ASPEK TEKNO-EKONOMI PENGGUNAAN TVC PADA
DESALINASI MED UNTUK PASOKAN AIR BERSIH DI PLTN
Siti
Alimah,
Nafi
Feridian
Pusat Pengembangan Energi Nuklir‐BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710 Phone/ Fax : (021) 5204243, E‐mail :
[email protected]
ABSTRAK
ASPEK TEKNO-EKONOMI PENGGUNAAN TVC PADA DESALINASI MED UNTUK PASOKAN AIR BERSIH DI PLTN. Kajian aspek tekno-ekonomi penggunaan TVC pada desalinasi MED telah dilakukan. Studi ini membandingkan teknologi desalinasi MED dan MED-TVC, serta analisis ekonominya.TVC adalah suatu jenis ejector uap untuk menaikkan tekanan, dan menghisap uap tekanan rendah dengan kecepatan alir supersonik. Penggunaan TVC pada instalasi desalinasi MED akan meningkatkan GOR (Gain Output Ratio) yang berarti akan meningkatkan kinerja instalasi desalinasi. Analisis ekonomi biaya produksi air dilakukan dengan menggunakan DEEP-3.1. Hasil studi kasus desalinasi untuk pasokan air bersih PLTN di Ujung Lemah Abang memperlihatkan bahwa biaya produksi air MED-TVC (1,040 $/m3) adalah lebih rendah dibanding MED (1,162 $/m3). Jadi terdapat penurunan biaya produksi air sebesar 11,7%. Konsumsi panas spesifik MED-TVC 40,41 (kWh/m3) dan MED 80,83 (kWh/m3), sedangkan GOR MED-TVC 16 (kg distilat/kg uap umpan) dan MED 8 (kg distilat/kg uap umpan). Peningkatan suhu umpan (air laut) akan meningkatkan biaya produksi air dan menurunkan GOR. Dengan peningkatan suhu sebesar 2oC, peningkatan biaya produksi air berfluktuasi, namun penurunan GOR adalah tetap, pada MED terjadi penurunan sebesar 0, 8 dan pada MED-TVC terjadi penurunan sebesar 1,6.
Kata Kunci : Desalinasi, MED, TVC, PLTN, Tekno-Ekonomi.
ABSTRACT
TECHNO-ECONOMIC ASPECT OF TVC UTILIZING IN MED DESALINATION FOR FRESH WATER SUPPLY AT NPP. Study on techno-economic aspect of TVC utilizing in MED desalination for fresh water supply at NPP has been carried out. This study compare as MED with MED-TVC type of desalination technology, also its economic analysis. TVC is a kind of steam ejector to increase pressure and low pressure suction steam with supersonic flow. TVC utilizing of MED desalination plant will increase GOR (Gain Output Ratio). It means that performance of desalination plant will increase. Economic analysis of water cost are performed using the DEEP-3.1. The result of desalination case study for fresh water supply at Ujung Lemahabang NPP showed that water production cost of MED-TVC (1,040 $/m3) is lower than MED (1,162 $/m3). Hence, water production cost reduce about 11,7%. The specific thermal consumption for MED-TVC and MED are 40,41(kWh/m3) and 80,83 (kWh/m3, whereas MED-TVC GOR is 16 (kg distilat/kg motive steam) and MED is 8 (kg distilat/kg motive steam). Increasing of feed water temperature will increase water production cost and will reduce GOR. Increasing of temperature about 2oC cause fluxtuation at water production cost increasing, but derivation of GOR is fix, MED reduce about 0,8 and MED-TVC reduce about 1,6.
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Perpres No 5 tahun 2006 tentang kebijakan Energi Nasional, Energi Mix yang optimal di tahun 2025, memiliki komposisi batubara sekitar 33%, gas 30%, minyak bumi 20%, energi baru terbarukan 17%. Energi nuklir termasuk jenis energi baru terbarukan, beserta biomassa, air, surya dan angin yang jumlahnya sekitar 5%. Dalam rangka mendukung kebijakan energi nasional tersebut, telah dilakukan serangkaian studi di antaranya studi yang berkaitan dengan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Perencanaan pembangunan PLTN didasarkan pada teknologi yang telah teruji. Dari kajian-kajian yang telah dilakukan sampai saat ini menunjukkan bahwa salah satu teknologi PLTN yang telah teruji dan paling banyak digunakan di
dunia adalah type PWR (Pressurized Water
Reactor/ reaktor air tekan). Salah satu calon
lokasi tapak PLTN terpilih adalah Ujung Lemah Abang (ULA), Jepara.
