A R A H K E B I J A K A N P E N A T A A N K E L E M B A G A A N P E R A N G K A T D A E R A H B E R D A S A R K A N A M A N A T U N D A N G - U N D A N G N O M O R 2 3 T A H U N 2 0 1 4 T E N T A N G P E M E R I N T A H A N D A E R A H D A N R E V I S I P E R A T U R A N P E M E R I N T A H N O M O R 4 1 T A H U N 2 0 0 7 T E N T A N G O R G A N I S A S I P E R A N G K A T D A E R A H oleh :
DR. NURDIN, S.Sos, M.Si
Kasubdit Wilayah I
Direktorat Fasilitasi Kelembagaan dan Kepegawaian Perangkat Daerah Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Disampaikan pada
Workshop Pemetaan Urusan Persandian Dalam Rangka Fasilitasi Pelaksanaan Kelembagaan Perangkat Daerah Bidang Persandian
I. TAHAPAN PERKEMBANGAN BIROKRASI
Fase pertama adalah birokrasi konvensional.
memiliki ciri-ciri antara lain; memposisikan diri hanya sebagai regulator (rule driven), lebih banyak berperan untuk mengatur masyarakat, membatasi ruang partisipasi bagi
masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan kebijakan, sistem manajemen SDM berbasis pada kolusi dan nepotisme, serta tidak memiliki standar kinerja.
Fase kedua adalah reformasi birokrasi.
Mulai mempergunakan paradigma “New Public Administration” dimana pengelolaan mekanisme kerja dan pengambilan keputusan banyak mempergunakan pendekatan ilmu manajemen, seperti penggunaan standar kinerja, pengukuran kinerja, adanya penyusunan standar kompetensi bagi SDM, serta senantiasa mendasarkan diri pada tuntutan dan
kebutuhan masyarakat (customer driven) dalam setiap pengambilan keputusan.
Fase ketiga adalah birokrasi profesional.
Pada fase ini, birokrasi memiliki ciri seperti yang banyak ditemukan di negara-negara maju, mengembangkan pendekatan “Open Government Partnership” dimana kinerja birokrasi senantiasa mendasarkan pada keterbukaan informasi dan partisipasi masyarakat sehingga tercipta adanya sinergi kebijakan. Sistem manajemen SDM birokrasi dirancang bukan hanya didasarkan pada penerapan dan penilaian standar kompetensi, tapi pada penciptaan inovasi-inovasi kerja dan layanan berbasis teknologi informasi guna meningkatkan daya saing negara di kompetisi global.
II.
Arah Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui: • peningkatan pelayanan,
• pemberdayaan, dan
• peran serta masyarakat, serta
• peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan
tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara
I I I . K O N D I S I P E R A N G K A T D A E R A H S A A T I N I
Daerah Kecil (Nilai <40):
1. Setda: paling banyak 3 (tiga) asisten;
2. Sekretariat DPRD;
3. dinas paling banyak 12 (dua belas);
4. lembaga teknis daerah paling banyak 8
(delapan).
Daerah Besar (Nilai >70):
a. Setda, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten; b. sekretariat DPRD;
c. dinas paling banyak 18 (delapan belas); dan .lembaga teknis daerah
paling banyak 12 (duabelas).
Daerah Sedang (Nilai 40-70):
1. Setda paling banyak 3 (tiga) asisten;
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas paling banyak 15 (lima belas);
4. lembaga teknis daerah paling banyak 10
(sepuluh).
Akibatnya:
1. Tidak sinergis kelembagaan daerah dengan Urusan pemerintahan (Misal: Dinas Perhubungan dan Kominfo, Dinas Perdagangan, Perindustrian, UMKM dan Tenaga Kerja).
2. Dengan dibukanya lembaga lain, perangkat daerah berkembang tanpa batas walaupun jumlah dinas dan badan sudah dibatasi
3. Kriteria penentuan nilai dilakukan berdasarkan kriteria besaran daerah, sehingga tidak mencerminkan beban dari urusan pemerintahan tersebut
• DAPAT DIBENTUK LEMBAGA LAIN Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan
I I I . A R A H K E B I J A K A N P E N A T A A N K E L E M B A G A A N
• Penyesuaian harus menjadikan Kelembagaan efektif dalam melaksanakan tugasnya
• Kelembagaan bersifat asimetris yang memungkinkan kelembagaan dari satu daerah berbeda dengan daerah yang lain
• Mendorong terwujudnya sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah agar jelas pemangku kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga di Daerah
• Menciptakan sinergi dalam perencanaan pembangunan h untuk mencapai target nasional
dengan akselerasi realisasi target nasional tersebut.
