• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PT BPRS AMANAH UMMAH DENGAN PENDEKATAN ANALYTIC NETWORK PROCESS. Oleh JOKO SUSILO H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PT BPRS AMANAH UMMAH DENGAN PENDEKATAN ANALYTIC NETWORK PROCESS. Oleh JOKO SUSILO H"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN

PT BPRS AMANAH UMMAH DENGAN PENDEKATAN

ANALYTIC NETWORK PROCESS

Oleh

JOKO SUSILO

H24102108

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Joko Susilo. H24102108. Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan Pendekatan Analytic Network Process. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Heti Mulyati.

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia pasca Undang-Undang (UU) No.10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan tingginya persentase pertumbuhan BPRS dari tahun 2002-2006 sebesar 26,51%. Namun demikian, hingga akhir tahun 2006 jumlah BPRS baru mencapai 105 unit, sedangkan BPR konvensional mencapai 1.935 unit. Padahal saat ini diperkirakan terdapat 15 juta Usaha Mikro Kecil (UMK) berbadan hukum dimana 12 juta diantaranya belum mendapat kredit dari perbankan. Hal tersebut merupakan potensi besar bagi BPRS untuk meningkatkan jangkauan dan sebarannya sehingga diperlukan studi mengenai strategi pengembangan BPRS. PT BPRS Amanah Ummah merupakan salah satu BPRS di Leuwiliang yang memfokuskan usaha pada kredit UMK. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui faktor-faktor internal (kekuatan, kelemahan), dan eksternal (peluang, ancaman) yang mempengaruhi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah, 2) merumuskan strategi pengembangan berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal, dan 3) menetapkan prioritas strategi bagi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden yang merupakan perwakilan dari direksi, komisaris dan pakar perbankan syariah. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data informasi dari lembaga terkait, seperti tempat penelitian, Direktorat Perbankan Syariah BI dan Biro Pusat Statistik (BPS). Kuesioner diuji dengan menggunakan metode pairwise comparison untuk menentukan bobot prioritas. Pengolahan data menggunakan software Microsoft Excell dan Super Decision 1.6.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama PT BPRS Amanah Ummah adalah memiliki lokasi strategis yang dekat dengan konsumen (nasabah & debitur), yaitu di areal pasar Leuwiliang Bogor. Sedangkan faktor yang menjadi kelemahan utama adalah masih terbatasnya kualitas sumberdaya insani. Peluang utamanya adalah potensi pangsa pasar umat Islam yang besar karena basis masyarakat di sekitar pesantren. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah banyaknya jumlah pesaing yang membidik segmen UMK, seperti bank umum, koperasi, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan leasing. Lima alternatif strategi pengembangan, yaitu strategi peningkatan Kualitas Aktiva Produktif (KAP), strategi penghimpunan dana, strategi penyaluran dana, strategi efisiensi biaya (cost cutting), dan strategi hubungan antarlembaga keuangan. Berdasarkan hasil Analytic Network Process (ANP), strategi utama untuk pengembangan usaha PT BPRS Amanah Ummah adalah strategi peningkatan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dengan bobot normal sebesar 0,31352.

(3)

RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN

PT BPRS AMANAH UMMAH DENGAN PENDEKATAN

ANALYTIC NETWORK PROCESS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

JOKO SUSILO

H24102108

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PT BPRS AMANAH UMMAH DENGAN PENDEKATAN ANALYTIC NETWORK PROCESS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh JOKO SUSILO

H24102108

Menyetujui, Januari 2008

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc Dosen Pembimbing I

Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 18 Februari 1982 dari pasangan suami istri, ayahanda Teguh dan ibunda Pariyem. Penulis yang bernama lengkap Joko Susilo merupakan adik kandung dari Agus Purwanto A.Md dan Rini Dwi Astuti A.Md.

aaaaaPenulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sumber Sari Kab. Bekasi pada tahun 1989 dan lulus pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Rengasdengklok dan lulus pada tahun 1998 dengan predikat sebagai lulusan terbaik. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Karawang pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). aaaa

Selama menuntut ilmu di Departemen Manajemen, penulis cukup aktif di organisasi kemahasiswaan. Pada periode 2003-2004 penulis mendapat amanah sebagai Sekretaris Umum Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB, Direktur Pemasaran Centre of M@nagement (Himpunan Profesi Departemen Manajemen IPB), dan staf Forum Aktivitas Remaja Bernuansa Islam (FARABI) Dewan Keluarga Masjid Al Ghifari IPB. Periode 2004-2005 penulis mendapat amanah sebagai Ketua Umum FORMASI FEM IPB dan pada periode 2005-2006 penulis mendapat amanah sebagai staf Dewan Penasihat FORMASI FEM IPB. Pada tahun 2004 penulis mendapat amanah asistensi Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Penulis juga menerima beasiswa dari PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk pada tahun 2005.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Semoga shalawat teriring salam senantiasa tercurah bagi Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya.

Penelitian ini disusun dengan judul “Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan Pendekatan Analytic Network Process”. Tak lupa penulis sampaikan rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc dan Ibu Heti Mulyati, S.TP., MT yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menyusun skripsi ini.

2. Ibu Hardiana S.Hut, MM yang telah meluangkan waktunya yang berharga untuk menguji sidang penulis.

3. Bapak Prof. Dr. KH. Didin Hafiduddin M.Sc, Bapak Dr. H. M. Syafi’i Antonio MEc. Lc, Bapak Luqyan Tamanni MEc, dan Bapak Ascarya yang telah meluangkan waktunya yang berharga untuk berbagi ilmu dengan penulis. 4. Kedua orang tua dan kakak-kakakku tercinta (mas Agus, mbak Ning, mbak Rini, dan kak andi) yang senantiasa memberikan dorongan baik moral maupun spiritual.

5. Murabiku, Pak Saefudin S.P., M.P. dan bang Umar S.Pt yang telah membimbing ruhiyyah penulis.

6. Teman-teman Manajemen 39, staf Tata Usaha, staf perpustakaan FEM dan Tazkia serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas semua kontribusinya terhadap skripsi ini.

Akhir kata, semoga penelitian yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2008

(7)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 3 1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Ruang Lingkap Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syari’ah ... 4

2.1.1. Definisi Syari’ah ... 4

2.1.2. Prinsip Muamalah ... 4

2.2. Bank Syari’ah ... 5

2.2.1. Definisi Bank Syari’ah ... 5

2.2.2. Tujuan Bank Syari’ah ... 6

2.2.3. Karakteristik Perbankan Syari’ah ... 6

2.3. Perbedaan antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional ... 7

2.4. BPRS ... 10

2.5. Strategi ... 11

2.5.1. Definisi Strategi ... 11

2.5.2. Prinsip Strategi Bank Syari’ah ... 11

2.6. Analisis Lingkungan ... 12

2.6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 13

2.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal... 14

2.7. Analytic Network Process (ANP) ... 16

2.7.1. Konsep ANP ... 18

2.7.2. Landasan ANP ... 19

2.7.3. Prinsip Dasar ANP ... 20

2.7.4. Tiga Fungsi Utama ANP ... 20

2.7.5. Konsistensi ANP ... 22

2.7.6. Perbedaan AHP/ANP ... 23

2.8. Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ... 27

(8)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.4. Pengumpulan Data ... 30

3.5. Teknik Pemilihan Sampel ... 30

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.6.1. Prosedur Mendapatkan Skala Rasio ... 31

