkan perbedaan yang signifikan

(Mulayim, 2008; Jalilian, 2014; Mohammed, 2016). Namun secara klinis hasil

penelitian ini tidak menunjukkan hal yang kontradiksi dengan penelitian

sebelumnya. Justru penelitian ini membuktikan bahwa pada bedah sesar dengan

anestesi spinal bising usus juga telah muncul pada kelompok B sebelum

(13)

38

bedah sesar dengan anestesi spinal tidak terlalu bermakna dalam menyebabkan

terganggunya fungsi gastrointestinal. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa

subyek yang diberikan diet oral cair dini menunjukkan bising usus muncul segera

setelah pemberian intervensi. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat lama

yang mengatakan bahwa pemberian diet pasca operasi diberikan setelah

kembalinya fungsi gastrointestinal berupa munculnya bising usus atau adanya

flatus.

Pada penelitian ini juga diamati munculnya keluhan gastrointestinal pada

subyek penelitian berupa mual, muntah ataupun kembung. Subyek pada kelompok

A yang mengalami keluhan mual sebanyak 4 orang (20 %) sedangkan pada

kelompok B subyek yang mengalami mual sebanyak 2 orang (10%). Walaupun

pada kelompok A subyek yang mengalami keluhan mual lebih banyak dari

kelompok B, secara statistik dengan menggunakan uji Fishers’s Exact

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok A dan

kelompok B dalam hal munculnya keluhan mual (p > 0,05). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulayim dimana angka kejadian mual

lebih tinggi pada kelompok yang diberikan diet oral cair dini dibandingkan pada kelompok yang menerima pemberian diet oral cair yang ditunda, namun secara

statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (Mulayim,

2008).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan dalam hal munculnya muntah pada kedua kelompok (p > 0,05) dimana

hanya 1 orang (5%) pada kelompok A yang mengalami muntah selama periode

pengamatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Ghareeb

dan Jalilian dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok yang

dberikan diet cair dini dan kelompok yang diberikan diet cair tunda dalam hal

kejadian muntah. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Jalilian didapati

jumlah subyek yang mengalami muntah lebih banyak pada kelompok pemberian

diet yang ditunda. (Al-Ghareeb, 2013; Jalilian, 2014)

Keluhan mual dan muntah pada penelitian ini kemungkinan terjadi

diakibatkan oleh manipulasi selama pembedahan, efek dari obat anestesi yang

(14)

39

Keluhan kembung yang diamati pada penelitian ini dijumpai pada

kelompok A sebanyak 3 orang (15%) dan pada kelompok B sebanyak 2 orang

(10%). Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifiikan antara kelompok A

dan B dalam hal keluhan kembung yang terjadi selama pengamatan (p > 0,05).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulayim dimana tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Namun pada

penelitian yang dilakukan oleh Jalilian didapati perbedaan yang signifikan (p <

0,05) pada kedua kelompok dalam hal munculnya keluhan kembung dimana pada

kelompok yang diberikan diet tunda jumlah subyek yang mengalami kembung

lebih banyak dibandingkan pada kelompok yang menerima diet dini (Mulayim,

2008; Jalilian, 2014).

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan dan dari hasil penelitian

yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian diet oral cair dini

pada pasien yang telah menjalani bedah sesar tanpa komplikasi dapat dilakukan

segera dan dapat ditoleransi dengan baik. Walaupun keluhan gastrointestinal lebih

banyak terjadi pada kelompok yang diberikan diet oral cair dini namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

(15)

40

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasien pasca bedah sesar

tanpa komplikasi dengan membandingkan pemberian diet oral dini dan diet oral

tunda dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat perbedaan bermakna munculnya bising usus antara

pemberian diet oral dini dan pemberian diet oral tunda pada pasca bedah

sesar dengan anestesi spinal.

2. Pada kelompok yang menerima pemberian diet oral dini jumlah subyek

yang sudah mengalami munculnya bising usus pada pengamatan T1

adalah sebanyak 19 orang (95%) dan seluruh subyek pada kelompok ini

sudah didapati adanya bising usus pada pengamatan T2. Pada kelompok

ini juga bising usus muncul lebih cepat (2,10 ± 0,447 jam) dibandingkan

setelah pemberian diet oral cair tunda.

3. Pada kelompok yang menerima pemberian diet oral tunda jumlah subyek yang sudah mengalami munculnya bising usus pada pengamatan T1

adalah sebanyak 15 orang (75%) dan seluruh subyek pada kelompok ini

sudah didapati adanya bising usus pada pengamatan T3. Pada kelompok

ini bising usus muncul dengan rerata 2,60 ± 1,142 jam.

4. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal munculnya keluhan

gastrointestinal antara pemberian diet oral dini dan pemberian diet oral

tunda pada pasca bedah sesar dengan anestesi spinal.

6.2. SARAN

1. Pemberian diet oral cair dini dapat diberikan segera jika pasien dapat

menoleransi atau pada jam ke-2 pasca operasi, pada pasien yang menjalani

bedah sesar tanpa komplikasi dengan anestesi spinal.

2. Pada kasus-kasus operasi yang tidak memanipulasi saluran cerna dengan

(16)

41

3. Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya dengan teknik anestesi umum

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka kerja
Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Subyek
Tabel 4.2. Perbedaan Waktu Munculnya ฀ising Usus
Tabel 4.3. Perbedaan Keluhan Mual
+2

Referensi

Dokumen terkait

The dimensions of service quality analyzed in Alfamart Abdurrahman Saleh Bandung City are: (1) Tangible/physical evidence, consists of indicators like completeness of service tool

Perhatikan garnbar sistem pencemaan berikutl Proses pencemaan yang terjadi pada organ X adalah.. pencemaan lemak dan

Keywords: intellectual capital, financial performance, spiritual knowledge, attitude, discipline, management knowledge, management experience, skill and

Moreover, to fully comprehend the character, the writer limits the indicator and theory uses to analyze Malala Yousafzai, the writer uses Circle of Courage to guide her

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa pendidikan anak jalanan di Yayasan Girlan Nusantara tahun 2012, paling banyak adalah anak jalanan yang memiliki

Source code MINIX inilah yang oleh Linus Trovaldsseseorang mahasiswa universitas Helsinki pada waktu itu, kemudian dijadikan sebagai referensi untuk membuat

Memperkuat atau memperlemah hasil dari ketiga aspek CSR (ekonomi, lingkungan dan sosial) dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan, untuk meningkatkan pelaksanaan

Dalam hal ini terdapat 3(Tiga) permasalahan yang ada di dalam sistem yang berjalan pada Koperasi Kosma 15 yang terdapat didalam lingkungan SMA Negeri 15 Kota