• Memastikan tersedianya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan
• Menata ulang Kelembagaan Pemda sesuai dengan perubahan kewenangan antar susunan
pemerintahan sebagai bagian dari penguatan otonomi daerah dan reformasi birokrasi.
MENJADIKAN DAERAH SEBAGAI UJUNG TOMBAK PELAKSANAAN NAWACITA
Secara teoritis pengelompokan perangkat daerah terdiri atas 5 (lima) komponen, yaitu:
• kepala Daerah (strategic apex) • sekretaris Daerah (middle line) • dinas Daerah (operating core) • Badan sebagai fungsi penunjang
(technostructure)
• staf pendukung (supporting staff).
IV. KONSEP PENGELOMPOKAN PERANGKAT DAERAH
Perangkat Daerah provinsi: a. sekretariat daerah; b. sekretariat DPRD; c. inspektorat;
d. dinas; dan e. badan.
Perangkat Daerah Kab/Kota a. sekretariat daerah; b. sekretariat DPRD; c. inspektorat; d. dinas; e. badan; dan f. kecamatan
Dinasdibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Badansebagaimana dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
(Dinas dan Badan melaksanakan fungsi manajemen (yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian,
V . T I P O L O G I P E R A N G K A T D A E R A H
PADA PRINSIPNYA SETIAP URUSAN PEMERINTAHAN DILAKSANAKAN OLEH 1 DINAS
PADA PRINSIPNYA SETIAP FUNGSI PENUNJANG DILAKSANAKAN OLEH 1 BADAN
UNTUK MELAKSANAKAN PRINSIP TERSEBUT DI ATAS, DINAS DAN BADAN DIKATEGORIKAN KE DALAM
•TIPE A (Skor lebih 800)
•TIPE B. dan (Skor 601-800)
•TIPE C (Skor lebih dari 400 – 600)
TIDAK LAGI DIKENAL PERUMPUNAN DINAS DAN BADAN, KECUALI URUSAN YANG SANGAT KECIL SEHINGGA BEBAN TUGASNYA TIDAK MASUK KATEGORI TIPE C, DIWADAHI DENGAN KRITERIA:
SKOR 300-400, SETINGKAT BIDANG
V I . U P T D A N C A B A N G D I N A S
Pada dinas dan Badan dapat
dibentuk UPT dinas untuk
melaksanakan kegiatan
teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang
tertentu;
Untuk urusan yang hanya
diotonomikan kepada daerah provinsi dibentuk cabang dinas di kabupaten/kota yang
mempunyai urusan tersebut Kehutanan
Energi dan Sumber Daya Mineral
Kelautan
V I I . K R I T E R I A U P T D A N C A B A N G D I N A S
1. UPT pada dinas Provinsi: • Kelas A, dipimpin oleh
Pejabat Administrator, dengan 1 subbag Tu dan dua Seksi
• Kelas B, dipimpin oleh Pengawas tanpa kepala seksi
1. UPT pada dinas Kab/Kota: • Kelas A, dipimpin oleh
Pejabat Pengawas dg satu subbag TU
• Kelas B, dipimpin oleh Pengawas tanpa subbag TU
1. Cabang dinas Provinsi: • Kelas A, dipimpin oleh
Pejabat Administrator, dengan 1 subbag Tu dan dua Seksi
• Kelas B, dipimpin oleh Pengawas tanpa kepala seksi
V I I I . B E S A R A N D I N A S / B A D A N D A E R A H P R O V I N S I Administrator: 4 Pengawas : 12 Pelaksana: ? Administrator: 3 Pengawas : 9 Pelaksana: ? Administrator 2 Pengawas : 6 Pelaksana: ? URUSAN PEMERINTAHAN
I X . B E S A R A N D I N A S / B A D A N D A E R A H K A B / K O T A Administrator: 4 Pengawas : 12 Pelaksana: ? Administrator: 3 Pengawas : 9 Pelaksana: ? Administrator 2 Pengawas : 6 Pelaksana: ? URUSAN PEMERINTAHAN
X . B E S A R A N P E R A N G K A T K A B / K O T A ( K E C A M A T A N )
BUPATI/WALIKOTA
UU 5/2014 SISTEM MERIT
SEBAGAI STRATEGI UNTUK
MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN INTEGRITAS
APARATUR SIPIL NEGARA
XIII. INTEGRASI KEBIJAKAN BIDANG KEPEGAWAIAN DALAM PENATAAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH
• mengatur fungsi, tugas dan peranan, serta hak dan kewajiban Aparatur Sipil Negara.
• memberi landasan bagi penerapan sistem merit dalam manajemen Aparatur Sipil Negara.
• Penataan jabatan ( restructuring dan rightsizing)
agar
semua jabatan jelas kontribusinya terhadap
pencapaian target kinerja organisasi.