3.6.2. Supermatriks dalam ANP ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 38

4.2. Produk Perusahaan ... 38

4.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Insani ... 41

4.4. Analisis Lingkungan Perusahaan ... 44

4.4.1. Lingkungan Internal ... 44

4.4.2. Lingkungan Jauh ... 51

4.4.3. Lingkungan Industri ... 54

4.5 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 57

4.5.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ... 57

4.5.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman ... 57

4.5.3. Analisis Strength, Weakness, Opportunity dan Threats... 58

4.6. Analytic Network Process (ANP) ... 60

4.6.1. Kerangka Umum ANP ... 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perkembangan kelembagaan perbankan syari’ah ... 1

2. Perbedaan antara bank syari’ah dengan bank konvensional ... 10

3. Usaha-usaha BPRS ... 10

4. Perbandingan skala penilaian verbal dan skala numerik ... 20

5. Contoh intransivitas ... 23

6. Perbedaan antara AHP dengan ANP ... 23

7. Plafon Pembiayaan per-akad ... 45

8. Plafon Pembiayaan per-pangsa ... 46

9. Plafon Pembiayaan per-sektor ekonomi... 46

10. Plafon Pembiayaan per-lokasi ... 47

11. Produk PT BPRS Amanah Ummah ... 48

12. Nisbah bagi hasil deposito dan tabungan ... 49

13. Tingkat inflasi nasional ... 52

14. Identifikasi kekuatan dan kelemahan ... 57

15. Identifikasi peluang dan ancaman/tantangan ... 58

16. Matriks SWOT ... 59

17. Hasil ANP ... 63

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Komprehensif Islam ... 5

2. Perspektif atas prinsip ekonomi syari’ah ... 12

3. Perbedaan antara hierarki dengan jaringan ... 17

4. Kerangka pemikiran konseptual ... 27

5. Tahapan penelitian ... 29

6. Matriks pembandingan pasangan ... 31

7. Supermatriks dari hierarki ... 34

8. Supermatriks dari holarki ... 34

9. Supermatriks dari jaringan ... 35

10. Komponen supermatriks dari jaringan ... 35

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner 1 bobot faktor internal-eksternal ... 73 2. Kuesioner 2 bobot normal ANP ... 81 3. Struktur organisasi ... 106

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia pasca Undang-Undang (UU) No.10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan tingginya persentase pertumbuhan perbankan syariah. Perkembangan kelembagaan perbankan syariah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah

Kelompok Bank 2002 2003 2004 2005 2006 Bank Umum Syariah (BUS) 2 2 3 3 3 Unit Usaha Syariah (UUS) 6 8 15 19 20 Jumlah Kantor BUS dan UUS 127 299 401 504 531 Jumlah BPR Syariah (BPRS) 83 84 86 92 105 Jumlah Layanan Syariah - - - - 456

Sumber: Direktorat Pengembangan Bank Syariah, Bank Indonesia (2006) Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui persentase pertumbuhan Bank Umum Syariah (BUS) dari tahun 2002 hingga 2006 sebesar 50%. Persentase pertumbuhan Unit Usaha Syariah (UUS) dari tahun 2002 hingga 2006 sebesar 233,33%. Persentase pertumbuhan jumlah kantor BUS dan UUS dari tahun 2002 hingga 2006 sebesar 318,11%, sedangkan persentase pertumbuhan jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2002 hingga tahun 2006 sebesar 26,51%. Tingginya persentase pertumbuhan perbankan syariah salah satunya dipengaruhi oleh besarnya jumlah masyarakat muslim Indonesia (hampir 90% beragama Islam). Berdasarkan penelitian BI pada tahun 2001 menunjukkan bahwa potensi pasar syariah berprospek besar. Hal ini ditunjukkan 92% responden kelompok non nasabah bank syariah dapat menerima sistem bagi hasil.

Tingginya minat masyarakat terhadap bank syariah dan adanya UU No 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah yang memuat kebijakan dual banking system mengakibatkan bermunculannya UUS Bank Konvensional sehingga membuat masyarakat lebih mudah untuk mengakses produk-produk syariah, baik dari BUS, UUS maupun BPRS.

(13)

Namun demikian, jumlah BPRS masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan jumlah BPR konvensional yang mencapai 1.935 unit sampai akhir Juli 2006. Padahal saat ini diperkirakan terdapat 15 juta unit Usaha Mikro Kecil (UMK) berbadan hukum dimana 12 juta unit diantaranya belum mendapat kredit dari perbankan. Sebagian besar masyarakat pedesaan yang populasinya mencapai sekitar 56,5% dari total masyarakat Indonesia belum tersentuh pelayanan perbankan dan masih bergantung pada pelayanan keuangan informal dan pelayanan pemerintah (BPS, 2006). Hal tersebut merupakan potensi besar bagi BPR, khususnya BPRS untuk meningkatkan jangkauan dan sebarannya.

Masih kecilnya aset BPRS dan besarnya potensi perbankan syariah, khususnya di pedesaan serta tingginya tingkat persaingan sektor pinjaman kredit/pembiayaan perbankan pada UMK mendorong perlunya studi mengenai strategi pengembangan BPRS. Hal tersebut dimaksudkan agar BPRS mampu meningkatkan perananya di masyarakat, terutama UMK.

PT BPRS Amanah Ummah merupakan pionir BPRS di Bogor yang resmi beroperasi sejak bulan Agustus tahun 1992. Seperti perusahaan lain pada umumnya yang selalu berusaha mempertahankan keunggulan bersaingnya, PT BPRS Amanah Ummah juga membutuhkan strategi dalam mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, perlu dibuat strategi pengembangan di BPRS tersebut berdasarkan pendekatan Analytic Network Process (ANP). Penggunaan ANP dalam penelitian ini disebabkan ANP mampu memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusan-keputusan tanpa harus membuat asumsi-asumsi tentang independensi dan adanya feedback yang membuat prediksi menjadi lebih akurat.

1.2. Perumusan Masalah

Secara garis besar masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi perkembangan PT BPRS Amanah Ummah?

2. Bagaimana rumusan strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT BPRS Amanah Ummah?

(14)

3. Apakah prioritas strategi untuk mengembangkan PT BPRS Amanah Ummah?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan PT BPRS Amanah Ummah

2. Merumuskan strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh PT BPRS Amanah Ummah

3. Membuat prioritas strategi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah 1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini akan berguna atau bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbankan syariah, khususnya BPRS.

2. Bagi perusahaan, diharapkan menjadi referensi dalam menerapkan alternatif strategi pengembangan BPRS.

3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya.

4. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menambah kajian yang terkait dengan syariah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup penelitian yang dibatasi pada analisis lingkungan internal dan eksternal PT BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang Bogor. Analisis lingkungan internal dengan pendekatan fungsional yang meliputi sumberdaya manusia, pemasaran, keuangan dan operasional. Analisis lingkungan eksternal meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Sedangkan lingkungan industri meliputi ancaman masuk pendatang baru, persaingan sesama perusahaan dalam industri, ancaman dari produk pengganti, kekuatan tawar menawar pembeli dan pemasok.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Syari’ah

2.1.1. Definisi Syari’ah

Menurut Qurthubi (1967) syari’ah adalah agama (dien), namun kemudian penggunaannya lebih dikhususkan untuk UU atau aturan yang bersifat amaliah (praktikal) yang berbeda menurut Rasul yang membawanya, sedangkan dasar agama seperti akidah dan tauhid tetap sama di antara para Rasul. Pengkhususan ini dimaksudkan karena pada dasarnya agama adalah satu dan berlaku secara universal, sedangkan syari’ah berlaku untuk masing-masing umat dan syari’ah berbeda bagi masing-masing umat tersebut.

