• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN MENEJEMEN KEPERAWATAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Menejemen Keperawatan

Disusun Oleh:

Kelompok 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2017

1. Aldan Renaldi 2. Centhya Wulansari 3. Hasna Qurtuaini W 4. M.Hisyam Mutashim 5. Nina Amelia 6. Rosa Dwi Apriyani 7. Siti Septiani

(2)

MENEJEMEN KEPERAWATAN i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kepemimpinan dan Menejemen Keperawatan. Kami berterima kasih kepada Ibu Meilati Suryani, S.Kep.,M.Kep selaku koordinator mata kuliah Kepemimpinan dan Menejemen Keperawatan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, September 2017

(3)

MENEJEMEN KEPERAWATAN ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. RUMUSAN MASALAH ... 2 C. TUJUAN... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ... 3

A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan ... 3

B. Jenis Perencanaan Yang Disusun Kepala Ruang Rawat ... 16

C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen ... 18

D. Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Dan Puskesmas Yang Sesuai Standar Akreditasi Nasional Dan Internasional ... 27

E. Perencanaan Efektif ... 34

BAB III PENUTUP ... 44

A. KESIMPULAN ... 44

B. SARAN ... 44

(4)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.

Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan peraihan kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan. Di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya kehidupan yang selalu bersangkutan dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah melakukan musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin.

Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administrative.

Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya masyarakat dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan kesehatan

(5)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 2

dan pelayanan kesehatan strata pertama. Selama ini yang banyak berkembang adalah puskesmas merupakan pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan? 2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat?

3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen? 4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang

rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan. 2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.

3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen. 4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang

rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?

(6)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan 1) Pengertian perencanaan

Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.

Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).

Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker keperawatan, perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah – langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).

Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu

(7)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 4

rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).

Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien. (Asmuji, 2014).

Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2) Hierarki Perencanaan

Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.

(8)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 5

Gambar Hierarki Perencanaan (Marquis, Bessie L & Carol . Huston. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)

3) Tujuan perencanaan

Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan: a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan

c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang tersedia

d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya

f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga membantu menurunkan elemen perubahan

g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah. h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).

4) Manfaat perencanaan

Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:

a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan lingkungan. Misi Filosofi Tujuan umum Tujuan khusus Kebijakan Prosedur Aturan

(9)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 6

b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.

c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan. e) Memudahkan koordinasi.

f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami. g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

h) Menghemat waktu dan dana. 5) Syarat perencanaan

Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu: a) Factual atau realistis

Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.

b) Logis atau rasional

Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat dijalankan.

c) Fleksibel

Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah seenaknya.

d) Komitmen

Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi. e) Komprehensif

(10)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 7

Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam organisasi.

6) Komponen perencanaan

Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.

a) Input

Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.

b) Output

Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.

Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan. c) Control

Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.

(11)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 8

d) Mekanisme umpan balik

Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.

Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985 ).

e) Proses

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.

Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

7) Perumusan visi

Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan pernyataan yang berisi tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun 2015”. 8) Perumusan Misi

(12)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 9

Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada klien secara komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep perawatan mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi keperawatan dan perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh perawat profesional.

9) Perumusan filosofi

Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam institusi atau organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tetang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktik keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan keyakinan mereka sebagaimana misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah akhirnya.

Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk klien atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas dimana pelayanan keperawatan diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen atau pelayanan, dan ruangan atau unit.

Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai individu yang unik bermartabat.

10) Perumusan tujuan

Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk

(13)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 10

dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan. (Asmuji, 2014). 11) Perkiraan kebutuhan kerja

Perkiraan kebutuhan kerja menurut Kuntoro (2010) yaitu penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perawat dan klien untuk memenuhi standar praktik keperawatan. Kategori keperawatan klien: a) Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal

dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.

b) Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan sebagai dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, mengatur posisi dan lain sebagainya.

c) Perawatan total (total care) yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.

d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan observasi dan tindakan keperawatan yang terus menerus.

Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:

1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data sensus.

2. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat dengan menganalisa alur keja perawat atau work flow rata-rata frekuansi dan waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.

3. System approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan dapat menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk

(14)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 11

setiap unit serta mempertimbangkan kompunen input-proses-output-umpan balik.

Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan.

Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care) adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetri dan Hurchinsun (1975) dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung didasarkan pada kategori berikut:

a) Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam =2 jam. b) Perawatan sebagian (partial care) adalah ¾ x 4 jam = 3 jam c) Perawatan total (total care) adalah 1-1½ x 4 jam = 4-6 jam d) Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam

Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak langsung. Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam Gillies (1994), menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan perawatan tidak langsung adalah 36 menit/klien/hari. Dipihak lain, menurut Wolfe dan Young (1965) dalam buku yang sama merupakan sebesar 60 menit/klien/hari.

Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan sebagai dasar penghitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/ klien/hari.

Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu perawatan langsung, waktu perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya jumlah tenaga yang di butuhknan di hitung berdasarkan beban kerja perawat.

Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:

(15)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 12

1) Jumlah klien yang di rawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut. 2) Kondisi atau tingkat ketergantungan.

3) Rata – rata harm perawatan.

4) Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan, dan pendidikan kesehatan.

5) Frekuensi tindakan perawatan yang di butuhkan klien.

6) Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan pendidikan kesehatan.

Di samping itu, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhi beban kerja perawat, yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK, pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, ikim/ musim, politik, dan hukum/ peraturan.

Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan keperawatan yang di butuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan untuk masing – masing unit. Metode perhitungan yang di gunakan, yaitu metode rasio, metode gilles, metode lokakarya keperawatan, metode di Thailand dan Filipina dan metode perhitungan ISN (indicator staf need).

Metode rasio di dasarkan atas surat keputusan mentri kesehatan no 262 tahun 1979, kebutuhan tenaga di dasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing – masing untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada.

Tabel 5-1 metode rasio menurut SK Menkes No 262 1979.

Rumah Sakit Perbandingan

Kelas A dan B Tempat tidur : tenaga medis = 4-7 : 1 tempat tidur : tenaga keperawatan = 2 : 3-4 tempat tidur : tenaga non-keperawatan = 3:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 1 : 1

(16)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 13

Kelas C Tempat tidur : tenaga medis = 9 : 1 tempat tidur : tenaga keperawatan = 1 : 1 tempat tidur: tenaga non-keperawatan = 5:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 3: 4

Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1 tempat tidur : tenaga keperawatan = 2:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 6 : 1 Metode Gillies (1994), digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 = A X B X 365

(365 hari libur)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 Keterangan :

A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari B = jumlah pasien rata-rata per hari

Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk memperhitungkan jumlah kebutuhan tenaga adalah metode lokakarya keperawatan (1989). Metode ini juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =A x 52 x 7 (TT x BOR) 41 40

Metode keempat adalah metode Thailand dan Filipina yang didasarkan pada jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm kerja perawat dalam 1 tahun, dan Jumlah jam kerja dalam 1 tahun. Jumlah jam perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat inap selama 24 jam yang terdiri dari penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah dari penyakit dalam (3,4 jam), post-partum (3 jam), bayi neonatus (2,5 jam), dan anak (4 jam) sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3 jam, unit rawat jalan yang jam perawatan per pasiennya adalah 0,5 jam, kamar operasi untuk rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam), untuk rumah sakit tipe C dan D (3 jam), dan kamar bersalin sebanyak 5-8 jam. Hari kerja efektif perawatan dalam 1 tahun diperinci berdasarkan jumlah hari dalam 1 tahun (365

(17)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 14

hari), jumlah hari kerja nonefektifdalam 1 tahun (jumlah ghari minggu 52 hari, libur nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah hari efektif dalam 1 tahun yaitu 365-76=289 hari, dan jumlah hari efektif perminggu yaitu 289:7=41 minggu. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun yaitu jam kerja dalam 1 tahun yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640 jam/tahun.

Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakkan rumus berikut :

1) Unit Rawat Inap (URI)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan koreksi 25%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam 2) Unit Rawat Jalan (URJ)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi 25%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam 3) Kamar Bedah/Operasi (KBd/O)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah.angg.Tim.OK koreksi 25%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam 4) Kamar Bersalin (KB)

Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan koreksi 10%

41 jumlah minggu efektif x 40 jam

Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan penjumlahan URI, URJ, KBd/O dan KB.

Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga adalah dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang digunakan dalam metode ini adalah beban kerja dan tiap-tiap unit atau institusi.

(18)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 15

Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan dihasilkan pada masa mendatang. Tiga faktor yang mendasari formula ISN, yaitu :

a) Indicator beban kerja. Indicator ini merupakan pembilang dan sebagai faktor variable dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil pelaksanan yang dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama satu tahun kalender. Untuk tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang berbeda akan memiliki beban kerja dan kapasitas yang berbeda pula. b) Bobot (weighting).

c) Kapasitas tenaga.

Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan tenaga berdasarkan salah satu metode di atas (Gillies, 1994).

Diketahui, kondisi tenaga keperawatan di salah satu Rs “XY” berdasarkan laporan tahunan tahun 1995 sebagai berikut.

1. Bagian UPI, rata-rata pasien/hari adalah 2,6 2. Bagian bedah, rata-rata/hari adalah 44,7

3. Bagian non-bedah/non-UPI rattan-rata pasien/hari sebesar 211,3

Ditanyakan, berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bagian UPI, bagian bedah, dan abagian non-bedah/ non-UPI berdasarkan data di atas? Dijawab:

1) Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan perhari) untuk bagian UPI adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata-rata perhari) adalah 2,6 ; A bedah = 5 jam dengan B = 44,7 ; dan A non-bedah / non UPI = 4 jam dengan B = 211,3

2) Asumsi jumlah hari tidak kerja per tahun sebagai berikut. a. Hari minggu/ sabtu = 104 hari

b. Hari libur nasional = 12 hari c. Cuti tahunan = 12 hari d. Izin / sakit = 12 hari

(19)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 16

3) Asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam.

Jadi, kebutuhan tenaga keperawatan untuk masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

a. UPI 7 𝑥 2,6𝑥365

(365𝑥140)𝑥 8 = 4 orang

b. Bedah 5𝑥44,7𝑥365

(365𝑥140)𝑥8 =45 orang

c. Non bedah / non UPI 4𝑥211,3𝑥365

(365𝑥140)𝑥8 =171 orang

Dengan demikian, jumlah kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan di rumah sakit “XY” adalah 220 orang, dengan perincian 4 perawat untuk bagian UPI, 45 perawat untuk bagian bedah, an 171 perawat untuk bagian non bedah / non UPI.

B. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung kepada jenis perencanaan yang disusun kepala ruangan diantaranya adalah :

1) Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan. 2) Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.

4) Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan. 5) Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan, medis yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter. 7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

8) Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri. 9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.

(20)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 17

10) Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra, 2014).

Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat selain yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun; sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun.

Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.

a) Rencana harian

Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/ perawat primer, dan perawat pelaksana.

b) Rencana bulanan

Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dapat dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/ perawat primer.

c) Rencana tahunan

Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.

Ada dua jenis perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi.

(21)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 18

Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.

2. Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut: Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994), dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan, merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan, merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

C. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen

Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah:

(22)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 19

2) Analisis lingkungan a) Analisis Situasi

Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawat lupa merumuskan tujuan dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut terlaksana.

Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang dapat dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.

b) Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.

Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di kelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus di ingat baik – baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa analisis SWOT adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau yang mungkin akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah – masalah yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut terbagi atas empat komponen dasar berikut:

(23)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 20

1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari keperawatan pada saat ini.

2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.

3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.

4. Threat (T).

Tabel 3-1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi. Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen

S Perawat di

ruangan saat ini memiliki jumlah anggota yang sangat besar.

