• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT KONDILOMA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT KONDILOMA.docx"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma Akuminata (KA) adalah salah satu jenis penyakit menular seksual

(sexually transmitted disease). Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara, termasuk Indonesia. IMS dapat mealui hubungan seksual (HUS), baik secara genito – genital, oro – genital maupun ano – genital pada HUS yang berlainan jenis atau sesama jenis.

Dipekirakan bahwa di antara 500.000 – 1 juta kasus baru didiagnosis setiap tahun di Amerika saja, dengan klinis genital warts yang diperkirakan 1% populasi seksual aktif.4 Kondiloma akuminata disebabkan oleh Human Papilloma virus (HPV). HPV adalah virus yang sangat menular dan dapat ditularkan melalui kontak seksual genital, anal dan oral. Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai peluang 75% untuk terjadi kondiloma akuminata.4 Baik laki-laki maupun perempuan rentan untuk terjadi infeksi.

(2)

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI

Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh human papilloma virus tipe tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot.1

2.2 EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS). Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.1

United States

Annual Incidence dari kondiloma akuminata adalah 1%. Kondiloma akuminata merupakan Sexually Transmitted Disease (STD) yang paling umum. Prevalensi telah dilaporkan melebihi 50%. Prevalensi dan risiko tertinggi adalah pada kalangan dewasa muda pada usia dekade ketiga dan pada remaja. Peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam prevalensi telah dilaporkan dalam 2 dekade terakhir.2

Internasional

Prevalensi Internasional telah dilaporkan bervariasi. Data yang tersedia dari Inggris, Panama, Italia, Belanda, negara-negara berkembang melaporkan infeksi HPV kurang lebih sama dengan yang ada di Amerika Serikat.2

Mortalitas/Morbiditas

Mortalitas adalah sekunder dari transformasi maligna pada karsinoma baik pada laki-laki maupun wanita. Hal ini merupakan potensial onkogenik yang telah dilaporkan 3 kali lipat risiko kanker genitourinaria pada pria yang terinfeksi. Namun ini jarang terjadi pada HPV tipe 6 dan 11.2

(3)

3 Fase laten seringkali menjadi aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma akuminata dapat mengganggu masa nifas. Dapat menghasilkan krusta atau eritema. Perdarahan dapat terjadi pada lesi yang besar selama kehamilan.2

Pada laki-laki, perdarahan telah dilaporkan karena flat warts pada meatus uretra penis, biasanya dihubungkan dengan HPV tipe 16. Obstruksi uretra yang akut dapat juga terjadi pada wanita.2

Jenis Kelamin

Baik laki-laki maupun perempuan rentan untuk terjadi infeksi. Tetapi penyakit yang jelas lebih sering terjadi pada pria (dilaporkan pada 75% dari pasien); namun infeksi pada wanita juga dapat terjadi.2

Usia

Prevalensi terbesar adalah pada usia 17-33 tahun, dengan insiden yang memuncak pada usia 20-24 tahun.2

2.3 ETIOLOGI

Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA yang tergolong dalam family virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 60 tipe VPH , namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16,18, 30,31, 33,35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56.1

Pada referensi lain menyebutkan, lebih dari 120 subtipe yang berbeda dari HPV yang telah diidentifikasi, dengan 40 subtipe yang mampu menginfeksi traktus anogenital. Jenis ini dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu low risk, intermediate risk, dan high risk. HPV tipe 6 dan 11 jarang menimbulkan kanker serviks sehingga disebut subtipe low risk. Infeksi dari genotif ini bertanggung jawab sekitar 90% pada formasi genital warts. Sebaliknya tipe 16 dan 18 sangat berhubungan dengan displasia serviks sehingga dianggap high risk, subtipe onkogenik. Penelitian menunjukkan infeksi pada genotif ini adalah sampai 70% terjadi Squamous Cell Carcinoma (SCC) dari serviks. HPV tipe 31, 33, 45, 51, 52, 56, 58, dan 59 adalah tipe intermediate risk, sering

(4)

4 ditemukan pada neoplasma skuamosa, tetapi jarang dihubungkan dengan SCC serviks. Pasien dengan kondiloma akuminata dapat terinfeksi stimultan oleh beberapa jenis HPV.4

Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering ditemui pada kondiloma akuminata dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.1 kondiloma juga dapat menjadi koinfeksi yang “high risk” HPV seperti HPV tipe 16. Merupakan penyakit menular seksual, dengan transmisi rata-rata 60% di antara partner seksual.3