Salah satu sistem di dalam PLTN adalah sistem pasokan air bersih. Sistem pasokan air bersih tersebut dapat diperoleh dari instalasi desalinasi. Instalasi desalinasi sangat diperlukan PLTN dikarenakan air tanah disekitar lokasi
mempunyai debit sekitar 140,8 m3/hari[1].
Padahal, untuk pengoperasian 1 unit PLTN dengan daya 1000 MWe dibutuhkan air bersih
sekitar 2750 m3/hari. Balong yang merupakan
sungai paling besar, mengalir dibagian barat lokasi calon PLTN, mempunyai kecepatan aliran
tiap bulan bervariasi 0,003 - 1,604 m3/detik
(259,2-138.585,6 m3/hari), sehingga ada beberapa
waktu (saat kemarau), air dari sungai tersebut tidak mencukupi jika digunakan untuk pasokan air PLTN. Sementara itu, air laut di ULA
mempunyai TDS (Total Dissolved Solid/ total
padatan terlarut) sekitar 28.700 ppm. Karena
mempunyai TDS yang tinggi, maka air laut tersebut tidak memenuhi persyaratan air pendingin reaktor jenis PWR yang mempunyai TDS sekitar 1 ppm[2]. Oleh karena itu, instalasi
desalinasi sangat diperlukan untuk penyediaan air pendingin reaktor dan untuk kebutuhan air bersih di fasilitas PLTN. Karena untuk memasok air bersih di PLTN, maka instalasi desainasi ini di lokasikan berdekatan dengan PLTN.
Instalasi desalinasi merupakan teknologi yang berfungsi mengubah air laut menjadi air bersih. Salah satu jenis teknologi desalinasi yang
telah teruji adalah MED (Multi-Effect
Distillation). Teknologi desalinasi MED yang
beroperasi pada suhu rendah, merupakan salah satu proses desalinasi termal yang paling efisien saat ini. Teknologi desalinasi MED telah berkembang dengan pesat di antaranya pengembangan desain tube evaporator/kondensor dengan perpindahan panas yang tinggi, peningkatan ketahanan korosi, konstruksi modular dengan peningkatan prosedur fabrikasi dan pengurangan waktu konstruksi, pengembangan sistem kontrol proses yang lebih efisien. Pengembangan lain dari sistem MED
adalah sistem MED-TVC (Thermal Vapor
Compression). TVC adalah suatu jenis ejector
uap untuk menaikkan tekanan, dan menghisap uap tekanan rendah dengan kecepatan alir supersonik.
Pada makalah ini akan dikaji aspek tekno-ekonomi penggunaan TVC pada instalasi desalinasi MED. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui keuntungan pemakaian komponen TVC pada instalasi desalinasi MED ditinjau dari aspek teknologi dan ekonomi. Hasil studi diharapkan dapat memberi masukan bagi pengambil keputusan, terkait dengan rencana pembangunan PLTN pertama di Indonesia.
2. DIAGRAM PROSES DESALINASI MED-TVC
2.1. Diagram Proses Desalinasi MED
Instalasi desalinasi MED menggunakan
evaporator (effect) yang disusun secara seri.
Masing-masing effect terdiri dari bundel tabung
horisontal, susunan nozel spray air laut, kotak
penampung distilat dan demister (pemisah uap
dan butiran cairan). Pada masing-masing effect
akan terjadi penguapan dan kondensasi, yang
mengakibatkan suhu dan tekanan effect
berikutnya lebih rendah dari effect sebelumnya.
Secara teknik, jumlah effect dibatasi oleh
perbedaan suhu antara uap dan suhu air laut masuk, serta perbedaan suhu minimum yang
diizinkan pada masing-masing efffect. Instalasi
kondisi jenuh dan tekanan sangat rendah (0,2-0,4
atm) serta suhu operasi maksimum 70oC[3].
Karena adanya kemampuan operasi instalasi desalinasi pada suhu rendah, maka akan meminimumkan terjadinya kerak dan korosi.
Dalam masing-masing effect, air laut
disemprotkan dibagian luar bundel tabung oleh
nozel spray yang ditempatkan di bagian atas
evaporator. Air yang disemprotkan tersebut akan mengalir ke bawah sebagai lapisan film yang tipis.