W Jumlah anggota yang besar menurunkan tingkat efektivitas koordinasi dan komunikasi antar – anggota

Tabel 3-2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi. Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen O Tersedianya pendidikan

keperawatan membuat makin banyak perawat yang bersekolah hingga perguruan tinggi.

T Lulusan perawat yang di hasilkan tidak sesuai dengan kompetensi yang di harapkan dari seorang perawat.

Tabel 3-3 Contoh analisis SWOT model kualitatif

Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen S 1. Organisasi memiliki anggota yang banyak. W 1. Budaya organisasi adalah budaya tradisional yang

(24)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 21

2. Organisasi

memiliki cadangan dana yang besar. 3. Organisasi memiliki peraturan yang lengkap. 4. Organisasi memiliki sekertariat yang representatif. menghambat tercapainya

kondisi kerja yang efisien.

2. Keinginan anggota untuk belajar dari kesalahan sangat rendah.

Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan keperawatan di masa depan.

Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing komponen, seperti komponen

Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, komponen weakness

mungkin memiliki 8 subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis SWOT yang umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif dan model kualitatif.

a. Model kualitatif. Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan ini terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka, selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa setiap satu rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness

(25)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 22

(W), dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan satu Threat (T).

b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.

Matriks TOWS Strenghts Weaknesses

Opportunities Susun daftar peluang

Srategi SO

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Srategi WO Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Threats Susun daftar ancaman Strategi ST

Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT

Perkecilan kelemahan dan hindari ancaman Sebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat di temput jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah di tetapkan. Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau program dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora, 2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

(26)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 23

1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors (EFAS) Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini).Data tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (Threatened).

2) Bobot

Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.

3) Peringkat (Rating)

Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.

4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan EFAS adalah peluang dikurangi ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit Kuadran) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran.

a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn

around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk

(27)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 24

b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan. c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan

tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari luar.

d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dnegan tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.

c) Analisis TOWS

Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david (1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya, namun menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.

Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang di maksud. Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini, aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan

(28)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 25

membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain

Matriks TOWS Strenghts Weaknesses

Opportunities Susun daftar peluang

Srategi SO

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Srategi WO Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Threats Susun daftar ancaman Strategi ST

Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT

Perkecilan kelemahan dan hindari ancaman d) Analisis Tulang Ikan

Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Cara ini juga membantu dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan lain-lain. Menfaat analisis tulang ikan adalah memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan. Langkah-langkah dalam membuat analisis tulang ikan:

1. Mengidentifikasi akibat atau masalah. Tulis akibat atau masalah yang akan ditangani pada kotak paling kanan diagram tulang ikan, misalnya laporan keperawatan akhir bulan terlambat

2. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. Dari garis horizontal utama, terdapat empat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Sebab tipa cabang mewaliki “sebab utama” dari masalah yang ditulis.

3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saram. Setiap kategori memiliki penyebab yang perlu diuraikan dengan menggunanakan curah pendapat. Bila penyebab dikemukakan, tentukan

(29)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 26

bersama-sama karena penyebab tersebut harus ditempatkan pada diagram tulang ikan. Sebab-sebab dituliskan pada garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis horizontal utama. 4. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. Setelah setiap kategori

diisi, cari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab sebab inilah yang merupakan petunjuk :sebab yang tampaknya paling mungkin”. Catat jawabanya pada kertas flipchart terpisah

5. Mencapai kesepakatan atas sebab yang paling mungkin. Di antara sebab sebab harus dicari sebab yang paling mungkin. Kaji kembali sebab yang telah didaftarkan dan tanyakan, “mengapa ini sebabnya?”. Tanyakan mengapa sampai pertanyaan itu tidak dapat dijawab lagi, dan pada tahap ini sebab pokok teridentifikasi.

Unsur manajemen atau sumber daya bagi manajemen adalah hal-hal yang merupakan modal bagi pelayanan anajemen, dengan modal itu akan lebih menjamin pencapaian tujuan yang terdiri dari 6M yaitu:

a. M1 (Man) : Ketenagaan/sumber daya manusia. b. M2 (Material) : Sarana dan prasarana.

c. M3 (Method) : Metode asuhan keperawatan. d. M4 (Money) : Pemasukan.