Menurut Antonio (2001), syari’ah Islam adalah syari’ah yang bersifat universal dan komprehensif dibawa oleh Rasul terakhir. Universal bermakna syari’ah Islam dapat diterapkan dalam setiap tempat dan waktu sampai hari akhir nanti. Sedangkan Komprehensif berarti syari’ah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Komprehensif Islam digambarkan pada Gambar 1.

2.1.2. Prinsip Muamalah

Menurut Khalid (2007), muamalah memiliki beberapa prinsip diantaranya :

1. Dilarang melakukan muamalah dengan cara-cara yang bathil, misalnya dengan cara menipu, korupsi, suap menyuap, dan sebagainya.

2. Dilarang mempermainkan takaran dan timbangan atau mempermainkan kualitas.

3. Dilarang melakukan kegiatan perjudian, jual beli barang yang haram, dan barang-barang yang merusak.

(16)

Gambar 1 Komprehensif Islam (Antonio, 2001) 2.2. Bank Syari’ah

2.2.1. Definisi Bank Syari’ah

Menurut Purwaatmadja dalam Firdaus (2005), bank syari’ah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam. Salah satu unsur yang harus dijauhi dalam muamalah Islam adalah praktik-praktik yang mengandung unsur riba.

Sedangkan menurut Sumitro dalam Firdaus (2005) mengatakan bahwa bank Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalah secara islami, yakni mengacu pada ketentuan-ketentuan Al qur’an dan Hadits.

Menurut Azis dalam Firdaus (2005), bank syari’ah adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasi berdasarkan syari’ah Islam. Hal ini berarti operasional bank syari’ah harus sesuai dengan tuntunan Al qur’an maupun Hadits, yaitu

ISLAM

SYARI’AH AKHLAQ AQIDAH

MUAMALAH IBADAH SPECIAL RIGHTS PUBLIC RIGHTS CRIMINAL LAWS CIVIL LAWS INTERIOR

AFFAIRS

EXTERIOR AFFAIRS INTERNATIONAL

RELATIONS ADMINISTRATIVE ECONOMY CONSTITUENCY

FINANCE

(17)

menggunakan sistem bagi hasil dan imbalan lainnya sesuai syari’ah Islam.

2.2.2. Tujuan Bank Syari’ah

Tujuan didirikannya bank syari’ah menurut Firdaus (2005) adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat banyak.

2. Meningkatkan pertisipasi masyarakat luas dalam proses pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi.

3. Menyediakan perbankan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Islam yang pada awalnya enggan berhubungan dengan bank karena mereka menganggap bahwa bank konvensional adalah bank yang berdasarkan bunga dan itu sama dengan riba yang dilarang.

4. Berkembangnya lembaga dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan yang pada gilirannya dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga menggerakkan usaha-usaha ekonomi masyarakat.

5. Mendidik masyarakat agar berfikir secara ekonomis, berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

2.2.3. Karakteristik Perbankan Syari’ah

Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa bank syari’ah adalah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syari’ah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Kesederajatan, bank syari’ah menempatkan nasabah sebagai penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun Bank

(18)

pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank.

2. Prinsip Ketenteraman, produk-produk bank syari’ah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, yaitu tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan memiliki ketenteraman lahir maupun batin.

2.3. Perbedaan antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional

Menurut Antonio (2001) terdapat persamaan dan perbedaan antara bank syari’ah dengan bank konvensional. Persamaanan antara bank syari’ah dengan bank konvensional meliputi sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Sedangkan perbedaan-perbedaaan antara bank syari’ah dengan bank konvensional adalah sebagai berikut :

1. Aspek Legal

Akad yang dilakukan pada Bank syari’ah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam perbankan syari’ah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut :

1. Rukun, seperti; penjual, pembeli barang, harga, akad/ijab kabul, 2. Syarat, seperti :

1. Barang dan jasa harus halal, sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syari’ah.

2. Harga barang dan jasa harus jelas.

3. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.

4. Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki

(19)

atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Pada Bank konvensional jika terjadi perbedaan/perselisihan antara pihak bank dengan nasabahnya, maka penyelesainnya di peradilan negeri. Sedangkan pada Bank syari’ah, penyelesaiannya melalui Badan Syari’ah Nasional (Basyarnas), yaitu lembaga yang mengatur hukum materai dan atau berdasarkan prinsip syari’ah.

3. Struktur Organisasi

Bank syari’ah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang dapat membedakan antara bank syari’ah dengan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syari’ah.

DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu, biasanya penetapan anggota DPS ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syari’ah Nasional.

Peran utama para ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syari’ah sangat khusus jika dibandingkan bank konvensional. Sehingga diperlukan panduan yang mengaturnya. Panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syari’ah Nasional (DSN).

DPS harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan Syari’ah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan bank bersangkutan.

(20)

Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, DPS bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh DSN.

4. Bisnis dan Usaha yang dibiayai

Dalam Bank syari’ah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syari’ah. Karena itu bank syari’ah tidak akan mungkin membiayai usaha yang di dalamnya terdapat hal-hal yang diharamkan.

Dalam perbankan syari’ah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai berikut : 1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat? 3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila? 4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

5. Apakah usaha itu berkaiatan dengan industri senjata yang illegal/berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal? 6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung

maupun tidak langsung?

5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah Bank syari’ah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syari’ah. Dalam hal etika, misalnya sifat bertanggungjawab (amanah) dan dapat dipercaya (shiddiq) harus melandasi setiap karyawan. Di samping itu, karyawan bank syari’ah harus skillfull dan professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team work dimana informasi merata di seluruh professional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward and punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syari’ah.

Selain itu cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat

(21)

yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga dengan baik. 6. Perbandingan antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional

Perbandingan antara Bank Syari’ah dengan Bank konvensional disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Perbandingan Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional

No. Bank syari’ah Bank Konvensional

1. Melakukan investasi yang halal saja Melakukan investasi yang halal dan haram

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

Memakai perangkat bunga 3. Profit dan falah oriented Profit oriented

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

Hubungan dengan nasbah dalam bentuk kreditur debitur.

Sumber: Antonio, 2001

2.4. BPRS

Menurut UU RI Nomor 10 Tahun 1998, BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

UU RI Nomor 10 Tahun 1998 juga menjelaskan usaha-usaha yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh BPRS. Usaha-usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Selain itu, dalam UU tersebut juga mengatur bentuk hukum BPRS. Bentuk hukum suatu BPRS dapat berupa salah satu dari Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Tabel 3. Usaha-usaha BPRS

Usaha yang boleh dilakukan Usaha yang tidak boleh dilakukan a. Menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip Syari’ah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.

b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

c. Melakukan penyertaan modal. d. Melakukan usaha perasuransian e. Melakukan usaha lain di luar

kegiatan usaha yang telah disebutkan diatas.

