• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN KONSEP KOREOGRAFI TARI KARNA TINANDHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN KONSEP KOREOGRAFI TARI KARNA TINANDHING"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN KONSEP KOREOGRAFI

TARI KARNA TINANDHING

Dwiyasmono )9:8(2

!1B>1 *9>1>489>7 =5BE@1;1> C1<18 C1DE :E4E< 35B9D5B1 41<1= 5@9C?45 #18121B1D1I1>725B9C9@5@5B1>71>1>D1B1!EB1G1=5<1G1>&1>41G1!1B>1C521719 C5>1@1D9 !EB1G1 @5B1>7 D1>49>7 =5<1G1> B:E>1 C5>1@1D9 &1>41G1 &141 @5B1>7 81B1D1IE41!1B>17E7EBC521719;ECE=121>7C1

5B9D5B1 !1B>1 *1>49>7 41<1= @5B;5=21>71>>I1  4914?@C9 C521719 :E4E< ;1BI1D1B9219;41<1=25>DE;D1B9<5@1C=1E@E>4B1=1D1B91<1=71B1@1>;1BI1D1B9 35B9D5B1 !1B>1 *1>49>7  49C1:9;1> ?<58 4E1 D?;?8 25BC1E41B1 45>71> E>7;1@1> =5<1<E9 75B1; !1B>1 C521719 ;C1DB91 =5>77E>1;1> ;?>C5@ 75B1; D1B9 @EDB1 <1>I1@ C541>7B:E>1=5>77E>1;1>;?>C5@75B1;@EDB11<EC!?>C5@;?B5?7B169D1B94941C1B9 @141 945 ;5149<1> ;5:E:EB1> 41> ;5219;1> 1;1> =5>71<1=9 ;5:1I11> 1@129<1 49@5B:E1>7;1> 41> =5=5B<E;1> @5>7?B21>1> !?B5?7B169  25B@5B1> 41<1= 25>DE; 71B1@D1B9!1B>1*9>1>489>7

(:(2;5*0 ;?>C5@;?B5?7B16941> !1B>1 *9>1>489>7

A. Pendahuluan

Tari Karna Tinandhing mulai disajikan pada masa pemerintahan Mangkunegara IV (1853 – 1881), pada saat hajatan menyupitkan kedua putranya: Kanjeng Pangeran Prang Wedana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria

Mangkunegara V tahun 1868.

Mangkunegara IV pada saat itu

mendatangkan penari dari Pakualaman Yogyakarta dengan tariannya Karna Tinandhing dan tari Wireng Bondoboyo.

Melihat pertunjukan tari Karna

Tinandhing, Mangkunegara IV merasa

tertarik untuk membuat koreografi Karna

Tinandhing yang baru. Dalam manuskrip

yang berjudul Wireng Yasan Dalem Ringgit Madya, yang tertulis sekitar tahun

1930-an, disebutkan setelah

Mangkunegara IV selesai memugar Pendapa Mangkunegaran tahun 1866, beliau menyusun beberapa jenis tari Wireng. Di antara tulisan yang terkenal

antara lain: Karna Tinandhing;

Keratarupa; Harjuna Sumantri; Palgunadi, Jayeng Sari; Bandawala; Wirun (Wireng Yasan Dalem Ringgit Madya, Manuskrip No. G2). Sumber data lain dalam buku serat anggitan Dalem Kanjeng Gusti

Pangeran Adipati Aria Mangkunegara IV jilid I, di dalam buku terdapat petunjuk adanya pertunjukan tari Karna Tinandhing pada jaman Mankunegara IV. Peristiwa berlangsung pada tanggal 31-8-1877. Ketika Mangkunegara IV menikahkan putranya Pangeran Prang Wedana dengan saudara sepupuhnya R.A. Kusmardiyah, putri dari Pangeran Hadiwijaya III Surakarta, tari Karna Tinandhing kembali dipergelarkan. Dalam pupuh I tembang Macapat Kinanthi yang terdiri 37 bait dilukiskan bahwa suatu malam menjelang acara panggih terdapat kelompok tari