(30)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 27

e. M5 (Mutu) : Keselamatan pasien, kepuasan pasien, kenyamanan, kecemasan, perawatan diri, pengetahuan/perilaku pasien.

f. M6 (Machine) : Alat, mesin.

3) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang menghambat.

4) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target, waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.

D. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional

1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap a) Pengorganisasian

Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan. 2. Perawat Primer. 3. Perawat Asosiet.

Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah diidentifikasi pada pengumpulan data sebelumnya.

b) Rencana Strategi Perencanaan

Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan

(31)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 28

didalam Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat di ruangan, jadwal kerja dari masing-masing-masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya, instalasi instalasi yang menunjang idalam proses keperawatan seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non medis).

c) Pengaturan dan Kegiatan

Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiataan kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan

Minggu Uraian rencana kerja

1

1) Pembuatan struktur organisasi kelompok 2) Orientasi ruangan dan perkenalan

3) Analisa situasi dan perumusan masalah 4) Penyusunan progam kerja

5) Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan keperawatan professional

6) Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan model praktek keperawatan professional 7) Penyusunan format pengkajian khusu dan sistim

dokumentasi asuhan keperawatan.

8) Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat dan kelengkapan administrasinya.

9) Penyusunan format supervise

10) Penyusunan format penunjang kegiatan lainnyaa seperti format kegiatan harian

(32)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 29

II

1) Penerapan model asuhan keperawatan professional : aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses dokumentasi keperawatan

2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi keperawatan

3) Penyelengaraan supervise keperawatan 4) Penyelenggaraan sentralisasi obat

5) Persiapan penyelengaraan rotasi dinas 24 jam

III

1) Penerapan model asuhan keperawatan professional : aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan proses dokumentasi keperawatan

2) Penerapan semua progam 3) Penyelengaraan rotasi 24 jam IV

1) Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan professional

2) Penyusunan laporan

Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan, bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas).

d) Persiapan Pendokumentasian

Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada di ruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai.

(33)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 30

Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum.

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.

1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:

Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:

a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)

b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor) c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)

d) Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. (Suyanto, 2008).

2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu:

a. Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas):’’ tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain. b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam

(34)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 31

disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.

c. Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.

d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit

Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu:

a) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan

b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif

c) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien

e) Manajemen keperawatan harus terorganisir

f) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan g) Divisi keperawatan yang baik

h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif i) Pengembangan staf

(35)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 32

Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruang yaitu:

1. SDM Keperawatan 2. Sarana dan prasarana 3. Biaya/anggaran 4. Sistem informasi

5. Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.

6. Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.

7. Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan.

Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu: a. Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat b. Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan dengan tim kesehatan. c. Mengelola keuangan

d. Mengelola SDM keperawatan di ruangan

e. Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift. f. Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.

g. Mengorientasikan dan mengembangkan staf h. Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain. i. Mempertahankan kenyaman/keamanan pasien 3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan

(36)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 33

untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.

Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).

4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

(37)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 34

Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS.

Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.

Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.

E. Perencanaan Efektif

1) Pelaksanaan Strategi Dan Rencana Yang Efektif

Banyak topik yang dibahas dalam bagian ini yang langsung berkaitan dengan proses pelaksanaan rencana dan tugas-tugas organisasi. Mengingat latar belakang informasi yang relavan ini, sekarang kita dapat memusatkan perhatian pada beberapa aspek kunci. Pada umumnya, lebih banyak perhatian dicurahkan kepada perencanaan dari pada pelaksanaan. Perencanaan itu merupakan kegiatan intelektual atau pemikiran, sedangkan pelaksanaan itu berorientasi pada tindakan.Pelaksanaan perlu menghimpun sumber daya, menstrukturkan hubungan kerja, memadukan fungsi, dan mengawasi kegiatan-kegiatan yang berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan prosedur.