Uap pada suhu yang sedikit lebih tinggi yang berasal dari tangki penguapan (energi panas dari kondensor PLTN di transfer ke tangki
penguapan), mengalir di bagian dalam tube,
menguapkan lapisan film air laut di bagian luar
dinding tube. Secara bersamaan akan terjadi
kondensasi di bagian dalam tube karena uap di
dalam tube didinginkan oleh aliran air laut di luar
dinding tube. Kondensat yang terbentuk
dikumpulkan dalam kotak penampung distilat
yang ditempatkan di keluaran tube. Sedangkan
uap yang terjadi, mengalir dalam effect berikutnya
dan digunakan untuk menguapkan air laut di
effect tersebut, seperti terlihat dalam Gambar 1.
Namun, hanya sebagian air laut yang
disemprotkan dalam masing-masing effect,
diuapkan. Air laut yang tidak teruapkan, disebut
brine dan mengalir ke dasar masing-masing effect. Uap yang terjadi selanjutnya menuju demister (untuk memisahkan terikutnya butiran
cairan dalam uap) dan selanjutnya uap tersebut
mengalir ke tube effect berikutnya. Proses
penguapan dan kondensasi ini diulang pada effect
selanjutnya dengan suhu dan tekanan yang lebih
rendah. Di effect terakhir, uap yang diproduksi
dikondensasi dalam suatu kondensor distilat jenis
shell dan tube, yang didinginkan oleh air laut
yang mengalir di dalam tube. Sebelum masuk
kondensor, air laut dideaerasi. Air laut keluaran
kondensor, sebagian digunakan untuk make-up
instalasi desalinasi (untuk dilakukan pengolahan seperti yang disebutkan di atas) dan sebagian dibuang ke laut. Keseluruhan aliran distilat
dialirkan dalam kondensor ini dan kemudian
dialirkan ke penyimpanan. Brine dari effect
terakhir dibuang ke laut menggunakan pompa pembuangan brine.
Efisiensi termal dari evaporator menunjukkan kinerja dari instalasi MED, dan
ditunjukkan oleh GOR (Gain Output Ratio) yang
didefinisikan sebagai kg distilat yang diproduksi per kg uap yang digunakan. Pada MED, GOR dihitung dengan persamaan[4] sebagai berikut :
))
(
*
(
*
bpe ph h ao ae m hdT
dT
C
dT
dT
GOR
+
+
=
λ
λ
…….
(1)Dalam hubungan ini :
λh = panas laten penguapan air, kJ/kg
λm = panas laten penguapan air rata-rata, kJ/kg Ch = kapasitas panas air umpan dalam
pemanas
brine, kJ/kg/K
dTao = selisih suhu kerja keseluruhan , oC
dTbpe = elevasi titik didih, oC
dTph = peningkatan suhu dalam umpan pemanas
awal untuk MED, oC
dTae = penurunan suhu rata-rata tiap effect, oC
GOR juga berkaitan dengan jumlah
effect, dengan meningkatnya jumlah effect maka
harga GOR akan meningkat[5], yang dinyatakan
dengan :
GOR ≈ 0,8*Neff ...(2)
Dalam hubungan ini :
Neff = jumlah effect instalasi MED
Jadi GOR dalam desalinasi MED lebih kecil dari jumlah effect.
Gambar 1. Skema Unit Desalinasi MED [6] 2.2. Diagram Proses Desalinasi MED-TVC
Suatu metode untuk meningkatkan kinerja evaporator MED adalah dengan memanfaatkan kembali sebagian uap yang diproduksi dalam
effect terakhir dan dikembalikan ke effect
pertama. Salah satu peralatan yang dapat digunakan adalah thermo kompresor uap (TVC). Dalam MED-TVC ini, menggunakan suatu thermo kompresor untuk memanfaatkan kembali sebagian uap, seperti terlihat dalam Gambar 2. Persyaratan tekanan uap minimum untuk unit desalinasi MED-TVC adalah sekitar 4,5 bar
absolut[6]. Dalam MED-TVC ini, thermo
kompresor suction (penghisap) dihubungkan ke
effect evaporator yang paling akhir dan uap
tersebut bersama dengan motive steam dialirkan
ke effect pertama.