Wireng yang dipentaskan yaitu:

Bandabaya, Bandawasa, Bandawala, Lawung, Palgunadi, Sasrabahu, dan Karna

Tinandhing. Kelompok tari Wireng tersebut terlukis dalam bait 28:

Gagahan dumunung pangkur, tumangkar ngarsa lit, alit, Bandawala, Bandawasa, tuwin Paris, Lawung, Pagluna, Sasrabahu, Karna Tinandhing

(MN VII, 1927:196).

Tari Karna Tinandhing menggunakan kostum kembar, dengan properti dhadhap wayang Karna dan Arjuna. Jaman

(2)

pemerintahan Mangkunegara V kostum diganti seperti wayang orang yang memacu pada busana wayang kulit (R.M. Sayid, 1984:109).

Dalam perkembanganya, tari Karna Tinandhing banyak mengalami perubahan sesuai dengan selera seniman penerusnya. Perubahan yang terjadi terletak pada gerak tari, properti maupun musik tarinya. Perubahan merupakan kebutuhan untuk melestarikan tari Karna

Tinandhing, diaransir oleh seorang empu

tari S. Ngaliman. Menurut penuturan kepada cantrik-cantriknya, bahwa tari

Karna Tinandhing pernah diperoleh dan

dipelajari dari seorang guru tari Tumenggung Kusuma Tanaya seorang

abdi dalem, kusus pada bagian

beksan/tarinya saja. Selanjutnya untuk bagian perangan digarap oleh S. Ngaliman sendiri (Wawancara, 17-6-1983). Gubahan tari Karna Tinandhing kemudian diajarkan pada para mahasiswa jurusan tari STSI Surakarta sebagai bahan perkuliahan hingga sekarang menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Permasalahan adalah bagaimana konsep perubahan koreografi karya tari Karna Tinandhing ?

Konsep koreografi tari Karna Tinandhing meliputi: filosofi Karna Tinandhing, konsep/ide yang melatar belakangi dan bentuk garap atau koreografinya.

B. Filosofi Seni Tari Karna Tinandhing

Karna dalam kamus Bausastra Jawa (1994) berarti telinga. Dalam ceritera pewayangan ( Padmosoekotjo, 1984) Karna adalah putra dari Bathara Surya dengan Dewi Kunthi yang dilahirkan melalui telinga. Karna seorang satria dan juga senapati Astina. Dia adalah raja dari kerajaan Awangga. Tinandhing berasal dari kata dasar tandhing yang berarti perang adu kekuatan. Dari kata dasar tandhing mendapat sisipan in yang berarti kedalam. Karna Tinandhing berarti seorang satria yang berperang melawan seorang ksatriya yang seimbang (babag). Dalam pandangan jawa, dapat ditafsirkan

seseorang ksatria yang berperang melawan dirinya sendiri/hawa nafsu untuk tegaknya kebaikan/kebenaran sekalipun harus mengorbankan fisik maupun perasaannya. Tari Karna Tinandhing bersumber dari ceritera versi Mahabarata , episude Karna Parwa.

Dalam konsep koreografi tari Karna Tinandhing, ditampilkan sosok kepahlawanan Karna seorang senapati Kurawa dan Arjuna senapati Pandawa. Karna sejak kecil hingga dewasa dibesarkan oleh keluarga Kurawa sehingga ingin selalu mengabdi kepada Kurawa. Karna merasa Kurawa telah berjasa bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu bersumpah untuk mengabdi kepada bumi yang telah membahagiakan, sampai titik darah yang penghabisan. Karna sesuai dengan sumpah satria membela Kurawa dengan bertaruh nyawa dan tidak tergoyahkan bujuk rayu baik dari ibunya Dewi Kunthi maupun Prabu Kresna untuk berpihak pada Pandawa. Dibalik sumpahnya Karna, terdapat sanggit lain bahwa kegigihan Karna adalah untuk ikut melestarikan dunia dengan berperan serta mengenyahkan angkara murka yang ada di muka bumi yang diwakili Kurawa termasuk Karna sendiri sebagai salah satu korbannya. Negara tidak akan tenang apabila angkara murka masih meraja lela di muka bumi. Karna memiliki sifat keteguhan hati untuk berkorban sekalipun dirinya sendiri ikut hancur demi tegaknya kedamian dunia. Karna merupakan salah satu contoh yang baik bagi seorang ksatria.