(22)

Sumber: UU RI Nomor 10 Tahun 1998 2.5. Strategi

2.5.1. Definisi Strategi

Menurut Oxford Pocket Dictionary dalam Dirgantoro (2001), strategi merupakan seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal, dan sebagainya menuju posisi yang layak; rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.

Menurut Buzzell dalam Dirgantoro (2001), strategi merupakan kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajamen yang mempunyai dampak besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan komitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah.

Ohmae dalam Dirgantoro (2001), menyatakan bahwa strategi bisnis adalah keunggulan bersaing. Maksud perencanaan strategi adalah untuk memungkinkan suatu perusahaan memperoleh kedudukan paling akhir yang dapat dipertahankan dalam menghadapi pesaing-pesaingnya secara efisien. Strategi perusahaan merupakan upaya mengubah kekuatan perusahaan yang sebanding dengan kekuatan pesaing-pesaingnya dengan cara yang paling efisien.

Chandler dalam Rangkuti (2005) berpendapat bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya.

Sedangkan Marrus dalam Umar (2003) berpendapat bahwa strategi ialah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat tercapai. 2.5.2. Prinsip Strategi Bank Syari’ah

Dalam menjalankan strateginya bank syari’ah tidak boleh keluar dari prinsip-prinsip pengembangan yang telah ditetapkan oleh

(23)

BI dalam cetak biru pengembangan perbankan syari’ah Indonesia 2002-2011, yaitu:

1. Prinsip keadilan, meliputi transparansi dan kejujuran, transaksi yang fair, persaingan yang sehat, dan perjanjian yang saling menguntungkan.

2. Prinsip menghindari kegiatan yang dilarang, meliputi larangan produk jasa dan proses yang merugikan dan berbahaya, tidak menggunakan sumberdaya ilegal dan secara tidak adil.

3. Prinsip manfaat, meliputi produktif dan tidak spekulatif, menghindari penggunaan sumberdaya yang tidak efisien, akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memperoleh sumberdaya.

Perspektif atas ekonomi Syari’ah diperlihatkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Perspektif atas Prinsip Ekonomi Syari’ah (BI, 2002) 2.6. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan adalah suatu proses monitoring terhadap lingkungan organisasi yang meliputi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) dan tantangan (threats) sehingga mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Tujuan analisis lingkungan adalah agar organisasi dapat mengantisipasi lingkungan organisasi sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat untuk kesuksesan organisasi (Dirgantoro, 2001). Bisnis dan perusahaan sebagai suatu sistem akan terkait dengan sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan

Prinsip Keadilan

Kemaslahatan bagi masyarakat luas Prinsip Menghindari Kegiatan

yang Dilarang Prinsip Kemanfaatan Aqidah

(24)

eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, sementara itu lingkungan internal, merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan (Umar, 2003).

Tujuan utama pengamatan lingkungan menurut Kotler (2002) adalah : 1. Peluang pemasaran, yaitu suatu daerah kebutuhan pembeli di mana

perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Peluang dapat digolongkan menurut daya tariknya , dan kemungkinan keberhasilannya. Kemungkinan keberhasilan perusahaan bergantung pada kekuatan bisnisnya yang tidak hanya harus sesuai dengan persyaratan berhasil di pasar sasaran tersebut, namun juga harus unggul dari pesaingnya. Perusahaan yang paling berhasil adalah perusahaan yang dapat menciptakan nilai pelanggan tertinggi dan dapat mempertahankannya

dalam jangka panjang.

2. Ancaman lingkungan, yaitu tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan sehingga mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensif. Ancaman dibagi menurut tngkat keseriusan dan kemungkinan terjadinya. Suatu bisnis yang ideal adalah yang memiliki peluang utama yang besar dan ancaman utamanya kecil. Suatu bisnis yang spekulatif adalah yang mempunyai peluang dan ancaman utama yang besar. Suatu bisnis yang matang adalah yang peluang maupun ancaman utamanya kecil. Suatu bisnis yang bermasalah adalah yang berpeluang kecil dan memiliki ancaman yang besar.

2.6.1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berasal atau berada di dalam organisasi/perusahaan itu sendiri. Komponen-komponen dari lingkungan internal ini cenderung lebih mudah dikendalikan oleh organisasi/perusahaan atau berada di dalam jangkauan intervensi mereka. Analisis lingkungan internal ini merupakan analisis terhadap kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

(25)

2.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi atau perusahaan. Komponen-komponen ini berada di luar jangkauan organisasi atau perusahaan, jadi organisasi atau perusahaan tidak dapat melakukan intervensi terhadap komponen-komponen tersebut. Analisis lingkungan eksternal ini merupakan analisis terhadap peluang (opportunity) dan ancaman/tantangan (threats). Perusahaan atau organisasi harus mampu berkompromi atau menyiasati komponen-komponen tersebut. Lingkungan eksternal dapat dibedakan menjadi lingkungan jauh dan lingkungan industri (Pearce and Robinson, 1997)

a. Lingkungan Jauh

Menurut Pearce and Robinson (1997), lingkungan jauh terdiri dari sekumpulan kekuatan yang timbul dan berada di luar jangkauan perusahaan dan terlepas dari situasi operasional perusahaan, dalam arti perusahaan tidak mampu mempengaruhi tetapi kegiatan perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di lingkungan jauh tersebut. Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan jauh tersebut adalah:

1 Faktor Politik

Kondisi politik yang kondusif akan mendukung dunia usaha, begitupun sebaliknya kondisi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap dunia usaha. Ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah.

2. Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu negara atau daerah dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan.

3. Faktor Sosial

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dapat mempengaruhi perusahaan. Kondisi sosial ini memiliki banyak

(26)

aspek, diantaranya sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaaan orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Faktor ini menjelaskan karakteristik dari masyarakat dimana organisasi berada.

2 Faktor Teknologi

Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Termasuk di dalamnya adalah pendekatan-pendekatan baru dalam memproduksi barang atau jasa.

b. Lingkungan Industri

Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan dalam industri perbankan di kotamadya Bogor. Perusahaan perlu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan masing-masing pesaing.

Porter dalam Umar (2003) mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut lima kekuatan bersaing, yaitu:

a. Ancaman masuk pendatang baru

Masuknya perusahan baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar dan perebutan sumber daya produksi. Ada beberapa faktor yang menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen, dan peraturan pemerintah.

b. Persaingan sesama perusahaan dalam industri

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat

(27)

pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

c. Ancaman dari produk pengganti

Perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi yang sama.

d. Kekuatan tawar menawar pembeli

Para pembeli mampu mempengaruhi perusahaan dengan menurunkan harga, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya.

e. Kekuatan tawar menawar pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuannya dalam menaikkan harga/mengurangi kualitas produk atau pelayanan.

2.7. Analytic Network Process (ANP)

Analytic Network Process (ANP) adalah teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol (Saaty, 1999). Aziz dalam Ascarya (2005) berpendapat bahwa ANP merupakan teori matematika yang memungkinkan seseorang untuk memperlakukan dependence dan feedback secara sistematis yang dapat menangkap dan mengkombinasi faktor-faktor tangible dan intangible. ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan yang memberikan kerangka kerja umum dalam memperlakukan keputusan-keputusan tanpa membuat asumsi-asumsi tentang independensi elemen-elemen. Bahkan ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan dalan Analytic Hierarchy Process (AHP), yang merupakan titik awal ANP. Konsep utama dalam ANP adalah influence (pengaruh), sedangkan konsep utama dalam AHP adalah

(28)

preference (preferensi). AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan kasus khusus ANP.

Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, dimana masing-masing level memiliki elemen. Sedangkan pada jaringan ANP, level dalam AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamya, yang disebut simpul.

Dengan feedback, alternatif-alternatif dapat bergantung/terikat pada kriteria seperti pada hierarki tetapi dapat juga bergantung/terikat pada sesama alternatif. Lebih jauh lagi, kriteria-kriteria itu sendiri dapat tergantung pada alternatif-alternatif dan pada seama kriteria. Sementara itu, feedback meningkatkan prioritas yang diturunkan dari judgements dan membuat prediksi menjadi lebih akurat. Oleh karena itu hasil dari ANP diperkirakan akan lebih stabil. Perbedaan antara hierarki dengan jaringan diperlihatkan dalam Gambar 3.

Menurut Ascarya (2006), terdapat dua jenis keterkaitan pada metode ANP, yaitu : (1) keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence), artinya elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam komponen/cluster yang sama, dan (2) keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence), artinya elemen dalam suatu komponen/cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam

Gambar 3. Perbedaan hierarki dan jaringan (Ascarya, 2005)

Tujuan Kriteria Sub Kriteria Komponen, Cluster (level) Elemen Hierarki Linier

Logo menunjukkan bahwa setiap elemen hanya tergantung pada

dirinya sendiri Jaringan Feedback C4 C1 C2 C3

(29)

komponen/cluster yang berbeda dengan memperhatikan setiap kriteria. Seperti halnya Analytic Hierarchy Process (AHP), ANP juga menggunakan skala rasio. Prioritas-prioritas dalam skala rasio merupakan angka fundamental yang memungkinkan untuk dilakukannya perhitungan operasi aritmetika dasar seperti penambahan dan pengurangan dalam skala yang sama, perkalian dan pembagian dari skala yang berbeda, dan mengkombinasikan keduanya dengan pembobotan yang sesuai dan menambahkan skala yang berbeda untuk memperoleh skala satu dimensi. Perlu diingat bahwa skala rasio juga merupakan skala absolut. Kedua skala tersebut diperoleh dari pairwise comparison ‘pembandingan sepasang-sepasang’ dengan menggunakan judgements atau rasio dominasi pasangan dengan menggunakan pengukuran aktual. Dalam hal penggunaan judgements, dalam AHP seseorang bertanya: ”Mana yang lebih disukai atau lebih penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya: “Mana yang mempunyai pengaruh lebih besar?” Pertanyaan terakhir jelas memerlukan observasi faktual dan pengetahuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang valid, yang membuat pertanyaan kedua lebih obyektif dari pada pertanyaan pertama.

2.7.1. Konsep-konsep dari ANP

Menurut Saaty (2003) konsep-konsep dari Analytic Network Process (ANP) meliputi:

1. Feedback, inner dan outer dependence. 2. Pengaruh dengan respek ke sebuah kriteria. 3. Kontrol hierarki atau sistem.

4. Supermatrix

5. Limiting supermatrix dan limiting priorities. 6. Primitivity, irreducibility, cyclicity.

7. Membuat limiting supermatix stochastic : mengapa cluster harus dibandingkan?

8. Sintesis untuk kriteria dari sebuah kontrol hierarki atau sebuah kontrol sistem.

(30)

9. Sintesis untuk keuntungan, biaya, peluang dan risiko kontrol hierarki.

10. Formulasi untuk menghitung limit.

11. Hubungkan ke Neural Network Firing – kasus berkelanjutan. 12. Kepadatan dari neural firing dan distribusi serta aplikasinya

untuk menghasilkan kembali citra yang dapat dilihat dan komposisi simponik.

2.7.2. Landasan ANP

Menurut Ascarya (2006) semua teori berlandaskan pada aksioma. Semakin sedikit dan sederhana aksioma yang digunakan oleh suatu teori, maka teori tersebut akan menjadi semakin umum dan semakin mudah diterapkan. Analytic Network Process (ANP) mempunyai tiga aksioma sederhana yang secara hati-hati membatasi cakupan suatu masalah.

1. Resiprokal. Aksioma ini menyatakan bahwa jika PC (EA,EB)

adalah nilai pembandingan pasangan dari elemen A dan B, dilihat dari elemen induknya C, yang menunjukkan berapa kali lebih banyak elemen A memiliki apa yang dimiliki elemen B, maka PC (EB,EA) = 1/ PC (EA,EB). Misalkan, jika A lima kali lebih

besar dari B, maka B besarnya 1/5 dari besar A.

2. Homogenitas. Aksioma ini menyatakan bahwa elemen-elemen yang dibandingkan sebaiknya tidak memiliki perbedaan terlalu besar, yang dapat menyebabkan kesalahan judgements yang lebih besar. Skala yang digunakan dalam AHP dan ANP adalah skala verbal yang dikonversi menjadi skala numerik 1 sampai 9 seperti terlihat pada Tabel 4.

3. Aksioma ini menyatakan bahwa mereka yang mempunyai alasan terhadap keyakinannya harus memastikan bahwa ide-ide mereka cukup terwakili dalam hasil agar sesuai dengan ekspektasinya.

(31)

Tabel 4. Perbandingan skala Penilaian Verbal dan Skala Numerik

Skala Penilaian Verbal Skala Numerik Amat sangat lebih besar pengaruhnya 9

8 Sangat lebih besar pengaruhnya 7 6 Lebih besar pengaruhnya 5 4 Sedikit lebih besar pengaruhnya 3 2 Sama besar pengaruhnya 1

Sumber: PPSK Bank Indonesia, 2006

2.7.3 . Prinsip dasar Analytic Network Process (ANP)

Menurut Saaty dalam Ascarya (2006) prinsip-prinsip dasar ANP ada tiga, yaitu dekomposisi, penilaian komparasi (comparative judgements), dan komposisi hierarkis atau sistesis dari prioritas. Prinsip dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi kerangka hierarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sus-sub sub-cluster, dan seterusnya. Dengan kata lain dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun pembandingan pasangan (pairwise comparison) dari semua kombinasi elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Pembandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam suatu cluster dilihat dari cluster induknya. Prinsip komposisi hierarkis atau sintesis diterapkan untuk mengalikan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan prioritas ‘global’ dari elemen-elemen induk, yang akan menghasilkan prioritas global seluruh hierarki dan menjumlahkannya untuk menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah (biasanya merupakan alternatif).

2.7.4. Tiga Fungsi Utama ANP

Menurut Ascarya (2006) fungsi utama ANP sesuai dengan prinsip-prinsip dasarnya ada tiga, yaitu menstruktur kompleksitas, pengukuran, dan sintesis.

(32)

1. Menstruktur kompleksitas.

Saaty mencari cara sederhana untuk menangani masalah kompleksitas ini. Saaty menemukan satu kesamaan dalam sejumlah contoh tentang bagaimana manusia memecahkan kompleksitas dari masa ke masa, yaitu dengan cara menstruktur kompleksitas secara hierarkis ke dalam cluster-cluster yang homogen dari faktor-faktor.

