• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III STUDI LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III STUDI LAPANGAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

68 BAB III

STUDI LAPANGAN

A. Kajian Umum Kabupaten Blora

Sebagai jantung Pulau Jawa, letak geografis Blora berada di tengah-tengah antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Secara administratif terletak di wilayah paling ujung di sisi timur Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten diapit oleh lima wilayah administratif, yaitu bagian utara oleh Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati, bagian timur oleh Kabupaten Bojonegoro, bagian selatan oleh Kabupaten Ngawi, dan bagian barat oleh Kabupaten Grobogan. Kabupaten Blora memiliki 16 kecamatan. Sebagaimana diketahui, pada mulanya Kabupaten Blora terbagi menjadi 4 kawedanan (Blora, Cepu, Randublatung, dan Ngawen) dan 14 kecamatan. Kemudian pada tahun 1990-an terdapat dua kecamat1990-an baru hasil pemekar1990-an, yaitu Bogorejo d1990-an Japah.

Gb 3.1. Letak Geografis Kabupaten Blora di Propinsi Jawa Tengah (Sumber : wikipedia.org)

Kabupaten Blora dengan luas wilayah administrasi 1.820,59 km2 (182.058,797 ha) memiliki ketinggian 96-280 m dpl. Bagian terbesar penggunaan areal Kabupaten Blora adalah sebagai hutan yang meliputi hutan negara dan hutan rakyat, yakni 49,66 %, tanah sawah 25,38 %, dan 24,96 % digunakan sebagai pekarangan, tegalan, waduk, dan lain-lain.

Secara demografi penduduk di Kabupaten Blora sebanyak 991.698 (tahun 2009) dengan komposisi lebih banyak penduduk perempuan yakni 497.584 orang (50,17 %). Data ketenagakerjaan tercatat jumlah penduduk yang menganggur cukup besar yakni 77.859 orang (7,85%) yang terdiri dari 37.142 orang setengah menganggur dan 40.717 orang pengangguran terbuka.

(2)

69 Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah angkatan kerja cenderung meningkat, namun tingkat kesempatan kerja cenderung menurun, dengan demikian tingkat pengangguran cenderung meningkat.

Gb 3.2. Peta Kabupaten Blora (Sumber : 4.bp.blogspot.com)

Kemudian kondisi iklim menyebabkan perbedaan curah hujan yang nyata antara musim penghujan dan kemarau dengan curah hujan tahunan antara 1.496 mm sampai 2.506 mm. Menurut Oldeman, Kabupaten Blora termasuk zona C3 dan D3 yang dicirikan bulan kering 4-6 bulan dan bulan basah 4-5 bulan. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5oC sampai 28,4oC dan rata-rata tahunan sebesar 27,5oC. Curah hujan terbanyak dalam setahun terjadi di Kecamatan Blora dengan jumlah 150 hari.

B. Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) 1. Sejarah Balai Besar Kerajinan dan Batik

Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementrian Perindustrian RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI). Lembaga ini didirikan di Yogyakarta pada tahun 1922 dengan nama Textile Inrichting en Batik Proefstation dengan tujuan untuk mengembangkan industri batik dan tekstil. Tetapi tuntutan ruang lingkup yang lebih luas maka dikembangkan menjadi Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.

Pada tahun 1980 Balai Penelitian Batik dan Kerajinan berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan

(3)

70 Batik. Pada tahun 2002 dalam rangka menyesuaikan visi dan misi organisasi serta kebutuhan nyata masyarakat industri dan perdagangan, maka Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik berkembang lagi menjadi Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB). 2. Tugas, Visi, dan Misi BBKB

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 46 Tahun 2002, BBKB mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi, dan pengembangan kompetensi industri kerajinan dan batik sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala BPKIMI.

Visi BBKB adalah “Menjadi pusat penelitian dan pengembangan serta pelayanan jasa teknis industri kerajinan dan batik yang kreatif, inovatif, dan profesional.”

Misi BBKB, yaitu : melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan oleh industri kerajinan dan batik; melaksanakan standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi, dan pengembangan kompetensi untuk mendukung peningkatan daya saing industri kerajinan dan batik; melaksanakan kerjasama dengan lembaga pembina industri dan perguruan tinggi untuk menciptakan sinergi pengembangan industri kerajinan dan batik; memberikan pelayanan yang berkualitas, efisien, dan efektif dengan sistem pelayanan satu pintu; menciptakan sistem pengembangan SDM untuk meningkatkan kreatifitas dan kompetensi.

3. Fungsi BBKB

 Penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan, dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis, konsultasi/penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri.

 Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi informasi.

(4)

71  Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri kerajinan dan batik, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.

 Pelaksanaan perencanaan, pengelolaan dan koordinasi sarana dan prasarana di lingkungan BBKB, serta penyusunan penerapan dan standarisasi industri kerajinan dan batik.

 Pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan BBKB.

4. Struktur Organisasi

Gb. 3.3. Struktur Organisasi BBKB Sumber : Balai Besar Kerajinan dan Batik 5. Jasa Layanan BBKB

Balai Besar Kerajinan dan Batik memberikan pelayanan kepada industri dan masyarakat berupa:

1) Layanan Penelitian dan Pengembangan 2) Layanan Pengujian

3) Layanan Pelatihan Teknis Kerajinan dan Batik 4) Layanan Kalibrasi

5) Layanan Sertifikasi Produk

(5)

72 7) Layanan Labelisasi Batikmark

8) Layanan Rancang Bangun dan Perekayasaan Industri 9) Layanan Konsultasi Teknis Industri Kerajinan dan Batik 10) Layanan Konsultasi HaKI

11) Layanan Konsultasi Penganganan Pencemaran Industri 12) Layanan Kunjungan Wisata Teknologi

13) Layanan Desain Kerajinan dan Batik 14) Layanan Jasa Teknis lainnya.