Arjuna senapati Pandawa

berperang sebagai utusan keadilan untuk menegakkan kebenaran dengan tidak mengenal lawan yang dihadapinya baik para sesepuhnya, gurunya mapun saudara kandungnya sendiri(Bhagavadgita 1966: 101) Arjuna timbul semangat berperang setelah mendengarkan ajaran Kresna tentang hakikat hidup seorang ksatria sebagai utusan dewa untuk menegakkan keadilan dengan cara mengenyahkan angkara murka dari muka bumi. Karna

(3)

dan Arjuna sama-sama memegang prinsip sumpah satrianya masing-masing.

Dalam tari Karna Tinandhing diungkapkan dua karakter tokoh yang berbeda yaitu karakter alus luruh antep pada tokoh Arjuna dan alus lanyap pada tokoh Karna. Garap tari didukung oleh ragam gerak sebagai media serta garap konsep-konsep tari yang ada pada Hastasawanda (delapan unsur yang menjadi satu kesatuan yang harus diterapkan oleh seorang penari yang terdiri dari: pacak, ulat, pancat, lulut, luwes, wilet, irama dan gendhing), yang dipadukan dengan Triwiro yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Keseluruhan konsep gerak dan tekhnik gerak merupakan satu kesatuan yang harus diungkapkan oleh penari.

C. Bentuk Garap/Koreografi Tari Karna Tinandhing

Garapan tari Karna Tinandhing

merupakan bentuk pethilan yang

mempunyai struktur maju beksan, beksan perangan, dan mundur beksan. Kesatuan garap gerak tari merupakan gambaran dari ide penciptaan koreografer. Adapun struktur tari Karna Tinandhing secara rinci sebagai berikut:

Cakepan ada-ada dengan notasi slendro sanga (lampiran 1). Kemudian, masuk iringan srepeg slendro sanga (lampiran 2). Selanjutnya, masuk bagian perangan iringan srepeg slendro sanga.

Iringan notasinya seperti pada lampiran 4. Struktur gerak tarinya: diawali

tawing kiri lilingan dilanjutkan nyabet, panggel adu kanan, besut kipat srisig. Srisig satu lingkaran adu kiri kebyok kiri

pentang kanan (gerakan Karna dan Janaka/Arjuna sama).

Gerakan selanjutnya: untuk Karna

1. - Tusuk lawan seret kaki kanan, tangkis kebyak sampur kiri, tusuk maju 2x (lempeng kanan, kiri), menghindar mundur seret kaki kanan, kiri. Tusuk mata kanan, tangkis atas (trek keris), tusuk bawah, tangkis bawah (trek keris),

tusuk mata kanan diputar ke kanan adu kiri tusuk bersama.

- Ngembat nglawe pentang kanan njujut kaki kiri, ingsetan tanjak kiri. erek-rekan maju lerek kaki kanan tanjak kiri, mundur kiri, kanan, tanjak kiri. Erek-erekan maju nyudut kanan, tanjak kiri, mundur kembali tajak kiri.

2. Perang ke-2 sama dengan perang pertama namun setelah tangkis mata kanan dengan trak keris dilanjutkan tusuk mata kiri lawan, tangkis lempeng, tusuk lempeng jeblos pindah gawang adu kanan srisik mengejar Arjuna.