2. Pengukuran ke dalam skala rasio.

Metode pengambilan keputusan yang terdahulu pada umumnya menggunakan pengukuran level rendah (pengukuran ordinal atau interval), sedangkan metode ANP menggunakan pengukuran skala rasio yang diyakini paling akurat dalam mengukur faktor-faktor yang membentuk hierarki. Level pengukuran dari terendah ke tertinggi adalah nominal, ordinal, interval, dan rasio. Setiap level pengukuran memiliki semua arti yang dimiliki level yang lebih rendah dengan tambahan arti yang baru. Pengukuran interval tidak memiliki arti rasio, namun memiliki arti interval, ordinal, dan nominal. Pengukuran rasio diperlukan untuk mencerminkan proporsi. Untuk menjaga kesederhanaan metodologi, Saaty mengusulkan penggunaan penilaian rasio dari setiap pasang faktor dalam hierarki untuk mendapatkan (tidak secara langsung memberikan nilai) pengukuran skala rasio. Setiap metode dengan struktur hieraki harus menggunakan prioritas skala rasio untuk elemen diatas level terendah dari hierarki. Hal ini penting karena prioritas (atau bobot) dari elemen di level manapun dari hierarki ditentukan dengan mengalikan prioritas dari elemen pada level dengan prioritas dari elemen induknya. Karena hasil perkalian dari dua pengukuran level interval secara matematis tidak memiliki arti, skala rasio diperlukan untuk perkalian ini. ANP menggunakan skala rasio pada semua level terendah dari hierarki/jaringan, termasuk level terendah (alternatif dalam

(33)

model pilihan). Skala rasio ini menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya digunakan untuk aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi-aplikasi lain, seperti untuk aplikasi alokasi sumber daya.

3. Sintesis.

Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis berarti mengurai entitas material atau abstrak ke dalam elemen-elemennya, maka sintesis berarti menyatukan semua bagian menjadi satu kesatuan. Karena kompleksitas, situasi keputusan penting, atau prakiraan, atau alokasi sumber daya, sering melibatkan terlalu banyak dimensi bagi manusia untuk dapat melakukan sintesis secara intuitif, kita memerlukan suatu cara untuk melakukan sintesis dari banyak dimensi. Meskipun ANP memfasilitasi analisis, fungsi yang lebih penting lagi dalam ANP adalah kemampuannya untuk membantu kita dalam melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau jaringan.

2.7.5. Konsistensi dalam ANP

Menurut Ascarya (2006) cara pembandingan pasangan dalam ANP memungkinkan sekali terjadinya inkonsistensi dalam hubungan transitivitas dari preferensi. Preferensi harus memenuhi syarat transitivitas. Sebagai contoh transitivitas:

Jika 1 2 a> f a dan 2 3 a> f a , maka 1 3 a> f a

Jika 1 2 a = 4a dan 1 3 a = 8a , maka 2 3 4a = 8a

Dalam membandingkan satu kriteria, kita tidak mengharapkan adanya hubungan intransitif. Namun, dalam membandingkan masalah yang memiliki banyak kriteria, hampir tidak mungkin kita tidak mendapatkan adanya hubungan intransitif. Sebagai contoh intransitivitas, seorang dosen akan pindah ke universitas lain. Dosen tersebut memahami jika ada dua penawaran dengan gaji yang jauh berbeda, maka gaji menjadi faktor penentu. Apabila tidak demikian, faktor lain seperti prestise dari universitas menjadi pertimbangan.

(34)

Pada akhirnya dosen tersebut menerima tiga penawaran seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Contoh intransivitas

Universitas Gaji ($) Prestise

X 65.000 Rendah

Y 50.000 Tinggi

Z 58.000 Sedang

Sumber: PPSK Bank Indonesia, 2006

Setelah ditimbang-timbang, dosen tersebut berkesimpulan bahwa universitas X >Y , Y > Z, dan Z > X . Universitas mana yang mesti di pilih oleh sang dosen? Karena untuk mencapai konsistensi cukup sulit, maka diperkenalkan konsep deviasi dari konsistensi dalam ANP. Disarankan bahwa tingkat inkonsistensi preferensi atau pengaruh pembandingan pasangan tidak lebih dari 10% (0,1).

2.7.6. Perbedaan AHP dan ANP

Menurut Ascarya (2006) perbedaan AHP dan ANP berawal dari aksioma tentang struktur hierarki yang tidak berlaku untuk ANP. Aksioma ini menyatakan bahwa judgements (penilaian), atau prioritas dari elemen-elemen tidak tergantung pada elemen-elemen pada level yang lebih rendah. Aksioma ini mengharuskan penerapan struktur yang hierarkis. Tidak berlakunya aksioma ini untuk ANP berimplikasi pada beberapa hal, yang antara lain dapat dibaca pada Tabel 6.

Tabel 6. Perbedaan AHP dan ANP

Perbedaan AHP ANP Kerangka Hierarki Jaringan

Hubungan Dependensi Dependensi dan Feedback Prediksi Kurang Akurat Lebih Akurat

Komparasi Preferensi/Kepentingan Lebih Subyektif

Pengaruh Lebih Obyektif Hasil Matriks, Eigenvektor

Kurang Stabil

Supermatriks Lebih Stabil Cakupan Sempit/Terbatas Luas

AHP kasus khusus ANP

Sumber: PPSK Bank Indonesia, 2006

Perbedaan pertama terletak pada struktur kerangka model yang berbentuk hierarki pada AHP dan berbentuk jaringan pada ANP. Hal ini membuat ANP dapat diaplikasikan lebih luas dari AHP. Bentuk

(35)

jaringan ANP juga bisa sangat bervariasi dan lebih dapat mencerminkan permasalahan seperti keadaan yang sesungguhnya.

Kedua, dalam struktur hierarki hanya ada dependensi level yang lebih rendah kepada level yang lebih tinggi, sementara dalam struktur jaringan terdapat juga feedback. Dengan feedback alternatif dapat dependen terhadap kriteria, seperti pada hierarki, tetapi dapat pula dependen satu sama lain. Sementara kriteria sendiri dapat dependen pada alternatif dan pada satu sama lain.

Ketiga, feedback memperbaiki prioritas yang dihasilkan dari penilaian, dan membuat prediksi lebih akurat.

Keempat, untuk melakukan komparasi dalam AHP seseorang bertanya mana yang lebih disukai atau lebih penting? Keduanya lebih kurang subyektif dan personal. Sementara itu untuk komparasi dalam ANP seseorang bertanya mana yang lebih berpengaruh? Hal ini membutuhkan observasi faktual dan pengetahuan sehingga menghasilkan jawaban valid yang lebih obyektif.

Kelima, hasil AHP adalah matriks dan eigenvector yang menunjukkan skala prioritas, sedangkan hasil ANP berupa supermatriks skala prioritas yang lebih stabil karena adanya feedback. Kestabilan hasil ANP telah dibuktikan Azis dalam Ascarya (2005) dimana masalah Trans Sumatera Highway dianalisis dengan menggunakan AHP dan ANP. Dari analisa sensitivitas yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa hasil ANP lebih stabil dan robust dari pada hasil AHP.

Keenam, cakupan AHP terbatas pada struktur yang hierarkis, sedangkan cakupan ANP meluas tak terbatas. AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang cluster dan elemen merupakan kasus khusus dari ANP.