• Penyusunan kualifikasi, standar kompetensi, target
kinerja untuk setiap jabatan
• Penerapan sistem penilaian kinerja yang obyektif dan
transparan
• Penyempurnaan sistem remunerasi
• Penempatankembali pegawai, termasuk redistribusi
• Penyusunan rencana pengembangan karier, termasuk
program Diklat
XV. KERANGKA INTEGRASI PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH SERTA PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
Urusan Pemerintahan
Sub Urusan Pemerintahan
Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan
Indikator
Kriteria Unjuk Kerja Kelembagaan
Perangkat Daerah
Pegawai ASN pd Perangkat Daerah
Peta Jabatan dan
Atributnya
Kualifikasi Pegawai ASN pada Perangkat
Daerah • Kepala • Administrator • Pengawas • JFT • JFU • JPT/Admnistrator • Administrator • Pengawas • JFT • JFU
Penilaian Kinerja Individu
Pemaketan dan Penilaian Kompetensi Program & Anggaran IKU PROGRAM ANGGARAN Kewenangan Langkah Kerja
Kinerja Organisasi, Daerah, Program dan K/L di Daerah
XVI. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH
Urusan Pemerintahan Sub Urusan Pemerintahan Jenis Layanan/Fungsi Dasar/Tugas Urusan Pemerintahan Jangkauan Layanan/Indikator Kelembagaan Perangkat Daerah Peta Jabatan • Kepala • Administrator • Pengawas • Pelaksana • JFungsional Kewenangan TIPELOGI Perangkat Daerah Analisis Jabatan Uraian Jabatan URAIAN TUGAS ANALISIS BEBAN KERJA KEBUTUHAN PEGAWAI
JUMLAH LAYANAN Evaluasi Jabatan TUGAS UTAMA
TUGAS PENUNJANG
Jabatan Utama Jabatan Penunjang
XVII. PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN KOMPETENSI SDM PERANGKAT DAERAH Urusan Pemerintahan Sub Urusan Pemerintahan
Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan
Kriteria Unjuk Kerja Kelembagaan
Perangkat Daerah
Pegawai ASN pd Perangkat Daerah
Peta Jabatan dan
Atributnya
Kualifikasi Pegawai ASN pada Perangkat
Daerah JPT/ Admnistrator Administrator Pengawas JFT JFU Pemaketan Kompetensi Program & Anggaran IKU Kewenangan Langkah Kerja KKNIPDN: Ahli Suvervisor Operator Penilaian Kompetensi dan Sertifikasi
XVIII. PENATAAN URUSAN, KELEMBAGAAN DAN KEPEGAWAIAN PADA PERANGKAT DAERAH DEGAN PROGRAM DAN PENGANGGARAN
Urusan Pemerintahan
Sub Urusan Pemerintahan
Fungsi Dasar/ Tugas Urusan Pemerintahan
Indikator
Kriteria Unjuk Kerja
Penilaian Kinerja Individu
Program & Anggaran IKU PROGRAM ANGGARAN Kewenangan Langkah Kerja
Kinerja Organisasi, Daerah, Program dan K/L di Daerah
(1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi,
dan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
Perangkat Daerah secara bertahap menerapkan
sistem informasi yang terintegrasi
antarkabupaten/kota, provinsi, dan Pemerintah
Pusat dengan menggunakan infrastruktur dan
aplikasi secara berbagi pakai.
(2) Penerapan sistem informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan kepada
kementerian yang menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan di bidang komunikasi dan
informatika.
26
XIX. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA
MASYARAKAT
Evolusi Layanan Pemerintah
Loket Kantor
Loket Bergerak
Web Online
Sms Messenger Live Chat
Telephon analog Ip-Phone Video Converence Anjungan Layanan Televisi Jejaring sosial 2 1 3
XXI. TINDAK LANJUT
• Untuk pertama kalinya, pemetaan urusan pemerintahan harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat bulan April tahun 2016. • hasil pemetaan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sudah ditetapkan paling lambat bulan bulan Mei tahun 2016. • Perda pembentukan perangkat daerah harus sudah ditetapkan
paling lambat akhir Juni 2016.
• Pengisian kepala perangkat daerah dan kepala unit kerja pada perangkat daerah paling lambat awal Desember 2016.
TINDAK LANJUT
• Dalam hal hasil pemetaan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum ditetapkan, untuk pertama kali, Daerah dapat
menetapkan peraturan daerah tentang pembentukan perangkat daerah tanpa menunggu hasil penetapan sesuai jadwal
SIMULASI PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN TIPELOGI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH
BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
•
nurdindiklat@yahoo.com
• 0852 1042 0329
•
28
DI PAPUA TEMPATNYA
BURUNG CENDRAWASIH CUKUP SEKIAN