HPV adalah virus yang sangat menular dan dapat ditularkan melalui kontak seksual genital, anal dan oral. Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai peluang 75% untuk terjadi kondiloma akuminata.4

(5)

5 Disease Associated with Specific HPV types

NONGENITAL CUTANEOUS DISEASE HPV TYPE

Common warts (verrucae vulgaris) 1, 2, 4, 26, 27, 29, 41, 57, 65, 75-78 Plantar warts (myrmecias) 1, 2, 4, 60, 63

Flat warts (verrucae planae) 3, 10, 27, 28, 38, 41, 49 Butcher’s warts (common warts of people

who handle meat, poultry and fish)

1-4, 7,10,28

Mosaic warts 2, 27, 57

Ungual squamous cell carcinoma 16

Epidermodysplasia verrucoformis (benign) 2, 3, 10, 12, 15, 19, 36, 46, 47, 50 Epidermodysplasia verruciformis (malignant

or benign)

5, 8-10, 14, 17, 20-25, 37,38

Nonwarty skin lession 37,38

NONGENITAL MUCOSAL DISEASE HPV TYPE

Respiratory Papillomatosis 6, 11

Squamous cell carcinoma of the lung 6, 11, 16, 18 Laryngeal papilloma (recurrent respiratory

papillomatosis)

2, 6, 11, 16, 30, 40, 57

Laryngeal carcinoma 6, 11 Maxilllary sinus papilloma 6, 11 Squamous cell carcinoma of the sinuses 16, 18 Conjunctival carcinoma 16 Oral focal epithelial hyperplasia 13, 32

Oral carcinoma 16, 18

Oral leukoplakia 16, 18

(6)

6

ANOGENITAL DISEASE HPV TYPE

Condyloma acuminata 1-6, 10, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39-45, 51-59, 70, 83

Bowenoid papulosis 16, 18, 34, 39, 40, 42, 45 Bowen disease 16, 18, 31, 34

Giant condyloma (Busche-Lowenstein tumors)

6, 11, 57, 72, 73

Unspecified intraepithelial neoplasia 30, 34, 39, 40, 53, 57, 59, 61, 62, 64, 66-69

Low-grade squamous intraepithelial lessions 6, 11, 16, 18, 26, 27, 30, 31, 33-35, 40, 42-45, 51-58, 61, 62, 67-69, 71-74, 79, 81-84

High-grade squamous intraepithelial lessions 6, 11, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 42, 44, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 61, 64, 66, 68, 82 Carcinoma of vulva 6, 11, 16, 18 Carcinoma of vagina 16 Carcinoma of cerviks 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68, 70, 73, 82 Carcinoma of anus 16, 31, 32, 33 Carcinoma in situ of penis 16

Carcinoma of penis 16, 18

VIROLOGY

HPV adalah sekelompok unenveloped, virus DNA, family Papovaviridae. Replikasi virus terbatas pada jaringan permukaan lapisan sel basal. Virus akan menembus epitelium mukosa dan kutaneus untuk mencari selular dari host. Lalu kemudian menyerang dan menginfeksi keratinosit basal epidermis. Mukosa dapat

(7)

7 terinfeksi di mana saja di sepanjang traktus genital, termasuk vulva, vagina, serviks, regio perianal pada wanita, serta penil shaft, skrotum, periuretra dan regio perianal pada pria. Daerah yang terinfeksi in akan ditandai dengan proliferasi DNA dan terbentuknya warty papule atau plaque.4

Genom virus terdiri dari 6 early-open reading frames (E1, E2, E4, E5, E6, E7) dan 2 late-open reading frames (L1, L2). Early-open E gen adalah penting untuk regulasi fungsi dan enkode protein yang terlibat pada replikasi virus dan transformasi sel. Sebaliknya late-open L gen mengkode protein kapsid virus. Perbedaan genotip L1 menyebabkan pola yang sedikit berubah dari virus replikasi DNA, yang diperkirakan dapat menjelaskan berbagai subtipe HPV. Secara khusus, HPV subtipe low risk akan terpisah dari DNA sel host dan menjalani replikasi yang independen. Sebaliknya HPV high risk akan menggabungkan DNA mereka langsung ke material genetik sel host. Integrasi virus dan DNA sel host seringkali menghasilkan disregulasi dan aktivasi tak terkontrol dari gen E6 dan E7, dimana mempromosikan transkripsi onkoprotein. Ini akan mengikat dan menonaktifkan tumor supressor genes p53 dan Rb, menyebabkan proliferasi sel meningkat dan risiko lebih besar untuk terjadinya keganasan.4