3. Tusuk maju 2x, tusuk mata kanan (trak keris), tangkis keris atas, tusuk luar, tangkis luar, tusuk dalam, tangkis dalam, tusuk lempeng kanan, jeblos adu kanan kipat srisik, srisik ganti dikejar.

Gerakan Arjuna sama kebalikan dari Karna.

4. Gerakan sama dengan no. 3, di sini Arjuna yang mengejar dan menusuk duluan. Srisik satu putaran ke gawangnya sendiri, berhadapan besut tanjak sawega keris. Ngancap maju bersama, adu kiri, tanjak kebyok sampur kiri, dimulai Karna tusuk seret kaki kanan, tangkis kebyak sampur kiri, tusuk maju diputar ke kiri, ganti memutar lawan, ngembat tusuk bersama. Kengser menjauh, besut sawega memasukkan keris.

Panahan (perang panah) Kedua penari jengkeng meletakkan dhadhap, trap jamang kiri ambil busur (gendewa), berdiri tanjak tancep kiri adu kiri. Ambil anak panah dan memasangnya pada busur, giyul kaki kanan embatan srimpet kaki kiri ngancap maju dua kali, kengser

menjauh dan melepaskan anak panah. Karna trecet di tempat, jengkeng nikel

warti. Arjuna tawing kiri.

Gending ayak-ayak slendro sanga dengan notasi iringannya dapat dilihat dalam Lampiran 5.

(4)

Struktur tarinya :

Arjuna: Ulap-ulap tawing kiri dilanjutkan nyabet hadap ke Karna. Lumaksana redong sampur jajak tiga kali. Srimpet kiri hadap kiri srisik satu putaran melewati Karna dan kembali ke gawang sendiri, nikel warti.

Karna: Silantaya diam di tempat. Iringan sampak slendro sanga

Notasi iringannya dapat lilihat pada lampiran 6.

Struktur tarinya Karna dan Arjuna sama, diawali udar sembahan wireng,

berdiri sabetan, lumaksana

bangbangan jajag tiga kali, ombak banyu, srisik kebyok sampur satu

putaran kembali ke gawang beksan menghadap belakang, srisik menuju gawang sopana menghadap depan besut tanjak panggah nikel warti.

Tata Rias dan Tata Busana tari Karna Tinandhing

Tata Rias yang digunakan pada tokoh Karna dan Arjuna menggunakan tata rias karakter wayang orang. Tata Rias Karna menggunakan rias alus lanyap dengan pola corekan alis pada ujungnya agak naik segaris dengan sogokan. Tata Rias tokoh Arjuna menggunakan tata rias berbentuk bagusan alus luruh dengan menebalkan alis penari sendiri.

Busana yang digunakan pada tokoh Karna meliputi:

Irah-irahan topong karawistha, sumping, kalung kace, praba, endong beserta nyenyep, klat bahu, gelang, epek timang, sabuk, sampur, celana panjen, uncal, kain lereng putih motif kecil yang dibentuk berpola supit urang, keris dan binggel.

Busana pada tokoh Arjuna

meliputi:

Irah-irahan gelung keling, sumping, kalung ulur, epek timang, sabuk, keris,

kain lereng coklat dengan pola cancutan, sampur, uncal.

Pola lantai yang digunakan pada tari Karna Tinandhing di antaranya: gawang sopana, gawang beksan, gawang perang, dan terakhir gawang mundur

beksan. Pada gawang sopana

menggunakan gawang berbentuk sejajar sampai maju beksan.

Gawang beksan menggunakan pola

gawang berhadapan dan gawang prapatan

Gawang perangan meliputi gawang berhadapan, prapatan, gawang jeblos. Gawang mundur beksan kembali ke gawang sopana (gawang awal menari).

Gawang berhadapan

(5)

Gawang mundur beksan kembali ke

gawang sopana (gawang awal

menari).

Alat bantu :

Tari Karna Tinandhing menggunakan alat bantu berupa keris, dhadhap, panah dan anak panah.