(38)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 35

Mencapai sasaran dalam sistem manusia itu membutuhkan kepemimpinan pribadi yang efektif. Strategi yang mungkin berhasil karena dorongan, semangat dan kepemimpinan yang cemerlang yang menghasilkan komitmen dan usaha. Strategi yang sehat mungkin pula hancur karena kurangnya kepemimpinan dan peserta organisasi hanya mengikuti arus saja. Sasaran yang nyata adalah menggabungkan strategi yang sehat dengan pelaksanaan yang terampil (skill fullimplementation) melalui kepemimpinan yang efektif.

2) Ciri- ciri Sebuah Perencanaan Yang Efektif

Dalam sebuah organisasi perencanaan mempunyai implikasi masa depan dan mengandung arti dibutuhkanya keahlian merancang rencana untuk tercapainya tujuan. Pada dasarnya rencana itu mempunyai 3 ciri- ciri yaitu: a) Perencanaan harus mengenai masa depan

b) Perencanaan harus menyangkut suatu tindakan yang akan dilakukan c) Adanya suatu unsur identifikasi atau penyebab (causation) pribadi atau

organisasi. Artinya, adanya jalan tindakan dimasa depan akan diambil oleh perencanaan atau oleh orang lain yang di tunjuk dalam sebuah organisasi. Masa depan, tindakan, dan pelaksanaan pribadi atau organisasi adalah unsur- unsur yang perlu dalam setiap rencana.

Menurut Sigian, perencanaan yang baik dalam manajemen adalah perencanaan yang berciri sebagai berikut:

1. Rencana harus memepermudah tercapainya tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Artinya, penyusunan suatu rencana tidak boleh dipandang sebagai tujuan, tetapi sebagai cara yang sifatnya sistematik intuk tercapainya suatu tujuan awal.

2. Perencana harus sungguh- sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai. Menyusun rencana merupakan salah satu fungsi organik yang harus dilakukan oleh setiap manajer.

(39)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 36

3. Pemenuhan keahlian teknis. Penyusunan suatu rencana yang kemudian disahkan manajer kemudian diserahkan kepada orang-orang yang memiliki berbagai jenis keahlian yang diperlukan. Agar rencana yang disusun itu terpadu dan komprehensif, maka anggota tim harus mampu bekerja sama sebagai satu tim yang kompak.

4. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat. Maksudnya, rencana tidak hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan: apa, di mana, bilamana, siapa dan mengapa. Tetapi, juga disertai penjabaranya dalam bentuk program kerja yang menyangkut segi kehidupan organisasi.

5. Keterkaitan sebuah rencana dengan pelaksanaannya. Jika dikatakan bahwa suatu rencana merupakan suatu bentuk keputusan, berarti hanya mempunyai makna bila dilaksanakan. Tepat tidaknya suatu rencana bukan terlihat dari cara perumusannya, tetapi pada pelaksanaanya.

6. Kesederhanaan. Maksudnya adalah, kesederhanaan merupakan ciri rencana menyangkut berbagai hal seperti teknik penyusunannya, bahasanya, sistematikanya, formatnya, serta penekanan berbagai prioritasnya dan memperoleh pengertian yang sama dengan perencana. Kesederhanaan harus tidak mengurangi pentingnya kelengkapan rencana.

3) Hambatan- hambatan Dalam Proses Perencanaan Yang Efektif

Setiap perencanaan yang akan dilakukan pastinya tidak lepas dari suatu tantangan-tantangan dan hambatan. Menurut Silalahi menjelaskan bahwa perencanaan yang baik (good planning) dapat dilakukan apabila dapat diminimalisi hambatan-hambatan dalam perencanaan. Hambatan perencanaan dapat di kategorikan atas dua kategori, yaitu:

a) Individual- based barriers b) Organizationl- based Barrier

Individu sering tidak mau dan tidak mampu merencana sebab hambatan personal untuk memaknakan partisipasi dalam perencanaan. Pada hal perencanaan efektif memerlukan masukan dan partisipasi aktif dari anggota

(40)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 37

organisasi secara individual. Hambatan utama dalam perencanaan efektif yang berasal dari hambatan individual memprioritaskan masalah-masalah sehari-hari kekurangan dari ketrampilan perencanaan, reluktansi menentukan rencana dan tujuan, resistansi personal untuk perubahan. Hambatan kedua ditemukan pada tingkat organisasional, termasuk dalam hambatan organisasional ini adalah kendala tentang sumber-sumber, kendala berupa keterbatasan informasi yang dapat, resintesi organisasional untuk berubah.