DERMATOPATOLOGI

Secara hisptopatologi, ciri khas sel yang terinfeksi oleh HPV adalah berkembangnya morfologi keratinosit atipikal yang disebut koilosit. Secara umum, epidermis akan menunjukkan acanthosis ditandai dengan berbagai tingkat papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis.4

2.4. PATOGENESIS

Sel-sel dari lapisan basal epidermis diserang oleh Human Papilloma Virus (HPV). Penetrasi virus ini menembus kulit dan menyebabkan mikroabrasi mukosa. Awalnya fase laten dari virus dengan tidak adanya tanda atau gejala dan dapat berlangsung dari satu bulan sampai beberapa tahun. Setelah fase laten, produksi dari DNA virus, capsid dan partikel dimulai. Sel host terinfeksi dan berkembang morfologi koilocytosis atipikal dari kondiloma akuminata.2

(8)

8 2.5. MANIFESTASI KLINIS

Setelah terinfeksi oleh HPV, virus biasanya membutuhkan masa inkubasi 3 minggu sampai 8 bulan sebelum manifestasi klinis. Rata-rata gejala fisik dimulai sekitar 2-3 bulan setelah kontak awal. Virus dapat juga sebagai dormant pada sel epitelial dalam jangka waktu yang lama. Infeksi ini dapat bertahan lama dan dapat tidak terdeteksi sehingga dapat menimbulkan manifestasi klinis asimptomatik.4

Setelah manifestasi awal, kondiloma akuminata dapat meningkatkan dalam hal ukuran dan jumlah. Kondiloma dapat mengalami rekuren dalam waktu 3 bulan setelah terinfeksi bahkan setelah menjalani pengobatan. Faktor risiko yang signifikan untuk kondiloma yang persisten jangka panjang adalah imunosupresi host, infeksi dengan HPV yang high risk. Timbulnya limfosit CD4+ dalam dermis dan epidermis dianggap dapat meningkatkan regresi spontan, yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dalam menentukan perjalanan infeksi virus.4

Kondiloma biasanya pada jaringan yang lembab pada area anogenital, meskipun kadang-kadang dapat berkembang di mulut atau tenggorokam setelah kontak seksual secara oral yang terinfeksi dari partnernya. Kondiloma akuminata memiliki bentuk yang sangat bervariasi , mungkin flat (datar), dome-shaped (seperti kubah), cauliflower-shape (kembang kol) atau pedunculated. Kondiloma dapat bermanifestasi sebagai soliter keratotik papul atau plak. Awalnya dalam bentuk kecil, ukuran 1-2 mm flesh-colored papule dari kulit dan bentuk ini dapat bertahan selama infeksi. Kondiloma juga dapat tumbuh dalam ukuran besar dengan diameter beberapa inci, dimana dapat mengganggu hubungan seksual dan persalinan normal. Warna dapat bervariasi mulai dari putih menjadi merah muda, ungu, merah atau coklat dan bentuknya dari flat sampai cerebriform atau verukosa.4

Lesi dapat menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas, dan pruritus. Lesi yang besar dapat berdarah dan iritasi bila kontak dengan pakaian atau selama hubungan seksual.4

Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glands penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada

(9)

9 wanita yang banyak mengeluarkan flour albus atau wanita hamil pertumbuhan penyakitnya lebih cepat.1

Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.1

Buschke-Lowenstein Tumor

Vegetasi yang besar disebut sebagai giant condyloma (Bushke) yang pernah dilaporkan menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus dilakukan biopsi.1 sering terdapat pada gland penis, daerah perianal.5

Giant condyloma dari Buschke-Lowenstein atau Buschke-Loewenstein tumor (BLT) pertama kali ditemukan oleh Buschke pada tahun 1886. Oleh Buschke dan Loewenstein tahun 1925, kemudian dinamai oleh Loewenstein “carcinoma-like condyloma acuminata” pada penis. Pertumbuhannya sangat lambat tumor verukosa dan mencapai ukuran besar. Beberapa penulis menyebutkan bahwa etiologinya adalah HPV low risk yaitu tipe 6 dan 11, sementara yang lain melaporkan pentingnya munculnya HPV risiko tinggi onkogenik yaitu tipe 16 dan 18. Faktor risikonya adalah kebersihan yang buruk, pasien yang tidak

(10)

10 Human papillomavirus (HPV). Note the extensive labial involvement

Human papillomavirus (HPV). Note the extensive labial involvement

Human papillomavirus (HPV). Anal condyloma acuminatum.