6. Fasilitas BBKB

Untuk mendukung pelayanan teknisnya kepada masyarakat, BBKB dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai, antara lain:

1) Lab. Batik

2) Lab. Serat Alam non Tekstil

3) Lab. Perhiasan (Logam Non Ferrous)

4) Lab. Kerajinan Umum (tempurung kelapa, kertas seni, keramik, dll) 5) Lab. Kayu, Rotan dan Bambu

6) Lab. Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik (LUK-IKB) terakreditasi KAN LP-235-IDN

7) Lab. Kalibrasi terakreditasi KAN LK-125-IDN 8) Lab. Perekayasaan Alat

9) Lab. Desain Kerajinan dan Batik 10) Lab. Kimia dan Fisika Tekstil 11) Lab. Pencemaran Lingkungan

12) Lembaga Sertifikasi Produk (Ls-Pro) TOEGOE-PCB terakreditasi KAN LPSr-025-IDN

13) Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen (LSSM) terakreditasi KAN LSSM-030-IDN

14) Klinik HKI 15) Perpustakaan

16) Ruang Pamer Kerajinan dan Batik 17) Ruang Pertemuan

(6)

73 7. Jenis Pelatihan

Beberapa jenis pelatihan yang ada di BBKB, antara lain:

 Pelatihan Batik : batik tulis dan cap dengan pewarna alami dan sintetis  Pelatihan Pembuatan Canting Cap

 Pelatihan Kerajinan Serat Alam Non Tekstil : anyaman metode weaving, knitting dengan bahan bambu, mendong, agel, enceng gondok, akar wangi, pandan, dan lain-lain

 Pelatihan Perca : teknik smock, sashiko, dan wave

 Pelatihan Kerajinan Tekstil : tritik, sasirangan, jumputan, tenun ATBM  Pelatihan Garmen/High Fashion

 Pelatihan Kerajinan Kayu, Bambu dan Rotan : kerajinan meubel kayu, bambu dan rotan, kerajinan ukir kayu

 Pelatihan Kerajinan Perak : casring, electroplating, designing, three dimension copy, uji kadar perak

 Pelatihan Kerajinan Umum : tempurung kelapa, kerang simping, kertas seni, bunga kering, kaca patri

8. Kegiatan dan Pola Kegiatan

Kegiatan dan pelayanan di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) berlokasi di Jalan Kusumanegara No.7 Yogyakarta 55166 dan buka pada hari

Senin – Kamis : 08.30 – 16.00 WIB Jumat : 08.30 – 16.30 WIB Sabtu – Minggu : tutup

Pola kegiatan awal untuk pengunjung BBKB yang ingin mengikuti pelatihan atau mengadakan pelatihan.

(7)

74 Gb. 3.4. Pola prosedur pelayanan informasi publik BBKB

Sumber : BBKB Keterangan diagram 3.2, yaitu :

1) Permohonan informasi dapat dilakukan secara tertulis atau tidak tertulis 2) Untuk permohonan informasi secara tertulis pemohon datang ke

layanan informasi publik BBKB dan mengisi form permohonan informasi (Model FM-1) dan diserahkan kepada petugas

3) Petugas unit layanan publik melakukan pemeriksaan atas kelengkapan data pada formulir permohonan yang meliputi:

a) Nama dan alamat pemohon informasi b) Subjek dan format informasi

c) Tujuan permohonan informasi, dan d) Cara penyampaian

4) Petugas melakukan evaluasi dan registrasi permohonan informasi serta diberikan tanda bukti permohonan informasi sesuai form (Model FM-2) 5) Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi memberikan jawaban

tertulis kepada pemohon informasi sesuai form (Model FM-3)

Setelah melakukan prosedur di atas dan menentukan jadwal pelatihan, ada beberapa persyaratan mengenai pelatihan yang akan diadakan, yaitu:

(8)

75 Pelatihan

1) Harga tertera merupakan harga dalam satuan per orang, per 5 (lima) hari

2) Tempat pelatihan di BBKB, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta 55166 Telp./Fax.: (0274)546111/543582

3) Waktu pelatihan menyesuaikan permintaan 4) Metode pelatihan : 20% teori dan 80% praktek

5) Fasilitas peserta : materi/makalah pelatihan, perlengkapan, penggunaan alat, sertifikat, dan konsumsi (khusus peserta minimal 5 orang)

Pengiriman Instruktur

1) 1 (satu) orang instruktur mengajar untuk maksimal 10 orang peserta 2) Tidak termasuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi di tempat

pengiriman

9. Pola Aktifitas Pengunjung di Lab. Batik

Gb 3.5. Pola pelatihan dasar batik oleh peserta Sumber : analisa pribadi

Pelatihan dasar membatik di atas merupakan jangka waktu 5 hari dengan produktifitas 2-3 jam per hari. Hasil wawancara dengan salah satu

(9)

76 instruktur kerajinan batik, Pak Kamijana, proses yang paling sulit untuk pelatihan membatik adalah proses pewarnaan. Peserta tidak dapat memenuhi keinginan pribadi ketika pelatihan karena keterbatasan alat dan waktu. Namun peserta akan diberi tahu bagaimana langkah selanjutnya untuk memenuhi keinginan tersebut.

10. Pola Aktifitas Pengelola/Instruktur di Lab. Batik

Pada saat akan mengadakan pelatihan batik, pengelola teknis Lab. Batik akan mempersiapkan materi, perlengkapan bahan dan alat untuk membatik sebelum hari H. Setiap jenis pelatihan berbeda penanganan, tergantung dari permintaan pemohon/peserta, jumlah peserta, dan waktu/jadwal yang ditentukan. Di bawah ini adalah salah satu contoh pola aktifitas pengelola/instruktur sebelum dan selama 5 hari pelatihan dasar membatik.