Handoko merincikan hambatan-hambatan perencanaan yang efektif, yaitu sebagai berikut:

a. Kurang pengetahuan tentang organisasi

Para manajer tidak dapat menetapkan tujuan-tujuan yang berarti bagi satuan-satuan kerja mereka tanpa mempunyai pengetahuan tentang pekerjaan satuan kerja dan organisasi secara keseluruhan.

b. Kurang pengetahuan tentang lingkungan

Para manajer sering kurang memahami lingkungan eksternal organisasi, seperti pesaing, penyedia (pemasok), Pelanggan, lembaga- lembaga pemerintahan, dan sebagainya, sehingga menjadi bingung tentang arah yang diambil dan enggan menetapkan tujuan yang pasti.

c. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif

Rencana- rencana dibuat tidak hanya didasarkan pengamalan masa lalu, tetapi juga peramalan kondisi- kondisi dimasa yang akan datang.

d. Kesulitan perencanaan operasi- operasi yang tidak berulang

Dalam organisasi banyak operasi-operasi yang hanya berlangsung dalam saat tertentu saja yang tidak akan berulang pada saat-saat yang lain, namun perlu direncanakan. Para manajer sering melupakan hal ini.

e. Biaya

Perencanaan memerlukan banyak biaya penggunaan sumber- sumber daya keuangan, fisik dan manusia dalam arti terjadi pemborosan-pemborosan dalam melakukan atau merealisasikan rencana tersebut.

(41)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 38

f. Takut gagal

Para manajer sering memandang kegagalan sebagai ancaman terhadap keamanan jabatanya, penghargaan dan respek orang lain terhadap dirinya. Hal yang demikian ini membuat para manajer enggan mengambil resiko dan menetapkan tujuan tertentu.

g. Kurang percaya diri

Bila manajer kurang percaya diri, maka mereka akan ragu- ragu dalam menetapkan tujuan yang menantang. Para manajer seharusnya merasa bahwa mereka dan kelompok kerjanya mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi.

h. Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan- tujuan alternative

Para manajer sering sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak dapat mencapai semua hal yang penting baginya. Akibatnya, mereka mungkin menjadi enggan untuk organisasi terikat pada satu tujuan karena terlalu menyakitkan untuk menyingkirkan berbagai alternatif lainya. F. Akreditasi Puskesmas

Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar Akreditasi. Langkah-langkah persiapan Akreditasi : 1) Meminta pendampingan dari Kabupaten/Kota

Kepala Puskesmas mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk meminta pendampingan akreditasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2) Lokakarya (1 hari)

a) Untuk menggalang komitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan menyiapkan akreditasi

b) Pemahaman tentang akreditasi

(42)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 39

d) Pembentukan Panitia/Tim Persiapan Akreditasi Puskesmas, dan pembentukan Kelompok Kerja, yaitu kelompok kerja manajemen, kelompok kerja upaya puskesmas, dan kelompok kerja pelayanan klinis. 3) Pelatihan pemahaman standar dan instrument akreditasi dan persiapan self

assessment (2 hari)

Pelatihan pemahaman standar dan instrumen akreditasi Puskesmas diikuti oleh seluruh karyawan puskesmas untuk memahami secara rinci standar dan instrument akreditasi puskesmas dan persiapan self-assessment. Pelatihan dapat dilakukan oleh tim puskesmas yang telah dilatih atau oleh tim pendamping dari Kabupaten.