(11)

11 Condyloma acuminatum.

Small papilloma of vulva.

(12)

12 Small papilloma on shaft of penis

Small papilloma of anus

2.6 DIAGNOSIS a. Anamnesis

 Partner seksual multipel dan usia coitus yang lebih muda merupakan faktor risiko kondiloma akuminata.2

 Umumnya, 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak seksual dengan kondiloma akuminata, lesi dapat berkembang dalam waktu 3 bulan.2

(13)

13  Keluhan utama biasanya salah satu benjolan nyeri, pruritus atau discharge.

Terlibatnya lebih dari satu area sering terjadi. Riwayat lesi multipel.2

 Lesi pada mukosa oral, laring atau trakea (tapi jarang) mungkin terjadi karena kontak oral-genital.2

 Riwayat hubungan seksual anal baik pada lak-laki maupun perempuan dapat menyebabkan lesi pada perianal.2

 Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat terjadi, dapat disebabkan oleh kondiloma yang terdapat di meatus.2

 Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi.2

 Perdarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama kehamilan terjadi karena erupsi dari kondiloma.2

 Lesi dapat regresi, spontan atau progres.2  Pruritus dapat terjadi.2

Keluhan discharge mungkin ada.2

b. Pemeriksaan Fisik

 Erupsi papular single atau multipel dapat diobservasi. Erupsi mungkin muncul mutiara, filiform, kembang kol (caulifowler) atau plaquelike. Semuanya ini dapat secara halus (terutama pada penis), verukosa atau lobular. Erupsi ini mungkin tidak berbahaya atau dapat mengganggu penampilan.2

 Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat juga eritema atau hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam bentuk, warna yang mensugesti melanoma atau keganasan.2

 Kecenderungan pada glands penis pada pria dan daerah vulvovagina dan serviks pada perempuan. 2

 Lesi meatus uretra dan mukosa dapat terjadi.2

 Mencari adanya klinis dari PMS lainnya (misalnya ulserasi, adenopati, vesikelm discharge).

 Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau risiko dari imunosupresi atau hubungan seksual secara anal.

(14)

14 c. Pemeriksaan Penunjang

 Kolposkopi (Stereoskopi Mikroskopik)

Hal ini sangat berguna untuk mengidentifikasi (sebagian besar) lesi pada serviks, dimana lebih baik mengidentifikasi dengan menggunakan asam asetat  Biopsi

Biopsi diindikasikan untuk lesi yang atipikal, rekurent setelah terapi awal berhasil atau resisten terhadap pengobatan atau pasien dengan risiko tinggi untuk neoplasia atau imunosupresi

2.7 DIAGNOSA BANDING a. Veruka vulgaris

Vegetasi yang tidak bertangkai , kering dan berwarna abu-abu atau sama dengan warna kulit.1 terutama terdapat pada anal-anak, tetapi dapat juga pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun penyebarannya dapat ke tubuh bagian lain termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul autoinkolusi sepanjang goresan (fenomenan Kobner).1

b. Kondiloma latum

Sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum1.

(15)

15 c. Karsinoma sel skuamosa

Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah dan berbau1.

Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa tingkat kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat invasif dan bermetastasis jauh. Umur yang paling sering adalah 40-50 tahun (dekade V-VI) dengan lokalisasi yang tersering adalah di tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita.1

d. Moluskum Kontagiosum2

Penyakit yang disebabkan oleh pox virus, klinis berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum. Penyakit ini merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Transmisinya melalui kontak kulit langsung. Lokalisasi di daerah muka, badan dan esktremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.

2.8 PENATALAKSANAAN

 Podophyllotoxin 0,05% solution atau gel dan 0,15% cream

Podophyllotoxin adalah ekstrak dari tanaman podophyllum, dimana dapat mengikat mikrotubulus selular, menghambat pembelahan mitosis dan menginduksi dari nekrosis warts dimana maksimal 3-5 hari setelah pemberian. Erosi yang dangkal dapat terjadi sebagai lesi nekrotik dimana dapat sembuh dalam beberapa hari. Ini merupakan pilihan pengobatan yang dianggap aman.4

Podophyllotoxin tersedia dalam bentuk solutio, krim atau gel dan digunakan 2 kali sehari selama 3 hari berturut dalam seminggu, maksimal sampai 4 minggu. Untuk

(16)

16 jenis solutio pada lesi di penis, sedangkan krim atau gel pada lesi di anal atau vaginal.