Gb 3.6. Pola aktifitas pengelola/instruktur sebelum dan selama pelatihan dasar membatik

Sumber : analisa pribadi 11. Fasilitas di Lab. Batik

Fasilitas yang terdapat di Lab.Batik, antara lain :  Area mencanting

(10)

77  Area mendesain pola

 Ruang pewarnaan zat sintetis  Ruang pewarnaan alami  Ruang dapur

 Area penjemuran  Area perebusan

 Bak daur ulang air limbah

12. Elemen Pembentuk Ruang, Interior Sistem, Furnitur di Lab. Batik dan Lab. Tenun

Lab.Batik dan Lab.Tenun merupakan 2 laboratorium yang dijadikan 1 ruang. Hal ini disebabkan keterkaitan jenis kerajinan dan untuk kerajinan tenun hanya terdapat pelatihan bukan loka karya (workshop). Disebabkan peralatan di Lab.Tenun hanya sedikit, sehingga ruang tersebut dibagi untuk kegiatan batik dan tenun. Pembatas 2 laboraturium hanya berupa lemari berisikan hasil kerajinan batik dan tenun.

Gb 3.7. Pembatas antara Gb 3.8. Area mencanting Lab. Batik dan Lab. Tenun

(11)

78 Gb 3.9. Area menenun

Sumber: dokumentasi pribadi

Ruangan ini terlihat bersih dan lapang karena warna putih mendominasi ceiling, dinding, dan lantai. Kemudian agar tak terasa membosankan, funitur yang digunakan dan peralatan yang tersedia didominasi oleh warna coklat. Cahaya alami yang masuk ke ruangan ini mencukupi karena tersedianya jendela/bukaan dengan ukuran yang besar didua sisi dinding , walaupun masih harus dibantu cahaya buatan seperti

downlight agar proses pelatihan tidak terganggu oleh cahaya yang kurang.

Di ruangan ini berkapasitas sekitar 50 orang. Penghawaan menggunakan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan buatan menggunakan blower dan kipas angin. Tidak diperkenankan menggunakan AC karena akan mengganggu proses pencairan lilin. Menurut narasumber, Pak Kamijana, ruangan ini masih kurang untuk sirkulasi anginnya. Terlalu tertutup untuk area membatik. Sebaiknya area membatik dibuat lebih terbuka agar asap dari malam/lilin yang dipanaskan dapat keluar dengan baik dan tidak mengganggu pernafasan orang di dalamnya.

(12)

79 Gb 3.10. Area batik cap yang berada di pojok selatan Lab. Batik

Gb 3.11. Lemari yang berisi cap-cap batik berbagai motif Sumber : dokumentasi pribadi

Ketersediaan sistem keamanan seperti alarm atau detektor kebakaran tidak tersedia di ruang ini. Namun terdapat fire extinguiser disetiap titik rawan di ruang tersebut dan tersedia juga penglengkapan P3K jika terjadi kecelakaan kecil saat pelatihan. Kemudian peralatan untuk pelatihan membatik dirasa belum memenuhi standar untuk pelatihan berkapasitas 50 orang atau lebih. Terkadang pemohon pelatihan dapat membawa sampai 100 peserta atau lebih yang dapat menyebabkan peserta harus dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

Di sebelah selatan ruang area mencanting dan menenun terdapat ruang pewarnaan zat sintetis. Keadaan ruangan tidak luas namun ceiling lebih tinggi dari ruang Lab. Batik. Pencahayaan utama menggunakan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan hanya berupa lampu TL dibeberapa titik sehingga terkesan lebih gelap dari ruang sebelumnya.

(13)

80 Penghawaan utama ruang ini penghawaan alami. Ruang pewarna zat sintetis lebih sejuk karena luas ruang yang sebanding dengan ketersediaan bukaan/jendela yang banyak. Namun keadaan ruang ini tidak bersih disebabkan oleh pewarna kimia yang memang tidak mudah hilang juka dibersihkan. Ditambah lagi dengan penataan peralatan yang tidak rapi.

Gb 3.12. Alat menjemur portable diletakkan dekat bukaan yang lebar

Gb 3.13. Tempat penyimpanan peralatan yang terlihat tidak rapi

(14)

81 Gb 3.15. Peralatan yang diletakkan sembarangan di ruang zat warna

sintetis

Sumber : dokumentasi pribadi

Di sebelah timur ruang zat warna sintetis adalah ruang zat warna alami. Kedua zat warna ini tidak bisa dijadikan satu ruang karena berbeda penanganannya. Untuk ruang zat warna alami ditempatkan di luar ruangan karena bersamaan dengan area perebusan dan tempat penjemuran. Penyimpanan peralatan terdapat ruangan tersendiri berdekatan dengan area tersebut. Namun di ruang tersebut peralatan tidak tertata rapi, sehingga terlihat seperti gudang. Area ini mengutamakan pencahayaan dan penghawaan alami karena bersifat terbuka. Terlihat lebih bersih dari ruang zat warna sintetis karena zat warna alami mudah dibersihkan dan juga penyimpanan zat warnanya menggunakan tong besar.

(15)

82 Gb 3.17. Bak untuk proses pewarnaan alami dan pembilasan

Gb 3.18. Tong- tong besar untuk menyimpan beberapa pewarna alami

Gb 3.19. Area proses pewarnaan dengan zat alami yang bersifat terbuka Di sebelah barat ruang Lab.Batik adalah area penjemuran kain batik yang telah diwarna. Kain batik dengan hasil warna yang maksimal tidak boleh terkena sinar matahari langsung, karena jika dijemur sembarangan maka akan berpengaruh pada warna batik. Area penjemuran di sini hanya menggunakan peneduh dengan material PVC. Walaupun menurut

(16)

83 narasumber seharusnya peneduh yang baik adalah menggunakan material genteng karena lebih sejuk dan proses pengeringan memang hanya diangin-anginkan. Area penjemuran juga tidak boleh bercampur antara kain yang diberi zat warna alami dan diberi zat warna sintetis. Hal ini dikarenakan akan berpengaruh pada hasilnya menjadi tidak bagus atau menodai kain tersebut. Maka dari itu, gantungan kain harus dibersihkan terlebih dahulu dan dikelompokkan dengan memberi tanda pewarnaan sebelum pelatihan, agar peserta tidak salah penempatan.

Gb 3.20. Area penjemuran Sumber : dokumentasi pribadi 13. Pola Aktifitas Pengunjung di Lab. Tenun

Di Balai Besar Kerajinan dan Batik jenis kegiatan menenun berupa pelatihan, penelitian, dan percobaan. Tidak ada pelayanan berupa

workshop dengan peserta yang banyak. Dikarenakan proses menenun

yang cukup lama hingga berminggu-minggu, selain itu, peralatan yang tersediadi BBKB hanya sedikit.

Kegiatan menenun juga seperti membatik, tergantung permintaan pemohon. Biasanya kegiatan menenun di sini adalah untuk percobaan

(17)

84 dan penelitian menggunakan serat-serat baru, seperti enceng gondong. Jadi tidak hanya benang katun atau sutra. Adapun pelatihan sangat dasar bagi pemula, yaitu pelatihan 5 hari. Itupun hanya pengenalan dasar proses menenun, tidak sampai membuat produk.

14. Pola Aktifitas Pengelola/Instruktur di Lab. Tenun

Pengelola atau teknisi yang berada di Lab. Tenun mempunyai kegiatan sendiri, yaitu meneliti atau melakukan percobaan terhadap serat-serat yang baru ditemukan. Proses ini membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. Dari bahan baku yang masih berupa tanaman atau batang menjadi sebuah produk tenun. Menurut hasil wawancara dengan 2 teknisi Lab. Tenun, Pak Panji dan Bu. Eni, proses dari bahan baku menjadi serat-serat yang akan ditenun membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan. Hal tersebut ditambah dengan proses memasukkan benang ke ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang membutuhakan waktu lagi. Kemudian untuk proses menenun jika yang melakukan adalah seorang yang sudah ahli, maka 1 hari bisa menghasilkan panjang kain tenun hingga 5 meter.

15. Elemen Pembentuk Ruang, Interior Sistem, Furnitur di Lab. Tenun

Lab. Tenun bergabung dengan Lab. Batik di mana proses kerajinan tersebut hampir sama. Proses tenun tidak membutuhkan ruang besar dan berpindah-pindah jika peralatan ATBM tidak untuk peserta yang banyak. Peralatan yang tersedia di BBKB untuk menunjang kegiatan ini, antara lain : 5 ATBM dengan jenis yang berbeda, meja printing ATBM, alat pintal serat alam, alat pintal tali, dan lain-lain.

Penghawaan dan pencahayaan sama seperti Lab. Batik. Untuk proses pewarnaan benang dan proses dari bahan baku menjadi serat berada di luar ruangan. Disediakan pula meja dan kursi untuk menggambar pola motif sebelum memulai praktik menenun.

(18)

85 Gb 3.21. Area tenun

Gb 3.22. Area yang disediakan untuk membuat gambar pola motif

Gb 3.23. Gb 3.24.

ATBM fungsi ganda ATBM model Spanyol Sumber : dokumentasi pribadi

(19)

86 16. Elemen Pembentuk Ruang, Interior Sistem, Furnitur Keseluruhan

Bangunan BBKB

Balai Besar Kerajinan dan Batik mempunyai beberapa bangunan. Bangunan utama memiliki 2 lantai dan saling terhubung dengan adanya jembatan antara bangunan satu dengan lainnya. Dari lantai 1 ke lantai 2 terdapat sarana tangga. Namun ukuran lebar tangga tidak sesuai standar, mengetahui bahwa banyaknya jenis kegiatan dan jumlah peserta yang mengadakan pelatihan. Tentu saja, hal tersebut juga tidak sesuai untuk pemohon pelatihan yang berkebutuhan khusus.

Konsep bangunan dan interior sangat modern, yaitu simple, efektif dan efisien. Berbentuk geometris disetiap ruangnya. Penggunaan unsur netral dan abu-abu mendominasi pada unsur interiornya. Untuk elemen dan furnitur interior lebih banyak bermaterial kayu.

Pada lobby BBKB akan terlihat display hasil karya berbagai macam kerajinan. Kemudian pengunjung akan menuju bagian informasi atau resepsionis untuk registrasi atau hanya sekedar bertanya. Terdapat area tunggu dengan 3 sofa, sebuah coffee table, dan tempat sampah

stainless. Di belakang area tunggu, yaitu kasir untuk sarana membayar

kegiatan yang diinginkan oleh pemohon. Jalur sirkulasi di lobby ini cukup luas di samping itu, ceiling dibuat tinggi setara lantai 2 bangunan tersebut. Lalu jendela yang tinggi dan dan besar memberikan kesan luas dan terang karena cahaya alami yang masuk ke ruangan. Penghawaan di lobby menggunakan penghawaan buatan berupa AC yang memberikan kesan nyaman dan sejuk saat awal masuk di BBKB

(20)

87

Gb 3.26. Gb 3.27. Bagian resepsionis Bukaan yang lebar dan tinggi

di lobby

Gb 3.28. Tersedia informasi Gb 3.29. Bagian kasir secara digital

Gb 3.30. Area tunggu Sumber : dokumentasi pribadi

Pada area pamer BBKB terdapat 2 area, yaitu pertama di lantai 1 sepanjang jalur sirkulasi dari lobby sampai dengan jalan keluar menuju area teknis. Kedua berada di lantai 2, jika dari lobby pengunjung harus naik tangga lalu ke arah kiri. Di sana terdapat area cukup luas yang

(21)

88 dengan berbagai display kerajinan, berupa kain batik, kain tenun, dan lain-lain. Pencahayaan di area pamer dari yang terlihat sangat kurang. Pencahayaan buatan seperti downlight hanya sebagai penerang jalur sirkulasi. Secara detail karya tidak terlihat begitu jelas karena cukup gelap dan ada beberapa karya yang dipajang dalam lemari kaca. Kemudian penghawaan di area pamer cukup sejuk karena menggunakan AC.

Gb 3.31. Area pamer di lantai 1

Gb 3.32. Area pamer di lantai 1 yang di-apit oleh ruang bagian kepegawaian

Sumber : dokumentasi pribadi

Kemudian bagian perpustakaan BBKB berada di gedung sebelah selatan gedung utama. Untuk menuju perpustakaan tidak perlu melewati pintu utama. Letaknya berada di timur koperasi dan sepanjang jalur evakuasi. Perpustakaan BBKB bersifat “tertutup” dari sistem

(22)

89 pelayanan dan ruangnya. Suasana di sana cukup tenang dengan ceiling, dinding, lantai yang menggunakan unsur putih dan furnitur bermaterial kayu. Penghawaan cukup baik karena menggunakan AC dan pencahayaan mengandalkan pencayaan alami. Bukaan yang lebar dan lampu yang cukup memadai di ruang tersebut. Untuk meminjam buku pustakawan akan menanyakan apa yang pengunjung cari. Tetapi pengunjung juga dapat mencari sendiri karena tersedia lemari yang berisikan berbagai macam buku. Namun kekurangannya adalah ukuran standar tidak berlaku di perpustakaan ini. Antara lemari satu dengan yang lain sangat berdekatan, sehingga hanya satu orang saja yang dapat melewatinya. Kemudian lemari yang terlalu tinggi dan mempunyai pintu geser. Ini menyulitkan pengunjung yang ingin mengambil buku.

Gb 3.33. Lemari buku dengan jarak dan bentuk yang tidak ergonomis

Gb 3.34. Area pelayanan oleh pustakawan Sumber : dokumentasi pribadi

Di Balai Besar Kerajinan dan Batik ini juga terdapat taman yang dikelilingi oleh bangunan berlantai 2 tersebut. Sifatnya sebagai

(23)

90 penyejuk dan agar tidak monoton dengan konsep bangunan modern tersebut.

Gb 3.35. Taman di antara bangunan BBKB Sumber : dokumentasi pribadi

Penanda atau signage di BBKB terpasang dengan rapi. Pengunjung dapat melihat dengan jelas. Seperti penanda jalur evakuasi, tempat sampah yang terpisah jenisnya, dan pamflet tentang keselamatan kerja. Setiap ruang juga terpasang papan bertuliskan nama ruangan tersebut. Tetapi untuk pengunjung yang baru pertama kali ke BBKB harus bertanya-tanya di mana letak ruang yang ingin dituju. Hal ini dikarenakan tidak adanya penanda khusus tata letak tiap-tiap ruang yang berada di lantai 1 maupun di lantai 2.

Gb 3.36. Pamflet keselamatan Gb 3.37. Signage yang kerja yang terpasang di dinding terpasang dengan rapi dan jelas

(24)

91 Gb 3.38. Signage yang terpasang di setiap ruang

Sumber : dokumentasi pribadi

C. Museum Batik Danar Hadi Surakarta 1. Sejarah Museum Batik Danar Hadi

House of Danar Hadi (disingkat HDH) merupakan sebuah

kompleks wisata heritage terpadu tentang batik yang terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi nomor 261, Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah. HDH didirikan oleh pengusaha batik Solo PT. Batik Danar Hadi, Santoso Doellah, pada tahun 2008 dan mengkhususkan batik beserta aspek-aspek budaya sebagai objek wisata utamanya.

HDH terletak di dalam sebuah kompleks bangunan kuno yang merupakan cagar budaya, bangunan utama di dalam HDH adalah Ndalem

Wuryaningratan. Dulu bangunan ini adalah kediaman seorang pangeran,

cucu dari Raja Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono IX dan menantu dari Sri Susuhan Pakubuwono X yang bernama KRMTA Wuryaningrat. Bangunan ini dibangun pada akhir abad ke 19 dengan gaya arsitektur unik yang merupakan kombinasi Jawa-Eropa pada zaman patih

dalem Sosrodiningrat IV (Perdana Menteri Kasunanan Surakarta dan ayah

dari Raden Wuryaningrat). Seiring dengan berjalannya waktu bangunan ini menjadi terbengkalai, hingga akhirnya dibeli PT Danar Hadi pada tahun 1999 dan direnovasi.

Di samping Ndalem Wuryaningratan terdapat juga sebuah museum batik kuno yang dinamakan Museum Batik Kuno Danar Hadi. Museum ini adalah objek wisata utama di kompleks HDH dan telah dibuka terlebih dahulu pada tahun 2002 oleh Wapres Megawati Soekarnoputri. Museum

(25)

92 ini menyimpan koleksi kain batik yang mencapai 10.000 helai dan diakui oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai museum dengan koleksi

batik terbanyak. (sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Batik_Danar_Hadi ) 2. Fasilitas Museum Batik Danar Hadi

Untuk mendukung pelayanan teknisnya kepada masyarakat, Museum Batik Danar Hadi dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai, antara lain:

 Area Penjualan / Showroom  Area Pamer / Koleksi  Area Proses Membatik

3. Kegiatan dan Pola Kegiatan Museum Batik Danar Hadi

Museum ini memulai aktivitas bagi pengunjung setiap hari bahkan tanggal 17 Agustus dan Hari Raya Islam dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB. Biaya masuk untuk umum adalah Rp 35.000 dan mahasiswa atau pelajar Rp 15.000 dengan ketentuan menunjukkan kartu mahasiswa atau pelajar yang berlaku. Jika berkunjung pada hari Minggu, pengunjung tidak dapat melihat proses mencanting pada rangkaian tur karena dihari tersebut pengrajin diliburkan. Ada pula pelatihan bagi pengunjung yang tertarik belajar membatik dengan paket workshop pembuatan batik satu warna selama lima hari.

Pola kegiatan pengunjung di museum ini cukup banyak dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan.

Datang

Melihat-lihat produk batik Membeli produk batik

Membeli tiket masuk Bertemu dengan tour guide

Melihat-lihat produk batik Pulang

Pulang

Membeli produk batik

Menjalani rangkaian tur

Selesai rangkaian tur

Gb 3.39. Pola Kegiatan Pengunjung Museum Danar Hadi Sumber : analisa penulis

(26)

93 4. Elemen Pembentuk Ruang, Sistem Interior, dan Elemen Pendukung

Interior di Area Penjualan Produk Museum Danar Hadi

Area penjualan atau showroom merupakan pintu masuk dan pintu keluar bagi pengunjung. Terdapat loket untuk membeli tiket masuk museum dan kasir untuk membayar barang yang pengunjung beli. Dinding di area ini dicat warna putih, begitupun dengan ceiling berwarna putih. Lantai menggunakan parket laminated berwarna cokelat tua dan sebagian lantai area penjualan menggunakan keramik jenis matt.

Gb 3.40. Showroom produk batik Danar Hadi

sumber: http://citizen6.liputan6.com/read/2015650/ke-solo-mampirlah-ke-museum-batik-kuno-danar-hadi

Gb 3.41. Lounge bagi pembeli produk batik Danar Hadi sumber:

(27)

94 Gambar di atas memperlihatkan perpaduan warna putih dari dinding dan ceiling dengan warna cokelat dari lantai dan perabotan ruang memberikan nuansa elegan, mewah, dan klasik. Beberapa lemari build-in disorot dengan spotlight memperindah produk jual, sehingga pembeli tertarik untuk melihat. Kemudian furnitur seperti meja dan sofa menggunakan material kayu yang diukir. Kain-kain batik digantung dengan tongkat kayu berornamen digunakan sebagai elemen estetis ruang. Karpet bermotif klasik diletakkan pada bagian inti seperti lounge dan

showroom mempertegas sekaligus memperindah ruangan tersebut.

Penerangan di area ini menggunakan penerangan alami dan buatan. Bukaan jendela disisi lounge dan pintu bermaterial kaca membuat sinar matahari masuk, sehingga menerangi area itu. Untuk pencahayaan buatan seperti downlight dan spotlight diletakkan pada area terpajangnya produk-produk batik yang ditawarkan. Karena produk-produk batik Danar Hadi tidak dianjurkan terkena sinar matahari dalam jangka waktu yang lama. Pendant

lamp dari kaca pada showroom utama menambah kesan mewah dan klasik

di area penjualan ini.

Vegetasi di dalam ruangan cukup banyak dengan menggunakan vas-vas besar, sehingga menetralkan warna putih dan cokelat yang dominan dan menyejukkan udara pada ruangan tersebut. Selain itu, penghawaan buatan seperti AC digunakan untuk menyejukkan ruangan dan menjadikan produk batik tidak rusak karena kelembaban.

5. Elemen Pembentuk Ruang, Sistem Interior, dan Elemen Pendukung Interior di Area Pamer Produk Museum Danar Hadi

Setelah membeli tiket masuk dan melewati area penjualan, pengunjung dipersilahkan memasuki museum dengan melewati taman kecil diantara bangunan penjualan dan bangunan museum. Pada dinding, lantai, dan ceiling di bangunan museum ini didesain sangat sederhana serba putih dengan material keramik pada lantai, cat dinding pada dinding dan ceiling bermaterial gypsum board. Ketika masuk ke museum pengunjung akan melihat point of interest seperti saat masuk ke area

(28)

95 penjualan, yaitu meja bundar yang besar terbuat dari kayu bergaya klasik dengan rangkaian bunga pada vas di atas meja tersebut. Di bawah meja diletakkan karpet bermotif seperti karpet persia sebagai batasan jalur sirkulasi pengunjung.

Gb 3.42. Lobi di area Museum Danar Hadi

sumber: https://www.tripadvisor.co.id/Attraction_Review-g297713-d2487428-Reviews-Museum_Batik_Danar_Hadi-Solo_Central_Java_Java.html

Di lobi tersebut sebelum pengunjung bertemu dengan pemandu tur (tour guide) dipersilahkan untuk duduk di area tunggu di sebelah selatan. Permainan elemen pendukung seperti furnitur dan hiasan dinding di lobi masih dominan dengan warna cokelat dan tekstur-tekstur kayu. Berbagai plakat penghargaan dan peresmian Museum Batik Danar Hadi dipajang di dinding sebelum memasuki area koleksi kain batik. Museum ini dibagi menjadi beberapa ruang yang disesuaikan dengan darimana koleksi kain batik tersebut berasal.

Ketika mengunjungi museum tersebut, guide menjelaskan ada beberapa ruang koleksi, antara lain: Batik Keraton Solo, Batik Keraton Jogja, Batik Danar Hadi, ruang bahan dan alat membatik, lalu Batik Belanda, Batik Cina, Batik Adikarya (masterpiece atau favorit dari Bapak Santoso Doellah), dan batik kenang-kenangan dari kerabat. Setiap perpindahan ruang, jalan masuk kedua ruang akan dihiasi dengan list kayu ditepi dinding dan terdapat ukiran-ukiran yang rumit pada papan kayunya.

(29)

96 Koleksi kain batik yang telah berumur dipajang dengan rapi menggunakan berbagai ukuran gawangan. Beberapa diletakkan di dinding dan di rak hias dengan menjuntaikan kain tersebut. Selebihnya, kain berada di gawangan diletakkan di atas display kotak dengan finishing karpet merah mengelilingi ruangan koleksi. Kawasan museum batik ini dapat menampung hinggi 1.000 koleksi batik. Menurut penjelasan dari pemandu, koleksi batik akan diganti setiap satu tahun. Maka dari itu, pengunjung yang ingin melihat keseluruhan koleksi milik Danar Hadi disarankan mengunjungj museum ini tiap tahunnya.

Gb 3.43. Suasana ruang koleksi batik Indonesia

Gb 3.44. Koleksi batik di ruang Batik Keraton Solo

sumber: http://lebahmadu-honeybees.blogspot.co.id/2012/05/museum-batik-danar-hadi-koleksi.html

Perawatan batik-batik kuno ini cukup mudah sehingga bentuk kain tidak rusak dan warna tidak pudar. Menurut pemandu tur, dibalik kain

(30)

97 batik yang dipajang memiliki obat pembasmi serangga alami berupa butir-butir merica putih yang dibungkus kain tile. Obat ini berfungsi agar serangga yang menempel dikain batik pergi, sehingga kain batik tidak berlubang. Selain merica putih dapat menggunakan akar wangi. Kemudian sebagai pengharum ruangan, juga menggunakan bahan alami yang disebut dengan cepuk berisi bunga ranting yang diwadahi mangkuk kecil dari tanah liat. Bunga ranting terdiri dari irisan daun pandan, bunga mawar, melati, kenanga, dan cempaka dicampur dengan minyak srimpi. Resep ini berasal dari keraton dan diganti setiap sebulan sekali. Penggunaan pewangi alami disebabkan koleksi kain batik tersebut menggunakan pewarna alami pada proses pewarnaan batik. Jika menggunakan pengharum ruang kimia dapat menyebabkan warna batik pudar dan kusam.

Gb 3.45. Cepuk yang diletakkan bersebelahan dengan koleksi batik sumber: http://www.yukpiknik.com/jawa-tengah/musem-danar-hadi-solo/

Selain itu, penghawaan dan pencahayaan buatan di Museum Danar Hadi juga mempengaruhi ketahanan koleksi batik yang dipamerkan. Area museum sangat tertutup dari sinar matahari maupun udara di luar, kecuali pada area proses membatik. AC berjenis standing floor dan AC split diletakkan ditiap ruangan dengan suhu 21oC. Suhu tersebut harus tetap stabil agar ruangan tidak lembab. Kemudian pencahayaan buatan seperti

downlight pada ceiling menggunakan bohlam dengan kuat cahaya yang

hangat. Tidak begitu terang karena bisa merusak ketahanan warna batik. Bahkan pengunjung tidak diperbolehkan memotret objek dengan flash kamera. Terdapat pula lampu gantung mewah ditiap ruang menambah

(31)

98 kemewahan interior museum, namun hanya dinyalakan jika terdapat tamu undangan khusus.

Gb 3.46. Pendant lamp menerangi tiap ruang koleksi batik sumber: http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/wisata/museum-batik-danar-hadi

6. Elemen Pembentuk Ruang, Sistem Interior, dan Elemen Pendukung Interior di Area Proses Membatik Museum Danar Hadi

Setelah melihat koleksi batik, pengunjung akan diajak ke area proses membatik. Proses yang diperlihatkan hanya tahap awal, yaitu tahap mencanting dan cap malam dikain. Kompleks museum ini awalnya menjadi satu dengan industri pembuatan batik Danar Hadi. Dari proses desain pola, mencanting, pewarnaan, pencelupan, hingga ditahun 2014 dipindah ke Pabelan menjadi satu kawasan khusus industri pembuatan batik Danar Hadi. Hal ini disebabkan kawasan Slamet Riyadi yang tidak memperbolehkan adanya pabrik agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

Ruangan proses membatik ini berbeda dengan ruangan koleksi. Terletak dibagian belakang museum bersampingan dengan ruang audio visual, mushola, dan toilet. Ketika masuk di ruang pertama pencantingan, terlihat 5 orang pengrajin sedang mencanting kain batik dengan perlengkapan sederhana. Dinding, lantai, dan ceiling dibuat sederhana dengan warna putih, namun telah terlihat kusam. Perabotan di dalamnya pun hanya rak kosong dan TV plasma.

(32)

99 Gb 3.47. Ruang pencantingan

Gb 3.48. Proses mencanting dengan perlengkapan sederhana sumber: dokumen pribadi

Pencahayaan mengandalkan pencahayaan alami dan buatan. Sinar matahari tidak masuk langsung ke ruang tersebut, hanya pantulan sinar karena di depan ruang pencantingan terdapat kanopi. Lampu TL yang tergantung cukup rendah memudahkan untuk melihat detail-detail pola, namun menurut penulis cahaya lampu tersebut tidak sesuai standar untuk melihat sesuatu yang detail. Penghawaan mengandalkan penghawaan alami yang keluar masuk melalui jendela dan pintu yang terbuka. Tidak dipasang penghawaan buatan dalam ruang tersebut bertujuan agar malam tetap kondisi panas dan tidak cepat membeku saat diaplikasikan ke kain.

(33)

100 Ruang selanjutnya adalah ruang pengecapan malam ke atas kain. Terdapat 2 pengrajin laki-laki yang sedang mengaplikasikan malam dengan alat cap dari tembaga kombinasi besi. Ruangan cukup sempit dan memang diperuntukkan untuk 2 pengrajin dan beberapa pengunjung.

Gb 3.48. Ruang pengecapan sumber: dokumen pribadi

Ruang ini lebih terang dari ruang mencanting karena mendapat sinar matahari langsung dan juga lampu TL yang terang. Sehingga tidak membuat mata mudah kelelahan. Penghawaan alami digunakan dengan bantuan exhaust fan dan kipas angin untuk mengeluarkan asap malam yang dipanaskan. Malam dipanaskan menggunakan wajan besar dan kompor minyak. Kemudian meja yang digunakan sebagai alas mencap malam ke kain juga dirancang khusus. Tidak hanya meja kayu biasa, namun terdapat lapisan ditengah meja, yaitu dari bagian atas kertas kaca, lalu kertas karton yang dilapisi bungkus bekas semen, spon/busa basah, plastik dan multipleks. Meja ini dikondisikan untuk tetap dingin agar malam cepat membeku di atas kain setelah dicap.

Setelah belajar proses awal membatik, pengunjung diajak kembali ke ruang koleksi yang berbeda dari sebelumnya. Koleksi dari pemberian

(34)

101 kerabat dan juga alat cap yang sudah tidak terpakai menghiasi ruangan sebagai elemen estetis. Pemandu menjelaskan juga mengenai logo yang berubah dari Danar Hadi dari masa ke masa. Ketika rangkaian tur berakhir, pengunjung keluar dengan melewati area penjualan. Berupa lorong yang dipinggirannya penuh dengan produk aksesoris. Kemudian keluar bangunan melewati pintu keluar yang menjadi satu dengan pintu masuk.

Gb 3.49. Area penjualan setelah keluar dari ruang koleksi. sumber:

https://www.tripadvisor.co.id/LocationPhotoDirectLink-g297713-d2487428-i163555674-Museum_Batik_Danar_Hadi-Solo_Central_Java_Java.html

D. Tropical Balinese Modern House

Sumber: http://architizer.com/projects/tropical-balinese-modern-house/ Terletak di jalan Kataman Permai 2, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, bangunan ini dirancang oleh arsitek Ir. Julio Julianto B.,IAI., HDII. Dibangun di atas lahan 550 m2 terbagi dalam 3 ½ lantai. Ketika menjalani proses desain dengan berdialog bersama pemilik rumah, akhinya disimpulkan bangunan rumah dikemas dalam desain karakter “bali modern tropis”.

(35)

102 Konsep desain yang menggabungkan halaman rumah (inner courtyard) modern Bali dari decking kayu dan kolom/ pilar dengan cover kayu untuk akses koridor menuju rumah utama. Massa bangunan dirancang untuk memberikan 'pengalaman' arsitektur modern untuk penduduk Bali, yang terdiri dari dua buah massa bangunan yang menghubungkan ke innercourt (jembatan konektor) dek kayu atau daerah transisi, dengan kolam ikan dan taman air dikedua sisinya dengan atap terbuka. Kanopi bermaterial PVC dipasang sepanjang koridor untuk menghalangi tetesan hujan ke wilayah ruang sebagai pusat kegiatan perumahan.

Gb 3.51. Jalan menuju akses rumah utama

(36)

103 Daerah ini juga dihadapkan dengan teras dek kayu dan permainan kolam renang dan lansekap yang luas dengan rumput hijau segar belakangnya sebagai ruang untuk sirkulasi udara alami, sehingga angin keluar masuk ruangan dengan lancar

Gb 3.53. Bukaan dan taman di tengah bangunan

Mengacu pada prinsip-prinsip desain yang merespon iklim tropis, hunian ini dirancang dengan perisai dan atap genteng, aperture lebar untuk mengoptimalkan udara segar ke dalam rumah sehingga hunian tetap dingin. Terlihat dari unsur-unsur paduan bahan lokal seperti kayu kelapa, marmer, batu alam, semen, persiapan gabungan untuk dinding coating, lantai, pilar, elemen dekoratif, membentuk kesan hangat dan "menyambut" di atas tropis khas desain modern. Benar-benar membenamkan diri dalam serangkaian kamar penuh sensasi tropis.

(37)

104 Gb 3.55. Tangga berlapis papan kayu untuk akses ke lantai atas Zonasi dan layout bangunan tempat tinggal yang dirancang secara umum mengorientasi ke dalam. Lantai semibasement digunakan sebagai ruang garasi, ruang studio, daerah dengan zona pelayanan publik. Kemudian ruang serbaguna atau home theater room memiliki akses khusus. Lantai dasar berfungsi sebagai penempatan kamar utama: ruang tamu, ruang makan, pantry, ruang keluarga, kamar tidur tamu dan paviliun kamar tidur utama dirancang sebagai hunian, yang dilengkapi dengan walk-in closet, dikombinasikan dengan kamar mandi. kamar tidur ini memiliki pemandangan ke kolam air atau taman air.

Gb 3.56. Ruang keluarga Gb 3.57. Ruang makan dan pantry Lantai dasar diangkat sekitar tiga meter dari permukaan jalan, sehingga menjadikan lahan “fill” di depan dan samping menjadi barrier enclosure

visual. Courtyard yang dikelilingi oleh dua massa bangunan diletakkan pada

(38)

105 pencahayaan tetap optimal masuk pada lantai semibasement, sedangkan pada area belakang teras terbuka, seperti “kolong” mampu mengalirkan pergerakan angin dalam komposisi massa bangunan. Lantai dua merupakan bagian ruang-ruang privat; tiga kamar tidur anak dan ruang santai yang didesain dengan banyaknya bukaan lubang void untuk mengoptimalkan masuknya cahaya alami kedalam hunian dan menciptakan kesinambungan visual antar ruang. Lantai roof top difungsikan untuk area servis, ruang jemur dan ruang linen.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu terdapat suatu sifat yang mendasar dan penting, bahwa suatu fungsi png kontinu pada suatu interval tertutup terbatas mempunyai nilai maksimum dan

Dari segi isi program, aplikasi ini mempunyai rambu-rambu lalu lintas sudah memadai, penggunaan tombol sudah sesuai dengan fungsinya, tingkat kesulitan pada aplikasi ini sudah

Distribusi Status Gizi ber dasarkan LILA Hasil penelit ian dari 56 pasien PJK di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara bulan September sampa i Desember 2014 didapatkan

Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau pemakaian Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau

Siswa : Ya, jika saya kurang memahami, saya memilih untuk bertanya pada orang yang lebih tau. Peneliti: Saat pembelajaran dengan metode tutorial sebaya berlangsung,.. apa kamu

Beberapa pernyataan dalam siaran pers ini adalah atau mungkin merupakan pernyataan untuk masa yang akan datang. Pernyataan ini umumnya memuat kata- kata seperti “akan”,

Pada penelitian sebelumnya sudah banyak membahas atau meneliti mengenai peran suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif, namun profesi sampel yang

Meskipun para anggota kedua mitra memberi respon yang baik selama kegiatan program IbM ini, namun masih ada beberapa kendala yang dihadapi, yakni: (a) tingkat