2.8. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh Istikharah (2004) dengan judul skripsi Perumusan Strategi Pengembangan PT Loji Kanatakama Textile. Tahapan analisis yang dilakukan yaitu tahap input menggunakan

(36)

analisis matriks Internal Factors Analysis Strategy (IFAS) dan External Factors Analysis Strategy (EFAS), tahap pemaduan dengan menggunakan analisis matriks SWOT dan tahap keputusan menggunakan analisis matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Strategi pengembangan PT Loji kanakatama Textile yang paling menarik untuk dilaksanakan yaitu melakukan efisiensi biaya. 2. Skripsi dengan judul penelitian Analisis Strategi Perusahaan PT

Pismatex Pekalongan yang ditulis oleh Kamilah (2005). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor internal perusahaan, menganalisis faktor-faktor eksternal perusahaan, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan sarung Gajah Duduk. Metode yang digunakan adalah matriks Internal Factors Analysis Strategy (IFAS) dan matriks External Factors Analysis Strategy (EFAS). Kemudian dilakukan penyesuaian (matching step) dengan menggunakan matriks internal dan eksternal (Internal External Matrix) dan Strong Weakness Opportunity Threat (SWOT) Matrix. Hasil pemaduan tersebut kemudian dianalisis menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis QSPM, strategi pemasaran yang tepat untuk perusahaan adalah melakukan efisiensi biaya produksi (pengelolaan bahan baku dan bahan bakar) dengan mengoperasikan pabrik secara efisien.

3. Skripsi yang ditulis oleh Sebastian (2005) dengan judul penelitian Analisis Strategi Perusahaan di PT Radio Ika Lesmana. Skripsi ini ditulis dengan tujuan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan, mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan, merumuskan dan merekomendasikan beberapa alternatif strategi perusahaan berdasarkan hasil analisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap perumusan strategi yaitu, tahap masukan (input stage) dengan menggunakan External Factor Evaluation (EFE) Matrix dan dan Internal Factor Evaluation (IFE)

(37)

Matrix. Tahap kedua adalah tahap penyesuaian (matching step) dengan menggunakan Internal External Matrix dan SWOT Matrix, dan tahap ketiga adalah tahap keputusan (decision stage) dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Adapun hasil dari penelitian tersebut diperoleh prioritas strategi yaitu meningkatkan volume penjualan iklan dan acara siaran melalui peningkatan promosi kepada pemasang iklan potensial serta mempertahankan dan meningkatkan kualitas secara siaran.

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Perkembangan BPRS di Indonesia pasca UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan tingginya persentase pertumbuhan BPRS dari tahun 2002-2006 sebesar 26,51%. Namun demikian, hingga akhir tahun 2006 jumlah BPRS baru mencapai 105 unit, sedangkan BPR konvensional mencapai 1.935 unit. Padahal saat ini diperkirakan terdapat 15 juta UMK berbadan hukum dimana 12 juta diantaranya belum mendapat kredit dari perbankan. Hal tersebut merupakan potensi besar bagi BPRS untuk meningkatkan jangkauan dan sebarannya pada sektor UMK.

Masih sedikitnya jumlah BPRS dan besarnya potensi perbankan syariah, khususnya di pedesaan serta tingginya tingkat persaingan yang ketat dalam sektor pinjaman kredit/pembiayaan perbankan pada UMK menuntut pihak BPRS untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya.

Setiap perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan. Tujuan perusahaan melakukan analisis lingkungan adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal sehingga mampu merumuskan strategi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Peranan strategi di perusahaan sangat penting, terutama dalam mengendalikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga mampu mencapai visi dan misi perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Ketatnya persaingan

Perusahaan harus mampu mempertahankan keunggulan Mengendalikan faktor-faktor internal dan eksternal Meningkatkan kekuatan

dan Meminimalisir

Memanfaatkan peluang dan meminimalisir ancaman Menerapkan strategi yang tepat

Tercapainya visi dan misi perusahaan Potensi perbankan syariah pada

(39)

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas empat tahapan penelitian, tahapan pra penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian. Tahapan pertama dimulai dari pengidentifikasian, menentukan ide-ide atau gagasan dan penentuan objek penelitian, hasil langkah ini berupa topik penelitian. Langkah selanjutnya dalam tahapan ini adalah berupa perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian dan kemudian dilanjutkan dengan membuat rancangan pengumpulan data.

Tahap kedua pada penilitian ini yaitu dengan melakukan studi pendahuluan ke tempat penelitian yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan data-data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama melalui wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan pustaka maupun instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti BI.

Data-data yang berhasil dikumpulkan pada tahap pengumpulan data, selanjutnya diolah dalam tahapan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa metode yang sesuai.

Tahapan terakhir yaitu interpretasi hasil dari pengolahan data. Tahapan akhir dari penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan dan saran. Tahapan penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

(40)

Gambar 5. Tahapan Penelitian

Identifikasi Minat Penelitian Gagasan-gagasan Penentuan Obyek Penelitian

Studi Pustaka dan

Pemilihan Topik Penelitian:

Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah Ummah dengan Pendekatan Analytic Network Process

Perumusan Masalah :

1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan PT BPRS Amanah Ummah?

2.Bagaimana rumusan strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal Tujuan Penelitian :

1.Mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan PT BPRS Amanah Ummah

2.Merumuskan strategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang Rancangan Pengumpulan Data:

Identifikasi Kebutuhan Data Studi Pendahuluan Pengumpulan Data Pairwise Comparison

Nilai Eigen Vektor Hitung CI dan CR

Konsisten?

Bobot Prioritas Tiap Elemen Prioritas Solusi/Pemecahan Masalah dan

Prioritas Strategi Pengembangan Ya Tidak Pengumpulan Data Pengolahan Data Hasil Pra Penelitian

(41)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT BPRS Amanah Ummah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2007.

3.4. Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian literatur dan pengumpulan data informasi dari lembaga terkait, seperti tempat penelitian dan Direktorat Perbankan Syariah, BI.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan atau memiliki pengetahuan akan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

2. Kuesioner, yaitu dengan memberikan pertanyaan terstruktur kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan atau memiliki pengetahuan akan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Lihat Lampiran 1 dan 2. 3. Studi pustaka, yaitu melakukan penelaahan berbagai bahan pustaka

sebagai referensi serta mengumpulkan data-data yang relevan dengan obyek penelitian.

3.5. Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode non probability sampling, yaitu pengambilan sampel non acak (disengaja). Kriteria responden yang akan diteliti yaitu memiliki pengetahuan dan atau memiliki pengalaman tentang obyek yang diteliti. Responden yang dipilih mewakili kalangan akademisi dan praktisi perbankan syariah yang dianggap memiliki pemahaman mendalam tentang perbankan syariah. Dalam metode ANP jumlah responden tidak penting, yang paling penting adalah responden yang dipilih merupakan orang yang menguasai dan kompeten di bidangnya. Penelitian ini mengambil tiga responden, yaitu satu orang perwakilan

(42)

direksi, satu orang perwakilan komisaris dan satu orang perwakilan pakar perbankan syariah.

3.6. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian dibandingkan menggunakan pairwise comparisons (pembandingan pasangan) antar elemen dalam cluster untuk mengetahui mana diantara keduanya yang lebih besar pengaruhnya (lebih dominan) dan seberapa besar perbedaannya (pada skala 1-9) dilihat dari satu sisi, kemudian diolah menggunakan software superdecision 1.6.0. Skala numerik 1-9 yang digunakan merupakan terjemahan dari penilaian verbal seperti pada tabel 5.