Efek sampingnya adalah sakit, inflamasi, erosi, rasa panas, gatal. Hal ini terjadi bila penggunaan pengobatan berlebihan. Meskipun profil obat ini secara signifikan aman, tapi podophyllotoxin belum dievaluasi secara menyeluruh untuk teratogenik dan tidak direkomendasikan pada kehamilan.

 Imiquimod 5% cream

Krim Imiquimod (imidazoquinolinamine) 5% adalah agen topikal imunomodulator, dimana pertama kali digunakan pada kondiloma tahun 1997. Meskipun mekanisme kerjanya masih belum jelas, tapi dapat mengaktifkan kekebalan sel dengan mengikat membranous toll-like receptor. Ini menyebabkan sekresi sitokin multipe, seperti interferon-α, interleukin-6, TNF-α yang sangat penting dalam induksi respon inflamasi. Selain itu, telah terbukti memiliki penurunan viral-load yang diukur dengan HPV DNA, penurunan mesengger RNA (mRNA) ekspresi untuk penanda proliferasi keratinosit dan peningkatan mRNA untuk penanda supresi tumor.4

Pemberiannya sebelum tidur, 3 kali dalam seminggu sampai 16 minggu. Efek samping adalah inflamasi lokal seperti gatal, eritema, panas, iritasi, nyeri, ulserasi. Kadang-kadang pasien mengalami efek samping sistemuk seperti sakit kepala, nyeri otot, kelelahan dan malaise. Tingkat kekambuhan kecil yaitu sekitar 13%.  Sinecatechins 15% ointment

Adalah ekstrak botani yang telah disetujui tahun 2006 di USA oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penatalaksanaan genital warts. Bahan aktifnya adalah ekstrak teh hijau, yang diduga memiliki antioksidan, antivirus dan efek antitumor. Meskipun mekanisme yang tepat masih belum jelas, obat ini diperkirakan memodulasi respon inflamasi melalui penghambatan faktor transkripsi AP-1 dan NF-kB, yang keduanya disebabkan oleh spesies oksigen reaktif. Dapat diberikan 3 kali sehari sampai 4 bulan. Biasanya, jika perbaikan tidak terlihat dalam beberapa minggu, pengobatan dihentikan.4

Efek sampingnya adalah kemerahan, panas, gatal dan nyeri. Efek samping yang berat adalah limfadenitis, vulvovaginitis, balanitis, tetapi ini sangat jarang.4

(17)

17  Podofilin

Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.

Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.1 podofilin dianggap kurang efektif daripada podophyllotoxin, cryotheraphy atau

electrosurgery.4

 Asam triklorasetat (Trichloracetic acid/ TCA)

Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus berhati-hati. Karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.1

Agen ini dapar secara cepat menembus dan membakar kulit, keratin dan jaringan lainnya. Pengobatan ini menyebabkan toksisitas sistemik. Biaya sangat rendah.2 selain itu, TCA bersifat korosif dan penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan jaringan parut.

Efek samping:

Toksisitas kulit (luka bakar berat, inflamasi)2 Kontraindikasi:

Hipersensitivitas, lesi maligna atau premaligna2 Farmakologi:

Keratolitik, menginduksi deskuamasi2  5-fluorourasil

(18)

18 Konsentrasinya antara 1-5 % dalam krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.1

Tidak lagi direkomendasikan untuk pengobatan rutin. Memiliki aktifitas antimetabolik dan/atau antineoplastik dan imunostimulatif. Penggunaannya untuk mencegah kekambuhan setelah ablasi kondiloma, jika dimulai dalam waktu 4 minggu, khususnya pada pasien dengan immunocompromised.

 Bedah listrik(electrosurgery)

Melibatkan penggunaan arus listrik frekuensi tinggi dalam bentuk termal koagulasi atau elektrokauter untuk membakar dan menghancurkan lesi. Jaringan yang kering kemudian dilakukan kuretase. Teknik ini berkhasiat bila digunakan dalam pengobatan wart yang kecil terletak pada shaft of penis, rektum atau vulva. Namun tidak dianjurkan pada lesi yang besar karena mungkin dapat menyebabkan formasi scar yang permanen. Efek sampingnya adalah minimal, biasanya terbatas pada nyeri post prosedural.