TVC adalah salah satu jenis ejector uap
(steam jet ejector), merupakan suatu peralatan
untuk mengkompresi sejumlah gas atau uap tekanan rendah. Perbandingan kompresi (perbandingan tekanan keluaran ejector terhadap tekanan masuk uap yang dihisap) pada operasi dengan menggunakan TVC ini dalam kisaran
1,9-3,3[6]. TVC ini menggunakan uap panas tekanan
tinggi (motive steam) yang berasal dari instalasi
daya yang dalam hal ini uap berasal dari instalasi PLTN. Prinsip kerja TVC adalah dengan mengalirkan uap tekanan tinggi di dalam nozel sehingga menghasilkan energi kinetik. Uap yang
mengalir di dalam nozel tersebut memiliki
kecepatan alir supersonik[9], dan menghisap uap
tekanan rendah (suction steam). Uap tekanan
tinggiakan bercampur dengan uap tekanan rendah
dari suction steam dan kemudian akan melalui
serangkaian saluran diffuser.
TVC, seperti terlihat pada Gambar 3 memiliki tiga bagian utama yaitu jet nozzle (2), suction chamber (3) dan diffuser (4,5,6). Uap
tekanan tinggi masuk pada bagian steam chest
dan kemudian diekspansi di bagian jet nozzle.
Pada bagian ini, uap akan dikumpulkan dan kemudian disemprotkan dengan kecepatan alir sekitar 4-5 mach[7]. Uap tekanan tinggi kemudian
diinjeksi ke bagian suction chamber. Suction
chamber memiliki tekanan rendah. Uap tekanan
rendah dihisap dan memasuki suction chamber,
dicampur dengan uap tekanan tinggipada diffuser inlet. Campuran uap tekanan tinggi dan uap
tekanan rendah dikompresi ulang melalui diffuser outlet.
Penggunaan komponen TVC pada teknologi desalinasi MED merupakan salah satu pengembangan MED. Uap tekanan tinggi yang masuk dalam TVC, energinya berubah menjadi energi kinetik, sehingga mampu menghisap uap tekanan rendah untuk dikompresi kembali dan merubahnya menjadi uap tekanan tinggi.
Uap tekanan tinggi ini dimanfaatkan untuk
penguapan air laut pada setiap effect instalasi
MED. Kinerja pada MED-TVC juga ditunjukkan oleh GOR. Namun GOR untuk MED-TVC
berbeda dengan GOR MED tanpa TVC[4], yang
persamaannya adalah sebagai berikut :
GORtvc = GOR (1 + Rtvc) ...(3)
Di mana Rtvc didefinisikan sebagai kg uap yang
dihisap per kg motive steam (mm/ms).
mm
ms
Gambar 2. Skema Unit Desalinasi MED-TVC[6]
Keterangan Gambar : 1. Steam chest 4. Diffuser inlet
2. Jet nozzle 5. Diffuser throat
3. Suction chamber 6. Diffuser outlet
Gambar 3. Termal Vapour Compression (TVC) [8]
3.ASPEK EKONOMI
Analisis ekonomi pada desalinasi nuklir adalah salah satu faktor penting untuk menentukan opsi. Biaya produksi air pada umumnya dievaluasi dari semua komponen biaya untuk desalinasi, yang meliputi biaya modal
(30-50%), biaya energi (50-30%), biaya operasi dan
perawatan (15-25%)[9]. Suatu studi kasus akan
dilakukan, berupa analisis ekonomi dari instalasi desalinasi MED dan MED-TVC yang dikopel dengan PLTN jenis PWR 1000 MWe, dengan lokasi Ujung Lemah Abang, Jepara.
Hasil analisis air laut dari Ujung Lemah Abang, Jepara, yang diambil pada tahun 2005 di permukaan laut dengan jarak sekitar 1 km dari tepi pantai, diperoleh TDS sekitar 28.700 ppm dan suhu air laut sekitar 28oC. Analisis ekonomi
biaya produksi air dilakukan dengan menggunakan program DEEP-3.1. Pada program ini diperlukan asumsi data input sebagai berikut :
- biaya konstruksi PLTN 2600 $/kW.
- kapasitas produksi 2.750 m3/hari.
- suku bunga tahunan (interest rate) 8%.
- biaya konstruksi untuk MED 900
$/m3/hari.
- suhu keluaran pemanas brine untuk
MED 70oC.