D. Penutup

Tari Karna Tinandhing merupakan tari pethilan yang mengambil tema

kepahlawanan. Tarian sumber ide dari

cerita Mahabarata pada bagian

Bharatayuda episude Karna Parwa bagian peperangan antara Karna senapati Kurawa dan Arjuna Senapati Pandawa. Ada dua karakter dalam tarian tersebut yaitu alus lanyap untuk Karna dan alus lurus untuk Arjuna. Sekaran yang digunakan untuk kedua tokoh tersebut di atas sama yang membedakan karakter kedua tokoh adalah penyajiannya. Konsep garap tarian kedua tokoh, menggunakan pedoman garap yang ada pada Hasta Sawanda dan

Triwiro.

Tari Karna Tinandhing mulai disajikan di Surakarta masa pemerintahan Mangkunegara IV (1853 – 1881) pada saat hajatan menyupitkan kedua putranya Kanjeng Pangeran Prangwedana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara V tahun 1868. Tari Karna

Tinandhing oleh S. Ngaliman pada tahun

1971 digubah pada bagian perangan, hal itu dilakukan karena pada saat belajar tari Karna Tinandhing perangannya tidak ada. Secara garis besar penyajian tari Karna Tinandhing dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu: maju beksan; beksan yang di dalamnya ada perangan, dan yang ketiga

mundur beksan. Maju beksan

menggunakan iringan: ada-ada slendro sanga, dan dilanjutkan srepeg slendro sanga. Bagian beksan dan perangan menggunakan iringan: pathetan slendro

sanga jugag, dilanjutkan ketawang

gending Ganda Kusuma, ladrang

Cluntang, srepeg slendro sanga. Mundur beksan menggunakan iringan gendhing

Ayak-ayak slendro sanga dan sampak slendro sanga.

Daftar Pustaka

Kamajaya, 1984, Tiga Suri Teladan Kisah

Kepahlawanan Tiga Tokoh Cerita Wayang, Yogyakarta:

U.P. Indonesia. Gawang berhadapan

Gawang prapatan

(6)

Kats. J, 1984, Wayang Purwa, Suatu

Bentuk Pertunjukan Jawa.

Cordrecht-Holland/Cinnamin: Son, U.S.A, Foris Publications. LAL, P. 1981, Mahabarata, Jakarta,

Pustaka Jaya.

Padmosoekotjo, 1986, Silsilah Wayang

Mawa Carita. Surabaya: Citra

Jaya Murti

Papenhuyzen, Clara Brakel, 1991, Seni

Tari Jawa Tradisi Surakarta dan Peristilahannya. Alih Bahasa

oleh Mur Sabyo, Jakarta.

Pendit Nyoman, S. 1980, Mahabharata,

Sebuah Perang Dahsyat di Medan Kurusetra. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

--- 1966. Bhagavadgita.

Jakarta: Depag. Lembaga Penyelenggara Penterjemah dan Penerbit Kitab Sutji Weda dan Ghamamapada.

Prawiro Atmodjo. 1994. Bau Sastra Jawa,

Kababar.Surabaya. Dening Yayasan “Djoyo Boyo” Purwadi, 1994, Serat Pedhalangan Jangkep Lampahan Karna Tinandhing, Solo, Amigo.

Sayid, R.M, 1984, Babad Sala,

Mangkunegara. Surakarta: Reksa Pustaka.

Sri Mulyono, 1978, Tripama Waak Satria

dan Sastra Jendra, Jakarta:

Gunung Agung.

Sujamto, 1992. Wayang dan Budaya

Jawa. Semarang: Dahara Prize.