Cryotheraphy

Cryotheraphy dapat dilakukan dengan menggunakan open spray atau aplikator cotton-tipped selama 10-15 detik dan dapat diulang sesuai dengan kebutuhan. Cryotheraphy untuk pengobatan lini pertama sangat baik, terutama untuk lesi perianal.2

Efek sampingnya adalah nyeri saat treatment, erosi, ulserasi, dan hipopigmentasi post inflamasi dari kulit. Cryotheraphy aman selama kehamilan.2

Cryotheraphy juga memiliki keuntungan yaitu sederhana, murah dan jarang menyebabkan jaringan parut. Pada penelitian dilaporkan tingkat kekambuhan adalah 21%-42% pada 1-3 bulan.

Cryotheraphy adalah proses dimana jaringan abnormal beku melalui penggunaan Cooling agent seperti nitrous oxide atau liquid nitrogen. Suhu harus dingin sehingga menyebabkan permanen dermal dan kerusakan pembuluh darah. Umumnya, pengobatan ini paling efektif bila digunakan untuk multiple small warts pada penile shaft atau vulva.4

(19)

19 Cryotheraphy dianggap cukup murah dan lebih berkhasiat dibandingkan dengan TCA. Tingkat kekambuhan sekitar 25-40%. Efek sampingnya adalah destruksi jaringan lokal, seperti nyeri, ulserasi, infeksi, risiko jaringan parut.4

 Bedah Eksisi

Selama bertahun-tahun bedah eksisi dianggap menjadi pilihan utama.4 bedah eksisi untuk kondilomata anal yang ekstensif dapat menyebabkan deformitas kosmetik pada anus dan/atau kanalis anal. Stenosis anal merupakan komplikasi serius dari surgery anorektal. Dikarenakan risiko striktur dan scar menyebabkan deformitas pada regio anorektal, beberapa dokter menyarankan setelah bedah eksisi pada kondiloma anal ekstensif rekonstruksi operasi menggunakan rotasional bilateral S-flaps atau metode lain seperti V-Y flaps, musculocutaneus flaps, free flaps dan skin grafting. Komplikasi setelah metode ini seperti nekrosis flap, infeksi, inkotinensia fekal.7

 Laser karbondioksida

Terapi laser kabrbondioksida bergantung pada penggunaan konsentrasi sinar energi cahaya infrared, yang akan memanaskan dan akhirnya akan menguapkan daerah target. Kemanjuran terapi ini untuk kondiloma masih diperdebatkan. Terapi laser biasanya dianggap kurang efektif dibandingkan terapi bedah lainnya. Tingkat kekambuhannya juga cenderung meningkat antara 23-52%. Terapi ini sangat mahal.4

Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila dibandingkan elektrokauterisasi.1

Penggunaan karbondioksida untuk treatment laser untuk kondiloma akuminata yang ekstensiv atau rekurent. Berpotensi untuk mendeteksi infeksi HPV tipe 6. Anestesi lokal, regional atau general diperlukan. 2

 Interferon

Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m atau intralesi) dan topikal (krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU. i.m 3 kali seminggu selama 6

(20)

20 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m selama 10 hari berturut-turut.1

Interferon tidak direkomendasikan sebagai modalitas pengobatan utama. Diproduksi secara alami oleh protein dengan antivirus, antitumor dan immunomodulatory actions.

(21)
(22)

22 2.9 VAKSINASI

Vaksin human papilloma virus sekarang tersedia untuk mencegah HPV terkait dengan displasia dan neoplasia termasuk kanker serviks, genital warts (kondiloma akuminata) dan lesi genital prakanker. Imunisasi seri harus diselesaikan pada anak laki-laki dan perempuan, maupun usia muda, dan perempuan usia 9-26 tahun.2

Vaksin Papiloma Virus (Gardasil) (HPV4)