4) Self assessment (1 hari)

Self assessment oleh staf puskesmas didampingi/dipandu oleh pendamping (atau dilaksanakan oleh pendamping bersama staf). Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas melakukan pembahasan hasil self assessment bersama Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas dan menyusun Rencana Aksi untuk persiapan akreditasi.

5) Penyusunan dokumen yang dipersyaratkan dan perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM, dan sistem pelayanan UKP (perkiraan 3-4 bulan)

Identifikasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi, penyiapan tata naskah penulisan dokumen, penyiapan dokumen akreditasi.

a) Dokumen internal, meliputi:

1. Surat-surat keputusan (kebijakan) 2. Pedoman/manual mutu

3. Pedoman-pedoman yang terkait dengan pelayanan, upaya, program maupun kegiatan

4. Kerangka acuan

(43)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 40

6. Rekaman-rekaman (dokumen sebagai bukti telusur). b) Dokumen eksternal yang perlu disediakan

Pengendalian dokumen akreditasi yang meliputi pengaturan tentang kewenangan pembuatan, pemanfaatan dan penyimpanan seluruh dokumen puskesmas. Perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM, dan sistem pelayanan UKP.

6) Implementasi (perkiraan 3-4 bulan)

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar akreditasi yang dipandu oleh regulasi internal (document-dokumen yang telah disusun:kebijakan, kerangka acuan, SPO, dsb). Memastikan rekaman proses dan hasil kegiatan, penyediaan sumber daya untuk implementasi, melanjutkan Perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM, sistem pelayanan UKP.

7) Penilaian pra survei akreditasi (2 hari)

Penilaian Pra survei akreditasi oleh Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas, untuk mengetahui kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan penilaian akreditasi. Tim pendamping akan membuat rekomendasi hasil penilaian pra survey akreditasi sebagai dasar bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengusulkan dilakukan survei akreditasi ke lembaga akreditasi melalui Dinas Kesehatan Provinsi

8) Pengajuan permohonan untuk disurvei

Penilaian Pra survei akreditasi oleh Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas, untuk mengetahui kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan penilaian akreditasi. Tim pendamping akan membuat rekomendasi hasil penilaian pra survey akreditasi sebagai dasar bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengusulkan dilakukan survei akreditasi ke lembaga akreditasi melalui Dinas Kesehatan Provinsi

Sasaran Akreditasi

(44)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 41 Kelompok Penilaian 1. Administrasi dan Manajemen. 2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). 3. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) 1. Administrasi dan Manajemen. 2. Upaya Kesehatan Perseorangan 1. Administrasi dan Manajemen. 2. Upaya Kesehatan Perseorangan Kategori Tingkat Kelulusan 1. Tidak Terakreditasi 2. Terakreditasi Dasar 3. Terakreditasi Madya 4. Terakreditasi Utama 5. Terakreditasi Paripurna 1. Tidak Terakreditasi 2. Terakreditasi Dasar 3. Terakreditasi Utama 4. Terakreditasi Paripurna 1. Terakreditasi 2. Tidak terakreditasi Jumlah Standar, Kriteria & Elemen Penilaian (EP) 42 Standar 168 Kriteria 776 EP 27 Standar 110 Kriteria 503 EP 20 Standar 56 Kriteria 234 EP

Instrumen Akreditasi Puskesmas BAB

b Nama EP (776)

I Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) 59 II Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas

(KMP)

121 III Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko

(PMMR)

Gambar

Tabel 3-1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi.

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi sehingga organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan

Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan,

formulasi terinci dan terencana untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran singkat tentang proses perencanaan manajemen strategi dilingkungan organisasi dan perusahaan serta, memberikan

Manajemen pengertianya adalah suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dari aktivitas organisasi berdasarkan sumber daya yang dimiliki

Semua kekurangan manajemen resiko perusahaan yang mempengaruhi kemampuan suatu entitas untuk mengembangkan dan menerapkan strategi dan untuk

Sementara Schermerhorn berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi

Makalah ini menyajikan langkah-langkah perencanaan dan format untuk mengembangkan rencana usaha yang efektif, yang mencakup manajemen