Wahyu Santoso Prabowo. 1990. Bedhaya

Anglir Mendhung Monumen Perjuangan Mangkunegaran I,

1757 – 1988. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Zoetmulder, P.J. Bekerjasama dengan S.O. Robson, 1995, Kamus Jawa

Kuna – Indonesia. Yogyakarta

PT. Gramedia Pustaka Jakarta Utama,

(7)

Lampiran 1:

@ @ @ @ @ @ @ @ @ @ ! ! 6

ka dang mu pa da aran den a be cik

1 1 1 1 x!x^x% 5 @

be suk a men dhe ma o

! ! ! ! x!x6x5 5

ba ris kang pra yit na

1 1 1 1 1 1 1 1 1

gya sa ran ta neng dwa ra wa ti

3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 x3x2x1 x1x2 1

ti num pes pa ni ku pa nga wak pan da wa e

Keterangan

Penari duduk bersila pada gawang awal menari (gawang sopono) sampai cakepan selesai.

(8)

Lampiran 3:

BK: 2 . 3 5 6 . 6 . 1 . 2 . y z.xx3xx.xcg5

udar nyembah z.xxwxx.xxexx.xxtxx.xcy z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xc5

turun asta jengkeng jengkeng

z.xx2xx.xc3 z.xx5xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 gedeg pentang kanan tengadah kanan silih ungkih

gatuk asta nyembah

Lampiran 2:

6 5 6 5 2 3 2 g1 2 1 2 1 3 2 x3xx2xx5xx6xx1xxg6

z1xx6xx2xx3xx2xgc1z2xx1xx3xx5xx6xcg5z6xx5xx6xx5xx3xx2xx1xc2 z3xx2xx3xx5xx6xcg5

turun asta gedeg jengkeng sembahan

z6xx5xx2xx3xx2xgc1z2xx1xx3xx2xx1xcg2z3xx2xx3xx2xx6xx5xx1xcg6z1xx6xx2xx3xx2xcg1

turun asta gedeg berdiri candakan

z2xx1xx3xx5xx6xc5 z6xx5xx3xx2xx1xc2 z3x2x3x2x3xx5x6xgx5x6xx5xx6c5 z2xx3xxx2x cg1

panggel besut lumaksana jajak 3x obak banyu kiri

z2xx1xx3xx2xx1xgc2z3xx2xx3xx6xx1xcg6z1xx6xx1xx6xx2xx1xx2xc1 z3xx5xx6xcg5 ombak banyu besut srisik srisik maju beksan kebyok kiri kanan tanjak kiri

6 5 6 5 3 2 1 2 3 2 2 3 3 5 6 5 6 5 6 5 3 2 3 5

jengkeng nike warti gedeg kembali duduk silantaya

Keterangan:

(9)

z.xx2xx.xc1 z.xx2xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5

turun asta diputar ukel asta seleh asta

ke dada dibawa tengadah

kanan ke kiri

z.xx2xx.xc1 z.xx2xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xcg5

ukel ambil dhadhap berdiri besut tanjak

tengadah panggel tancep dhadhap

kanan

z.xx.xx6xc5 z!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xc1 z6xx5xx3xc5

pentang ngigel laras pentang ingset pentang

tengadah kanan tengadah kiri giyul

kiri kanan kanan

z.xx.xx6xc5 z!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xxj1c2 zj3x5xxjx6x1xxj.x2xcg1

ukel lerek ukel ngembat berhadapan

tengadah kiri pentang asta kiri sampir sampur

kiri kiri kiri pentang kanan

gantung kaki kiri

z.xx.xx3xc2 z.xx1xx6xc5 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 tanjak kiri ukel tengadah kanan ingset tanjak kanan asta kanan trap dada kiri ingset tanjak kiri pentang kiri ingset tanjak kanan leyek kiri z2xx2xx.xxj3c5 zj6x1x xj.x6xx x1xc5 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xcg5

ogek lambung Tawing kiri pentang ukel

tengadhah kiri lepas sampur kiri z2xx2xx.xxj3c5 zj6x1x xj.x6xx x1xc5 z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xc5 pentang asta kiri ukel tengadhah tanjak kiri ngigel laras pentang ukel tengadhah kanan giyul kanan pentang kiri z.xxwxx.xce z.xxtxx.xcy z.xx2xx.xc1 z.xx6xx.xcg5