Merupakan vaksin rekombinan HPV kuadrivalen. Vaksin pertama diindikasikan untuk mencegah kanker serviks, genital warts (kondiloma akuminata) dan lesi genital prakanker (misalnya adenokarsinoma serviks in situ, neoplasia intraepitelial serviks grades 1, 2 dan 3, neoplasia intraepitelial vulva grade 2 dan 3, neoplasia intraepitelial vagina grade 2 dan 3) disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16 da 18. Efikasi vaksin dimediasi oleh respon imun humoral mengikuti imunisasi seri. Diindikasi untuk mencegah kondiloma akuminata yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 pada anak laki-laki dan perempuan, dan wanita usia 9-26 tahun.2

Dosis Form & Strength

Mencegah Penyakit yang disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16 dan 18  Usia 9-26 tahun: 0,5 ml IM, 3x dosis diberikan pada bulan 0, 2 dan 6.2

 Jika usia telah mencapai 26 tahun, tapi imunisasi seri belum selesai, dosis yang tersisa dapat diberikan setelah usia 26 tahun (CDC Guidelines)2

Indikasi untuk mencegah pada perempuan (9-26 tahun):

 Kanker serviks, vulva dan vagina yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.2  Genital Warts (kondiloma akuminata) yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11.2 Lesi prekanker atau displastik pada perempuan (9-26 tahun) yang disebabkan oleh HPV tipe 6, 11,16 dan 18:2

 Cervical Intra epithelial Neoplasia (CIN) grade 2/3  Cervical adenocarcinoma in situ

 CIN grade 1

(23)

23  VIN grade 2/3

Indikasi untuk mencegah pada laki-laki (9-26 tahun):2

 Genital warts (kondiloma akuminata) yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11  CDC APIP guidelines merekomendasikan imunisasi rutin pada anak laki-laki usia

11-12 tahun

 Direkomendasikan untuk laki-laki yang sebelumnya belum divaksinasi usia 22-26 tahun yang immunocompromised, test positif untuk infeksiHIV.

Anal Cancer

 Diindikasi untuk mencegah kanker anal yang disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16 dan 18 pada usia 9-26 tahun.2

Pemberian:

Pada regio deltoid atau lengan atas.2 Efek Samping:

Efek samping yang didapat dapat dilaporkan ke Vaccine Adverse Events Reporting System (VAERS).2

>10%:2

Nyeri saat injeksi, eritema, pembengkakan dan demam Farmakologi:

Vaksinasi ini menimbulkan kekebalan aktif melalui stimulasi produksi antibodi yang diproduksi secara endogen. Timbulnya perlindungan terhadap penyakit relatif lama, tetapi durasi bisa bertahan lama (tahunan).2

Cervarix (HPV2)4

Pada tahub 2009, FDA berlisensi, rekombinan vaksin HPV bivalen (HPV2) untuk digunakan pada usia 10-25 tahun. Cervarix ditujukan untuk dua jenis onkogenik, yaitu HPV tipe 16 dan 18, yang berhubungan dengan kanker serviks, CIN grade 1, dan adenocarcinoma insitu. Secara keseluruhan, American Cancer Society ad Advisory Committe on Immunization Practice merekomendasikan vaksinasi rutin pada wanita

(24)

24 usia 11 atau 12 tahun dengan 3 dosis baik HPV2 atau HPV4. Vaksinasi serial dapat dimulai pada usia 9 tahun. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan setelah dosis awal, dan dosis ketiga 6 bulan setelah dosis awal.

(25)

25 2.10 PROGNOSIS

Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisinya dicari, misalnya higiene, adanya flour albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak disirkumsisi.1

Banyak pasien baik itu gagal untuk merespon pengobatan atau rekuren. Tingkat kekambuhan lebih dari 50% setelah 1 tahun dihubungkan dengan:2

 Infeksi berulang dari kontak seksual  Masa inkubasi yang panjang dari HPV  Lokasi virus pada lapisan kulit superfisial  Virus yang persisten di kulit, folikel rambut  Lesi yang dalam

 Lesi subklinik

 An underlying immunosuppression Edukasi Pasien:

 Mengindentifikasi dan mengedukasi individu yang berisiko untuk terjadi kondiloma akuminata2

2.11 Komplikasi

 Transformasi untuk keganasan genitourinaria pada laki-laki maupun perempuan2  Penularan pada neonatus2