3.6.1. Prosedur untuk Mendapatkan Skala Rasio

Menurut Azis dalam Ascarya (2005) prosedur untuk Mendapatkan skala rasioadalah sebagai berikut: Misalkan A1, A2,

A3, ..., An adalah n elemen suatu matriks didalam suatu hierarki.

Pembandingan pasangan dari elemen-elemen (Ai, Aj) yang harus

kita lakukan dicerminkan oleh A = (aij), matriks n x n, dimana i, j =

1, 2, 3, ..., n. Definisikan suatu set bobot numerik w1, w2, w3, ..., wn

yang mencerminkan perbandingan yang diperoleh, sehingga dapat dituliskan seperti Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Matriks Pembandingan Pasangan

Karena setiap baris merupakan perkalian tetap dari baris pertama, maka A memiliki unit rank. Dengan mengalikan A dan vektor bobot w,

(43)

Untuk mendapatkan skala dari rasio-rasio matriks, sistem di bawah ini harus dipecahkan:

(A-nI)w = 0 ...(2) Dari sini jelas bahwa solusi nontrivial dapat diperoleh jika dan hanya jika det(A-nI) lenyap, yaitu persamaan karakteristik A. Sehingga, n adalah eigenvalue dan w adalah eigenvector dari A. Apabila A memiliki unit rank, semua eigenvalue-nya adalah nol, kecuali satu. Jadi, trace dari A adalah sama dengan n.

Jika setiap entry ‘komponen’ di A dinyatakan dengan aij, maka aij = 1/aji (reciprocal property) terpenuhi, dan juga ajk = aik/aij (consistency property).

Secara definisi, aii = ajj = 1 (ketika membandingkan dua elemen yang sama). Sehingga, jika kita akan meranking sejumlah n elemen, sebagai contoh, A memiliki ukuran n x n, jumlah input yang diperlukan (dari pembandingan pasangan) adalah kurang dari n2; yaitu hanya sama dengan jumlah komponen dari sub-diagonal bagian dari A (Saaty, 1994). Jadi, jika ada tiga elemen dalam suatu level tertentu dari suatu hierarki, maka hanya tiga pembandingan pasangan yang diperlukan.

Namun demikian, secara umum nilai yang tepat dari wi/wj sulit diketahui karena pembandingan pasangan yang kita buat hanyalah suatu perkiraan, yang berarti bahwa masih terdapat gangguan. Meskipun reciprocal property tetap berlaku, consistency property tidak lagi berlaku. Dengan mengambil eigenvalue terbesar yang dinyatakan dengan max’

AP wP = max . wP ……….(3)

Dimana AP adalah matriks aktual atau yang diketahui (matrik A dengan gangguan). Meskipun persamaan (1) dan (3) tidak identik, jika wP diperoleh dari memecahkan persamaan (3), matriks yang komponen-komponennya adalah wi/wj masih merupakan matriks yang konsisten; matriks ini merupakan estimasi matriks A yang konsisten, meskipun AP sendiri tidak harus konsisten. Perhatikan

(44)

bahwa AP akan konsisten jika dan hanya jika max = n. Sepanjang nilai yang tepat dari wi/wj tidak bisa diperoleh, yang merupakan hal yang lumrah dalam kasus nyata disebabkan adanya bias dalam pembandingan, max akan selalu lebih besar dari atau sama dengan n (jadi, pengukur konsistensi dapat diperoleh berdasarkan pada deviasi max dari n). Ketika lebih dari dua elemen dibandingkan, masalah konsistensi dapat dihubungkan dengan kondisi transitivitas: jika A1>A2, dan A2>A3, maka A1>A3 . Jelaslah sudah bahwa dalam memecahkan w, asumsi transitivitas tidak mesti diperlukan; pembandingan yang dimasukkan tidak harus mencerminkan konsistensi penuh. Namun demikian, seperti telah diperlihatkan sebelumnya, matriks yang dihasilkan dan vektornya masih tetap konsisten. Vektor w yang konsisten inilah yang mencerminkan ranking prioritas dari elemen-elemen dalan setiap level. Jadi, dalam hierarki standar dengan tiga level (tujuan, kriteria, dan alternatif kebijakan), elemen-elemen pada setiap level dibandingkan sepasang-sepasang dengan memperhatikan elemen-elemen dalam level diatasnya, dan vektor yang dihasilkan untuk level dasar mencerminkan ranking dari alternatif kebijakan.

3.6.2. Supermatriks dalam ANP

AHP dan ANP, keduanya menggunakan prosedur untuk mendapatkan skala rasio seperti yang telah diuraikan. Adanya pengaruh-pengaruh feedback dalam ANP membutuhkan matriks besar yang dikenal dengan supermatriks yang berisi suatu set dari sub-matriks. Supermatriks ini diharapkan dapat menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan.

Misalkan suatu cluster dinyatakan dengan Ch, h = 1, 2, ..., N, dan diasumsikan bahwa cluster ini memiliki elemen sejumlah nh yang dinyatakan dengan eh1, eh2, …,ehnh.

(45)

                    − − − I W W W n n Wn n 1 , 0 0 32 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 , 1 L M M M L M M M L M M L L K

Gambar 7. Supermatriks dari hierarki (Ascarya, 2006)

Ketika level paling bawah/dasar mempengaruhi level paling atas dari suatu hierarki, bentuk jaringan holarki terbentuk. Supermatriksnya akan seperti pada Gambar 8. Perhatikan bahwa komponen pada baris terakhir dan kolom dari supermatriks pada Gambar 7 adalah matriks identitas I yang sesuai dengan adanya loop pada level dasar dari hierarki. Hal ini merupakan aspek ‘necessary’ dari suatu hierarki dipandang dari konteks supermatriks. Sementara itu, komponen dari baris pertama kolom terakhir suatu holarki pada Gambar 9 adalah tidak nol, yang menunjukkan bahwa level paling atas tergantung kepada level yang paling bawah. Secara umum, ketika ada pengaruh feedback, supermatriksnya terbentuk dengan menata semua cluster dan semua elemen dalam setiap cluster secara vertikal di kiri dan secara horisontal di atas, seperti pada Gambar 10.

                    − − − 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 , 0 0 32 21 , 1 2 , 1 n n W n W W W W n n L M M M L M M M L M M L L K

Gambar 8. Supermatriks dari Holarki (Ascarya, 2006)

CN1 : N C11...C1n C21...C2n C (N-2)...C(N-2) n N-2 1 2 C (N-1)...C(N-1) n N-1 CN1...CN n N C1 C2 C(N-2) C(N-1) CN C11 : C1n 1 C21 : 2 C1 C2 CN : : W = C11...C1n C21...C2n C (N-2)...C(N-2) n N-2 1 2 C (N-1)...C(N-1) n N-1 CN1...CN n N C1 C2 C(N-2) C(N-1) CN C11 : C1n 1 C21 : 2 C1 C2 CN : : W = CN1 : N

Gambar

Gambar 1 Komprehensif Islam (Antonio, 2001)  2.2.  Bank Syari’ah
Tabel 3. Usaha-usaha BPRS
Gambar 2. Perspektif atas Prinsip Ekonomi Syari’ah (BI, 2002)  2.6.  Analisis Lingkungan
Gambar 3.  Perbedaan hierarki dan jaringan (Ascarya, 2005) Tujuan Kriteria Sub Kriteria Komponen, Cluster (level) Elemen Hierarki Linier
+7

Referensi

Dokumen terkait