(10)

lerek kiri pentang kiri

ukel penuh ngembat asta

kiri glebak kanan kebyok kiri pentang kanan z.xxwxx.xc3 z.xxtxx.xcy z.xx2xx.xc1 z.xxyxx.xc5 tanjak kiri ukel tengadhah kanan ingset seret tanjak kanan asta kanan tekuk trap dada kiri ingset pentang kanan tanjak kiri

leyek kiri tanjak kanan ngembat asta kanan (kebyak sampur kiri) z.xx2xx.xce z.xx5xx.xc6 z.xx2xx.xc1 z.xxyxx.xcg5 mbandul junjung kaki kiri ngembat seblak sampur balik kiri panggah besut tanjak kanan z.xx2xx.xx1xx.xx2xx.xcy z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xct hoyok ngembat pentang

kiri njujut kanan

balik kanan ukel asta kiri pentang kanan tanjak

panggah

z.xx2xx.xx1xx.xx2xx.xc6 z.xx2xx.xx1xx.xx6xx.xcg5 hoyok ngembat njujut

kaki kiri pentang asta kanan

ukel tekuk asta kanan seret kanan midak jempol

kiri trap dada kiri asta kanan

z.xx.xx5xx6xx!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xx1xx6xx5xx3xc5

ogek lambung kicatan tanjak kanan pentang

ukel kiri hadap kanan, sangga nampa kicat kaki

kiri

z.xx.xxtxx6xx!xx6xx5xc3 z2xx3xx2xxj1x2x xj6x1x x.xx2xcg1 ngancap nylekentung

kedua asta pentang asta kiri nampa kanan junjung

kaki kanan

glebak kanan trecet mundur adu pundhak kiri, balik kanan berhadapan besut

tanjak panggah

(11)

.xx.xx#xx@xx.xx!xx6xc5 z.xx2xx.xx1xx.xx6xx.xc5 hoyog ngembat asta kiri

njujut kanan

ukel kiri maju kanan tanjak kiri pentang asta kanan (tanjak panggah)

z2xx2xx.xxj3x5xxxj6x1x xj.x6xx1xc5 z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xc1 hoyog ngembat asta kanan

njujut kiri

maju kiri kengser ke kanan tukar gawang berhadapan, tanjak kebyak kiri pentang

kanan

Ladrang Cluntang

z.xx5xx.xx6xx.xx2xx.xc1 z.xx5xx.xx6xx.xx5xx.xc6 sidangan kebyok kebyak

sampur ngracik maju kaki kanan adu kiri

tanjak kiri

sidangan kebyok ngracik, tanjak kanan, seret giyul

kanan kicatan ogek lambung

z.xx5xx.xx6xx.xx3xx.xc5 z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xcgt seleh kaki kanan ukel

tengadhah asta kiri hadap kanan songgo nampa

kicat kaki kiri

balik kanan berhadapan trecet mundur ukel kembar di depan puser balik kanan

besut tanjak panggah

z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct seret kaki kanan balik

kanan ngenceng dhadap trap cetik asta kiri

ingset tanjak kiri leyek kanan kembali tanjak

kanan (lilingan)

z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xcg1 pentang asta kiri ukel

tengadhah kiri kedepan ukel penuh

pindah dhadap ukel penuh asta kanan di

depan, gedek

z.xx5xx.xx6xx.xx2xx.xc1 z.xx5xx.xx6xx.xx5xx.xc6 ingset tanjak kiri leyek

kanan ambil keris

ngembet ngunus keris ke kiri njujut kaki kanan

(12)

sampur kiri

z.xx5xx.xx6xx.xx3xx.xc5 z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xcgt Hoyog ngembat lepas

sampur besut sawega keris

Nyabet, panggel, besut nggroda

z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct pacak gulu, embatan

keris maju kanan kicat kiri njujut kiri

kembali nggrodha

z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xcg1 pacak gulu adu kanan srisik satu putaran

z.x5xx.xxxx6x.x2x.xx1x xx.x5x.x6x.xx5x.x6xxx.x5x.x6x.x3x.x5xxxxx.x2x.x1x.xyx.xxcgt adu kiri tusukan kengeseran 3x Karna ngoyak tusuk, Arjuna

ganti kengser ngoyak tusuk terakhir (yang ketiga tusuk bersama) besut tancep kanan methok, jeblos tawing dadap kiri

tanjak kanan

z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xxtxx.xx1xx.xxyxx.xxexx.xc5 kesetan menjauh kekanan 3x

z.xx1xx.xxyxx.xxexx.xct z.xx2xx.xx3xx.xx2xx.xcg1 hadap kanan (saling membelakangi) sangga

nampa kicat kaki kiri ngancap adu kanan

z.xx5xx.xx6xx.xx2xx.xc1 z.xx5xx.xx6xx.xx5xx.xc6 Mrenjak tinaji hadap

kanan sangga nampa kicat kaki kanan

Hebat ngancap naga wangsul adu kanan, hadap kanan berhadapan, pentang

embatan keris kicat kaki kiri, napak njujut kanan

(13)

z.xx5xx.xx6xx.xx3xx.xc5 z.xx2xx.xx1xx.xxyxx.xct Hoyogan njujut kiri

sawega kanan

Nyabet, panggel, besut sawega keris Lampiran 4: 6 5 6 5 2 3 2 g1 2 1 2 1 3 2 3 2 5 6 1 g6 ! 6 ! 6 2 1 2 1 3 5 6 g5 6 5 6 5 3 2 1 g2 3 2 3 2 3 5 6 g5 Lampiran 5 : 2 . 1 . 2 . 1 . 3 . 2 . 6 . g5 ! 6 5 6 5 3 5 6 5 3 5 6 3 5 6 g5 3 2 3 5 3 2 3 5 ! 6 5 6 5 3 2 g1 2 3 2 1 2 3 2 1 3 2 1 2 5 6 ! g6 5 3 5 6 5 3 5 6 2 3 2 1 y t e gt e w e t e w e t 3 2 1 2 3 5 6 g5 Suwuk: 2 3 2 1 y t e gt

(14)

"1=@9B1> 5555 1111 1111 222g2 22666g6 661g1 1111 5555 55222g2 22555g5 551g1 1111 2222 666g6 66111g1 11555g5 5555 2222 2222 5555 111g1 1111 2222 666g6 6666 111g1 1111 5555 5555 222g2 225g5

Referensi

Dokumen terkait

Widodo Suryandono S.H., M.H., selaku dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan pembimbing akademik yang telah mendidik penulis dan memberikan

konstruksi yang dikelola Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Simalungun TA.

Veeam Backup &amp; Replication v7 for VMware supports VMware vSphere and VMware Infrastructure 3 ( VI3 ), including the latest version VMware vSphere 5.5 and Microsoft

Core Competencies terdiri atas 9 (sembilan) macam kompetensi, yang salah satunya adalah Customer Orientation. Definisi dari Customer Orientation adalah memberikan layanan

Penamaan berdasarkan sifat khas karena ciri fisik yang dimiliki oleh suatu benda sering dijumpai dalam lingkungan masyarakat. Karena disebabkan sifat dari ciri fisik

pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No.4 Tahun 2015. ( dengan alasan Pengumuman RUP tidak sesuai dengan

Seperti pada Microsoft Word, di Excel 2007/2010 kita juga dapat membuat isi header/footer yang berbeda untuk halaman pertama atau pada halaman ganjil dan genap ataupun gabungan

Keupayaan sistem ini tidak terhad kepada pemaparan peta digital sahaja sebaliknya ia boleh kerja-kerja analisis. Sebagai contoh, pemaparan lokasi monumen bersejarah di sekitar