 Kondiloma akuminata yang berulang2  Pre-cancer dan cancer

Pre-malignant (vulva, anal, penile intra-epithelial neoplasia) atau lesi invasif (vulva, anal dan kanker penis) dapat muncul bersamaan dengan kondiloma. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahan yang dihubungkan dengan tipe HPV yang onkogenik dan merupakan bagian dari spektrum klinis neoplasia intraepithelial anogenital. Biopsi dapat dilakukan. Varian lain yang jarang adalah HPV tipe 6/11 yaitu penyakit kondiloma raksasa atau Buschke-Lowenstein tumor. Ini merupakan karsinoma verukosa, ditandai dengan infiltrasi lokal yang agresig sampai ke struktur dermal.3

(26)

26 2.12 Pencegahan

 Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan dan telah disetejui oleh FDA. The Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP) merekomendasikan vaksinasi rutin untuk perempuan usia 11-12 tahun dan vaksinasi catch-up untuk perempuan usia 13-26 tahun.2

 Sexual abstinence2

(27)

27 BAB III

PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Kondiloma akuminata merupakan penyakit menular seksual yang umum terdapat dimasyarakat. Penyebabnya adala human papilloma virus (HPV). Sekitar 90% kondiloma akuminata berhubungan denga subtipe HPV 6 dan 11, yang memiliki potensial yang rendah menimbulkan keganasan. Namun, apabila terkait dengan HPV tipe 16 dan 18 cenderung untuk transformasi onkogenik. Terapi yang diberikan terdapat beberapa macam yaitu terapi lokal (podophyllin, podophyllotoxin, dan asam trikloroasetat) terapi imununomulator (bedah eksisi, electrosurgery, cryotheraphy dan laser theraphy).7 Pemilihan pengobatan tergantung dari lokasi ukuran lesi. Vaksinasi HPV mungkin secara signifikan dapat mengurangi beban penyakit dengan mencegah infeksi dan penularan virus.4

3.2 SARAN

Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan dan telah disetujui oleh FDA. The Advisory Committee on Immunization Practice (ACIP) merekomendasikan vaksinasi rutin untuk perempuan usia 11-12 tahun dan vaksinasi catch-up untuk perempuan usia 13-26 tahun. Selain itu hindari hubungan seksual sebelum menikah dan jangan berganti-ganti pasangan.

(28)

28 DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2009.

2. Ghadishah,Delaram.Reference:Condyloma-Acuminata.

http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview.

3. Lacey, Woodhall, Wikstrom, Ross. European Guideline for the Management of Anogenital Warts. 2011: 130911.

4. Valarie, Yanofsky, Patel, & Goldenberg. Genital Warts: A Comprehensive Review. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. June 2012: Vol 5:61.

5. Gearhart,Peter.Reference:Human-Papilloma-Virus.

http://emedicine.medscape.com/article/219110-overview

6. Braga, Stiepcich, Muller, Nadal, Valeria. Buschke-Loewenstein tumor: Identification of HPV type 6 and 11. Anais Brasileiros de Dermatologia. 2012;87(1):131-134.

7. Wronski, Bocian. Surgical Excision of Extensive Anal condylomata is a Safe Operation Without Risk of Anal Stenosis. Departement of General and Vascular Surgery. 2012;66:153-157.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya pengaruh variabel-variabel dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel berwujud tangible, keandalan reliability, daya tanggap responsiveness, kepastian

Data dikumpulkan melalui temubual mendalam dengan informan utama seperti Tok Batin serta kumpulan berfokus iaitu Orang Asli terpilih dalam kalangan yang dianggap

Tuliskan nomor dan nama Anda pada Lembar Jawaban. Periksa dan bacalah soal-soal dengan teliti sebelum Anda menjawab. Dahulukan menjawab soal-soal yang dianggap mudah. Kerjakan

Setelah dilakukan evaluasi, didapatkan nilai cs sebesar -0,044 dan nilai ck sebesar 3,34 hasil ini menunjukan bahwa distribusi curah hujan yang mewakili data

Penelitian ini pada dasarnya untuk menganalisis indeks erosivitas serta mengetahui besarnya erosivitas berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti jenis

Dokumen yang diperlukan untuk melengkapi manual ini antara lain: 1) Visi, Misi, dan Tujuan FIB. 2) Dokumen Standar Sarana dan Prasarana Penelitian. 3) Dokumen Hasil Evaluasi

PEKERJAAN KHUSUS, JABATAN, TUGAS, KEAHLIAN dengan reputasi Regional Propinsi org/keg 1.500.000 Praktisi :. dengan reputasi Internasional

Beberapa survei dan penelitian menguatkan bahwa betapa penting kemampuan untuk bisa mendengar, bahkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk