Modul ke:
Fakultas
Program Studi
Mata Kuliah Persepsi
Bentuk
Pertemuan 2
Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn.
FDSK Desain Produk www.mercubuana.ac.idApakah sensasi = persepsi?
Sensasi adalah awal mula terjadinya
persepsi
Apakah sensasi = persepsi?
Persepsi adalah “proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.”
“Persepsi merupakan bagian dari proses yang hidup, di mana setiap orang, dari sudut pandangnya masing-masing menciptakan dunianya dalam mencapai kepuasan”.
Persepsi adalah “transaksi saling bergantung antara lingkungan dan pengamat.” Dan dalam persepsi merupakan awal dimulainya suatu proses kognitif yaitu “proses tentang kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang di dapatkan seseorang atau sesuatu.”
Persepsi Dan Sensasi
Dalam kondisinya saat ini Istilah persepsi sering disamakan dengan sensasi.
Sensasi adalah “hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut.”
Sensasi ”merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung pada kematangan dan berfungsinya organ – organ sensoris”. Karena ”sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.”
Sensasi adalah “proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal – sinyal “neural” yang bermakna”.
Persepsi dikarenakan adanya “kondisi yang dapat memberikan stimulus kepada manusia sampai kearah ingatan yang telah lalu.”
Persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya.”
Melalui adanya persepsi manusia dapat memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna”, ”indah”, ”biasa”, atau suram.
Persepsi Dan Sensasi
Contoh : Persepsi Dan Sensasi
1. Ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna hijau , maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna hijau.”
2. “Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah.
3. Dinding yang dirasa kasar, yang berarti adanya sebuah sensasi dari rabaan terhadap kasar. Namun sebaliknya, persepsi memiliki contoh dinding yang tidak enak dipakai untuk menggantung suatu benda, saat otak mendapat stimulus rabaan dinding yang kasar, penglihatan atas dinding yang terdapat banyak retakan, dan kenangan di masa lalu saat menggunakan dinding yang hampir sama lalu benda menjadi rusak.
Persepsi
Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana informasi, pesan atau stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan dalam persepsi adalah faktor “ekspektansi” dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini dipengaruhi oleh beberapa hal.yaitu:
1. Ketersediaan informasi sebelumnya.
Hal ini dikarenakan jika kondisi seseorang menerima informasi yang baru tanpa adanya stimulus yang baru maka secara langsung akan memberikan dampak kekacauan atau ketidak tepatan dalam
mempersepsi.
Contoh: Ketersediaan dari suatu bahan pembelajaran. 2. Kebutuhan
Selain itu persepsi dapat hadir jika seseorang sedang memiliki kebutuhan. Hal ini karena ”seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu.”
Contohnya: seseorang akan lebih peka dalam memakai benda yang dibutuhkannya atau seseorang akan lebih peka dalam mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.” 3. Pengalaman masa lalu
Adanya pengalaman juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena pengalaman merupakan hasil dari proses belajar.
Contoh: Pengalaman yang baik atau menyakitkan yang dialami seseorang terhadap seseorang atau suatu hal.
Faktor Psikologis Persepsi
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah: 1. Emosi
Emosi akan memberikan dampak yang akan ”mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat”, karena sebagian energi dan perhatiannya adalah karena adanya emosi.
Contoh: Seseorang yang sedang tertekan karena sedang memiliki permasalahan dengan seseorang dan pada perkembangannya ia sedang mengalami tekanan di tempat kerja , mungkin akan mempersepsikan humor yang diceritakan temannya sebagai penghinaan.
2. Impresi
Impresi atau ”efek atau pengaruh yang dalam terhadap pikiran atau perasaan” dapat memberikan stimulus yang akan lebih terlihat nyata, akan lebih dahulu memberikan persepsi kepada seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat, akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya.
Contoh: Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya. Impresi secara garis besar dapat memberikan persepsi yang baik jika diawali dengan yang baik. Begitu juga sebaliknya jika diawalai dengan sesuatu yang buruk maka akan dipersepsikan dengan yang buruk.
3. Konteks
Konteks dalam sisi persepsi memiliki arti ”situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.” Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik. Konteks dapat memberikan gambaran yang sangat menentukan bagaimana sesuatu dipandang atau dipersepsikan. Fokus pada sesuatu yang sama, tetapi dalam gambaran yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda.
Contoh: Memandang kondom dalam konteks keagamaan akan berbeda pandangan dengan kondom dalam konteks kesehatan.
Persepsi Dan Teori Gestalt
Teori Gestalt
Teori gestalt merupakan teori yang dibangun oleh Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler yang menjelaskan “tentang hubungan yang terjadi antara pengalaman menyeluruh (pikiran, perasaan dan sensasi tubuh) dari individu. Dan pendekatannya lebih dipusatkan pada kondisi di sini dan saat ini (right here and right now) dengan menyadari apa yang terjadi dari waktu ke waktu (moment by moment).”
Teori gestalt adalah “sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen – komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.”
Teori gestalt “cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian – bagian kecil.”
Esensi dari teori Gestalt adalah “bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian – bagiannya. serta menjelaskan bahwa persepsi tidak berdasarkan pada respon yang terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi lebih kepada reaksi terhadap stimulus total.
Implikasi lain dari persepsi adalah adanya reaksi aktif terhadap lingkungan. Manusia secara aktif akan membuat struktur dan mengatur perasaan terhadap stimulus yang ada.”
Prinsip Teori Gestalt
Prinsip Pengorganisasian
Konsep Form And Ground
Konsep Form, yaitu “suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam
pandangan visual seseorang.”
Konsep Ground mempersepsi stimulus mana menjadi figure dan mana yang
ditinggalkan
Prinsip pengorganisasian pada teori Gestalt antara lain:
1. Proksimitas
Merupakan “kedekatan jarak merupakan kondisi yang paling sederhana dari suatu
organisasi. Menurut teori Gestalt, obyek-obyek yang memiliki jarak yang lebih
dekat cenderung dilihat lebih berkelompok secara visual.”
2. Similiaritas
Dapat dijelaskan “bila setiap elemen memiliki similiaritas atau kualitas yang sama
dalam hal ukuran, tekstur dan warna, maka elemen tersebut cenderung akan
diamati sebagai suatu kesatuan.”
Prinsip Teori Gestalt
3. Ketertutupan,
Merupakan suatu “unit visual yang cenderung membentuk suatu unit yang
tertutup. Persepsi individu sangat tergantung dari fokus pandangannya, sehingga
bagian yang terbuka pada suatu elemen akan otomatis dianggap sebagai suatu
yang tertutup.”
4. Kesinambungan
Merupakan prinsip yang “menyatakan bahwa seseorang akan cenderung
mengamati suatu elemen yang berkesinambungan sebagai satu kesatuan unit.”
5. Bidang dan simetri
Prinsip ini menyatakan “semakin kecil area tertutup dan simetris semakin
cenderung terlihat sebagai suatu unit.”
6. Bentuk dan latar
Dari prinsip ini menyatakan “bahwa sebuah obyek akan terlihat berbeda ketika
sebuah bentuk memiliki latar yang kontras.”
Persepsi, Gestalt, Desain
Hubungan Persepsi, Gestalt Dengan Desain
Psikologi gestalt “merupakan suatu pendekatan yang menekankan bahwa organisme manusia memiliki kecenderungan dasar mengorganisasikan (mengatur dengan sendirinya) apa yang dilihat atau dipersepsikan, dan bahwa suatu keseluruhan (whole) lebih besar dan penting daripada bagian-bagian (parts).”
Teori gestalt yang menjelaskan “secara alamiah manusia memiliki kecenderungan –
kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur didalam
mengorganisasikan objek – objek persepsual.”
“manusia cenderung akan menyederhanakan apa yang pernah ia lihat.”
Seorang desainer bisa dianalogikan sebagai seorang yang kreatif. Seorang yang kreatif menghasilkan pemikiran dan karya – karya yang dalam cara berfikirnya (out of the box) yaitu karya yang tidak mengacu kepada aturan yang ada.
Sisi positifnya yaitu tidak sedikit karya yang lahir memiliki keunikan tersendiri.
Sisi negatifnya karya yang dihasilkan terkadang akan sulit diterima dikarenakan berbagai macam alasan.
Persepsi, Gestalt, Desain
Desainer harus memiliki pola pikir kreatif.
Pola pikir kreatif ini perlu dipelajari dan terus dilatih.
Pola pikir kreatif memerlukan imajinasi misalnya fantasi, angan-angan, impian, dan berorientasi pada diri seseorang.
Proses berpikir kreatif bersifat sejajar (pararel), dapat pola pikir yang melompat –
lompat yang akan membawa seseorang pada penemuan gagasan ataupun jawaban yang banyak.
”pola fikir kreatif bersifat diverjen diawali suatu uraian persoalan, kemudian menyebar agar dapat menghasilkan berbagai macam pendekatan dan gagasan bagi pemecahan masalah.” Hal ini berlawanan dengan pola pikir analitis yang bersifat konverjen atau menyempit dan vertikal yang dalam artian bersifat logis, jawaban sedikit, pembuktian yang mendalam menyempit dalam keseluruhan aspek.
Hubungan yang terjadi antara prinsip persepsi, teori gestalt dan desain dapat dilihat kepada “bagaimana desain tersebut dapat memberikan persepsi kepada manusia atas dasar menjawab permasalahan yang ada atau yang dirasakan oleh manusia dengan menggunakan prinsip pengorganisasian yang dijelaskan dalam teori gestalt melalu kesederhanaan, kejelasan dll.”
Terima Kasih
Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn.
Referensi:
Ramadhan, Ali. Modul E-learning persepsi bentuk
Damajanti, Irma, Psikologi Seni, Penerbit Kiblat, Bandung, 2006.
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. Suharnan, Kreativitas (Cetakan Pertama), Penerbit Laros, 2011.