Hasil analisis ekonomi menggunakan program DEEP-3.1, dengan parameter waktu operasi 20 tahun, tahun perhitungan 2009, tahun awal konstruksi 2011, tahun operasi 2017, mata uang US $, diperoleh biaya produksi air pada instalasi MED tanpa menggunakan TVC dan MED-TVC seperti terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Biaya produksi air pada instalasi MED dan MED-TVC
Parameter MED MED-TVC
Biaya modal ($/m3) 0,353 0,340
Biaya panas ($/m3) 0,232 0,116
Biaya listrik ($/m3) 0,123 0,132
Biaya operasi &
perawatan ($/m3) 0,453 0,453
Total biaya
produksi air ($/m3) 1,162 1,040
Selain diperoleh biaya produksi air, dari hasil analisis dengan menggunakan program DEEP-3.1, diperoleh performan distilasi dengan MED dan MED-TVC, seperti terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Performan instalasi MED dan MED- TVC
Parameter MED MED-TVC
Aliran distilat (m3/hari)
Aliran umpan (m3/hari)
Aliran uap (kg/detik) Salinitas brine (ppm) Konsumsi panas spesifik (kWh/m3) Jumlah effect GOR Rtvc 2750 5500 3,98 57400 80,83 10 8 - 2750 5500 1,99 57400 40,41 10 16 1 Suhu air laut di pantai Muria berubah dengan berubahnya musim, sehingga perlu di lihat pengaruhnya terhadap biaya produksi air dan GOR. Tabel 3 memperlihatkan biaya produksi air dan GOR dari MED dan MED-TVC dengan variabel suhu.
Tabel 3. Biaya Produksi Air dan GOR dari MED danMED-TVC Fungsi Suhu Umpan
Biaya Produksi Air ($/m3) GOR
Suhu Umpan (oC)
MED MED-TVC MED MED-TVC
25 1,125 1,050 9,6 19,2 27 1,141 1,054 8,8 17,6 29 1,162 1,061 8,0 16,0 31 1,188 1,071 7,2 14,4 33 1,221 1,085 6,4 12,8 4. PEMBAHASAN
Teknologi desalinasi MED yang beroperasi pada suhu rendah, merupakan salah satu proses desalinasi termal yang paling efisien saat ini.
Dalam instalasi MED, uap yang diproduksi dalam
effect pertama digunakan sebagai medium
pemanas pada effect ke dua, dan seterusnya. Uap
yang dihasilkan pada effect pertama dikondensasi
pada effect ke dua, untuk selanjutnya menguapkan
cairan dari effect ke dua dan seterusnya. Pada
suatu kondisi steady state, jumlah energi dan
entalpi yang masuk sama dengan jumlah energi dan entalpi yang keluar. Oleh karena itu menjadi
penting untuk menjamin bahwa energi yang
diberikan untuk penguapan di effect terakhir
diambil/digunakan kembali, di antaranya dengan
ejector digunakan untuk menaikkan tekanan dan
suhu uap yang dihasilkan effect terakhir. Jadi uap
ini digunakan untuk mengawali penguapan di
effect pertama. Dengan penggunaan TVC, akan
menghemat energi karena adanya keuntungan peningkatan tekanan dari uap yang tersedia. Dengan peningkatan tekanan uap maka kebutuhan uap akan lebih rendah, jadi kinerja instalasi desalinasi akan meningkat. Seperti terlihat dalam Tabel 2, aliran uap dan konsumsi panas spesifik dari instalasi MED-TVC adalah lebih rendah. Karena kebutuhan uap lebih rendah maka biaya panas, seperti terlihat dalam Tabel 1 juga lebih rendah. Dalam Tabel 1, biaya modal dari instalasi MED-TVC terlihat lebih rendah, hal ini karena luas perpindahan panas spesifik lebih rendah dibanding instalasi MED tanpa TVC. Oleh karena biaya panas dan biaya modal lebih rendah maka biaya produksi air dari instalasi desalinasi MED-TVC lebih rendah dari pada MED tanpa MED-TVC.
Kinerja dari TVC digambarkan sebagai kg
uap yang dihisap per kg motive steam, yang
biasanya perbandingan ini disebut Rtvc. Tekanan
motive steam yang lebih tinggi akan
menghasilkan harga Rtvc yang lebih tinggi.
Dengan semakin tingginya Rtvc, maka GOR
MED-TVC akan semakin tinggi juga. Pada studi ini, dengan menggunakan program DEEP-3.1,
diperoleh harga Rtvc = 1, sehingga penggunaan
TVC pada desalinasi MED, GOR yang dihasilkan akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan desalinasi MED tanpa TVC. Seperti terlihat
dalam Tabel 2, dengan jumlah effect yang sama,
GOR MED adalah 8 (kg distilat/kg uap umpan) dan GOR MED-TVC adalah 16 (kg distilat/kg uap umpan (motive steam)), sesuai persamaan (2).
Jadi terlihat bahwa distilat yang dihasilkan dari instalasi MED-TVC lebih besar dari MED tanpa TVC.
Suhu yang keluar dari pemanas brine akan
mempengaruhi biaya produksi air dan GOR. Pada Tabel 3 terlihat pengaruh suhu pada biaya produksi air dan GOR. Semakin tinggi suhu umpan, maka biaya produksi air pada MED maupun MED-TVC akan meningkat. Sebaliknya GOR akan menurun. Jika suhu umpan lebih tinggi, untuk suhu yang sama yang keluar dari
pemanas awal (persamaan 1), dTph juga lebih
kecil, sehingga GOR juga akan lebih kecil. Dengan penurunan GOR, biaya produksi air akan
lebih tinggi karena GOR menunjukkan kg air yang diproduksi per kg uap yang digunakan.
Peningkatan suhu sebesar 2oC, pada instalasi
MED, akan menurunkan GOR sebesar 0,8; sedang pada instalasi MED-TVC, GOR akan turun sebesar 1,6. Dengan peningkatan suhu, persentase peningkatan biaya produksi air pada MED lebih besar dibanding MED-TVC, seperti terlihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Peningkatan Biaya Produksi Air % Peningkatan Biaya Produksi Air Kenaikan Suhu Umpan (oC) MED MED-TVC 25-27 1,4 0,4 27-29 1,8 0,7 29-31 2,2 0,9 31-33 2,7 1,3 5. KESIMPULAN
Teknologi desalinasi MED yang beroperasi pada suhu rendah, merupakan salah satu proses desalinasi termal yang paling efisien saat ini. Salah satu pengembangan MED adalah penggunaan TVC. Penggunaan TVC pada instalasi desalinasi MED akan meningkatkan GOR (kg distilat yang diproduksi/kg uap yang digunakan) yang berarti meningkatkan kinerja instalasi desalinasi. Pada studi kasus PLTN yang direncanakan di Ujung Lemah Abang, biaya
produksi air MED-TVC (1,040 $/m3) adalah lebih
rendah dibanding MED (1,162 $/m3). Jadi
terdapat perbedaan biaya produksi air sebesar 11,7%. Konsumsi panas spesifik MED-TVC lebih rendah daripada MED, sedangkan GOR yang dihasilkan dua kali lebih besar. Peningkatan suhu umpan (air laut) akan meningkatkan biaya produksi air dan menurunkan GOR. Dengan
peningkatan suhu sebesar 2oC, peningkatan biaya
produksi air berfluktuasi, namun penurunan GOR adalah tetap, pada MED terjadi penurunan GOR sebesar 0, 8 dan pada MED-TVC terjadi penurunan sebesar 1,6.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIMOUS, “Bid Invitation
Specification(BIS) of The First Nuclear Power Plant at Muria Peninsula Region”, BATAN, 2008.
2. ISHIGURE K, et. al., “Reactor Water
Chemistry Hand Book, Corona –sha”, Japan, 2000. CURCIO, E.E., “Report of Critical Analysis on The Desalination Technologies”, Sixth Framework Programe, Project No. 036997, May 23th, 2007.
3. IAEA, “User’s Manual, Desalination
Economic Evaluation Program (DEEP-3.0)”, Computer Manual Series No.19, IAEA, Vienna, 2006.
4. IAEA, “Desalination Economic Evaluation
Programme, Version DEEP-3.1”, Draft
Version of The User’s Manual, IAEA, Vienna, September 2006.
5. COMMISSIO DE MEDI AMBIENT
AND ASSOCIACIO D’ENGINYERS
INDUSTRIALS DE CATALUNYA,
“Overview on Seawater Distillation
Technologies, Barcelona, May 3rd, 2005.
6. I.S Park, S.M. Park, J.S Ha, “Design
andApplication of Thermal Vapor Compressor for Multi-Effect Desalination Plant”, Desalination 182 (2005) 199-208, 21 Februari 2005.
7. ANONIMOUS, “Korea Heat & Fluid
Technology (KHFT)”, www.mhtech.kr/
base_1/img/product/ejector_desuperheater.pdf,
diakses pada tanggal 15 April 2009.
8. IAEA, ”Introduction of Nuclear
Desalination”, Technical Reports Series No. 400, IAEA, Vienna, 2000.